Anda di halaman 1dari 18

PENGELOLAAN SAMPAH DI KOST PERWIRA 44, CIKARET

CIAPUS DAN GANG SAMPAH DARMAGA

WASTE MANAGEMENT IN THE PERWIRA KOST 44, CIKARET


CIAPUS, AND GANG SAMPAH DARMAGA
Adityo Yudi W
Selasa Siang Kelompok 4

Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor, Jln. Kamper, Kampus IPB
Dramaga, Bogor, 16680
adityoyudi@mail.com

Abstrak: Populasi manusia yang semakin bertambah mengakibatkan semakin banyaknya jumlah
sampah yang dihasilkan. Sampah menjadi salah satu pencemar yang dapat mengganggu ekosistem
alami, baik ekosistem darat, laut, maupun udara. Semakin tinggi tingkat pencemar yang ada di
sebuah habitat akan menimbulkan dampak buruk yang semakin besar. Semakin banyak sampah di
suatu wilayah akan menimbulkan dampak penurunan nilai estetika dari suatu tempat dan
menghasilkan bau yang tidak sedap, serta dapat mencemari air tanah akibat air lindi yang dihasilkan
oleh tumpukan sampah. Oleh karena itu, diperlukan penelitian yang bertujuan untuk menganalisis
sampah. Pengelolaan sampah dimulai dari proses pewadahan sampah, pengumpulan sampah ,dan
proses pengangkutan sampah. Penelitian bertempat di kost perwira 44, cikaret ciapus, dan di gang
sampah. Pengamatan wadah sampah yang dilakukan di kost perwira 44 memperoleh data kapasitas
level satu sebesar 6,9 liter dan wadah sampah rumah tangga sebesar 20 liter. Pengamatan pada
proses pengumpulan sampah rumah tangga memperoleh hasil sebsar 3,819 kg/lt untuk sampah
anorganik dan 4,659 kg/lt untuk sampah organik, sedangkan hasil yang didapatkan pada sampah
kostan diperoleh densitas sampah organik sebesar 1,794 kg/lt dan 3,172 untuk anorganik. Pada
wadah level dua, sampah yang ada ditampung sementara , dan kemudian setiap sampah diambil oleh
pengumpul sampah dengan bantuan gerobak ataupun mobil sehingga dapat di kumpulkan pada satu
tempat TPS,lalu truk sampah akan menmbawa sampah-sampah tersebut menuju tempat pengolahan
ataupun TPA.Pengelolaan sampah yang baik akan menciptakan lingkungan yang sehat serta bersih
dan dapat menjaga ekosistem dari polutan sampah yang dapat merusak keseimbangan ekosistem.
Kata kunci : Sampah, Pencemaran, Organik, Anorganik, Densitas Sampah

Abstract : The increasing number of human population affecting the increasing the amount of waste
that produced by human. The higher the level of pollutants in habitat will cause greater side effects.
More waste in the region will affect the aesthetics of the place and resulted in a decrease in bad odor,
and can contaminate ground water due to leachate generated by a pile of garbage. Therefore, we
need research that aims to analyze the trash. waste management starting from the transport lug
rubbish, garbage collection and waste. The study took place in a perwira kost 44, Cikaret Ciapus, and
gang sampah. Waste observations were made in a perwira kost 44 o get the data capacity of waste
container is 6.9 liters and household waste containers has capacity volume as big as 20 liters.
Observations on household garbage collecting process to got the amount of waste as big as 3,819 kg
/ liter for inorganic waste and 4,659 kg / lt for organic waste, while the results obtained in the trash
kostan obtained organic waste density in amount of 1.794 kg / l and 3.172 for inorganic. At level two
containers, waste stored temporarily, and then every junk was taken by the garbage collector with the
assistance of the cart or car so it can be collected in one polling place, then the garbage truck will
bring garbage to sewage treatment facilities or TPA. Good management of waste will creating a
clean and healthy environment and to protect the ecosystem of waste pollutants that could damage the
balance of the ecosystem.
Keyword: Waste, Pollution, Organic, Anorganic, Waste density

