OLEH :
Dahniar Anindya
NIM : 109103000007
OLEH :
Dahniar Anindya
NIM : 109103000007
1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
Dahniar Anindya
ii
EFEK EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia Mangostana L.)
TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI
Shigella dysentriae dan Escherichia coli
Laporan Penelitian
Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
(S.Ked)
Oleh
Dahniar Anindya
NIM : 109103000007
Pembimbing I Pembimbing II
iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
DEWAN PENGUJI
Ketua Sidang Pembimbing 1 Pembimbing 2
Endah Wulandari, S.Si, dr. Intan Keumala Dewi, Endah Wulandari, S.Si,
M.Biomed SpMK M.Biomed
Penguji 1 Penguji 2
PIMPINAN FAKULTAS
Prof. Dr (hc). dr. M.K. Tadjudin Sp. And DR. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR
iv
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirahim.
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
nikmat dan karunia yang telah diberikan, sehingga saya dapat menyelesaikan
penelitian ini. Penulis menyadari tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan penelitian ini. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. DR. ( hc ) dr. M.K. Tadjudin, SpAnd selaku Dekan FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang selalu memimbing dan memberikan kesempatan
kepada penulis untuk menempuh pendidikan di Program Studi Pendidikan
Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. DR. dr. Syarief Hasan Lutfie, SpKFR selaku Ketua Program Studi dan untuk
seluruh dosen Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang selalu membimbing serta memberikan ilmu kepada
penulis selama menjalani masa pendidikan di Program Studi Pendidikan
Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. dr. Intan Keumala Dewi SpMK dan Endah Wulandari, S.Si, M.Biomed selaku
dosen pembimbing penelitian yang selalu membimbing dan mengarahkan
dalam berjalannya penelitian ini.
4. Yuliati, S.Si, M.Biomed selaku dosen pembimbing laboratorium yang selalu
memberikan ilmu dan arahan dalam berjalannya penelititan ini.
5. Ibu dan Bapak yang selalu mendukung penulis selama ini, memberikan doa
dan semangat sepanjang waktu. Juga kepada kakak yang selalu menemani dan
berbagi dalam suka dan duka.
v
6. Diana, Abe, Midun, Atingul, Sheila, Kharisma, Maharani selaku tim Riset
Salvadora menjalani penelitian ini bersama. Juga kepada Mbak Novi dan
Bapak Bacok selaku laboran dan OB yang selalu menemani di Laboratorium.
7. Angga, Fahmi, Cut selaku teman sekelompok riset yang sudah membantu dan
memberi semangat setiap melakukan penelitian riset ini.
8. Seluruh mahasiswa PSPD 2009 dan juga seluruh teman dan sahabat yang
tentu tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Saya menyadari laporan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik
dan saran yang membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan laporan penelitian ini.
Demikian laporan penelitian ini, semoga bermanfaat bagi penyusun
khususnya dan para pembaca pada umumnya. Semoga Allah SWT berkenan
memasukkannya sebagai amal jariyah untuk tabungan di akhirat nanti. Amin
Penulis
vi
ABSTRAK
ABSTRACT
Dahniar Anindya. Medical Education. Effect of Mangosteen Rind (Garcinia
Mangostana L.) Extract Towards the Growth of Shigella dysentriae and
Escherichia coli. 2012.
Extract of mangosteen rind (Garcinia Mangostana L.) contains many chemical
compounds, mainly xanthone has antibacterial power. The aim of this study to
determine how the antibacterial effect of mangosteen rind extract on the growth of
Escherichia coli and Shigella dysentriae. Maceration method using 96% ethanol was
carried out to extract the one kg of mangosteen rind. Thick extract of mangosteen
rind 149,3 g is obtained. Furthermore, made of various concentrations extracts of
mangosteen rind, 0% as a negative control, 0,25 g/ml, 0,5 g/ml, 0,75 g/ml and 1 g/ml
and amoxicillin as a positive control to determine growth inhibitoin in both bacteria
by disc diffusion method. The results obtained Shigella dysentriae bacterial growth
inhibition, whereas in Escherichia coli bacterial growth inhibition was not obtained.
Bacterial growth inhibition was statistically significant by Kruskal-Wallis test
(p=0.006). The conclusion is the mangosteen rind extract can inhibit the growth of
Shigella dysentriae and the greater concentration of mangosteen rind extracts
obtained stronger growth inhibition, whereas in Escherichia coli unable to inhibit the
growth of bacteria.
Keyword : Mangosteen rind extract, Shigella dysentriae and Escherichia coli.
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL. i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING iii
LEMBAR PENGESAHAN.. iv
KATA PENGANTAR... v
ABSTRAK. vii
DAFTAR ISI. vii
DAFTAR TABEL. x
DAFTAR GAMBAR. xi
DAFTAR LAMPIRAN. xii
BAB I PENDAHULUAN.. 1
1.1. Latar Belakang. 1
1.2. Rumusan Masalah 3
1.3. Tujuan Penelitian. 3
1.3.1. Tujuan Umum... 3
1.3.2. Tujuan Khusus.. 3
1.4. Manfaat Penelitian... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. 5
2.1 Landasan Teori. 5
2.1.1. Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) 5
2.1.1.1. Kandungan Kimiawi dan Manfaat Kulit Buah Manggis... 6
2.1.2. Metode Ekstraksi.. 8
2.1.3. Metode Pengujian Antibakteri.. 10
2.1.4. Bakteri Escherichia coli 13
2.1.5. Bakteri Shigella dysenteriae. 14
2.1.6. Antibiotik.. 16
2.2. Kerangka Konsep. 18
2.3. Definisi Operasional.... 19
BAB III RANCANGAN PENELITIAN. 20
3.1. Desain Penelitian. 20
viii
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian.. 20
3.3. Bahan yang diuji.. 20
3.4. Sampel Penelitian 20
3.5. Identifikasi Variabel 21
3.5.1. Variabel Bebas.. 21
3.5.2. Variabel Terikat 21
3.6 Alat dan Bahan Penelitian. 21
3.6.1. Alat Penelitian... 21
3.6.2. Bahan Penelitian... 21
3.7. Alur Penelitian. 22
3.8. Cara Kerja Penelitian... 22
3.8.1. Tahap Penenlitian. 22
3.8.1.1. Sterilisasi Alat dan Bahan.. 22
3.8.1.2 Persiapan Sampel 22
3.8.1.3 Pembuatan Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L).. 22
3.8.1.4. Pembuatan Media...... 23
3.8.1.5. Regenerasi Bakteri. 23
3.8.1.6. Pembuatan Stok Variabel Konsentrasi.. 23
3.8.2. Tahap pengujian 24
3.8.2.1 Uji Penghambatan Pertumbuhan Bakteri 24
3.9. Pengolahan data... 24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.. 25
4.1. Pembuatan Ekstrak Kulit Buah Manggis. 25
4.2. Zona Hambat Ekstrak Kulit Manggis terhadap Shigella dysentriae 26
4.3. Zona Hambat Ekstrak Kulit Manggis terhadap Escherichia coli.... 30
4.4. Perbedaan Zona Hambat Ekstrak Kulit Manggis terhadap Shigella
dysentriae dan Escherichia coli.. 33
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 36
5.1. Kesimpulan.. 36
5.2. Saran 36
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 37
LAMPIRAN.. 40
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
b. Bagi Institusi
Memberikan informasi mengenai keilmuan mikrobiologi.
c. Bagi Keilmuan
Dapat memberikan informasi mengenai aktivitas antibakteri kulit buah
manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap pertumbuhan bakteri E.
coli dan S. dysentriae
4
d. Bagi Sosial
Dapat memberikan tambahan informasi mengenai efek ekstrak kulit
buah manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap pertumbuhan
bakteri E. coli dan S. dysentriae
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Manggis merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari hutan
tropis yang teduh di kawasan Asia Tenggara, yaitu hutan belantara Malaysia atau
Indonesia. Dari Asia Tenggara, tanaman ini menyebar ke daerah Amerika Tengah dan
daerah tropis lainnya seperti Srilangka, Malagasi, Karibia, Hawaii dan Australia
Utara. Di Indonesia manggis disebut dengan berbagai macam nama lokal seperti
Manggu (Jawa Barat), Manggus (Lampung), Manggusto (Sulawesi Utara), Manggista
(Sumatera Barat).9
Class: Dicotyledoneae
Ordo : Guttiferanales
Family : Guttiferae
Genus : Garcinia
Spesies : Garcinia mangostana L.
Manggis termasuk tanaman tahunan (perennial) yang masa hidupnya dapat
mencapai puluhan tahun. Batang tanaman manggis berbentuk pohon berkayu, tumbuh
tegak ke atas hingga mencapai ketinggian 25 meter atau lebih. Kulit batangnya tidak
rata dan berwarna kecoklat-coklatan. Percabangan tanaman umumnya simetris
membentuk tajuk yang rimbun dan rindang mirip piramida. Daun manggis berbentuk
bulat-telur sampai bulat-panjang, tumbuhnya tunggal dan bertangkai pendek sekali
tanpa daun penumpu (stipulae). Struktur helai daun tebal dengan permukaan sebelah
atas berwarna hijau mengkilap, sedangkan permukaan sebelah bawah warnanya hijau
kekuning-kuningan.10 Tanaman manggis mengandung xanton yang telah dibuktikan
dapat digunakan sebagai antioksidan, antiinflamasi, antimalaria, antimikroba, dan
antiacne/anti jerawat.11
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian
tanaman obat, hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut. Zat-zat aktif
terdapat di dalam sel, namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula
ketebalannya, sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam
mengekstraksinya.18
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang
terdapat pada bahan alam. Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa
9
komponen zat ke dalam pelarut, dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar
muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut.18
Terdapat beberapa metode yang digunakan atau dipakai dalam melakukan
ekstraksi, yaitu sebagai berikut :19
B. Destilasi Uap19
Destilasi uap adalah ekstraksi senyawa kandungan menguap dari
bahan (segar atau simplisia) dengan uap air berdasarkan peristiwa tekanan
parsial senyawa kandungan menguap dengan fase uap air dari ketel secara
kontinu sampai sempunra dan diakhiri dengan kondensasi fase uap campuran
(senyawa kandungan menguap ikut terdestilasi) menjadi destiat air bersama
senyawa kandungan yang memisah sempurna atau memisah sebagian pada
destilasi uap, simplisia benar-benar tidak tercelup ke air yang mendidih,
namun dilewati uap air sehingga senyawa kandungan menguap ikut
terdestilasi.19
spektrum kerja sempit), cara kerja (bakterisida atau bakteriostatik), dan ditentukan
oleh Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) serta potensi hambatan pada KHM.20
11
obat yang paling efektif untuk bakteri penyebab penyakit. Pengujian ini dapat
A. Metode Difusi20
1. Metode disc diffusion (Tes Kirby & Bauer)
Metode ini merupakan metode yang umum digunakan di laboratorium
dimana didapat kepekaan suatu organisme terhadap senyawa atau obat. Zat
yang akan diuji berdifusi dari pencadang (reservoir) kedalam medium agar
yang telah diinokulasikan dengan bakteri uji. Diinkubasi selama waktu
tertentu dan amati adanya hambatan pertumbuhan bakteri uji. Agar yang
terlihat jernih merupakan zona terang (clear zone) pada permukaan media
agar mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan mikroorganisme oleh
agen antibakteri.20 Kekuatan daya hambat didasarkan pada klasifikasi respon
hambatan pertumbuhan bakteri menurut Davis Stout pada tabel 2.1.21
2. E-test
Metode ini digunakan untuk mengestimasikan Minimum Inhibitory
Concentration (MIC) atau KHM, yaitu konsentrasi minimal suatu agen
antimikroba untuk dapat menghambat mikroorganisme. Metode ini
menggunakan strip palstik yang mengandung antibakteri dari kadar terendah
sampai kadar tertinggi kemudian diletakkan di permukaan media agar yang
telah ditanami mikroorganisme. Setelah itu dilakukan pengamatan di area
12
pencernaan dan dapat memasuki aliran darah dan berpindah ke ginjal dan hati.
Menyebabkan perdarahan pada usus, yang dapat mematikan anak-anak dan orang tua.
E. coli dapat menyebar ke makanan melalui konsumsi makanan dengan tangan kotor,
khususnya setelah menggunakan kamar mandi. Solusi untuk penyebaran bakteri ini
adalah mencuci tangan dengan sabun.22
Koloni terlihat basah, mengkilat, tidak bening, bulat dan dengan tepi yang
terlihat halus dan rata. Koloni muda terlihat granuler halus dan makin tua menjadi
granuler kasar. E. coli menghasilkan asam dan gas dari glukosa, laktosa, fruktosa,
maltosa, arabinosa, xylosa, rhamnosa dan manitol. E. coli menghasilkan katalase,
tidak mencairkan gelatin, membentuk indol, mereduksi nitrat, mengoksidasi dan
mengasamkan air susu tanpa peptonisasi, mengoksidasi kentang sehingga berwarna
coklat gelap, tidak menghasilkan gas H2S. 5
Ada beberapa jenis E. coli, dan sebagian besar dari mereka yang tidak
berbahaya. Tetapi ada yang dapat menyebabkan diare berdarah. Ini disebut
enterohemorrhagic E. coli (EHEC). Pada beberapa orang, jenis E. coli juga
dapat menyebabkan anemia berat atau gagal ginjal, yang dapat mengakibatkan
kematian. E. coli juga dapat menyebabkan infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya.
Dari berbagai penelitian menunjukkan beberapa strain dari E. coli juga dapat
menyebabkan wabah diare, terutama pada anak-anak. Bakteri penyebab penyakit
yang cukup berbahaya ini diklasifikasikan berdasarkan karakteristik sifat-sifat
virulensinya. Setiap kelompok menyebabkan penyeakit diare melalui mekanisme
yang berbeda-beda.22
Sistematika S. dysenteriae :5
Kingdom : Monomychota
Divisio : Schizomycetea
15
Class : Schizomycetes
Order : Eubacteriales
Famili : Enterobacteriaceae
Genus : Shigella
Species : Shigella dysenteriae
Ciri khas organisme ini adalah bakteri Gram-negatif ramping, bentuk
kokobasil, dan tidak berflagel. Shigella sp bersifat fakultatif anaerob tetapi paling
baik tumbuh secara aerob. Koloni pada media diferensial (SS agar, EMB, Endo Agar
dan MacConkey): bulat, kecil, halus transparan dengan pinggir-pinggir utuh, diameter
koloni kira-kira 2 mm pada pembiakan setelah 24 jam. Semua Shigella sp meragikan
glukosa. Bakteri ini tidak meragikan laktosa, kecuali Shigella sonnei.
