Jamaah menurut bahasa diartikan dengan sejumlah besar manusia atau sekelompok
manusia yang berhimpun untuk mencapai tujuan yang sama. Sementara jamaah menurut syariat ,
berdasarkan beberapa hadits Rasulullah SAW :
a. Jamaah ialah para penganut Islam apabila bersepakat atas suatu perkara; dan para pengikut agama
lain diwajibkan mengikuti mereka.
b. Jamaah ialah masyarakat umum dari penganut Islam.
c. Jamaah ialah kelompok utama mujtahidin.
d. Jamaah ialah Jamaatul Muslimin apabila menyepakati seorang amir.
e. Jamaah ialah para sahabat ra. secara khusus.
Jamaah adalah jamaatul muslimin. Sehingga Jamaatul Muslimin adalah masyarakat umum dari
penganut Islam yang apabila bersepakat atas suatu perkara, dan menyepakati untuk memilih
seorang amir.
Jamaatul muslimin mempunyai kedudukan yang mulia dan luhur, dan merupakan ikatan
yang kokoh yang apabila dia hancur, maka akan hancur pula ikatan-ikatan Islam lainnya, pasif
hukum-hukumnya, hilang syari syariannya. Jamaah ini adalah jamaah yang diperintahkan oleh Al
Qur;an dan as Sunnah untuk dijaga, dipelihara kesatuannya, dilindungi keutuhannya dan dicegah
dari setiap ancaman dan rongrongan akan merusaknya. (QS: 3: 103, 105, QS 30:31-32)
Sesuai dengan pengertian syari, untuk saat sekarang ini Jamaatul Muslimin boleh
dikatakan tidak ada lagi. Karena yang ada pada saat ini hanyalah jamaah bagi sebagian kaum
muslimin (Jamaatu min Jamaatil Muslimin), dan Negara bagi sebagian kaum muslimin bukan
jamaah seluruh kaum muslimin dan bukan Negara seluruh kaum muslimin. Tidak adanya jamaatul
muslimin saat ini menjadikan kondisi umat memprihatinkan, hukum-hukum Islam tidak ditegakkan
dan sistem-sistem diimpor dari Timur dan Barat. Karena itulah pentingnya saat ini umat Islam
secara keseluruhan untuk mewujudkan jamaah ini di dalam umat yang menyepakati seorang amir
bagi mereka sehingga ia menjadi pemerintah dan khilafah Islam yang harus memperoleh loyalitas
dan pembelaan di semua lapisan.
Tidak ada khalifah tanpa jamaah dan tidak ada jamaah tanpa pemerintahan. Tidak ada
pemerintahan tanpa kepemimpinan dan tidak ada kepemimpinan tanpa ketaatan. Karena itu
penegakan pemerintahan merupakan dharurah dan faridhah untuk meningkatkan kualitas
intelektual dan pembinaan generasi Muda Muslim. Mewujudkannya merupakan fardhu ain bagi
umat Islam seluruhnya dan merupakan tuntutan zaman sehingga negara itu tegak.
BAGIAN PERTAMA
STRUKTUR ORGANISASI JAMAATUL MUSLIMIN
1. UMAT ISLAM
A. Menurut Bahasa
Umat menurut bahasa adalah kaum, jamaah dan golongan manusia.
Raghib Al-Ashfahany mengatakan : umat adalah setiap jamaah yang disatukan oleh satu hal, satu
zaman, satu agama atau satu tempat, baik faktor pemersatu itu dipaksakan maupun berdasarkan
suatu pilihan.
B. Secara Geografis
Titik tolak pembebasan umat Islam dimulai dari kawasan Darul Adl yaitu Darul Islam. Darul Islam
itu sendiri mungkin menjadi Darul Baghyi yang dikuasai para pemberontak, atau mungkin menjadi
Darur Riddah yang dikuasai oleh orang-orang murtad, atau mungkin menjadi Darul Bidah yang
dikuasai oleh orang-orang ahli bidah.
Negeri-negeri yang disebut Darul Islam ini berhadapan dengan Darul Harb yang dikuasai oleh non-
muslim (kafir) maupun sekuler. Negara yang disebut sebagai Negara Islam yang sebenarnya ialah
Negara yang dikuasai oleh kekuasaan Negara keadilan (Al Adl), yaitu Negara yang menegakkan
Islam dan melindungi hukum-hukumnya serta dipimpin oleh seorang khalifah pemegang imamah
uzhma.
Batas-batas tanah air Islam ini meluas sesuai meluasnya kekuasaan Darul Adl dan menjangkau
Darul Harb melalui jihad dan fath (penaklukkan). Karena sesunggunya seluruh wilayah bumi ini
pada asalnya adalah milik kaum muslimin dan karenanya setiap pendudukan oleh ahlul bathil
terhadap sebagian bumi ini merupakan perampasan secara tidak sah akan umat Islam.
C. Akar Sejarah Umat Islam
Akar sejarah umat Islam adalah manusia pertama di atas bumi yakni nabi Adam a.s
D. Periode Umat Islam
Dibagi menjadi 2 periodisasi
Pertama, periode sebelum diutusnya Nabi Muhammad SAW. Pada periode ini kenabian dan
kerasulan diutus pada kaum tertentu, dengan diutusnya Nabi dan Rasul pada kaum tertentu atau
Negara tertentu.
Kedua,Dimulai dengan bitsah Nabi Muhammad, pada tahun ini dimulai dawah beralih dari rangka
ke rangka ke kauman yang terbatas , menjadi kerangka kekauman yang bersifat umum.
E. Pembagian Umat
Umat dibagi menjadi dua:
Pertama,umat yang menyambut dan menerima dawah Rasulullah yang masuk Islam secara Kaffah.
Golongan ini disebut umat Muhammad SAW yang menerima dawah.
Kedua, golongan yang tidak mau menyambut dan menerima dawah Muhammad SAW dan tidak
masuk ke dalam Islam secara kaffah. Inilah golongan yang harus didawahi, karena sejatinya ia
wajib menerima dawah, sehingga umat islam harus memasukkannya ke dalam dien Allah.
F. Karakteristik Umat Islam
1. Ciri Khas Pertama : Aqidah yang bersih dari segala bentuk kemusyrikan dan pengakuan terhadap
keesaan Allah dalam Uluhiyah dan Rububiyah, dan nama-nama serta sifat-sifat-Nya.
2. Ciri Khas Kedua : Aqidah yang bersifat komprehensif dan menyeluruh
3. Ciri Khas Ketiga : Manhaj umat Islam bersifat Rabbani secara murni karena ia diturunkan dan
dipelihara oleh Allah.
4. Ciri Khas Keempat : Kesempurnaan manhajnya, bebas dari hawa nafsu dan kelemahan manusia
dan yang menjadikan umat islam lurus dan kokoh dalammencapai tujuannya
5. Ciri Khas Kelima : Prinsip pertengahan dan keadilan dalam setiap persoalan.
Sayyid Quthb menyebutkan hal-hal yang membuat Islam menjadi umat pertengahan adalah :
a. Pertengahan dalam masalah pandangan dan keyakinan,
b. Pertengahan dalam pengorganisasian dan konsolidasi,
c. Pertengahan dalam segi pikiran dan perasaan,
d. Pertengahan dalam berbagai hubungan dan keterikatan,
e. Pertengahan dalam zaman, dan
f. Pertengahan dalam letak kawasan.
G. Unsur Kesatuan Umat Islam
1. Kesatuan Aqidah Kalimat Tauhid Laa ilaha illa Allah Muhammad Rasulullah
2. Kesatuan Ibadah Rukun Islam
3. Kesatuan Adat dan Perilaku bersumber dari Rasulullah SAW
4. Kesatuan Sejarah sejarah Islam yang gemilang
5. Kesatuan Bahasa bahasa Arab yang menjadi bahasanya Al Quran
6. Kesatuan Jalan jalan para Nabi dan Rasul
7. Kesatuan Dustur (UU) Al Quran dan As Sunnah
8. Kesatuan Pimpinan Rasulullah SAW dan Khalifah
2. SYURA (MUSYAWARAH)
A. Syura menurut Bahasa dan Kedudukannya di Dalam Kehidupan Manusia
Syura ialah mengeluarkan berbagai pendapat tentang suatu masalah untuk dikaji dan diketahui
berbagaiaspeknya sehingga dapat dicapai kebaikan dan dihindari kesalahan.
Syura secara bahasa :
- Memintakeluarkan
- Menguji sesuatu untuk mengetahui ihwalnya.
Syura berfungsi sebagai ahlul aqdi wal hilli (dewan perwakilan rakyat).
Musyawarah dapat berarti meminta pendapat dari para ahli tentang suatu masalah, meminta
penjelasan, dan menguji berbagai masalah dengan pendapat orang lain.
Majelis Syura ialah majelis yang dibentuk untuk membahas urusan-urusan Negara.
B. Syura adalah Tabiat manusia
Prinsip syuro merupakan fitrah manusia, sadar atau tidak manusia seringkali melakukan aktifitas
musyawarah ini, walaupun dalam bentuk yang kecil. Sepertimenentukan akan makan malam
dengan apa bersama teman, apalagi dalam bentuk yang besar seperti menentukan sebuah
peraturan atau undang-undang.
C. Pentingnya Syura dalam Islam
Syuro merupakan dasar yang utama dan sifat yang melekat dalam tubuh umat Islam. Tanpa syura,
umat Islam akan kehilangan kemaslahatan dan kebaikannya, seperti halnya jika umat Islam
meninggalkan zakat atau puasa.
Syura disebutkan Allah SWT bersama iman, tawwakal kepada-Nya, menjauhi dosa-dosa besar dan
wajib berpegang teguh kepada adab Islam pada waktu marah. Juga disebutkan perintah
menyambut seruan Allah, kewajiban menegakkan sholat, infaq dan jihad (QS Asy Syura : 36-39).
Rasulullah SAW mengatakan bahwa apabila musyawarah diantara umat Islam dalam keadaan
kepemimpinan yang baik dan orang kaya yang murah hati, maka permukaan bumi (hidup) lebih
baik dari perut bumi (mati).
D. Hukum Syura
Kedudukan syura dalam alquran dan assunnah, disamping perannya yang amat besar dalam
mewujudkan sistem pemerintahan, memadukan masyarakat dan memadukan urusan rakyat,
dengan cepat maka para ulama menegaskan bahwa hukum syura adalah wajib atas penguasa Islam
di setiap tempat dan setiap zaman.
E. Syarat-syarat Anggota Syura
Syarat-syarat bagi anggota Majelis Syura Islam adalah :
1. Adalah (adil), berikut semua persayaratannya
2. Bertaqwa dan bersih dari dosa kepada Allah dan umat
3. Mengetahui Al-quran dam As-Sunnah, serta ilmu bahasa, tafsir, ilmu hadits dan lainnya
4. Berpengalaman dalam masalah yang di musyawarahkan
5. Berakal cerdas dan matang
6. Jujur dan amanah
F. Dalam Masalah Apa Syura Dilaksanakan
Berdasarkan beberapa pendapat ulama penulis menyimpulkan bahwa, yang boleh
dimusyawarahkan adalah setiap perkara yang tidak ada nashnya. Oleh karenanya pemimpin Islam
boleh mengemukakan dalam majlis syuro semua persoalan Negara, baik masalah-masalah
keagamaan dan yang masuk dalam masalah ijthihadi ataupun masalah-masalah duniawi.
G. Prinsip Mayoritas
Prinsip mayoritas ini dilakukan setelah mengetahui arti, kedudukan dan haikat syura dalam Islam.
Pendapat mayoritas merupakan suatu kepastian pengambilan salah satu pendapat yang
diperselisihkan oleh Majelsi Syura.
Berdasarkan sunnah Nabi SAW Nampak jelas bahwa beliau senantiasa mengambil pendapat
mayoritas, ketika terjadi perselisihan di antara para anggota majelis syura.
Pendapat yang harus dikuatkan dan dipegang sesuai dengan banyak dalil yang disampaikan.
Sementara kelompok minoritas wajib mengikutinya, sekalipun amir berada pada pihak minoritas.
Di dalam Islam, tidak ada syura menyangkut masalah yang ada nash-nya, dan tidak ada artinya
pendapat mayoritas di hadapan nash.
3. IMAMAH UZMA
A. Lintasan Sejarah Khilafah
Sejarah panjang kepemimpinan umat Islam dimuali dari Nabi Adam as, kemudian anak
keturunannya dari para Nabi, Rasul dan pengikut-pengikutnya yang baik. NabiMuhammad saw
hadir sebagai penutup mata rantai kenabian dan kerasulan yang mulia. Sepeninggal Nabi
Muhammad saw, umat Islam dipimpin oleh khalifah,dst, yang sebagaimana disebutkan Rasulullah
saw.
Dari Numan bin Basyir, ia berkata : Kami duduk-duduk di Masjid Rasulullah saw, Basyir adalah
seorang yang tidak banyak bicara. Kemudian datang Abu Tsalabah seraya berkata, Wahai Basyir
bin Sad, apakah kamu hafal hadits Rasulullah saw tentang para penguasa? Maka Hudzaifah tampil
seraya berkata, Aku hafal khutbahnya. Lalu AbuTsalabah duduk mendengarkan Hudzaifah
berkata: Rasulullah saw bersabda:
(1) Muncul kenabian ditengah-tengah kamu selama masa yang dikehendaki Allah, kemudian Ia
akan mencabutnya ketika Ia menghendakinya.
(2) Kemudian akan muncul khalifah sesuai dengan sistem kenabian selama masa yang dikehendaki
Allah, kemudian Ia akan mencabutnya ketika Ia menghendakinya.
(3) Kemudian muncul raja yang menggigit selama masa yang dikehendak Allah, kemudian Ia akan
mencabutnya ketika Ia menghendakinya.
(4) Kemudian akan muncul raja yang diktator selama masa yang dikehendaki Allah, kemudian Ia
akan mencabutnya ketiaka Ia menghendakinya.
(5) kemudian akan muncul (lagi) khilafah sesuai dengan sistem kenabian (HR Ahmad)
Menurut para ulama, sekarang merupakan periode keempat, yaitu periode raja yang diktator.
Namun kita tidak tahu kapan Allah akan mencabutnya, sehingga munculah kembali kekhalifaan
uamt Islam.
B. Definisi Imamah
1. Imam Menurut Bahasa dan Al Quran
Imam menurut bahasa ialah :
- setiap orang yang dianut oleh suatu kaum, baik mereka berada di jalan yang lurus ataupun sesat.
- benang yang diletakkan di atas bangunan, pada waktu membangunnya, untuk memelihara
kelurusannya.
- orang yang menggiring unta, sekalipun ia berada di belakangnya.
BAGIAN DUA
JALAN MENUJU JAMAATUL MUSLIMIN
I. HUKUM-HUKUM ISLAM
A. Tidak Ada Sektorisasi Hukum Islam
a. Sejak awal Islam di bawah pimpinan Rasulullah SAW mulai digelar di Makkah, turunlah pengarahan-
pengarahan Rabbani seuai dengan keperluan jamaah, dan tuntutan tahapan yang dihadapi oleh
jamaah.
b Namun hal itu tidak berlaku sekarang, karena pengarahan-pengarahan rabbani dan sunnah nabawi
yang sudah turun secara sempurna. Sehingga muslim dituntut melaksanakan seluruh pengarahan
rabbani dan sunnah nabawiyah dengan utuh tanpa adanya sektoralisasi.
B. Kapan Diterapkan Hukum Islam ?
Individu atau jamaah boleh menerapkan hukum Islam seuai dengan tuntutan keadaan dan
posisinya dalam kehidupan dan perkembangan kehidupannya, dengan syarat individu atau
jamaah tersebut meyakini akan semua hukum Islam dan keberlangsungannya.
C. Pembagian Hukum Islam
Hukum Islam dari segi hakikat dan caranya terbagi menjadi dua ,
Pertama, substansi hukum. Contohnya : membaca Al Fatihah dan tasyahud dalam shalat.
Kedua, cara pelaksanaan hukum. Contohnya : cara membaca Al Fatihah dan tempat tasyahud dalam
shalat
Sementara Hukum Islam dari segi pelakunya terbagi menjadi dua :
Pertama, hukum khusus bagi Muslim sebagai individu, dan
Kedua, hukum khusus bagi jamaah dalam jamaah dari umat Islam.
Yang dimaksud jamaah dari umat Islam yang dimaksud disini adalah kelompok atau
golongan yang membawa dawah untuk menegakkan Jamaatul Muslimin pada masa ketiadaannya,
yaitu ada pemerintah yang memerintah umat dengan Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya. Dan
apabila pemerintah (khalifah) ini telah terwujud, Islam melarang adanya lebih dari jamaah atau
partai.
BAGIAN TIGA
RAMBU RAMBU SIRAH NABI SAW DALAM MENEGAKKAN JAMAAH
V. RAMBU KELIMA DALAM SIRAH NABI SAW : BERSABAR ATAS GANGGUAN MUSUH
A. Bersabar Pada Tahapan Takwin
Faktor terpenting yang dapat melindungi jamaah pada tahapan takwin adalah kesabaran seluruh
anggota jamaah dan keberhasilan mereka meredam emosi dalam menghadapi setiap gangguan dan
ejekan musuh.
B. Fenomena Pengulangan Perintah Bersabar
Berulang-ulangnya perintah bersabar pada ayat-ayat Makiyyah (Al Muzzammil:10 dan Al Mudatsir
:7) menunjukkan pentingnya sifat ini dalam memelihara eksistensi jamaah dan perlunya sifat ini
dimiliki oleh seluruh angoota jamaah, terutama pada tahapan takwiniyah.
VI. RAMBU KEENAM DALAM SIRAH NABI SAW : MENGHINDARI MEDAN PERTEMPURAN
A. Pengertian Menghindari Medan Pertempuran
Fikrah menghindarkan anggota jamaah dari medan pertempuran dengan melakukan hijrah, adalah
faktor yang dapat memelihara anggota jamaah dari kekejaman Quraisy dan meloloskan jamaah
dari penghancuran dan pemberangusan.
B. Pentingnya Rambu Ini dalam Melindungi Pembinaan Jamaah
Sesungguhnya fikrah menjauhi konfrontasi pada tahapan takwin dimana jamaah belum kuat
melakukan konfrontasi adalah sikap yang diwajibkan Islam dan dituntut oleh keadaan jamaahnya
pada tahapannya yang masih awal.
C. Pelaksanaan Rambu Ini dalam Kehidupan Rasulullah SAW
Pelaksanaan rambu ini dalam kehidupan Rasulullah SAW yang paling gemilang adalah kembalinya
kaum Muhajirin ke Mekkah sebagai penakluk, setelah berhimpun di suatu tempat yang aman,
yaitu Madinah.
BAGIAN KEEMPAT
TABIAT JALAN MENUJU JAMAATUL MUSLIMIN
A. Memahami Tabiat Jalan
Tabiat jalan pertama yakni jalan ujian dan cobaan, namun akhirnya adalah surga (QS AlBaqarah
2:214, Ali Imran 3:142, At Taubah 9:16 dan Al Ankabut 29:2-3).
Tabiat jalan kedua adalah jalan kemenangan dan kekuasaan. Pada sisi inilahbanyak kaum muslimin
yang merasa berat untuk bergerak, lebih tertarik kepada aspek duniawi, kemewahan dan
kenikmatan materi.
Menyikapi dua tabiat jalan ini, sikap Rasulullah SAW adalah bersabar dan tegar.
B. Macam-macam Tabiat Jalan
Tabiat jalan banyak dibicarakan dalam Al Quran , tetapi bila disimpulkan hanya ada dua kategori
jalan, yakni : jalan kebaikan dan jalan keburukan (QS Al Anbiya 21:35)
C. Tujuan Tabiat Ini
Tujuan dibalik tabiat jalan dakwah ini yaitu mengantarkan manusia kepada kualitas kerja terbaik
(QS Al Kahfi 18:7 dan Al Mulk :2).
D. Tabiat Jalan : Salah Satu Sunnatullah
Allah menjelaskan tabiat jalan ini sebagai salah satu sunnah-Nya, dan berlaku pada kaum muslimin
secara umum, terutama manusia-manusia pilihan dari para Nabi dan Rasul, kemudian orang-orang
yang derajat keimanannya di bawah mereka, dan seterusnya.
Kesimpulan Bab Ini
Tabiat jalan dakwah ini sangat berat dirasakan oleh jiwa manusia, tetapi harus dilalui oleh gerakan
Islam yang ingin mencapai tujuannya karena hanya itu satu-satunya jalan menuju surga.
Tabiat jalan ini beraneka ragam : mungkin berbentuk kamar-kamar penjara, alat-alat siksa yang
menakutkan hingga tiang gantungan. Mungkin juga berbentuk kemewahan dan
kemegahan, ghurur (keterpedayaan diri) yang melupakan Allah dan akhirat.
Sasaran jalan dakwah ini adalah untuk mengetahui yang shalih dan thalih, membuang yang jelek
dari yang baik dan membersihkan barisan dari unsur-unsur yang akan mengakibatkan kehancuran.