PENDAHULUAN
Perkembangan zaman yang semakin pesat mendukung terjadinya pertambah
penduduk yang tinggi, hal ini disebabkan oleh adanya peningkatan ilmu di bidang
kedokteran sehingga kesempatan hidup manusia juga semakin tinggi. Tingkat
kematian yang rendah serta tingkat kelahiran yang tinggi juga menjadi faktor
pertumbuhan peduduk. Perkembangan ilmu dan teknologi tidak hanya terjadi pada
bidang kedokteran namun juga pada bidang industri, pangan, ekonomi, sosial, dan
lain sebagianya untuk menunjang proses pemenuhan kebutuhan seluruh umat
manusia.
Bidang pangan merupakan bidang yang penting dalam peradaban manusia
dengan perkembangannya adalah dengan menciptakan makanan yang dapat tahan
lama dengan kemasan plastik yang sulit terurai di lingkungan alami. Plastik yang
tergolong dalam bahan anorganik digunakan sebagai pembungkus makanan agar
makanan yang dibungkus tidak membusuk dan terjaga kulaitasnya namun bila
dibuang secara sembarangan dapat menjadi sebuah polutan yang berbahaya bagi
lingkungan sekitar karena tidak dapat terurai dalam waktu singkat, selain itu juga
dapat menghambat proses penguraian bahan organik serta dapat mencemari udara,
air, dan tanah.
Hartono (2008) menyatakan sampah adalah material sisa yang tidak diinginkan
setelah berakhir suatu proses. Sampah merupakan konsep buatan dan konsekuensi
dari adanya aktivitas manusia. Sampah anorganik merupakan permasalahan utama
lingkungan dewasa ini. Tingkat pencemaran yang tinggi berdampak pada
keseimbangan ekologi yang terjadi di alam. Tingkat produksi makanan cepat saji
yang tinggi dan daya beli masyarakat yang tinggi pula serta perilkau yang tidak
mementingkan kehidupan flora dan fauna disekitar dengan membuang sampah
plastik pembungkus makanan secara sembarangna akan mengakibatkan pencemaran
dalam skala yang besar bila tidak ditangani dengan baik.
Pengelolaan sampah yang baik diperlukan dalam proses menjaga lingkungan
dari pencemaran limbah domestik maupun limbah industri. Sampah merupakan salah
satu aspek yang perlu untuk ditinjau dan dianalisis dengan baik, sehingga dengan
melakukan pengelolaan yang baik akan menghasilkan efisiensi energi. Sampah yang
dikelola dengan baik akan menciptakan kondisi lingkungan yang hijau, bersih, dan
asri. Tindakan penceregahan atau tindakan preventif lebih baik dilakukan dari pada
tindakan kuratif, sehingga dengan tindakan preventif yang baik akan menciptakan
kondisi ekosistem yang stabil dan terjaga dari pencemaran sampah. Pengelolaan
sampah dilakukan mulai dari sumber hingga ke TPA. Pengelolaan sampah adalah
semua kegiatan yang dilkaukan untuk menangani sampah sejak ditimbulkan sampai
dengan pembuangan akhir. Secara garis besar, kegiatan pengelolaan sampah meliputi
pengendalian timbulan sampah, pengumpulan sampah, transfer dan transport,
pengolahan, dan pembuangan akhir (Sudrajat 2006).
Tingkat pertambahan penduduk yang semakin tinggi juga diiringi dengan
peningkatan pemunuhan kebutuhan pangan. Bahan anorganik sering disertakan
dalam pangan yang disajikan, sehingga bahan anorganik yang sudah tidak terpakai
menjadi bahan pencemar lingkungan yang secara pasif mengotori lingkungan sekitar
manusia dan dapat menjadi racun bila telah melewati ambang batas baku lingkungan
yang telah ditetapkan oleh suatu badan standar. Bahan anorganik yang menumpuk di
lingkungan dapat mengakibatkan banyak permasalahan lingkungan, seperti
penumpukan sampah dibantaran sungai, polusi bau yang ditimbulkan oleh timbunan
sampah, serta dapat mencemari tanah dan air tanah yang berada di bawah tanah. Oleh
karena itu diperlukan sebuah sistem pengelolaan yang baik dalam mengatur sampah
yang dihasilkan baik dari sektor individu manusia dan skala besar industri. Oleh
karena itu, diperlukan sebuah penelitian untuk menganalisis dalam pengelolaan
sampah di masyarakat dengan tujuna mencegah tejadinya pencemaran berat
lingkungan oleh sampah manusia.

METODOLOGI
Sistem Pewadahan Sampah
Penelitian pewadahan sampah dilakukan selama delapan hari dimulai pada hari
kamis tanggal 16 Februari 2017 dan diakhiri pada hari kamis tanggal 22 Februari
2017 dilaksanakan pada dua tempat yang berbeda yaitu di kost perwira 44 dan rumah
Cikaret ciapus . Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah penggaris, kamera,
kaleng wadah makanan yang tidak digunakan lagi, neraca timbang, dan wadah
sampah. Sampel yang digunakan di tempat kost perwira 44 sebanyak 5 orang
mahasiswa.
Pewadahan sampah level 1 yang dimiliki oleh sumber pencemar, dihitung besar
volume penampung sampah dengan cara dihitung bentuk permukaannya serta tinggi
pada pewadah sampah masing- masing sampel, serta dilihat intensitas pembuangan
sampah, serta dianalisis pola pengangkutan dari wadah level 1 ke bak sampah level 2.
Dihitung pula jumlah wadah sampah yang digunakan pada sistem pengelolaan yang
terdapat di areal yang digunakan sebagai sampel penelitian. Pada pewadahan level 2,
digunakan metode yang sama dengan pewadahan level 1, yaitu dengan dimensi
permukaan dan tinggi wadah level 2 dihitung kapasitas wadah dapat diketahui dan
dibandingkan dengan total sampah seluruh sampel yang ada.
Proses penelitian pewadahan sampah disajikan pada gambar (1).
Mulai

Penentuan tempat sampel penelitian

Analisis pewadahan sampah level 1 dan level 2

Bandingkang denga SNI 19-2454-2002

Selesai

Gambar 1 Diagram alir penelitian pewadahan sampah

Sistem Pengumpulan Sampah


Pengumpulan sampah yang dilkukan di sekitar kampus IPB dilakukan pada
tanggal 28 Februari 2017 di kediaman ketua RT 1 Prwira selaku pengelola sampah di
gang sampah. Narasumber bernama Ibu Nining, beliau adalah istri ketua RT 1,
dikarenakan pekerja yang biasa mengumpulkan sampah sedang tidak bekerja pada
saat pewawancaraan dan ketua RT 1 tidak diwawancarai dikarenakan sedang tidak
berada di kediaman. Wawancara dilangsungkan di tempat tinggal Ibu Nining. Alat
dan bahan yang digunakan pada proses wawancara ini adalah telefon gengam, alat
tulis, serta daftar pertanyaan yang telah dibuat sebelum wawancara.
Prosedur yang digunakan pada penelitian ini yang pertama adalah pertanyaan
dibuat dalam buku catatan, agar informasi yang dibutuhkan didapatkan. Wawancara
dilakukan selama 10 menit kepada narasumber. Jawaban narusumber merupakan
data sekunder yang kemudian dicatat di telefon gengam sehingga data dapat dengan
mudah dikirimkan kepada seluruh anggota kelompok.
Prosedur yang dilakukan pada pengumpulan sampah disajikan pada diagram
alir (2).

Mulai

Membuat daftar Pertanyaan

Menuju Tempat Narasumber

Proses Wawancara

Selesai

Gambar 2 Diagram alir penelitian sistem pengumpulan sampah

Sistem Pengangkutan Sampah


Penelitian ini dilakukan pada hari Selasa, 28 Februari 2017. Data pengangkutan
sampah diperoleh dengan pengamatan secara langsung di lokasi TPS (tempat
pengumpulan sampah sementara) serta dilakukan pewawancaraan kepada
narasumber dengan tujuan diperoleh informasi mengenai pengangkutan sampah dari
sumber ke TPS. Tempat penelitian yang diambil terletak di depan IPB tepatnya di
gang sampah yang memiliki TPS tepat di depan gang dan sangat dekat dengan jalan
utama, TPS yang dijadikan sebagai sampel uji adalah TPS yang dikelola oleh tiga
RT. Alat dan bahan yang digunakan pada proses penelitian ini adalah telfon
genggam, alat tulis, dan daftar pertanyaan. Prosedur yang dilakukan adalah TPS
diobservasi sehingga diperoleh kapasitas maksimum serta diamati moda tansportasi
yang digunakan pada proses pengangkutan sampah menuju TPA (tempat
pembuangan sampah akhir), frekuensi pengankutan sampah dari TPS diketahui dari
informasi narasumber yang berada di dekat lokasi, narasumber adalah seorang
tukang ojek yang biasa menunggu penumpang didekat TPS tersebut. Obeservasi
dilakukan selama 15 menit dengan diajukan 5 buah pertanyaan serta dilakukan
penghitungan kapasitas bak sampah TPS yang ada di gang sampah dengan metode
yang digunakan adalah perbandingan jarak langkah kaki dengan penggaris sehingga
diketahui dimensi TPS melalui jumlah langkah kaki yang diperoleh kemudian data
tersebut dibandingkan dengan mistar sehingga diperoleh data satu panjang langkah
kaki sehingga didapatkan dimesi dari TPS. Kondisi TPS yang ada di gang sampah
didokumentasikan agar dapat menunjukkan kondisi asli dari TPS.
Prosedur yang digunakan pada penelitian sistem pengankutan sampah disajikan
pada diagram alir gambar (3).
Mulai

Observasi

Narasumber TPS

Mengajukan pertanyaan seputar TPS Pengamatan lingkungan sekitar

Selesai

Gambar 3 Diagram alir sistem pengangkutan sampah

Pengukuran Timbulan dan Komposisi Sampah


Penelitian ini dilakukan dengan cara meninjau sampah yang dihasilkan oleh
sumber yaitu mahasiswa yang tinggal di kostan dan rumah yang ditinggali oleh
keluarga. Sampah yang diumpulkan dari sumber dikelompokkan menjadi dua
golongan yaitu golongan sampah organik dan golongan sampah an-organik, setelah
digolongkan lalu sampah ditimbang berdasarkan golongannya masing-masing.
Sampah yang telah ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam sebuah tempat yang
kaku seperti kaleng bekas makanan yang memiliki ukuran selalu tetap dan tidak
berubah.
Sampah yang telah dimasukkan ke dalam kaleng bekas tersebut kemudian
ditekan sehingga ketinggian sampah dapat diperoleh. Ketinggian asli sampah
kemudian dihitung dan diperoleh volume sampah dari sumber dengan cara dihitung
besar permukaan kaleng yang digunakan dikali dengan tinggi timbunan sampah yang
diperoleh. Data volume dan berat yang diperoleh dapat digunakan untuk mencari
densitas atau massa jenis sampah dengan cara membagi berat sampah dengan volume
yang diperoleh.
Besarnya volume sampah dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan(1).
V = Lp x H.................................................................................................................(1)
Keterangan :
V = volume sampah (cm3)
Lp = luas permukaan (cm2)
H = tingg sampah (cm)
Luas permukaan dapat diperoleh dengan persamaan (2) bila memiliki bentuk
persegi dan persamaan (3) bila memiliki permukaan yang berbentuk lingkatan.
Perumusan yang digunakan sebagai berikut:
Lp = sisi x sisi...........................................................................................................(2)
Lp = r 2 ....................................................................................................................(3)
Keterangan :
Lp = Luas permukan (cm2)
= phi(3,14 atau 22/7)
r = jari- jari (cm)
Densitas atau massa jenis dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan(4).
= W..........................................................................................................................(4)
V
Keterangan:
= massa jenis (gram/cm3)
m = berat sampah (gram)
V = volume (cm3)
Prosedur penelitian pengukuran timbulan dan komposisi sampah disajikan
pada gambar (4).
Mulai

Pengumpualan sampah dari sumber

Penghitungan berat sampah

Sampah dimasukkan ke dalam kaleng kosong sisa dan ditekan hingga rata

Hitung Volume sampah

Hitung densitas sampah

Selesai

Gambar 4 Diagram alir penelitian timbulan dan komposisi sampah

HASIL DAN PEMBAHASAN


Sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi
atau sesuatu yang dibuang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan
sendirinya (Morgan 2007), sehingga untuk menjaga kebersihan lingkungan perlu
wadah atau tempat untuk menampung sampah untuk sementara waktu. Menurut
Rizal (2011), sampah menurut sumbernya dapat dibagi menjadi empat antara lain
sampah domestik, sampah komersil, sampah industri, dan sampah alami. Sampah
domestik adalah sampah dari lingkungan pemukiman atau perumahan, samaph
komersil adalah sampah yang dihasilkan kegiatan perdagangan seperti toko,restoran,
warung, dan pasar swalayan, sampah industri adalah hasil samping kegiatan industri
yang jenisnya sangat tergantung pada kegiatan industri itu sendiri, sampah alami dan
lainnya dapat berupa dedaunan, sisa bencana alam dan sebagainya.
Pengelolaan sampah selain dapat menguranig beban lingkungan mengenai
bahaya sampah yang ada, juga dapat mendatangkan nilai keuntungan ekonomis bagi
masyarakat apabila sampah dapat dirubah menjadi sesuatu yang berguna dan
bermanfaat seperti kerajinan atau barang seni, pupuk organik dan lain sebagainya
(Wulandari 2016). Dalam Kuncoro (2009) menyatakan bahwa pengelolaan sampah
adalah semua kegiatan yang dilakukan untuk menangani sampah sejak ditimbulkan
sampai dengan pembuangan akhir. Secara garis besar, kegaitan pengelolaan sampah
meliputi pengendalian timbulan sampah, pengumpalan sampah, pengolahan, dan
pembuangan akhir.

