Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang mana

pembangunannya difokuskan pada pembangunan infrastruktur kelautan dimana

berdasarkan Perpres Nomor 122 Tahun 2012 tentang Reklamasi di wilayah pesisir

dan pulau-pulau Kecil. Pada Pasal 1 poin 9 dimana fungsi bangunan pengaman

pantai untuk meminimalisir bencana alam. Sebagai negara kepulauan yang

mempunyai lebih dari 3700 pulau dan wilayah pantai sepanjang 80.000 km.

Khususnya di sulawesi tenggara yang memiliki 520 pulau yang masuk kategori

pulau-pulau kecil dimana pulau Saponda masuk kategori pulau kecil yang

memerlukan bangunan pengaman pantai.

Pulau Saponda adalah pulau dengan luas 1.200 m memiliki dua desa

yaitu Desa Saponda Darat dan Desa Saponda Laut. Dalam kurun waktu sepuluh

tahun terakhir, erosi dan abrasi telah menyebabkan kemunduran garis pantai

di Pulau Saponda sepanjang 500 m yang mengancam kehidupan dan

penghidupan masyarakat. Pulau tersebut memiliki penduduk 1.300 jiwa yang

mayoritas nelayan, pulau ini juga memiliki infrastruktur yang terdiri dari Kantor

Desa, Balai Pertemuan, Kantor PKK, Masjid, Sekola Dasar, Sekolah Menengah

Pertama dan lainya.

Pulau Saponda digunakan sebagai kawasan pemukiman dan tempat

berlabuhnya kapal-kapal nelayan untuk masyarakatnya. Erosi yang terjadi

1
terhadap garis pantai berdampak pada menyusutnya area pantai dan terganggunya

aktifitas sehari-hari dari masyarakat pulau tersebut. Pengaruh terjadinya erosi

pantai disebabkan dua faktor yaitu faktor alami dan faktor non alami dan yang

terjadi di Pulau Saponda hanyalah faktor alami. Faktor alami akibat gelombang

dan rusaknya terumbu karang, namu lebih difokuskan pada gelombang yang

dominan dari arah utara yang bersamaan dengan air pasang.

Penanganan yang tepat untuk mengatasi atau mencegah erosi pantai dapat

dilakukan dengan teknologi pengaman pantai untuk mengatasi masalah erosi

pantai dan ancaman gelombang. Ada dua teknologi pengaman pantai yaitu

teknologi pengaman pantai dengan struktur lunak (soft structure), seperti

pelestarian terumbu karang atau penambahan terumbu karang yang rusak dengan

terumbu karang buatan, penanaman bakau, penambahan pasir (nourishment), dan

beach management system (BMS). Teknologi pengaman pantai dengan struktur

keras (Hard Structure) seperti bangunan pengaman pantai (jetty, groin,

breakwater, tembok laut dan dinding pantai atau revetmen). Untuk Pulau Saponda

perlu perencanaan/design dalam mengatasi masalah erosi pantainya dengan

pembangunan bangunan pengaman pantai yang tepat sasaran dan berwawasan

lingkungan, sehubungan dengan hal tersebut maka penulis mengangkat topik

dengan judul PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI PULAU

SAPONDA KEC. SOROPIA KAB. KONAWE

2
1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dibahas dapat dirumuskan

sebagai berikut:

1. Apakah penyebab dan pengaruh Erosi Pantai di Pulau Saponda?


2. Bagaimana perencanaan bangunan pengaman pantai yang sesuai untuk

Pulau Saponda?

1.3. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dari tugas akhir ini yaitu:

1. Untuk mengetahui penyebab dan pengaruh Erosi Pantai di Pulau Saponda.


2. Merencanakan banguna pengaman pantai yang sesuai untuk Pulau

Sapaonda.

1.4. Batasan Masalah

Dalam penelitin ini maka pembahaan dibatasi permasalahan pada:

1. Tidak memperhitungkan analisis biaya, arus, gempa, dan tsunami.

2. Tidak melakukan Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) yang

ditimbulkan.

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai

bahan pertimbangan pembuatan bangunan pengaman pantai untuk mencegah

Erosi pantai akibat gelombang laut pada saat air pasang maupun gelombang

ekstrim di kawasan Pulau Saponda. Maka penyelesaian permasalahan tersebuh

harus diatasi agar tidak berdampak lebih buruk terhadap pulau tersebut. Penelitian

ini juga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan di

3
masa yang akan datang dalam pengembangan bangunan pengaman pantai. Selain

itu, manfaat lain dari hasil penelitian ini yaitu:

1) Bagi Pemerintah

Penelitian ini diharapka dapat menjadi masukan dan saran bagi pemerintah

agar memberikan solusi teknis untuk mengatasi masalah abrasi di pulau

Saponda dengan bangunan pengaman pantai yang sesuai.

2) Bagi Peneliti

Berdasarkan hasil penelitian sangat bermanfaat bagi peneliti untuk dapat

menambah wawasan dalam hal menentukan dan merencanakan bangunan

pengaman pantai dalam merencanakan pemecah gelombang yang sesuai,

untuk Pulau Saponda.

3) Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan dan dijadikan acuan oleh para

peneliti selanjutnya dalam rangka penyusunan laporan penelitian.

1.6. Sistematika Penulisan

Penulisan tugas akhir ini menggunakan metode penulisan ilmiah yang

benar dan efektif. Format penulisan tugas akhir ini terdiri atas lima bab yang

susunannya seperti berikut ini:

Bab I Pendahuluan, dalam bab ini dibahas mengenai Latar Belakang, Rumusan

Masalah, Tujuan Penelitian, Batasan Masalah, Sistematika Penulisan, dan

Penelitian yang Relevan.

Bab II Tinjauan Pustaka, Bab ini membahas tentang dasar-dasar teori yang akan

digunakan.

4
Bab III Metodologi Penelitian, Bab ini mengenai langkah-langkah atau prosedur

pengambilan dan pengolahan data hasil penelitian sehingga dapat mencapai tujuan

dari penelitian ini.

Bab IV Analisa dan Pembahasan, pada bab ini menyajikan data-data hasil

penelitian, analisis data dan pembahasannya.

Bab V Penutup, Dalam bab ini berisi kesimpulan dan saran dan dapat dijadikan

sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan bagi pihak-pihak yang

terkait khususnya pemerintah Kabupaten Konawe dan Sulawesi Tenggara pada

umumnya dalam merencanakan bangunan pengaman pantai yang sesuai untuk

wilayah-wilayah yang pantai yang mengalami permasalahan yang sama dengan

pulau Saponda.

1.7. Penelitian Relevan

Beberapa peneliti telah melakukan penelitian, studi, dan analisis terlebih

dahulu tentang perenvanaan banguna pengaman pantai khususnya pemecah

gelombang seperti:

1) Oki Setyandito, dan Joko Triyanto (2007) Analisa Erosi dan Perubahan

Garis Pantai Pada Pantai Pasir Buatan dan Sekitarnya di Takisung,

Propinsi Kalimantan Selatan.


2) Ihwan Nul Hakim, M. Fiqigozari, Sumbogo Pranoto, Priyo Nugroho P.

(2014) Perencanaan Perlindungan Pantai Sayung Demak.


3) Asnawi (2012) Perencanaan Bangunan Pengaman Pantai Di Bulu Tuban.
4) Citra Mira Dewi Boonastria, Bambang Sarwono, A.A.N. Satria

Damarnegara (2014) Perencanaan Bangunan Pengaman Pantai Untuk

Mengatasi Kemunduran Garis Pantai Teluk Penyu, Cilacap, Jawa tengah.

5
5) Irfan Rizky Indrawarman (2013) Perancangan Bangunan Pengaman Pantai

Pambang Kabupaten Bengkalis.


6) Bayu Arga1,Nasfryzal Carlo1,Khadavi 2013) Perencanaan Bangunan

Pengaman Pantai Tipe Groin Pantai Pasir Parupuk Raya Tabing Kec Koto

Tangah Padang Utara


7) Hariyoni, Dian Sisinggih, Suwanto Marsudi (2011) Studi Perencanaan

Bangunan Pengendalian Akresi Dan Abrasi Di Pantai Tanjungwangi

Kabupaten Banyuwangi.
8) Amhudo, Rasyiid Lathiif (2014) Perencanaan Dermaga Dan Pemecah

Gelombang Pelabuhan Perikanan Paranggupito

Berdasarkan keaslian data yang ada, analisa yang saya lakukan memiliki

kesamaan dengan penelitian yang dilakukan Asnawi (2012) Perencanaan

Bangunan Pengaman Pantai Di Bulu Tuban. Dalam tugas akhir ini saya

melakukan penelitian di Pulau Saponda Kec. Soropia Kab. Konawe untuk

merencanakan bangunan pengaman pantai dengan menggunakan metode yang

sedikit berbeda. Sehingga diharapkan dapat melengkapi penelitian-penelitian

terdahulu dan dapat digunakan sebaik-baiknya dalam mengembangkan

bangunan pengaman pantai sesuai kondisi daerah masing-masing dan sebagai

acuan bagi peneliti yang selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai