Tgs Resume Hukum Adat
Tgs Resume Hukum Adat
NIM :
16110036
Mata Kuliah : Hukum
Dibidang hukum pidana, raffles mencela sanksi pidana yang tidak sesuai lagi
dengan kemajuan jaman (misalnya pidana bakar hidup, pidana tikam dengan
keris). Dilapangan hukum perdata, raffles menetapkan : jika salah seorang dari
pihak yang bersengketa baik penggugat ataupun tergugat adalah orang Eropa,
maka perkaranya harus diadili oleh Court of Justice, yang menerapkan hukum
Eropa. Dari kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa hukum adat dipandang lebih
rendah derajatnya dari pada hukum barat. Hukum adat hanya dipandang baik
untuk golongan rakyat Indonesia, tetapi tidak patut diberlakukan atas orang
Eropa.
Kedudukan dan pola kerja rakyat pada masa sistem sewa tanah ini
padadasarnya tidak jauh berbeda pada masa sistem tanam paksa. Pada sistem
sewatanah rakyat tetap saja harus membayar pajak kepada pemerintah. Rakyat
diposisikan sebagai penyewa tanah, karena tanah adalah milik pemerintah
sehingga untuk memanfaatkan tanah tersebut untuk menghasilkan tanaman
yang nantinya akan dijual dan uang yang didapatkan sebagian kemudian
digunakan untuk membayar pajak dan sewa tanah tersebut. Pada masa ini
sistem feodalisme dikurangi, sehingga para kepala adat yang dahulunya
memdapatkan hak-hak atau pendapatan yang bisa dikatakan irasional, kemudian
dikurangi. Tetapi hal yang menghiasi sistem sewa tanah adalah pengaruh liberal
yang dibawa oleh Raffles dan juga sikap anti Belandanya sehingga segala
sesuatu yang berhubungan dengan belanda sebisa mungkin untuk dihindari.
Pada masa sewatanah ini pajak yang diserahkan bukan lagi berupa pajak
perorangan dan berupain-natura, terapi lebih kepada pajak perorangan.
Tanaman dan Sistem Perdagangan
Terdapat banyak perbedaan dalam sistem sewa tanah dan tanam paksa.
Perbedaaan itu juga dapat dilihat dari tanaman dan sistem perdagangan yang
diterapkan. Pada sistem sewa tanah petani diberi kebebasan untuk menanam
apapun yang mereka kehendaki. Namun gantinya rakyat mulai dibebani
dengansistem pajak. Kebebasan untuk menanam-tanaman tersebut tidak dapat
dilaksanakan di semua daerah di pulau Jawa. Daerah-daerah milik swasta atau
tanah partikelir dan daerah Parahyangan masih menggunakan sistem tanam
wajib. Di Parahyangan Inggris enggan untuk mengganti penanaman kopi karena
merupakan sumber keuntungan bagi kas negara, sehingga pada sistem sewa
tanah pemerintah hanya mampu mengekspor kopi dan beras dalam jumlah yang
terbatas. Penurunan hasil-hasiltanaman ini dikarenakan petani Indonesia tidak begitu
mengenal tanaman ekspor. Sedangkan dalam sistem perdaganganpun sistem
sewa tanah berbeda dengan sistem tanam paksa.
Tujuan Sistem Sewa Tanah
Pelaksanaan sistem sewa tanah yang diperkenalkan oleh
Gubernur Jenderal Stamford Raffles mengandung tujuan sebagai berikut :
a. Para petani dapat menanam dan menjual hasil panennya secara bebasuntuk
memotovasi mereka agar bekerja lebih giat sehinggakesejahteraannya mejadi
lebih baik;
b. Daya beli masyarakat semakin meningkat sehingga dapat membeli baranng-
barang industri Inggris;
c. Pemerintah kolonial mempunyai pemasukan negara secara tetap;
d. Memberikan kepastian hukum atas tanah yang dimiliki petani;
e. Secara bertahap untuk mengubah sistem ekonomi barang menjadi ekonomi
uang.
Kegagalan Sistem Sewa Tanah
Pelaksanaan sistem sewa tanah yang dilaksanakanan oleh
Gubernur Jenderal Stamford Raffles, menemui beberapa kegagalan.
Dalammelaksanakan sistem sewa tanah tersebut, Jenderal Stamford Raffles
menemui banyak hambatan-hambatan yang berakibat gagalnya system sewa
tanah.Hamatan-hambatan yang dihadapinya antara lain :
1. Keuangan negara dan pegawai-pegawai yang cakap jumlahnyaterbatas;
2. Masyarakat Indonesia berbeda dengan masyarakat India yangsudah
mengenal perdagangan ekspor. Masyarakat Jawa pada abadIX masih bertani
untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan belum banyak mengenal perdagangan;
3. Sistem ekonomi desa pada waktu itu belum memungkinkanditerapkannya
ekonomi uang;
4. Adanya pejabat yang bertindak sewenang-wenang dan korup;
5. Pajak terlalu tinggi sehingga banyak tanah yang tidak digarap;