Ketidakmampuannya untuk meragikan laktosa membedakan bakteri-bakteri Shigela
sp pada perbenihan diferensial. Bakteri ini membentuk asam dari karbohidrat, tetapi
jarang menghasilkan gas. Bakteri ini dapat juga dibagi menjadi bakteri yang
meragikan manitol dan yang tidak. Semua Shigela sp mempunyai susunan antigen O,
beberapa strain tertentu memiliki antigen K. Terdapat tumpang tindih dalam hal sifat
serologik berbagai spesies ini dan sebagian besar kuman mempunyai antigen O yang
juga dimiliki oleh bakteri enterik lainnya. Antigen somatik O Shigella tarsusun atas
lipopolisakarida. Spesifisitas serologiknya bergantung pada polisakarida itu. 5
Shigela sp masuk ke dalam tubuh manusia bisa melalui berbagai cara,
diantaranya adalah :22
Daya Invasi
Bakteri menembus masuk ke dalam lapisan sel epitel permukaan mukosa usus
di dareah ileum terminal kolon. Pada lapisan epitel tersebut kuman Shigela sp
memperbanyak diri, sebagai reaksi tubuh terjadilah peradangan diikuti dengan
kematian sel dan mengelupasnya lapisan tersebut sehingga terjadilah nyeri di daerah
perut. Bakteri Shigela sp tidak invasif.22
Enterotoksin
Enterotoksin yang dihasilkan Shigela sp adalah termolabil dan
menyebabkan penggumpalan cairan di ileum. Aktivitas enterotoksin terutama pada
16
usus halus yang berbeda bila dibandingkan dengan disentri basiler klasik, dimana
yang terkena adalah usus besar. Beberapa penelitian menunjukkan peranan
enterotoksin pada disentri basiler belum jelas. Beberapa mutan S. dysenteriae tipe
1 yang nontoksigenik tetapi mempunyai daya invasi dapat menimbulkan penyakit.
Kemungkinan enterotoksinlah yang berperan atas terjadinya watery diarrhea pada
tahap dini dan kemudian timbullah gejala disentri basiler setelah organisme
meninggalkan usus halus dan masuk ke dalam usus besar.22
Eksotoksin
S. dysenteriae tipe 1 memproduksi eksotoksin tidak tahan panas yang dapat
mempengaruhi saluran pencernaan dan susunan saraf pusat. Eksotoksin merupakan
protein yang bersifat antigenic (merangsang produksi antitoksin) dan mematikan
hewan percobaan. Sebagai eksotoksin, zat ini dapat meninbulkan diare, sebagaimana
halnya eksootoksin E. coli yang tidak tahan panas, kemungkinan dengan mekanisme
yang serupa. Pada manusia, eksotoksin ini juga menghambat abrobsi gula dan asam
amino pada usus kecil. Sebagai neurotoksin, zat ini ikut berperan dalam
menyebabkan keparahan penyakit.22
2.1.6 Antibiotik
maupun mekanik. Karena itu, setiap zat yang mampu merusak dinding sel
atau mencegah sintesisnya, akan menyebabkan terbentuknya sel-sel yang peka
terhadap tekanan osmotik. Diantara antibiotik yang mempengaruhi dinding sel
adalah penisilin, amoksisilin, fosfomisin, sikloserin, ristosetin, vankomisin
dan basitrasin.30
Antibiotika yang mengganggu atau merusak membran sel30
Membran sel merupakan pembatas osmotik bagi bebasnya difusi antara
lingkungan luar dan dalam sel. Ia mempengaruhi konsentrasi metabolit dan
bahan gizi didalam sel dan merupakan tempat berlangsungnya pernafasan dan
aktifitas biosintetik tertentu. Beberapa antibiotik mampu merusak atau
memperlemah satu atau lebih dari fungsi ini. contohnya polimiksin dan
poliene.30
Antibiotika yang mengganggu fungsi DNA30
Sejumlah obat-obat antimikroba berfungsi terutama mengganggu atau
merusak struktur dan fungsi DNA, akan tetapi karena toksik, maka hanya
beberapa saja yang dapat dipakai di klinik. Struktur molekul DNA erat
kaitannya dengan dua peran utama yaitu duplikasi dan transkripsi. Oleh
karenanya, struktur zat yang mampu mengganggu struktur double helix DNA
tersebut akan mampu pula mempengaruhi seluruh fase pertumbuhan dan
metabolisme kuman. Contohnya mitosin dan asam nalidiksat.30
Antibiotika yang menghambat sintesis protein30
Sintesis protein merupakan hasil akhir dari dua proses utama yaitu:
a. Transkripsi atau sintesis asam ribonukleat yang DNA-dependentdan
b. Translasi atau sintesis protein yang RNA-dependent
Antibiotika yang mampu menghambat salah satu proses ini, akan
menghambat sintesis protein. Tergolong dalam antibiotika ini adalah
aktinomisin, rifampisin, streptomisin, tetrasiklin, eritromisin dan
klindamisin.30
18
Antagonisme metabolik30
Enzim-enzim sering dihambat oleh senyawa-senyawa yang mempunyai
struktur mirip dengan substrat asalnya. Penghambat-penghambat seperti ini
menyatu (bergabung) dengan enzim sedemikian rupa sehingga mencegah
kombinasi substrat enzim dan reaksi-reaksi katalitik. Contohnya sulfonamida
dan isoniazid.30
Biakan Bakteri
S. dysentriae
Pertumbuhan
bakteri normal
(Garcinia Mangostana L)
Pertumbuhan
bakteri terhambat
Biakan
Bakteri E. coli
Zona hambat (+)
19
BAB III
RANCANGAN PENELITIAN
Penetapan potensi
BAB IV
Sampel kulit buah manggis diperoleh dari penjual buah di daerah Bogor.
Kemungkinan sampel buah mangis yang digunakan adalah sampel yang sering
digunakan oleh masyarakat. Dilakukan uji determinasi di Pusat Penelitian Biologi
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bogor dan didapatkan bahwa tanaman
yang diuji merupakan species Garcinia Mangostana L. Kulit buah manggis segar
yang telah dipisahkan dengan buahnya kemudian dicuci dan dikeringkan (dibiarkan
di udara terbuka) terlebih dahulu sebelum kemudian di ekstrak melalui proses
maserasi menggunakan pelarut etanol 96% di BALITRO Bogor. Dari 1 kilogram
kulit buah manggis didapatkan ekstrak kental sebanyak 149,3 gram. Ekstrak disimpan
di lemari es laboratorium mikrobiologi dalam keadaan tertutup rapat dan tidak
terkena cahaya matahari langsung.
Metode maserasi ini digunakan karena merupakan metode yang cukup mudah
dilakukan dengan alat dan cara yang sederhana, proses pencarian senyawa kimia
26
dilakukan dengan cara merendam simplisia atau tumbuhan pada suhu kamar dengan
menggunakan pelarut yang sesuai sehingga bahan menjadi lunak dan larut.24
Sedangkan pelarut etanol 96% dipilih karena merupakan pelarut organic dan bersifat
polar, serta berdasarkan penelitian Santhi (2008) membuktikan hasil ekstrak
menggunakan etanol memiliki efek antimikrobial terhadap bakteri S. dysentriae dan
E. coli lebih tinggi dibandingkan hasil ekstrak menggunakan pelarut aquades,
metanol dan eter. Hal ini dikarenakan zat yang terkandung dalam kulit buah manggis
yaitu xanthone dan tanin larut dalam etanol.25
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode difusi agar
dengan cakram kertas. Setelah bakteri S. dysentriae dan E. coli diinokulasi pada
Mueller-Hinton agar, setiap satu agar ditanami enam cakram kertas yang terdiri dari
empat buah cakram yang telah direndam dalam berbagai konsentrasi ekstrak kulit
buah manggis berbeda yaitu konsentrasi 1 gr/ml; 0,75 gr/ml; 0,5 gr/ml; 0,25 gr/ml;
kontrol negatif yang hanya terdiri dari pelarut etanol 96%; dan cakram uji amoksisilin
sebagai kontrol positif kemudian diinkubasi pada suhu 37C selama 24 jam.
Amoksisilin digunakan pada penelitian ini dikarenakan sifatnya yang sama dengan
kandungan senyawa yang terdapat dalam kulit buah manggis yaitu mempengaruhi
dinding sel bakteri yang menyebakan bakteri ini lisis.30 Percobaan dilakukan secara
triplo. Setelah diinkubasi pada suhu 37C selama 24 jam, terbentuklah zona terang di
sekeliling cakram kertas yang merupakan petunjuk adanya respon penghambatan
pertumbuhan bakteri oleh suatu senyawa antibakteri dalam ekstrak.
Sampel kulit buah manggis diperoleh dari penjual buah di daerah Bogor.
Kemungkinan sampel buah mangis yang digunakan adalah sampel yang sering
digunakan oleh masyarakat. Sampel tersebut akan diuji efeknya terhadap
pertumbuhan bakteri S. dysentriae dan E. coli.
Pada hasil pengamatan pertumbuhan bakteri S. dysentriae yang diuji
menggunakan metode difusi agar dengan bahan ekstrak kulit buah manggis
didapatkan hambatan pertumbuhan pada gambar 4.2
27
45
40
35
zona hambat (mm)
30
25
20
15 zona hambat
10
5
0
1 gr/ml 0.75 gr/ml 0.5 gr/ml 0.25 gr/ml kontrol + kontrol -
konsentrasi esktrak kulit buah manggis
0,5 gr/ml
0,75 gr/ml
0,25 gr/ml
1 gr/ml
(-)
amoksisilin
paling besar diameter zona hambatnya dibandingkan yang lain dengan diameter rata-
rata 40,2 mm dengan standar deviasi 0,01.
Dari penelitian ini karena data yang didapatkan tidak memnuhi syarat untuk
melakukan uji One-way ANOVA, maka digunakan uji Kruskall-Wallis dan didapat
bahwa paling tidak terdapat perbedaan zona hambat pada setiap konsentrasi ekstrak
pada pertumbuhan bakteri S. dysentriae.
Kemudian setelah diketahui bahwa terdapat perbedaan bermakna antar
konsentrasi maka perlu dilakukan analisis Post Hoc melalui uji Mann-Whitney. Dan
hasilnya adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1 Hasil Analisis Multikomparasi dengan Menggunakan Uji Mann Whitney
pada Bakteri S. dysentriae
Perlakuan 1 2 3 4 5 6
Rerata
X, 1 X, 2 X, 3 X, 4 X, 5 X, 6
1 X, 1 - - - - - -
2 X, 2 1 mm* - - - - -
3 X, 3 3 mm* 2 mm* - - - -
4 X, 4 5 mm* 4 mm* 2 mm* - - -
5 X, 5 32 mm* 33 mm* 35 mm* 37 mm* - -
6 X, 6 11 mm* 10 mm* 8 mm* 6 mm* 43 mm* -
Keterangan : * p<0,05 ^ p<0,01
Dari hasil statistik analisis Post Hoc melalui uji Mann-Whitney didapatkan
terdapat perbedaan yang bermakna antar konsentrasinya dengan Indeks Kepercayaan
(IK) 95%. Akan tetapi terdapat beberapa konsentrasi yang tidak mengalami
perbedaan bermakna yaitu antar konsentrasi 1 gr/ml dan 0,75 gr/ml, konsentrasi 0,75
gr/ml dan 0,5 gr/ml, konsentrasi 0,5 gr/ml dan 0,25 gr/ml, serta konsentrasi 0,5 gr/ml
dan kontrol positif. Dapat dikatakan bahwa kulit buah manggis ini efektif untuk
menghambat pertumbuhan bakteri S. dysentriae.
Efek hambat ekstrak kulit buah manggis terhadap pertumbuhan bakteri
S.dysentriae sangat efektif pada beberapa konsentrasi yang memiliki perbedaan zona
hambat.
Menurut penelitian Gopalakrishnan (2009) kulit buah manggis (Garcinia
mangostana) mempunyai beberapa manfaat seperti antinflamasi, antitumor,
29
Sampel kulit buah manggis diperoleh dari penjual buah di daerah Bogor.
Kemungkinan sampel buah mangis yang digunakan adalah sampel yang sering
digunakan oleh masyarakat. Sampel tersebut akan diuji efeknya terhadap
pertumbuhan bakteri S. dysentriae dan E. coli.
Pada hasil pengamatan pertumbuhan bakteri E. coli yang diuji menggunakan
metode difusi agar dengan bahan ekstrak kulit buah manggis didapatkan hambatan
pertumbuhan pada gambar 4.4.
31
30
25
zona hambat (mm)
20
15
10 zona hambat
5
0
1 gr/ml 0.75 gr/ml 0.5 gr/ml 0.25 gr/ml kontrol + kontrol -
konsentrasi esktrak kulit buah manggis
Dengan standar deviasi ekstrak kulit buah manggis terhadap bakteri E.coli
didapatkan pada konsentrasi 1 gr/ml = 0, konsentrasi 0,75 gr/ml = 0, konsentrasi 0,5
gr/ml = 0, konsentrasi 0,25 gr/ml = 0, kontrol positif (amoksisilin) = 0,09, dan kontrol
negatif (etanol 96%) = 0
amoksisilin
(-)
Ekstrak murni
Pada hasil pengamatan pertumbuhan bakteri E. coli yang diuji dengan kontrol
positif amoksisilin didapatkan hambatan pertumbuhan bakteri E. coli didapatkan
rata-rata diameter zona hambat 25,54 mm dengan standar deviasi 0,09.
Dari penelitian ini karena data yang didapatkan tidak memenuhi syarat untuk
melakukan uji One-way ANOVA, maka digunakan uji Kruskall-Wallis dan didapat
bahwa paling tidak terdapat perbedaan bermakna antar zona hambat pada setiap
konsentrasi ekstrak dalam mengahmbat pertumbuhan bakteri E.coli.
Kemudian setelah diketahui bahwa terdapat perbedaan bermakna antar
konsentrasi maka perlu dilakukan analisis Post Hoc melalui uji Mann-Whitney. Dan
hasilnya adalah sebagai berikut :
Tabel 4.2 Hasil Analisis Multikomparasi dengan Menggunakan Uji Mann Whitney
pada Bakteri E. coli
Perlakuan 1 2 3 4 5 6
Rerata
X, 1 X, 2 X, 3 X, 4 X, 5 X, 6
1 X, 1 - - - - - -
2 X, 2 0 mm - - - - -
3 X, 3 0 mm 0 mm - - - -
4 X, 4 0 mm 0 mm 0 mm - - -
5 X, 5 26 mm* 26 mm* 26 mm* 26 mm* - -
6 X, 6 0 mm 0 mm 0 mm 0 mm 26 mm* -
Keterangan : * p<0,05 ^ p<0,01
Dari hasil statistic analisis Post Hoc melalui uji Mann-Whitney didapatkan
terdapat perbedaan yang bermakna antar kontrol positif yaitu amoksisilin dengan IK
95%. Akan tetapi pada ekstrak kulit buah manggis di seluruh konsentrasi tidak
didapatkan kebermaknaan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa efek hambat
ekstrak kulit buah manggis terhadap pertumbuhan bakteri E.coli tidak efektif karena
pada semua konsentrasi tidak terdapat zona hambat kecuali pada kontrol positif
memiliki zona hambat yang besar.
Dalam ilmu mikrobiologi klasifikasi bakteri terdapat dua golongan yaitu
bakteri Gram negatif dan bakteri Gram positif. Menurut penelitian Nikaido dan Vaara
(2010) kulit buah manggis tidak menghambat bakteri E.coli karena struktur dan sifat
dari bakteri itu sendiri. E.coli termasuk ke dalam golongan bakteri Gram negatif, sifat
33
dari bakteri ini yang membedakan dengan bakteri lainnya adalah susunan dinding
selnya. Dinding sel bakteri pada bakteri Gram negatif dinding selnya berlapis tiga
yang terdiri dari lipoprotein, membran luar fosfolipid dan lipopolisakarida, dan
kandungan lipid pada dinding sel berkisar antara 11-22%. Pada membran luar
fosoflipid terkandung molekul protein yang disebut porin, porin ini sifatnya
hidrofilik. Kemungkinan porin yang terkandung dalam membran terluar ini yang
menyebabkan molekul-molekul komponen ekstrak sulit untuk masuk ke dalam sel
bakteri, hal ini disebabkan karena perbedaan ekstrak kulit buah manggis dan porin,
porin bersifat hidrofilik sedangkan ekstrak kulit buah manggis hidrofobik. Selain itu,
susunan dinding sel bakteri S. dysentriae tidak diselubungi oleh kapsul dan bakteri ini
tidak mengeluarkan gas yang patogen, sedangkan pada bakteri E. coli susunan
dinding sel bakteri diselubungi oleh kapsul yang tebal dan bakteri ini mengeluarkan
gas patoge serta menghasilkan asam dari sintesis tubuhnya. Oleh karena itulah tidak
didapatkan hambatan pertumbuhan pada bakteri E. coli.12
Selain itu, tidak terdapatnya zona hambat kemungkinan karena bakteri yang
digunakan adalah salah satu bakteri yang patogen. Terdapat beberapa jenis E. coli
yaitu, E. coli Enteropatogenik (EPEC), E. coli Enterotoksigenik (ETEC), E. coli
Enterohemorhagik (EHEC), E. coli Enteroinvasif (EIEC), Enteroagregatif E. coli
(EAEC).12 Jenis E. coli yang paling patogen adalah jenis E. coli Enterotoksigenik
(ETEC), kemungkinan yang digunakan saat penelitian ini adalah yang paling patogen
sehingga sangat sulit untuk menghambat pertumbuhannya. Bakteri ini dikatakan
patogen karena pada saat diuji dengan berbagai konsentrasi esktrak kulit buah
manggis tidak didapatkan hambatan pertumbuhan, begitu pula ketika diuji dengan
bahan ektrak lainnya tidak didapatkan hambatan pertumbuhan pula.
4.4. Perbedaan Zona Hambat Ekstrak Kulit Manggis terhadap S. dysentriae dan
E. coli
Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil zona hambat kulit buah
manggis dengan bakteri S. dysentriae dan bakteri E. coli. Pada zona hambat kulit
buah manggis dengan S. dysentriae terdapat zona hambat, dengan konsentrasi yang
34
semakin besar zona hambatnya pun semakin besar pula. Sedangkan pada bakteri
E.coli tidak terdapat zona hambat di semua konsentrasi.
14
12
10
zona hambat
8
S. dysentriae
6
E. coli
4
2
0
1 gr/ml 0,75 gr/ml 0,5 gr/ml 0,25 gr/ml
Dari sub bab ini karena membandingkan hasil zona hambat antara dua bakteri
yaitu S.dysentriae dan E. coli maka menggunakan uji t tidak berpasangan dan didapat
bahwa terdapat perbedaan yang bermakana rerata efek kulit buah manggis terhadap
zona hambat antara bakteri S.dysentriae dan E. coli, dimana kulit buah manggis
efektif untuk menghambat pertumbuhan bakteri S.dysentriae dibandingkan bakteri
E.coli.
Dari hasil uji t tidak berpasangan didapatkan nilai significancy 0,000 dengan
perbedaan rerata sebesar 8,75000 dan nilai IK 95% antara7,62886 sampai 9,87114,
sedangkan untuk nilai IK 99% antara 7,16796 sampai 10,33204.
Kulit buah dan daun manggis memiliki senyawa xanthone, salah satunya
alpha-magostin yang tergolong kedalam senyawa polyphenol, dimana senyawa
polyphenol dapat menghambat kerja enzim bakteri dengan mengoksidasi senyawa,
karena bereaksi dengan kelompok sulfhydryl atau interaksi nonspesifik dengan
protein. Kulit buah manggis juga memiliki senyawa triterpen yang tergolong senyawa
terpenoid. Senyawa terpenoid aktif melawan bakteri dengan cara merusak membran sel
35
BAB V
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
1. Perlu dibuat ekstrak kulit buah manggis dengan metode ekstraksi (spesifik
untuk zat aktif) untuk mendapatkan kualitas ekstrak kulit buah manggis yang
lebih baik.
37
DAFTAR PUSTAKA
4. Rani HAA. Masalah Dalam Penatalaksanaan Diare Akut pada Orang Dewasa.
Dalam: Setiati S, Alwi I, Kasjmir YI, dkk, Editor. Current Diagnosis and
Treatment in Internal Medicine 2002. Jakarta: Pusat Informasi Penerbitan
Bagian Penyakit Dalam FK UI, 2002.
12. Masniari Poeloengan, Praptiwi. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Buah
Manggis (Garcinia mangostana Linn). Media Litbang Kesehatan Volume
XX Nomor 2. 2010.
16. Tambunan, R.M. Telaah Kadungan Kimia dan Aktivitas Antimikroba Kulit
Buah Manggis. Bandung: Institut Teknologi Bandung. 2000.
19. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan RI.
Parameter standar umum ekstrak tumbuhan obat. Cetakan pertama. Jakarta:
Departemen Kesehatan. 2000.
22. Ray CG, Ryan KJ. Sherris Medical Microbiology. 4th Edition United Stated
of America: Mc Graw Hill; 2004.
25. Sintha Soraya , Santi. Pengaruh Konsentrasi Alkohol dan Waktu Ekstraksi
Terhadap Ekstraksi Tannin dan Natrium Bisulfit dari Kulit Buah Manggis.
Surabaya : Unair Press. 2008.
27. Chung, K.-T., Wong, T. Y., Wei, C.-I., Huang, Y.-W. & Lin, Y. Tannins and
human health: a review. Critical Reviews in Food Science and Nutrition.
1998.
28. Pelczar, M.J dan Chan, E.C.S. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jilid 1 & 2.
Penerjemah Ratna, S.H, Teja, I.S., Sutarmi ,T., dan Sri L.A. UI-Press, Jakarta.
1998.
29. Staf pengajar FKUI. Mikrobiologi kedokteran. Edisi revisi. Jakarta : Binarupa
aksara.1993.
30. Ganiswara, G, Suliatia, dkk. Farmakologi Dan Terapi Edisi ke-4. Fakultas
Kedokteran UI., Jakarta.1995. 27
40
LAMPIRAN
(lanjutan)
43
Lampiran 3 : Analisis SPSS Gambar 4.1. Daya Hambat Ekstrak Kulit Buah Manggis
terhadap Pertumbuhan S. dysentriae
44
(lanjutan)
karena data tidak normal maka dilakukan transformasi, dan hasilnya adalah sebagai
berikut :
45
(lanjutan)
46
(lanjutan)
47
(lanjutan)
48
(lanjutan)
49
(lanjutan)
50
(lanjutan)
51
Lampiran 4 : Analisis SPSS Gambar 4.2. Daya Hambat Ekstrak Kulit Buah Manggis
terhadap Pertumbuhan E. coli
(lanjutan)
Pada uji Mann-Whitney untuk seluruh konsentrasi kulit buah manggis didapatkan
hasil sebagai berikut.
53
(lanjutan)
Sedangkan pada kontrol positif terhadap bakteri E. coli didapatkan hasil sebagai
berikut.
54
(lanjutan)
55
Lampiran 5 : Analisis SPSS Gambar 4.5 Daya Hambat Ekstrak Kulit Buah Manggis
terhadap Pertumbuhan S. dysentriae dan E. coli
56
(lanjutan)
57
Proses inkubator
58
Riwayat Penulis
Identitas :
Agama : Islam
E-mail : dahniaranindya@ymail.com
Riwayat Pendidikan :