Sumatera Selatan adalah salah satu provinsi yang mempunyai potensi migas yang cukup
besar di negeri ini. Provinsi ini memiliki potensi pertambangan yang cukup besar, antara lain
cadangan minyak bumi sebanyak 5,03 miliar barrel (10% cl) atau 5.032.992 matrick stack tank
barrel. Cadangan minyak bumi diproduksi dengan pertumbuhan 10% per tahun dan dapat
bertahan 60 tahun, Sedangkan cadangan batu bara diperkirakan sebesar 16.953.615.000 ton atau
60% cadangan nasional. Luas areal usaha pertambangan umum mencapai 1.030.128,75 ha,
dengan pertambangan minyak dan gas 2.243,120,15 ha.
Otonomi daerah telah membuka peluang bagi pemerintah daerah untuk mengembangkan
kebijakan lokal secara bijaksana. Namun implementasi kebijakan tersebut belum maksimal
diterapkan karena keberadaan daerah-daerah otonom baru tidak diiringi dengan kapasitas
sumber daya manusia dan finansial yang memadai. Dengan demikian banyak terjadi
keterlambatan dalam pembangunan terutama pembangunan infrastruktur.
Oleh karena itu pemerintah daerah perlu mencari solusi atas persoalan tersebut dengan
melibatkan berbagai stakeholder terkait dalam pelaksanaan pembangunan, misalnya pihak
swasta, masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, dan Non Governmental Organisation (NGO),
serta dan lain-lain. Keterlibatan berbagai pihak ini memiliki peran penting untuk membantu
pemerintah mengingat tidak semua aktivitas pembangunan mampu dikerjakan oleh pemerintah
sendiri terutama dalam hal ketersediaan skill SDM dan finansial sehingga perlu keterlibatan
pihak swasta. Bentuk kerjasama yang melibatkan pihak swasta ini dikenal dengan public private
partnership (PPP).
Menurut William J. Parente dari USAID Environmental Services Program, PPP adalah an
agreement or contract, between a public entity and a private party, under which : (a) private
party undertakes government function for specified period of time, (b) the private party receives
compensation for performing the function, directly or indirectly, (c) the private party is liable for
the risks arising from performing the function and, (d) the public facilities, land or other
resources may be transferred or made available to the private party.
PPP ini merupakan hubungan kerjasama pemerintah dengan publik dalam pelaksanaan
pembangunan melalui investasi dengan melibatkan pemerintah, pihak swasta, masyarakat, dan
NGO. Masing-masing pihak memiliki peran dan fungsi dalam pelaksanaan pembangunan. Peran
dan fungsi permerintah sebagai suatu institusi resmi dituntut untuk lebih transparan, akuntabel,
responsif, efektif dan efisien dalam penciptaan good governance. Tentunya dalam hal ini tidak
terlepas dari fungsi pengawasan pemerintah terhadap sektor swasta yang terlibat dalam
pelaksanaan pembangunan.
Lebih lanjut ada tiga hal yang mendorong pemerintah untuk melakukan kerjasama pemerintah
dan swasta (PPP) karena masalah keterbatasan dana, efisiensi dan efektivitas pemerintahan, dan
pertanggungjawaban pemerintah kepada masyarakat. Sebagai suatu daerah yang baru
berkembang tentunya pemerintah daerah tidak dapat mengandalkan sumber daya yang ada
(keuangan dan SDM). Disini pemerintah daerah butuh menarik pihak swasta untuk melakukan
investasi tidak hanya dalam bentuk dana tetapi juga peningkatan skill SDMnya untuk
membangun dan memelihara infrastruktur yang belum dan sudah tersedia dalam rangka
menyejahterakan masyarakat.
Namun dalam pelaksanaan pembangunan yang melibatkan PPP ini dapat memberikan dampak
positif dan negatif. Dampak positif dari PPP yakni adanya pembagian risiko antara pihak
pemerintah dan swasta, penghematan biaya, perbaikan tingkat pelayanan, dan multiplier
effect (manfaat ekonomi yang lebih luas misalnya penciptaan lapangan kerja, pengurangan
tingkat kriminalitas, peningkatan pendapatan). Sementara dampak negatif dari PPP apabila tidak
tepat sasaran justru terjadi penambahan biaya, adanya situasi politik nasional yang tidak stabil
turut mempengaruhi proses PPP misalnya tertundanya pelaksanaan proyek kegiatan, pelayanan
yang kurang prima, terjadi bias dalam proses seleksi proyek kegiatan misalnya penentuan
pemenang tender, hilangnya kontrol pemerintah dalam proses pelaksanaan kegiatan, dan
sebagainya. Diantara kerja sama antara pemerintah pulau Rimau, Kab.Banyuasin dengan
PT.Medco E & P Rimau Asset terkait pengelolaan eksplorasi Migas bentuk kemitraan yang
digunakan adalah Wrap Around Addition.
Peran migas dalam pembangunan ekonomi di Sumatera Selatan cukup besar hingga
mencapai sekitar 20 persen setiap tahunnya. Hal ini dapat dilihat dari distribusi persentase sektor
migas terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang telah dihitung oleh Badan Pusat
Statistik. Data peranan sub sektor dalam penghitungan PDRB di Provinsi Sumatera Selatan tahun
2013 untuk sub sektor minyak dan gas bumi dan pengilangan minyak bumi masing-masing
sebesar 14,97 dan 7,15 persen.
Tidak semua kabupaten/kota di Sumatera Selatan memiliki potensi migas, sehingga hal ini dapat
menyebabkan adanya ketimpangan distribusi pendapatan antar wilayah kabupaten/kota di
Sumatera Selatan. Ketimpangan pembangunan antar wilayah merupakan aspek yang umum
terjadi dalam kegiatan ekonomi suatu daerah dan ini disebabkan adanya perbedaan kandungan
sumberdaya alam dan perbedaan kondisi geografi yang terdapat pada masing masing wilayah.
Akibat dari perbedaan ini, kemampuan suatu daerah dalam mendorong proses pembangunan juga
menjadi berbeda sehingga tidaklah mengherankan bilamana pada setiap daerah biasanya terdapat
wilayah maju (Development Region) dan wilayah terbelakang (Underdevelopment Region).
Ketimpangan antar wilayah ini membawa implikasi terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat
antar wilayah dan ketimpangan antar wilayah ini harus mendasari kebijakan pemerintah daerah
dalam menetapkan prioritas pembangunan.
1. Kontribusi Sektor Migas terhadap Penerimaan Daerah Rimau Kabupaten Musi Banyuasin
Potensi sektor migas yang ada di Rimau yang besar, berpengaruh besar terhadap
daerah Rimau. Pengaruh besar yang terlihat jelas adalah terhadap pendapatan
daerah Kabupaten Rimau. Pengaruh sektor migas tersebut memang tidak secara
langsung berpengaruh terhadap pendapatan daerah Rimau. Pengaruh tersebut
dapat dirasakan daerah melalui Dana Bagi Hasil (DBH) yang di terima pemerintah
daerah. Sesuai dengan kewenangan pemerintah pusat bahwa penentuan DBH
sektor migas yang diterima oleh Kaji Rimau ditentukan oleh pemerintah pusat.
Penentuan tersebut disesuaikan dengan hasil produksi sektor migas di setiap
tahunnya. Pembagian DBH tersebut juga telah di atur dengan berbagai ketentuan
mulai dari penerima yang berhak atas DBH tersebut hingga jumlah nominal yang
akan diterima.
Salah satu tugas pokok dan fungsi dari pemerintah daerah yang harus diatur secara
hati-hati adalah masalah pengelolaan keuangan daerah. Sebagaimana diketahui,
anggaran daerah atau yang lebih lazim disebut dengan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah
yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD yang
selanjutnya ditetapkan dengan peraturan dearah, oleh karenanya annggaran daerah
menduduki posisi sentral dalam upaya meningkatkan kapabilitas, efektivitas dan
pembangunan pemerintah daerah. Kondisi DBH yang berasal dari sektor migas di
setiap tahunnya terus mengalami peningkatan terhitung dari tahun 2008.
Meningkatnya DBH tersebut juga berpengaruh terhadap kondisi dana
perimbangan daerah yang juga mengalami peningkatan sesuai dengan
peningkatan DBH. Peningkatan dana perimbangan tersebutlah yang berpengaruh
besar terhadap meningkatnya kondisi APBD Rimau Banyuasin.
Kontribusi sektor migas terhadap daerah sangatah besar baik yang melalui
pemerintah daerah dengan kebijakan dan perencanaan daerah tersebut maupun
langsung dari perusahaan terkait yang bergerak dibidang migas. Melalui program
CSR perusahaan juga turu berkontribusi dalam pembangunan daerah. Proses
pelaksanaan CSR sendiri langsung dilakukan dan menjadi tanggungjawab penuh
perusahaan terkait. Bentuk kegiatannya pun juga jelas mulai dari, perbaikan janal,
jembatan, trotoar, peningkatan pendidikan, kesehatan dan sosial. Semua kegiatan
tersebut adalah salah satu tanggung jawab perusahaan atas keberadaannya di
lingkungan masyarakat sekitar. Program CSR tersebut terbukti telah berkontribusi
cukup besar terhadap perkembangan dan pertumbuhan pembangunan di area
industri migas.