Pewadahan Sampah
Penelitian yang dilkukan menunjukkan hasil bahwa Wadah yang digunakan
oleh sumber untuk menampung sampah disebut wadah level-1 dengan bentuk
silinder dan memiliki diameter 21 cm dan tinggi bak sampah sebesar 20 cm, serta
kapasitas tampungan sebesar 6923.7 cm3 atau 6,9 liter sampah, Jumlah keranjang
sampah atau wadah sampah yang digunakan pada kost perwira sejumlah lima
keranjang sampah dari 5 kamar yang digunakan sebagai sampel penelitian.
Intensitas pembuangan sampah relatif jarang dikarenakan mahasiswa yang dijadikan
sampel miliki aktifitas kampus yang padat sehingga waktu untuk berada di kamar
kost pun jarang. Sifat pembuangan sampah dari tiap kamar yang dijdikan sampel
komposit, sehingga tidak ada pemisahan jenis sampah antara sampah organik
maupun anorganik. Sampah dapat didefinisikan sebagai semua buangan yang
dihasilkan dari aktivitas manusia dan hewan yang berupa padatan, yang dibuang
karena sudah tidak berguna atau diperlukan lagi (Tchobanoglous 1993).
Jenis sampah yang ada di wadah sampah bervariasi, antara lain ada botol bekas
minuman, tisu, botol pengharum ruangan, botol pembersih lantai, tulang ikan, tulang
ayam, rambut, dan dedaunan dari pohon di halaman belakang. Volume sampah total
dari kelima sampel dari hari Kamis pada tanggal 16 Februari 2017 hingga hari Kamis
tanggal 23 Februari 2017 sebesar 8,258 lt untuk anorganik dan 8,211 liter untuk yang
organik dari 5 sampel yang diambil, dengan rata-rata satu sampel menghasilkan 1,64
liter sampah organik dan 1,65 liter untuk sampah anorganik. Pola pengangkutan
sampah yang digunakan untuk mengangkut sampah dari wadah level-1 ke level-2
dengna cara pengangkatan secara langsung dari wadah satu kemudian dikumpulkan
kedala trash bag yang sama, kemudia sampah- sampah tersebut diamasukkan ke
dalan wadah sampah level-2.
Wadah sampah yang digunakan pada rumah tangga memiliki bentuk silinder
atau tabung dengna kapasitas wadah sebesar 20 liter dengan jumlah wadah sebanyak
satu wadah level dua dan tiga wadah level satu. Intensitas pembuangan sampah yang
tinggi dikarenakan banyaknya aktifitas yang dilakukan di rumah tangga. Sifat
pembuangan yang dilakukan adalah komposit, serta memiliki jenis sampah yang
lebih variatif antara lain seperti kulit buah, dedaunan, tulanga ikan, ayam, sayuran,
plastik, botol, dan sebagainya. Volume sampah di wadah dari awal perhitungan
hingga akhir perhitungan memiliki total sebesar 48,92 liter untuk anorganik dan
54,98 liter unutk bahan organik. Tingkat penampahan tertinggi terjadi pada hari
pertama penelitian yaitu hati kamis dengan total sampah anorganik sebesar 15,38
liter, dan sampah organik dengan volume terbesar adalah 13,54 liter pada hari
pertama penelitan. Pola pengangkatan yang dilakukan adalah dengan mengumpulkan
sampah yang ada di wadah level satu yang tersebar di ruang- ruang dalam rumah
kemudian di masukkan ke dalam wadah dua yang terletak di luar rumah dan diangkat
setiap hari sehingga sampah tidak menumpuk di wadah sampah level satu. Sampah
organik rumah tangga adalah sampah yang mudah terurai, seperti sisa-sisa makanan
dan sayuran. Sampah anorganik seperti sampah plastik, kaleng dan tidak terurai
dengan sendirinya di alam (Kurniati 2011).
Wadah sampah yang digunakan pada tempat penelitian di kostan tidak
memenuhi persyaratan SNI 19-2454-2002 yang mewajibkan untuk memilah sampah
menjadi tiga jenis yaitu jenis sampah organik, anorganik, dan sampah B3. Tindakan
pengumpulan sampah secara komposit tentunya tidak baik karena tidak
mendegradasikan bahan organik terlebih dahulu untuk dikomposkan secara almiah,
hal ini juga terjadi pada tempat penelitian di rumah tangga, dengan jumlah sampah
organik dan anorganik yang terbilang banyak akan mengakibatkan semakin tinggi
energi dan jumlah kendaraan pengangkut yang dibutuhkan untuk pengiriman ke TPS
ataupun ke wadah level yang lebih tinggi. Namun berdasarkan SNI 19-2454-2002,
penempatan wadah komunal dari kedua tempat penelitian yaitu wadah level dua
sudah memenuhi aturan yang terletak jauh dari pengguna jalan sehingga tidak
mengganggu para pengguna jalan yang lain. Wadah yang digunakan pada kedua
tempat penelitian memiliki bahan yang baik sebagai penampung atau wadah sampah,
yang terbuat dari bahan plastik atau PVC yang tidak mudah rusak oleh lingkungan,
serta ekonomi dan memenuhi syarat SNI untuk bahan yang digunakan sebagai
wadah, jumlah wadah yang ada di kostan perwira 44 memiliki daya tampung yang
besar untuk menampung sampah para penghuninya serta memiliki desain yang
tertutup sehingga bau tidak akan tersebar kemana-mana dan daya tampung yang
lebih besar dari sampah yang dihasilkan, sehingga sampah tidak akan melebihi
wadah sampah. Penampungan sampah di tingkat rumah tangga memegang posisi
terdepan, berdasarkan Badan Pusat Statistik tahun 2004, di daerah perkotaan, baru
sekitar 41,28 % sampah yang terangkut petugas, dan sisanya dibuang. Sehingga ada
baiknya bila sampah diipilah berdasarkan jenisnya (Hartono 2008).
Wadah sampah pada level dua merupakan tempat sampah permanen, dan
wadah sampah pada level dua memiliki kapasitas yang dapat menampung sampah
dari wadah level satu. Wadah tiga yang dibuat dengan konstruksi yang kedap air dan
tertutup dari lingkungan sekitar sehingga tidak menimbulkan bau ke areal lain, dan
diletakkan di luar rumah agar pengangkut sampah mudah untuk mengambil sampah,
bahan yang digunakan sebagai wadah tiga adalah semen beton dengan ketebalan 10
cm, agar kuat terhadap korosi. Pewadahan level dua yang tidak mencukupi diatasi
dengan penambahan bak sampah sehingga dapat tertampung di level dua sebanyak-
banyaknya. Komposting adalah solusi bagi pengolahan sampah daun yang ada, serta
berguna sebagai humus yang berguna sebagai pupuk dan juga dapat memperbaiki
struktur tanah (Fadhilah 2011). Manajemen reduksi yang baik dapat dilakukan
dengan cara mengumpulkan seluruh sampah organik yang memiliki kadar air yang
tinggi serta sulit untuk dibakar, yang kemudian dilakukan komposting
pengkomposan sehingga dapat terurai secara alami (Yudistirani 2015). Secara
teoritik, untuk mengatasi persoalan sampah mengharuskan dilakukannya pergeseran
pendekatan dari pendekatan ujung pipa ke pendekatan sumber, dengan pendekatan
sumber, maka sampah yang ditangani berada pada wilayah hulu sebelum sampah
yang ditangani berada pada wilayah hulu sebelum sampah itu sampai ke tempat
pengolahan akhir (hilir) (Putro 2002).

Pengumpulan Sampah
Pengumpulan sampah yang diterapkan pada kost perwira 44 dilakukan secara
komunal yaitu sampah yang dihasilkan oleh tiap sumber diambil secara manual satu
persatu kamar dikumpulkan dalam satu trash bang hitam besar tanpa proses
pemilahan sampah organik dan anorganik, kemudian sampah yang telah
dikumpulkan tersebut dimasukkan kedalam wadah sampah level 2. Sampah berupa
botol plastik diambil oleh pengelola kostan dan dipisahkan yang kemudian di
loakkan. Sampah yang tersisa dimasukkan kedalam bak sampah level 2, kemudian
pekerja yang biasa ditugasi mengumpulkan sampah mengambil sampah- sampah
tersebut dan membawanya dengan gerobak yang memiliki dimensi panjang 1,5
meter, lebar 1 meter dan tinggi gerobak 1 meter, sehingga kapsitas gerobak
pengangkut sebesar 1,5 m3 menuju ke gang sampah yang merupakan TPS atau
tempat penampungan sampah sementara. Alat bantu petugas selain gerobak adalah
garpu sehingga memudahkan untuk mengambil sampah botol plastik. Intensitas
pengambilan sampah di rumah sewa mahasiswa dilakukan sebanyak sehari sekali
sehingga dapat tergolong dalam pola rute harian. Gerobak yang ada sejumlah satu
buah untuk satu RT di perwira yang notabene mahasiwa sehingga sampah yang
dihasilkan oleh sumber tidak terlalu banyak seperti yang dihasilkan oleh sampah
rumah tangga. Petugas kebersihan yang beroperasi di RT 1 hanya satu orang dengan
gerobak satu buah. Kendala yang dialami oleh petugas kebersihan adalah banyaknya
beratnya sampah yang dihasilkan oleh sumber serta masih manualnya tenaga yang
digunakan untuk mendorong gerobak sehingga banyak tenaga yang digunakan, selain
itu, dan beraneka ragam sampah yang dihasilkan mempersulit untuk memisahkan
sampah plastik.
Pengamatan mengenai pengumpulan sampah dilakukan di rumah tangga di
Kawasan Ciapus. Hasil wawancara dengan petugas pengumpul sampah menunjukkan
bahwa pengumpulan sampah dilakukan dengan pola rute harian dengan teknik
operasional langsung. Pada kawasan tersebut, sampah yang telah dibuang apda
masing-masing wadah sampah rumah tangga akan dikumpulkan dan diangkut dengan
menggunakan truk ke TPA Galuga tanpa disalurkan ke TPS terlebih dahulu.
Pengumpulan dan pengangkutan sampah dilakukan sebanyak satu kali seminggu dan
masing-masing rumah membayar sejumlah Rp 75.000,- per bulan sebagai uang
kebersihan kawasan tersebut. Sampah yang dikumpulkan tidak dipisahkan terlebih
dahulu berdasarkan jenisnya. sampah yang telah dikumpulkan pada masing-masing
rumah langsung dimasukan ke dalam truk pengangkut sampah.

Pengangkutan Sampah
Pengangkutan sampah merupakan hal yang penting dalam proses pemindahan
sampah dari TPS menuju TPA, untuk itu diperluka pemyusunan rute yang baik
sehingga diperoleh jalur yang paling effisien dan memeprmudah proses transport
sampah. Terdapat 4 aturan yang perlu diperhatikan dalam penentuan rute yaitu waktu
tempauh yang terdekat, waktu tempuh terjauh, waktu penyelesaian rute kecil, dan
waktu penyelesaian rute terjauh (Fitria 2009). Rute didefinisikan sebagai suatu
urutan kunjungan kendaraan ke sejumlah TPS untuk memuat muatan yang dimulai
dari TPS dan berakhir di suatu faslitas akhir (Fitria 2009). Pengangkutan sampah
yang digunakan adalah SCS (Stationary Conainer System) adalah sistem
pengumpulan sampah dengan wadah sampah tidak berpindah- pindah. TPS yang
digunakan untuk menampung sampah di daerah gang sampah di sebeleha leuwikopo
meiliki dimensi panjang 6 meter, lebar 2 meter, dan tinggi 2 meter sehingga
memiliki kapasitas bak sampah sebesar 24 m3, berdasarkan data sekunder dari
seorang tukang ojek yang biasa menunggu penumpang di dekat TPS menjelaskan
bahwa petugas sampah dari RT 1, RT 2, dan RT 3 biasa membawa dan menaruh
sampah- sampah warga ke TPS tersebut setiap harinya, dan para petugas dinas
kebersihan yang bertugas membawa samaph-sampah tersebut menuju TPA datang
sebanyak 3 kali seminggu.
Dinas kebersihan Kota Bogor mengangkut sampah dengan truk sampah yang
bewarna kuning dengan kapasitas yang banyak, namun memiliki kekurangan yaitu
masih menyebarkan bau ke sekitarnya serta menghasikan air lindi atau air sampah ke
jalananan sehingga mengganggu para pengguna jalan yang lainnya. Jenis kendaraan
yang digunakan sebagai truk pembawa sampah adalah Hino, dengan kapasitas
bawaan sebesar 200 liter. Tinggi muatan sampah dapat melebihi tinggi bak sampah
yang ada di truk namun truk sampah tersebut ditutupi dengan satu lembar kain yang
besar sehingga tidak menjatuhkan sampah yang berjumlah besar tersebut. Tidak
tersedia alat kompaksi sampah sehingga sampah memiliki volume yang besar dan
mengurangi kapasitas bak sampah di truk dan mengurangi volume sampah yang
dapat dibawa. Dasar bak sampah yang digunakan pada truk sampah sangat terbuka
sehingga air lindi dari sampah dapat keluar dari sela- sela penutup bak sampah.
Kendala yang dihadapi oleh petugas kebersihan dinas Kota Bogor adalah sulitnya
untuk memasukkan sampah ke dalam truk yang memiliki dimensi bak yang tinggi
namun tidak memiliki alat yang otomatis untuk mengangut sampah kedalam bak truk
sampah. Truk sampah yang digunakan sekarang sebagai moda transportasi sampah
dari TPS menuju ke TPA masih sangat buruk dan minim fasilitas, serta masih sangat
manual sehingga para petugas kebersihan menjadi sangat kesulitan dalam bekerja,
dibutuhkan inovasi yang lebih baik dalam manajemen sampah khususnya di moda
transport yang digunakan untuk membawa sampah.

Perhitungan Densitas dan Komposisi Sampah


Penelitian yang terakhir yaitu mengenai perhitungan densitas dan komposisi
sampah yang dilakukan selama tujuh hari pengukuran. Data pengukuran ayng
didapat yaitu berat sampah dan tinggi sampah, sedangkan data perhitungan yaitu
volume dan densitas sampah. Penelitian dilakukan di kost Perwira 44 dan di salah
satu rumah warga Ciapus. Hasil pengukuran dan perhitungan disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Hasil perhitungan densitas yang diperoleh di tempat penelitian
Densitas (Kg/l)
Lokasi Analisis
Organik Anorganik
Rumah warga 1,468 2,736
Rumah sewa mahasiswa 3,091 3,383
Wadah yang digunakan pada penelitian adalah kaleng bekas makanan untuk
tempat penelitian di kostan perwira 44 dan wadah yang digunakan untuk
penghitungan pada tempat penelitian rumah tangga menggunakan kaleng cat bekas
sebesar 20 liter. Tinggi kaleng bekas makanan sebesar 15 cm, dengan diameter 14,5
cm. Sampah pada rumah tangga dan rumah sewa mahasiswa dibagi menjadi dua jenis
yaitu sampah organik dan sampah anorganik. Densitas sampah merupakan hasil bagi
antara berat bersih jenis sampah (kg) dan volume sampah (liter). Hasil perhitungan
yang didapatkan yaitu densitas sampah sebesar 1.468 kg/liter sampah organik dan
2.736 kg/liter sampah anorganik pada rumah warga, sedangkan densitas sampah
sebesar 3.091 kg/liter untuk sampah organik dan 3.383 kg/liter untuk sampah
anoganik pada rumah sewa mahasiswa.
Pada masing-masing lokasi penelitian tersebut, samah anorganik mempunyai
densitas yang lebih tinggi daripada sampah organik. Penyebab terjadinya hal tersebut
adalah pola hidup penghuni rumah warga atau penghuni rumah sewa mahasiswa
yang cenderung lebih banyak mengkonsumsi atau membeli makanan dari luar
sehingga volume dan berat sampah organik yang dihasilkan lebih sedikit daripada
sampah anorganik. Kecenderungan membeli makanan dari luar akan menyebabkan
banyaknya timbunan sampah plastik dan sampah anorganik lainnya, sedangkan
apabila penghuni rumah mempunyai kebiasaan memesak maka sampah organic,
seperti sisa sayuran akan lebih banyak daripada sampah anorganik.
Pengamatan sampah di rumah tangga menghasilkan data yang ditunjukkan
dalam grafik yang disajikan pada gambar (5).
4.500
4.000
Berat Sampah (kg)

3.500
3.000
2.500
2.000
1.500
1.000
0.500
0.000
1 2 3 4 5 6 7
Anorganik 1.500 1.000 0.800 0.300 0.240 0.720 0.250
organik 4.000 3.000 1.500 1.200 1.000 1.220 1.500
Hari ke-

Gambar 5 Massa bersih sampah yang terukur selama 7 hari berturut- turut di rumah
tangga

Gambar 5 menunjukkan hubungan antara berat sampah dengan hari


pengukuran sampah yang dilakukan apda masing-masing lokasi penelitian. Penelitian
dilakukan selama delapan hari, tetapi data yang digunakan hanya tujuh hari karena
satu hari pengukuran merupakan data cadangan. Hasil yang ditunjukan pada Gambar
5 yaitu setiap hari pengukuran menunjukkan hasil pengukuran berat sampah organik
yang lebih besar daripada sampah anorganik. Namun, perhitungan densoitas sa,pah
menunjukkan bahwa sampah anorganik lebih besar daripada sampah organik. Hal
etrsebut disebabkan oleh besarnya nilai densitas berbanding terbalik dengan volume.
Nilai volume sampah organik lebih besar daripada berat sampahnya sehingga nilai
densitas sampah organic lebih kecil. Begitu juga sebaliknya, sampah anorganik
mempunyai nilai volume yang lebih kecil daripada berat sampahnya sehingga
densitas sampah anorganik lebih besar.
Pengamatan sampah di rumah sewa mahasiswa menghasilkan data yang
ditunjukkan dalam grafik yang disajikan pada gambar (6).
0.450
0.400
0.350
0.300
Berat Sampah (kg)

0.250
0.200
0.150
0.100
0.050
0.000
1 2 3 4 5 6 7
Anorganik 0.200 0.250 0.200 0.100 0.350 0.300 0.400
Organik 0.055 0.025 0.125 0.300 0.200 0.250 0.350
Hari Ke-

