Anda di halaman 1dari 2

Strategi Edukasi Pencegahan Kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) Studi

Kasus: Sungai Subayang.


PENDAHULUAN

Sungai adalah salah satu sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan. Hal ini
terkait dengan keberadaan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang menjadi kawasan penting, baik dari
aspek ekologis maupun ekonomis. Aspek ekologis meliputi keseimbangan dan kelangsungan
makhluk hidup didalam dan sekitarnya. Aspek ekonomis mencakup kondisi sumber mata
pencaharian, transportasi, pemukiman, pertanian hingga industri (Ahmadi, 2008)
Daerah Kabupaten Kampar memiliki dua Daerah Aliran Sungai (DAS) yang besar yaitu
Sungai Kampar dan Sungai Siak. Sungai Kampar melewati kabupaten ini sepanjang 413,5 km
dengan kedalaman rata-rata 7,7 m dan lebar rata-rata 143 meter. Sungai kedua yang melewati
kabupaten ini adalah bagian hulu dari Sungai Siak, dengan panjang sungai 90 km dan
kedalaman rata-rata 8-12 m. Sungai Kampar yang memasuki wilayah kabupaten ini bercabang
menjadi Sungai Kampar dan Sungai Kampar Kiri. Sungai Kampar Kiri ini selain memiliki
cabang-cabang kecil juga memiliki cabang utama, yaitu Sungai Subayang dan Sungai Singingi
yang berhulu di Kabupaten Kuantan Singingi. Sungai Subayang memiliki arti penting bagi
ekosistem hutan tropis, khususnya wilayah Suaka Margasatwa Bukit Rimbang Bukit Baling (SM
Rimbang Baling).
Banyaknya sungai dan anak sungai yang berada di Kabupaten Kampar, menyebabkan
daerah ini menjadi salah satu daerah yang dinilai rawan banjir dan tanah longsor. Selain banjir
dan longsor, seiring dengan perkembangannya, daerah ini juga rawan dengan masalah-masalah
lainya seperti pembukaan kawasan pemukiman baru, pembalakan liar, dan perambahan hutan di
area konservasi. Salah satu kawasan DAS yang rawan dengan permasalah tersebut adalah DAS
Sungai Subayang yang berada dalam kawasan SM Rimbang Baling. Kawasan konservasi ini
telah mengalami konversi menjadi perkebunan sawit, karet dan pemukiman warga.
Kondisi ekosistem di sepanjang aliran Sub DAS Subayang dan sungai-sungai lain di
wilayah ini sangat berkaitan dengan faktor alami dan aktivitas manusia. Perubahan yang
disebabkan secara alami maupun akibat kegiatan manusia sangat berbeda dan merupakan hal
yang penting. Terganggunya ekosistem sungai di sekitar SM Rimbang Baling dapat
mempengaruhi perubahan ekosistem dan ancaman terhadap ketersedian air, baik dengan
tujuan konservasi maupun kebutuhan masyarakat.
Mengingat begitu pentingnya bentang alam SM Rimbang Baling, khususnya Sub DAS
Subayang sebagai sumber air dan urat nadi kehidupan masyarakat, maka diperlukan upaya
nyata dalam pengelolaan sumberdaya air dengan upaya-upaya yang dilakukan untuk menjaga
kualitas termasuk kebersihan dan kelestarian sumberdaya air dari berbagai ancaman yang
berpotensi merusak.
Kecenderungan terhadap minimnya pengetahuan/ pemahaman tentang bahaya kerusakan
dan pentingnya pengelolaan DAS, menjadi salah satu permasalahan hingga berbagai upaya
pencegahan dan perlindungan DAS sulit terrealisasi. Pendidikan merupakan suatu proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok melalui upaya pengajaran dan
pelatihan. Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2013 pendidikan
menengah meliputi jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK). Keberadaan pendidikan menengah memiliki peran penting dalam penguatan dan
pengembangan karakter peserta didik. Provinsi Riau pada tahun 2014/2015 memiliki 653
Sekolah untuk jenjang pendidikan menengah yang tersebar diseluruh Kabupaten dengan jumlah
Siswa mencapai 212.945 Siswa (BPS, 2015). Sehingga, optimalisasi peran pendidikan menengah
dalam penanaman pengetahuan/ pemahaman terhadap fenomena permasalahan DAS menjadi
strategis.
Salah satu upaya yang bisa dilakukan dalam pengoptimalisasian peran pendidikan terkait
fenomena permasalahan DAS adalah dengan mengembangkan sumber belajar. Menurut
Association for Education and Technology sumber belajar adalah segala sesuatu atau daya yang
dapat dimanfaatkan oleh guru, baik secara terpisah maupun dalam bentuk gabungan kepentingan
proses pembelajaran dengan tujuan meningkatkan efektivitas dan efisiensi tujuan pembelajaran.

METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Parameter
yang diliputi adalah analisi kurikulum pendidikan menengah. Pengintegrasian pembelajaran
dilakukan dengan menggunakan pendekatan ADDIE (Analysis, Design, Development,
Implementation and Evaluation) yang disederhanakan menjadi tahap Analysis dan Design (Dick
dan Carey, 2005). Tahap Analysis dilakukan dengan merumuskan kebutuhan pembelajaran
meliputi Kompetensi Dasar (KD), sumber belajar, dan analisis karakteristik siswa. Tahap Design
meliputi: merancang sumber belajar, indikator, tujuan, dan materi pembelajaran serta instrument
evaluasi.

Anda mungkin juga menyukai