Ketika kita ingin pergi beribadah, bukankah rasa malas yang berasal dari
diri kita yang menjadi penghalang? Ketika kita dicaci maki orang lain,
bukankah kemarahan yang berasal dari diri kita yang mengubah kita
menjadi sosok yang membalas perbuatannya tersebut? Ketika kita takut
kepada seseorang, padahal kita telah melakukan suatu hal yang benar
(setidaknya menurut pikiran kita, itu benar), hanya karena orang tersebut
adalah atasan kita, bukankah rasa takut yang muncul dari dalam diri kita
yang menjadi pembungkam kita untuk mengatakan hal yang benar
tersebut?
Itulah mengapa diri kita yang menjadi musuh kita sendiri, karena pada
kenyataannya, seringkali diri kita sendiri yang mencari masalah ataupun
sumber kegagalan yang nantinya kita hadapi.
Ketika kita merasa iri, karena seseorang bisa mendapatkan sesuatu yang
lebih daripada kita, kita berusaha untuk mendapatkan hal tersebut atau
bahkan mungkin membenci orang tersebut, hanya karena sesuatu yang
menjadi miliknya bukanlah milik kita. Ketika kita tidak mendapatkan apa
yang kita inginkan, hal tersebut akan membuat kita merasa sedih bukan?
Menipu diri sendiri dan orang lain di sini konteksnya adalah berpura-pura
menjadi seseorang yang bukan diri kita. Berpura-pura menjadi seseorang
yang bukan diri kita, bukan hanya merupakan bentuk kebodohan, tapi
juga bisa menjadi lambang dari keputusasaan dari diri kita sendiri. Putus
asa menjadi orang yang tidak diinginkan oleh dirinya.
Misalnya :
- seseorang dengan latar belakang keluarga yang kurang mampu, lalu
berpura-pura menjadi orang kaya,
- atau seseorang yang sudah menikah dan punya anak, lalu berpura-pura
masih single,
- seseorang yang berpura-pura baik, padahal seringkali berbuat
kejahatan.
Bukankah dirinya sendiri akan merasa malu, jika perilakunya itu diketahui
orang lain? Paling tidak, ia bisa dianggap orang yang munafik. Karena itu,
jadilah diri sendiri dan hiduplah dengan nyaman, tanpa harus dibebani
rasa harus menutup-nutupi keadaan, takut ketahuan, bersalah terhadap
diri sendiri, dllnya, karena menipu diri sendiri dan orang lain juga
merupakan sebuah kesalahan besar.
Itulah mengapa menipu diri sendiri dan orang lain dianggap sebagai dosa
besar, karena harus menutupi keadaan sebenarnya dan akan dicap
negatif oleh orang lain, selain itu hal ini akan memancing seseorang
untuk melakukan dosa-dosa lainnya.
Dengan menjadi sosok yang rendah hati dan tidak sombong, kita tahu
sampai dimana batas potensi kita dan berusaha untuk menjadi lebih baik
lagi. Selain itu, orang yang rendah hati tidak mungkin pula dicap sebagai
orang yang sombong, apalagi pamer oleh khalayak ramai. Siapa yang
ingin dicap sebagai orang sombong dan pamer? Siapa yang ingin
menjadi teman atau menghormati orang yang sombong? Kecuali orang
tersebut memiliki maksud lain daripada kedekatannya dengan si
sombong itu?
Itulah kenapa sifat merendahkan hati kita (bukan merendahkan
diri/minder) menjadi sifat yang dikasihi oleh orang-orang sekitarnya.
Tanpa kesehatan yang memadai, kita akan mengeluh, dan selalu merasa
ada yang kurang (kurang sehat tentunya) karena bisa saja dengan
kesehatan yang kurang memadai saat itu, kita tidak melakukan apa yang
kita inginkan. Karena itu, jagalah kesehatan. Selain biaya ke dokter
semakin mahal, kesehatan adalah harta yang tak ternilai harganya. Siapa
yang mau menjadi orang kaya, terkenal, terpandang, tapi tubuhnya
penuh dengan penyakit yang mematikan?
Itulah mengapa harta terutama manusia adalah kesehatan.
13. Kekurangan terbesar manusia adalah sifat berkeluh kesah dan tidak
memiliki kebijaksanaan