Gambar 6 Massa bersih sampah yang terukur selama 7 hari berturut- turut di rumah
sewa mahasiswa

Gambar 6 menunjukkan hubungan antara berat bersih jenis sampah dengan hari
pengukuran. Hasil pengukuran berat sampah yang dilakukan didapatkan berat
sampah organik dan sampah anorganik. Perbedaan yang sangat signigfikan terjadi
pada hari pengukuran ke-1, hari pengukuran ke-2, dan hari pengukuran ke-4. Hari
pengukuran ke-1 dan ke-2 menunjukkan hasil pengukuran berat sampah anorganik
yang jauh lebih tinggi daripada sampah organik. Sedangkan, hari pengukuran ke-4
menunjukkan berat sampah organik yang jauh lebih besar daripada sampah
anorganik. Hal tersebut terjadi karena perbedaan aktivitas atau kegiatan, serta
kebiasaan dari masing-masing penghuni tempat tersebut setiap harinya sehingga
berat sampah yang dihasilkan berbeda-beda tiap ahri pengukuran.
Sedangkan bahan organik yang terberat terjadi pada hari ke 7 penelitian dengan
berat 0,35 kg, dan tinggi terbesar terjadi pada hari ke 7 penelitian, sedangkan
densitas terbesar adalah 0,379 kg/lt pada hari ke 3 penelitian. Wadah yang digunakan
pada proses penghitungan dengan kaleng cat bekas memiliki tinggi sebesar 39 cm,
dan diameter sebesar 28 cm, serta memiliki berat terbesar, dan volume terbesar
terjadi pada hari pertama penlitian yaitu seberat 1,5 kg dengan colume 15,38 lt,
densitas terbesar terjadi pada hari ke enam penelitian yaitu sebesar 2,687 kg/lt untuk
sampah anorganik, dan sampah organik memiliki berat terbesar dan volume terbesar
pada hari pertama penilitian yaitu sebesar 4 kg dan volume 13,54 lt, densitas terbesar
terjadi pada hari ke 6 penelitian yaitu 1,595 kg/lt. Data lengkap disajikan pada bagian
lampiran.
Penelitian selanjutnya yaitu mengenai komposisi sampah apda masing-masing
lokasi penelitian. Komposisi sampah dibagi menjadi dua sesuai dengan pemilahan
sampah yang dilakukan, yaitu sampah organik dan sampah anorganik. Komposisi
sampah dapat dibagi atau didapatkan melalui berat sampah berdasarkan ahsil
pengukuran atayu berdasarlkan volume dan densitas sampah berdasarkan hasil
perhitungan. Umumnya, komposisi sampah dibagi atau didapatkan berdasarkan hasil
perhitungan berat yang dilakukan selama tujuh hari pengukuran. Komposisi sampah
berdasarkan berat smapah pada rumah tangga disajikan pada Gambar 7.

Organik Anorganik
42%
Organik
Anorganik
58%

Gambar 7 Komposisi sampah pada rumah sewa mahasiwa

Berdasarkan Gambar 7, komposisi sampah anorganik lebih besar daripada


sampah organik. Pemilahan sampah pada rumah sewa mahasiswa memiliki
komposisi yang terdiri dari 42 % sampah organik dan 58 % sampah anorganik.
Sampah anorganik lebih banyak dihasilkan karena mahasiswa lebih sering
beraktifitas di kampus sehingga bahan organik jarang ditemukan di daerah kostan.
Jenis sampah anorganik yang banyak ditemukan pada wadah sampah adalah tissue,
kertas bekas, botol plastik, sedangkan sampah organik yang ditemukan dalam wadah
sampah yaitu sisa tulang ayam dan daun-daun yang berguguran di halaman kost-
kostan tersebut.
Pembagian komposisi berikutnya dilakukan pada rumah tangga. Hasil
pembagian berdasarkan komposisi sampah dilakukan berdasarkan berat sampah.
Komposisi sampah padsa rumah tangga disajikan pada Gambar 8.

Anorganik
26% Anorganik
Organik
Organik
74%

Gambar 8 Komposisi sampah pada rumah tangga

Gambar 8 menunjukkan komposisi sampah berdasarkan berat sampah hasil


perhitungan selama tujuh hari pengukuran. Komposisi sampah terbanyak pada rumah
tangga tersebut yaitu sampah organik mempunyai komposisi yang lebih banyak
daripada sampah anorganik. Total berat sampah organik selama tujuh hari
pengukuran lebih tinggi sehingga komposisi sampah yang dihasilkan pun lebih besar
daripada sampah anorganik. Hal tersebut disebabkan oleh sampah organic
mempunyai massa yang lebih besar sehingga pada saat dilakukan penimbangan
menghasilkan berat yang lebih besar, sedangkan sampah anorganik yang hanya
terdiri dari plastik dan tissue mempunyai massa yang lebih kecil walaupun
banyaknya sampah organik lebih sedikit daripada sampah anorganik. Pola hidup dari
penghuni rumah juga menyebabkan perbedaan antara kedua jenis sampah tersebut.

SIMPULAN
Simpulan yang dapat diambil berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
adalah semakin tinggi aktifitas yang dilakukan oleh manusia di suatu tempat maka
akan semakin tinggi tingkat pencemar yang dihasilkan oleh manusia di areal tersebut.
Hasil pengamatan pertama menunjukan bahwa wadah sampah level-1 pada kostan
Perwira 44 sebesar 6.9 liter, sedangkan pada rumah tangga kapasitas wadah sampah
sebesar 20 liter. Penelitian selanjutnya yaitu tentang pengumpulan dan pengangkutan
sampah. Pola pengumpulan sampah pada rumah sewa mahasiswa yaitu pola rute
harian dengan teknik operasional yaitu komunal. Sampah yang telah dikumpulkan
kemudian disalurkan ke TPS, kemudian setelah itu baru disalurkan lagi ke TPA.
Sedangkan, teknik operasional pengumpulan sampah di rumah tangga dilakukan
secara langsung, yaitu sampah dikumpulkan da diangkut secara bersamaan dengan
menggunakan truk ke TPA. Pemilahan sampah yang dilakukan didua tempat tersebut
hanya dibagi menjadi dua jenis, yaitu sampah organik dan sampah anorganik.
Densitas sampah anorganik lebih besar daripada densitas sampah organik pada kedua
tempat tersebut, yaitu sebesar 1.468 kg/liter sampah organik dan sebesar 2.736
kg/liter untuk sampah anorgank pada rumah tangga. Sedangkan, densitas sampah
organik pada rumah sewa mahasiswa yaitu sebesar 3.091 kg/liter untuk sampah
organik dan sebesar 3.383 kg/liter untuk sampah anorganik. Kompisisi sampah
organic pada rumah tangga lebih besar daripada komposisi sampah anorganik yaitu
sebesar 74% organik dan 26% anorganik. Sedangkan, komposisi sampah organik
pada rumah sewa mahasiswa lebih kecil daripada komposisi sampah anorganik yaitu
sebesar 42% organik dan 58% anorganik. Pengolaan sampah yang baik sangat
diperlukan untuk diterapkan di berbagai daerah, salah satunya dengan melakukan
separasi pada sampah yang diperoleh, kemudian sampah organik yang dapat terurai
secara alami tidak dibuang ke TPS ataupun TPA, namun dapat dialihkan untuk dapat
dijadikan kompos bagi tanah sehingga tanah menjadi lebih subur dan dan mereduksi
sampah.

DAFTAR PUSTAKA
Badan Standardiasai Nasional. 2002. Standar Nasional Indonesia (SNI). SNI-19-
2454-2002. Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan.
Dewan Standardisasi Indonesia. Jakarta.
Fadhilah A, Sugianto H, Kuncoro H, Firmandhani S W, Murtini T W, Pandelaki E E.
2011. Kajian Pengelolaan Sampah Kampus Jurusan Arsitektur Teknik
universitas Dipenogoro. Jurnal Teknik Lingkungan. 7(2): 35-50.
Fitria L, Susanty S, Suprayogi. 2009. Penentuan Truk Pengumpulan dan
Pengangkutan Sampah di Bandung. Jurnal Teknik Industri. 11(1) :51-60.
Hartono Rudi. 2008. Penanganan dan Pengolahan Sampah. Bogor. : Seri Industri
Kecil.
Kuncoro S. 2009. Pengolahan Sampah Terpadu dengan Sistem Node, Sub Point, dan
Center Point. Yogyakarta : Kanisius.
Kurniati Dian Rifany, dan Rizal Muhammad. 2011. Pemanfaatan Hasil Pengelolaan
Sampah Sebagai Alternatif Bahan Bangunan Konstruksi. Jurnal lingkungan
1(2) : 47-60.
Morgan, Sally. 2009. Daur Ulang Sampah. Solo : Tiga serangkai.
Putro R. 2002. Manajemen Pelayanan Sampah Perkotaan. Skripsi. Universitas Gajah
Mada Yogyakarta.
Rizal M. 2011. Analisis Pengelolaan Persampahan Perkotaan (Studi Kasus pada
Kelurahan Boya Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala). Jurnal
lingkungan. 9(2):155-172.
Sudrajat. 2006. Mengelola Sampah Kota. Bogor: Niaga Swadaya.
Tchobanoglous G, Theisen H, Vigil S. 1993. Intergrated Solid Waste Management.
New York : McGraw-Hill.
Wulandari A. 2016. Kepemimpinan dan Partisipasi Masyarakat dalam Program
Bank Sampah. Skripsi. IPB. Bogor.
Yudistirani Sri A. 2015. Desain Sistem Pengelolaan Sampah melalui Pemilahan
Sampah Organik dan Anorganik Berdasarkan Presepsi Ibu-Ibu Rumah
Tangga. Skripsi. IPB Bogor.
Lampiran 1 Data hasil pengukuran dan perhitungan
Tabel 1 Data hasil pengukuran dan perhitungan timbulan dan komposisi
sampah kost-kostan
Jenis Hari
berat (kg) Volume (lt) Densitas (kg/lt)
Sampah ke-
Anorganik 1 0,200 1,650 0,121
2 0,250 1,915 0,131
3 0,200 1,816 0,110
4 0,100 0,495 0,202
5 0,350 0,660 0,530
6 0,300 0,268 1,119
7 0,400 0,765 0,523
8 0,300 0,689 0,435
Jumlah 2,100 8,258 3,172
Organik 1 0,055 0,825 0,067
2 0,025 0,396 0,063
3 0,125 0,330 0,379
4 0,300 0,825 0,364
5 0,200 1,320 0,151
6 0,250 0,765 0,327
7 0,350 2,984 0,117
8 0,250 0,765 0,327
Jumlah 1,555 8,211 1,794
Tabel 2 Data hasil pengukuran dan perhitungan timbulan dan komposisi
sampah rumah tangga
Jenis Hari
berat (kg) Volume (lt) Densitas (kg/lt)
Sampah ke-
Anorganik 1 1,500 15,386 0,097
2 1,000 11,693 0,086
3 0,800 8,616 0,093
4 0,300 6,462 0,046
5 0,240 5,047 0,048
6 0,720 0,268 2,687
7 0,250 0,765 0,327
8 0,300 0,689 0,435
Jumlah 5,110 48,926 3,819
Organik 1 4,000 13,540 0,295
2 3,000 12,309 0,244
3 1,500 9,847 0,152
4 1,200 8,616 0,139
5 1,000 6,154 0,162
6 1,220 0,765 1,595
7 1,500 2,984 0,503
8 1,200 0,765 1,569
Jumlah 14,620 54,980 4,659
Lampiran 2 Contoh perhitungan
Perhitungan volume sampah dan densitas sampah pada rumah tangga hari pertama
penelitian.
Diketahui :
Dimensi kaleng : diameter = 28 cm
jari-jari = 14 cm
tinggi = 39 cm
Tinggi sampah organik hari pertama = 22 cm
Berat sampah organik hari pertama = 4 kg
Perhitungan :
= 2
= 142 22
= 13540 3
= 13.540

=
4
=
13.540
= 0.295 /
Lampiran 3 Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai