Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH PENANGANAN LIMBAH INDUSTRI PANGAN

Prinsip Penanganan Limbah


Penanganan Limbah Ikan dan Daging

Kelompok 9

Wulan Rizqianti A. 240210150003


Andriani Rachamaselly 240210150005
Siti Jumaroh 240210150006
Dini Aulia A.H. 240210150013
Janni Apninanikmah 240210150021
Merisa Wilma Ks.240210150026
Heirza Dea R 240210150043

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN
JATINANGOR
2017

1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan berbagai nikmat yang melimpah, sehingga dapat menjalani
hidup dengan penuh keberkahan, baik kehidupan di dunia, lebih-lebih lagi pada
kehidupan akhirat kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita
capai menjadi lebih mudah dan penuh manfaat.
Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada teman-teman
sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moril maupun materil,
sehingga kesulitan kesulitan pada pembuatan makalah ini dapat tersolusikan dan
makalah ini dapat selesai dalam waktu yang telah ditentukan.
Dalam rangka upaya pemanfaatan limbah ikan dan daging, kami
membagikan sedikit pengetahuan mengenai cara pengolahan dan penanganan
limbah ikan dan daging yang merupakan hasil buangan. Sisa dari ikan dan daging
yang merupakan materi (bahan) yang sudah tidak berguna jika dimanfaatkan akan
memiliki nilai kembali dan tidak mencemari lingkungan.
Harapan paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-mudahan
apa yang kami susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-teman, serta
orang lain yang ingin menyempurnakan lagi atau mengambil hikmah dari makalah
kami yang berjudul Penanganan Limbah Ikan dan Daging.

Jatinangor, Mei 2017

Penyusun

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................2
1.3 Tujuan......................................................................................... 2
BAB II.....................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................3
2.1 Pengertian Limbah Umum dan Limbah Ikan Dan Daging...............................3
2.2 Karakteristik Limbah.......................................................................3
A. Karakteristik Limbah Cair.................................................................3
a) Karakteristik fisik...........................................................................3
b) Karakteristik Kimia............................................................................ 5
c) Kebutuhan anroganik.......................................................................7
2.3 Dampak Limbah Terhadap Lingkungan.....................................................8
2.4 Pemanfaatan Limbah Daging................................................................11
1. Darah sendiri dapat diproses menjadi :................................................11
2. Tepung tulang (calcinated bone meal).................................................12
3. Isi rumen (ruminal contents)............................................................12
4. Kotoran ternak (feses)....................................................................13
5. Kelenjar..................................................................................... 14
2.5 Pemanfaatan Limbah Industri Perikanan..................................................14
1. Tepung Tulang Ikan.......................................................................14
2. Kerupuk Kulit Ikan........................................................................16
3. Kolagen dan Gelatin......................................................................18
4. Kulit Ikan Tersamak......................................................................19
5. Pupuk organik.............................................................................. 19
6. Minyak ikan................................................................................20
7. Kerajinan dari sisik ikan.................................................................20
BAB III..................................................................................................................21

3
PENUTUP.............................................................................................................21
3.1 Kesimpulan.................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................22

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki gugusan terpanjang


dan terbesar di dunia dengan wilayah kelautan yang sangat luas. Maka dari itu
ikan sangat berlimpah, tidak jauh berbeda dengan daging hewani yang dapat
diperoh di seluruh wilayah Indonesia. Daging dan ikan merupakan bahan pangan
asal ternak yang essensial bagi tubuh, karena bahan pangan tersebut mengandung
zat-zat makanan yang sangat mudah diperoleh tubuh terutama pada periode
pertumbuhan.

Penanganan untuk mengolah bahan baku tersebut menjadi suatu bahan


pangan menjadi suatu produk memiliki persyaratan, salah satunya adalah
penanganan limbah yang baik untuk dapat diterima oleh lingkungan sekitar seperti
sungai, tanah, udara dan lainnya. Tujuan dari penanganan yang baik terhadapa
bahan pangan adalah agar lebih ramah terhadap lingkungan. Berkaitan dengan
penangan yang tepat untuk suatu bahan pangan daging dan ikan masyarakat masih
minim untuk pengetahuan tentang itu. Biasanya, masyarakat lebih sering
memanfaatkan daging ikan daripada bagian-bagian tubuh ikan yang lain, misalnya
tulang ikan.

5
Penanganan limbah yang baik juga sangat wajib untuk bagian industry
yang dapat menghasilkan nilai hasil sampingan yang kemungkinan berdampak
negative. Mengingat pentingnya menjaga ekosistem lingkungan sehinggga sangat
perlu untuk melakukan penanganan limbah dengan tujuan menghindari terjadinya
kehilangan keseimbangan alam yang dapat menimbulkan berbagai ancaman
dimasa yang akan datang.

Alternative yang dapat dilakukan untuk penangan limbah terdapat dua


jenis yaitu, melakukan penanganan dengan tujuan mereduksi bahan-bahan limbah
sampai dengan batas baku mutu limbah yang aman untuk dibuang atau dengan
melakukan proses pengolahan menjadi bahan atau produk yang dapat
dimanfaatkan. Proses penangan bisanya dapat dilakukan dengan berbagai metode
tergantung jenis dan karakteristik limbah yang ditangani.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian limbah bahan baku (daging dan ikan)?

2. Jenis-jenis limbah limbah bahan baku (daging dan ikan)?

3. Karakteristik limbah bahan baku (daging dan ikan)?

4. Contoh limbah bahan pangan yang terdapat pada daging dan ikan?

1.3 Tujuan

2
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai salah satu acuan
untuk dapat mengelolah limbah cair maupun padat pada daging dan ikan,
yang dimana akan dapat berdampak pada lingkungan sekitar sehingga
dampak negatif limbah cair agar dapat diminimalisir untuk menjaga
kelestarian lingkungan hidup. Peningkatan kualitas limbah daging dan ikan
pada saat ini adalah ketika masyarakat tidak dapat untuk mengolah dan
menangani hal tersebut, yang bertujuan untuk dapat menerapkan prinsip-
prinsip produksi bersih. Contoh yang sering terjadi adalah ketika membuta
suatu produk dengan bahan bau daging dan ikan dalam cakupan besar
seperti industri, misalnya pada saat pembersihan darah dari daging dan
ikan. Jika tidak dapat ditangani dengan benar maka keadaan sekitar
terlebih khusus pada limbah cair dapat mengakibatkan polusi sungai dan
dapat memperbanyak mikroorganisme pada sungai.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Limbah Umum dan Limbah Ikan Dan Daging

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
industri maupun domestik (rumah tangga), yang kehadirannya pada suatu saat dan
tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai
ekonomis. Limbah yang dihasilkan dari kegiatan perikanan masih cukup tinggi,
yaitu sekitar 20-30 persen. Produksi ikan yang telah mencapai 6.5 juta ton
pertahun. Hal ini berarti sekitar 2 juta ton terbuang sebagai limbah. Limbah yang
dihasilkan dari kegiatan perikanan adalah berupa :

Ikan curah yang bernilai ekonomis rendah sehingga belum banyak


dimanfaatkan sebagai pangan;

Bagian daging ikan yang tidak dimanfaatkan dari rumah makan, rumah
tangga, industri pengalengan, atau industri pemiletan;

Ikan yang tidak terserap oleh pasar, terutama pada musim produksi ikan
melimpah

Berdasarkan karakternya limbah dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu


limbah yang masih dapat dimanfaatkan dan sudah tidak dapat dimanfaatkan.
Limbah perikanan berbentuk padatan, cairan dan gas. Limbah tersebut ada yang
berbahaya dan sebagian lagi beracun.

4
2.2 Karakteristik Limbah

Komposisi air limbah tergantung dari sumbernya, tapi sebagian besar air
limbah terdiri dari 99,9% air dan 0,1% bahan padat. Bahan padat terdiri dari
bahan organik yaitu 65% protein, 25% karbohidrat dan 10% lemak, kemudian
bahan anorganik yaitu butiran, garam, dan metal.

A Karakteristik Limbah Cair

Karakteristik limbah cair diketahui dari berbagai parameter kualitas limbah cair
tersebut. Karakteristik limbah cair dibedakan atas :

a) Karakteristik fisik

Karakteristik fisik dengan parameter yang penting antara lain :

1. Total zat padat

Kandungan total zat padat dalam limbah cair didefinisikan sebagai seluruh
bahan yang tertinggal dari penguapan pada suhu 1030C sampai 105oC, sedangkan
zat padat yanngn menguap pada suhu tersebut tidak dinyatakan sebagai zat padat.
Total zat padat menurut ukurannya dapat dikelompokkan atas suspended solid dan
filterable solid. Termasuk dalam suspended solid adalah bila padatan yang dapat
ditahan dengan diameter minimum 1 mikron. Bagian dari suspended solid yang
mengendap dalam inhoff cone disebut settleabel solid yang merupakan taksiran
volume lumpur yang dapat dihilangkan melalui proses sedimentassi.

Filterable solid digolongkan atas colloidal solid dan dissolved solid,


tergolong dalam colloidal solid adalah partikel yang berukuran antara 1

5
milimikron hingga 1 mikron. Sedangkan dissolved solid terdiri dari molekul dan
ion organik maupun anorganik yag terkandung dalam air.

Koloid ini tidak dapat dihilangkan dengan cara pengendapan biasa. Atas
dasar ventilasi pada suhu 6000C zat padatan dapt pula dikelompokkan atas volatile
suspended solid yag teroksidasi dan menjadi gas pada suhu tersebut dan fixed
suspended solid yang tersisa dan tertinggal sebagai abu.

2. Total padatan terlarut (total dissolved solids)

Padatan terlarut ini terdiri dari berbagai macam material yang terlarut di
dalam air, diantaranya mineral, garam, logam, serta anion. Sedangkan total
dissolved solid (TDS) merupakan jumlah dari padatan terlarut yang terdiri dari
garam anorganik dan sebagai kecil jumlah organik lain yang larut dalam air.

3. TTS (total suspended solids)

TTS (total suspended solids) merupakan hasil dari penyaringan padatan


terlarut, yang biasanya merupakan partikel koloid yang pengendapannya
dilakukan dengan gravitasi.

4. Bau

Bau limbah cair tergantung dari sumbernya, bau dapat disebabkan oleh
bahan-bahan kimia, ganggang, plankton atau tumbuhan dan hewan aiar baik yang
hidup maupun yang mati.

6
5. Temperatur

Limbah cair mempunyai temperatur lebih tinggi daripada asalnya.


Tingginya temperatur tersebut disebabkan oleh pengaruh cuaca, kimia dalam
limbah cair dan kondisi bahan yang dibuang ke dalam saluran limbah.

6. Warna

Warna limbah cair menunjukkan kesegaran limbah tersebut, bila earna


berubah menjadi hitam maka hal itu menunjukkan telah terjadi pencemaran.

b) Karakteristik Kimia

Sifat kimia ini disebabkan oleh adanya zat-zat organik di dalam limbah
cair yang berasal dari buangan manusia. Zat-zat organik tersebut dapat
menghasilkan oksigen didalam limbah serta akan menimbulkan rasa dan bau yang
tidak sedap. Bahan kimia penting yang ada di dalam limbah cair pada umumnya
dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Kandungan organik

Umumnya berisikan kombinasi karbon, hidrogen, dan oksigen. Elemen


yang juga penting diantaranya belerang, fosfat, dan besi. Pada umumnya
kandungan bahan organik yang dijumpai dalam limbah cair berisikan 40-60%
protein, 25-50% karbohidrat serta lainnya berupa lemak atau minyak. Jumlah dan
jenis bahan organik yang semakin banyak sebagai contoh dalam pemakaian
pestisida pertanian akan mempersulit pengolahan limbah cair karena beberapa zat
organik tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme (Metcalf dan Eddy, 1991)
Untuk menentukan kandungan organik dalam limbah cair umumnya dipakai
parameter BOD dan COD.

7
2. BOD

BOD adalah banyaknya oksigen yang diperlukan untuk menguraikan


benda organik oleh bakteri aerobik melalui proses biologis secara dekomposisi
aerobik (Riady, 1984).

BOD adalah suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara global
proses-proses mikrobiologis yang benar-benar terjadi di dalam air. Angka BOD
menggambarkan jumlah oksigen yang diperlukan oleh bakteri untuk menguraikan
hampir semua zat organik yang terlarut dan sebagian zat-zat organis yang
tersuspensi di dalam air. Pemerikasaan BOD dilakukan untuk menentukan beban
pencematan akibat buangan dan untuk merancang sistem pengolahan biologis bagi
yang tercemar. Prinsip pemeriksaasn BOD didasarkan atas reaksi oksidasi zat
organis dengan oksigen di dalam air., dan proses tersebut berlangsung karena
adanya bakteri. Sebagai hasil oksidasi akan terbentuk karbon dioksida, air dan
amoniak. Dengan demikiat zat organis yang ada di dalam air diukur berdasarlan
jumlah oksigen yang dibutuhkan bakteri untuk mengoksidasi zat organis tersebut
(Alaert dan Santika, 1987).

BOD ditentukan dengan mengukur oksigen yang terserap oleh sampel


imbah cair akibat adanya mikroorganisme selama satu periode waktu tertentu,
biasanya 5 hari, pada satu temperatur tertentu ,umumnya 200C. Pemeriksaan
bakteri BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat limbah cair
dan juga diperlukan untuk mendesain sistem untuk pengolahan limbah cair secara
biologis disamping banyak dipakai untuk mengetahui cemaran organik (Mahida,
1984).

3. COD

8
COD merupakan analisis terhadap jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi zat-zat organis yang ada di dalam 1 liter sampel air dengan
menggunakan pengoksidasi KCrO sebagai sumber oksigen. Angka COD yang
didapat merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat organis, dimana secara
alami dapat dioksidasi melalui proses mikrobiologi yang mengakibatkan
berkurangnya oksidasi terlarut di dalam air (Alaerts dan Santika, 1987).

COD atau kebutuhan oksigen kimiawi adalah jumlah kebutuhan oksigen yang
diperlukan untuk mengoksidasi zat-zat organik. Angka COD merupakan ukuran
bagi pencemaran air oleh zat-at organik yang secara alamiah dapat dioksidasi
melalui proses mikrobiologis dan mengakibatkan berkurangnya kandungan
oksigen di dalam air. Hasil pengukuran COD dapat dipergunakan untuk
memperkirakan BOD ultimate atau nilai BOD tidak dapat ditentukan karena
terdapat bahan-bahan beracun (Mahida, 1984).

c) Kebutuhan anroganik

1. DO

DO adalah oksigen yang terlarut dalam air, berasal dari udara dan hasil
proses fotosintesis tumbuhan air. Oksigen diperlukan oleh semua makhluk yang
hidup di air.

Agar ikan dapat hidup, air harus mengandung oksigen paling sedikit 5 mg/liter
atau 5 ppm. Apabila kadar oksigen kurang dari 5 ppm, ikan akan mati, tetapi
bakteri yang kebutuhan oksigen terlarutnya lebih rendah dari 5 ppm akan

9
berkembang. Apabila sungai menjadi tempat pembuahan limbah yang
mengandung bahan organik. Sebagian besar oksigen terlarut digunakan bakteri
aerob untuk mengoksidasi karbon dan nitrogen dalam bahan organik menjadi
karbondioksida dan air. Sehingga kadar oksigen terlarut akan berkurang dengan
ceprt dan akibatnya hewan-hewan di air akan mati.

2. PH

Konsentrasi ion hidroen (pH) merupakan parameter penting untuk kualitas


air dan limbah. pH sangat berperan dalam kehidupan biologi dan mikorbiologi
(Alaerts dan Santika, 1987). pH sangat berpengaruh dalam proses pengolahan air
limbah. Bahan mutu yang ditetapkan adalah 6-9. Pengaruh yang terjadi apabila
pH terlalu rendah adalah penurunan oksigen terlarut, konsumsi oksigen menurun,
penigkatan aktivitas pernapasan serta penurunan selera makan. Oleh karena itu,
sebelum limbah diolah, diperlukan pemeriksaan pH serta menambahkan larutan
penyangga, agar dicapai pH yang optimal.

3. NH3

Ammonia merupakan senyawa alkali yang berupa gas tidak berwarna dan
dapat larut dalam air. Pada kadar di bawah 1 ppm dapat dideteksi adanya bau yang
menyengat. Ammonia erasal dari reduksi zat organis (HOCNS) secara
mikrobiologis (Hammer, 1996). Kadar NH3 yang tinggi di dalam air selalu
menunjukkan adanya pencemaran. Dari segi estetika, NH3 mempunyai rasa
kurang enak dan bau sangat menyengat. Sehingga kadar ammonia harus rendah,
pada air minum kadar ammonia harus nol dan pada air permukaan harus di bawah
0,5mg/l N (Alaerts dan santika, 1987).

10
2.3 Dampak Limbah Terhadap Lingkungan

Limbah ternak adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan
seperti usaha pemeliharaan ternak, rumah potong hewan, pengolahan produk
ternak, dan lain-lain. Limbah tersebut meliputi limbah padat dan limbah cair
seperti feses, urine, sisa makanan, embrio, kulit telur, lemak, darah, bulu, kuku,
tulang, dan sebagainya (Sihombing, 2000). Apabila usaha peternakan semakin
berkembang maka limbah yang dihasilkan juga akan semakin banyak.

Limbah ternak terbanyak biasanya dihasilkan dari ternak ruminansia


seperti sapi, kerbau kambing, dan domba. Umumnya setiap kilogram susu yang
dihasilkan ternak perah menghasilkan 2 kg limbah padat (feses), dan setiap
kilogram daging sapi menghasilkan 25 kg feses (Sihombing, 2000). Menurut
Soehadji (1992) Selain menghasilkan feses dan urine, dari proses pencernaan
ternak ruminansia menghasilkan gas metan (CH4) yang cukup tinggi. Pada
peternakan di Amerika Serikat, limbah dalam bentuk feses yang dihasilkan tidak
kurang dari 1.7 milyar ton per tahun. Di Indonesia, emisi metan per unit pakan
atau laju konversi metan lebih besar karena kualitas hijauan pakan yang diberikan
rendah. Semakin tinggi jumlah pemberian pakan kualitas rendah, semakin tinggi
produksi metan (Suryahadi dkk., 2002).

Limbah ternak masih mengandung nutrisi atau zat padat yang potensial
untuk mendorong kehidupan jasad renik yang dapat menimbulkan pencemaran.
Suatu studi mengenai pencemaran air oleh limbah peternakan melaporkan bahwa
total sapi dengan berat badannya 5000 kg selama satu hari, produksi manurenya
dapat mencemari 9.084 x 107 m3 air. Selain melalui air, limbah peternakan sering
mencemari lingkungan secara biologis yaitu sebagai media untuk berkembang
biaknya lalat. Kandungan air manure antara 27-86 % merupakan media yang
paling baik untuk pertumbuhan dan perkembangan larva lalat, sementara
kandungan air manure 65-85 % merupakan media yang optimal untuk bertelur
lalat.

11
Kehadiran limbah ternak dalam keadaan keringpun dapat menimbulkan
pencemaran yaitu dengan menimbulkan debu. Pencemaran udara di lingkungan
penggemukan sapi yang paling hebat ialah sekitar pukul 18.00, kandungan debu
pada saat tersebut lebih dari 6000 mg/m3, jadi sudah melewati ambang batas yang
dapat ditolelir untuk kesegaran udara di lingkungan (3000 mg/m3).

Salah satu akibat dari pencemaran air oleh limbah ternak ruminansia ialah
meningkatnya kadar nitrogen. Senyawa nitrogen sebagai polutan mempunyai efek
polusi yang spesifik, dimana kehadirannya dapat menimbulkan konsekuensi
penurunan kualitas perairan sebagai akibat terjadinya proses eutrofikasi,
penurunan konsentrasi oksigen terlarut sebagai hasil proses nitrifikasi yang terjadi
di dalam air yang dapat mengakibatkan terganggunya kehidupan biota air (Farida,
1978). Tinja dan urine dari hewan yang tertular dapat sebagai sarana penularan
penyakit, misalnya saja penyakit anthrax melalui kulit manusia yang terluka atau
tergores. Spora anthrax dapat tersebar melalui darah atau daging yang belum
dimasak yang mengandung spora. Dampak limbah ternak memerlukan
penanganan yang serius (Soeharsono, 2002).

Karakteristik limbah RPH yang mengandung kadar protein tinggi akan


menyebabkan penyuburan air, sehingga memungkinkan tumbuhnya tumbuhan air
yang tidak dikehendaki atau disebut dengan gulma air. Pertumbuhan gulma air
yang tidak terkendali akan merusak badan air dan menyebabkan terjadinya
pendangkalan. Limbah organik itu bila dibiarkan tanpa dikelola, tidak hanya akan
menunjukkan keburukan sanitasi lingkungan, melainkan juga akan menarik
binatang penyebab dan penyebar penyakit seperti insecta, rodentia dan lain
sebagainya.

Banyak jenis infeksi penyakit melalui makanan (Food Borne Disease)


yang ditularkan melalui daging akibat daging terkontamin asi langsung atau tidak
langsung oleh limbah RPH. Meat Borne Disesase dapat disebabkan oleh beberapa

12
agent seperti bakteri, jamur, virus, protozoa dan cacing. Meat Borne Disease yang
umum berjangkit disuatu tempat dan erat hubungannya dengan keburukan
pengelolaan limbah RPH adalah :

1. Bacterial Meat Borne Disease

a. Salmonellosis

Hal ini dapat timbul pada manusia akibat memakan daging yang tercemar
oleh kotoran hewan

b. Dysentri

Hal in disebabkan oleh daging yang tercemar bakteri yang banyak terdapat
pada limbah cair.

c. Tuberculosis

Hal ini disebabkan oleh karena manusia memakan organ atau daging yang
menderita sakit TBC.

d. Anthraxis

Hal ini disebabkan oleh Bacillus Anthrax, merupakan kuman yang bersifat
patogen dan membentuk spora di dalam daging.

e. Brucellosis

13
Penyakit ini dipindahkan dari hewan ke manusia akibat memakan daging
yang tercemar kuman Brucella.

2. Parasitic Meat Borne Disease

a. Cysticercus Bovis/ Taenia Saginata

Infeksi cacing pita ini pada orang-orang yang memakan daging tercemar
tanpa dimasak matang lebih dahulu.

b. Cysticercus Cellulosa/ Taenia Solium

Hanya babi yang merupakan sumber infeksi Taenia Solium pada manusia
dimana babi terinfeksi oleh telur cacing yang terdapat pada kotoran dan makanan

c. Hydatidosis/Echinococcus

Kurangnya fasilitas pemotongan yang layak dan pemeriksaan serta


pengapkiran organ-organ tubuh yang terinfeksi Cyste Hydatid akan menyebabkan
anjing atau kucing memakan limbah tersebut. Echinococcus pada anjing sangat
berperan dalam menimbulkan infeksi pada manusia.

d. Trichinella Spiralis

Parasit ini terutama terdapat pada babi, siklus hidup Trichinella spiralis
sempurna pada induk semang. Babi terkena infeksi akibat memakan makan
sampah yang mengandung Cyste yang berasal dari limbah RPH. Manusia
terinfeksi karena memakan daging babi panggang (Grilled Meat) yang hanya
matang bagian permukaannya saja.

14
3. Food Poisioning

a. Keracunan Staphylococcus

Hal ini disebabkan oleh Entero toksin yang diproduksi oleh strain
Staphylococcus. Manusia keracunan karena makan daging yang seharusnya
dibuang.

b. Keracunan Botulismus

Hal ini disebabkan oleh Exo toksin dari Clostridium Botulinum. Manusia
keracunan karena makan daging yang tercemar Clostridium Botulinum.

c. Keracunan Clostridium Perfringens.

Hal in disebabkan oleh Exo toksin dari Clostridium perfringens, manusia


keracunan karena makan daging yang mengandung Exo toksin ini, yang biasa
terdapat pada daging busuk.

2.4 Pemanfaatan Limbah Daging

Beberapa dari limbah tadi ( padat dan cair ), dapat dimanfaatkan, yaitu :

1. Darah sendiri dapat diproses menjadi :

a. Tepung darah

15
Tepung darah digunakan oleh pabrik pakan ternak sebagai
campuran makanan ternak ayam baik petelur maupun pedaging & itik.
Darah hewan mengandung max 20% solid & kira-kira 5 kg darah segar
akan menghasilkan 1 kg tepung darah kering dengan kelembaban 10-12%.
Bahan makanan tepung darah mengandung protein dalam kadar tinggi (80-
82%).

b. Darah yang dibekukan

Darah digunakan untuk makanan anjing (dog food).

Gambar 1. Tepung Darah

Sumber: (Forrest,dkk., 1975)

2. Tepung tulang (calcinated bone meal)

16
Tepung tulang sebagai suplement atau penambah unsur phosphat
pada pakan ternak. Setiap 45 kg tulang dari hewan yang baru disembelih
mengalami konversi menjadi 15 kg tepung tulang. Tulang diproses dan
diolah menjadi :

a. Bahan baku lem/perekat

b. Nitrogen, calcium & phospor yang terdapat ditulang dapat diolah


menjadi pupuk.

c. Tepung untuk bahan campuran pakan ternak

Penambahan 2 s/d 3 sendok tepung tulang setiap hari pada pakan


sapi, dapat menyebabkan: memperpendek Calving interval, meningkatkan
produksi susu, meningkatkan pertumbuhan dan daya tahan tubuh bagi
induk dan anak sapi, Penambahan kuku dan tanduk pada tepung tulang
tidak diperkenankan karena produk tersebut sukar dicerna oleh hewan.

Gambar 2. Tepung Tulang

Sumber: (Forrest,dkk., 1975)

17
3. Isi rumen (ruminal contents)

Isi rumen adalah makanan yang belum dicerna secara sempurna


pada lambung pertama ruminansia & mengandung saliva, mikroba
anaerob, selulosa, hemi selulosa, protein, lemak, karbohidart, mineral dan
vitamin (Van Soest, 1982). Secara mekanis makanan yang tidak tercerna
tersebut tercampur dengan Saliva dalam jumlah yang besar sehingga
membuat sejumlah bakteri dapat hidup & berkembang di dalam rumen. Isi
rumen mengandung serat kasar tinggi dan kandungan protein yang rendah
(Mc. Donald et.al.,1987).

Kadar protein isi rumen adalah 6,13% dengan kadar serat kasar 28,5% dan
kadar hemiselulosa 19,07% (Surjoatmodjo, 1988). Walaupun kualitas isi
rumen sapi rendah akan tetapi Preston dan Leng (1986) menyatakan
bahwa isi rumen dapat digunakan sebagai pakan ternak. Isi rumen juga
dapat diproses menjadi bahan padat, bahan padat tersebut dapat digunakan
untuk :

a. Pemupukan kolam ikan dan udang

b. Dicampur dengan kotoran ternak menjadi kompos

4. Kotoran ternak (feses)

Kotoran ternak yang berasal dari kandang penampungan sementara


dan kandang karantina, dikumpulkan ditempat penampungan. Kotoran
ternak tersebut kemudian dikelola & dimanfaatkan menjadi :

18
a. Pupuk tanaman

Kotoran ternak sebelum dipergunakan sebagai pupuk diproses terlebih


dahulu, agar unsur-unsur kandungan zat hara seperti nitrogen, phospos dan
kalium serta elemenlainnya yang dibutuhkan tanaman tidak terbuang.

b. Pupuk perikanan darat

Pupuk dibuat dengan mengalirnya kotoran ternak ke kolam ikan,


maka pertumbuhan Algae (ganggang) & plankton menjadi subur. Algae &
plankton ini sangat berguna sebagai makanan ikan.

c. Sebagai sumber energi

Kotoran ternak dapat diproses untuk menghasilkan gas bio. Gas bio
merupakan bahan bakar yang berguna karena nilai kalornya cukup tinggi,
yaitu dalam kisaran < 800 -6700 kcal/m3 (Harahap, 1978). Penggunaan
energi gas bio untuk pemakaian rumah tangga, pertanian, industri skala
kecil & sebagainya. Lumpur gas bio dapat dipergunakan untuk pupuk
tanaman, karena kandungan unsur N-P-K nya cukup tinggi.Lumpur gas
bio tersebut juga dapat dimanfaatkan untuk stabilisasi tanah yang
berlempung/ berkapur. Sebagai material untuk pembuatan kompos, lumpur
gas bio ini dapat dikombinasikan dengan sampah kota atau enceng
gondok.

19
Gambar 3. Pupuk Organik

Sumber: (Forrest,dkk., 1975)

5. Kelenjar

Kelenjar dari ternak sapi dapat dimanfaatkan dalam dunia farmasi untuk
dijadikan obat-obatan.

2.5 Pemanfaatan Limbah Industri Perikanan

Limbah industri perikanan dapat dimanfaatkan dan diberikan beberapa


perlakuan seperti pengolahan sehingga dapat menghasilkan suatu barang atau
produk yang memiliki manfaat dan nilai ekonomis yang tinggi. Beberapa contoh
dari produk yang dihasilkan dari pemanfaatan limbah industri ini antara lain :

1. Tepung Tulang Ikan

Tepung tulang adalah bahan hasil penggilingan tulang yang telah diekstrak
gelatinnya. Salah satu bahan yang mengandung mineral yang tinggi adalah tepung
tulang ikan. Tepung tulang ikan merupakan sumber mineral yang memiliki
kandungan kalsium dan fosfor yang tinggi. Menurut Orias (2008), selain memiliki

20
kandungan mineral yang tinggi kandungan kalsium pada ikan terutama pada
tulang ikan membentuk kompleks dengan fosfor dalam bentuk apatit atau
trikalsiumfosfat. Tepung tulang ikan memiliki kandungan gizi yang tinggi yang
dapat meningkatkan produksi dan nilai gizi telur, daging ternak dan ikan.
Komponen - komponen tepung tulang ikan yang berkualitas tinggi mengandung
air 6 - 100%, lemak 5 - 12%, protein 60 - 70% dan abu 10 - 20%. Kandungan gizi
tepung ikan tergantung dari jenis ikan yang digunakan sebagai bahan bakunya.

Tepung tulang dapat diperoleh melalui tiga proses (Anggorodi 1985), yaitu :

Pengukusan. Tulang dikukus kemudian dikeringkan dan digiling untuk


menghasilkan tepung tulang ikan.

Pemasakan dengan uap dibawah tekanan. Tulang dimasak dengan tekanan


kemudian diarangkan dalam bejana tertutup sehingga didapat tulang dalam
bentuk remah dan dapat digiling menjadi tepung.

Abu tulang yang diperoleh dari pembakaran tulang. Proses pembuatan


tepung tulang dimulai dengan limbah ikan berupa tulang dicuci dengan air
sampai bersih. Kemudian direbus selama 30 menit pada suhu 100C.
Setelah tulang direbus dimasukkan ke dalam autoklaf selama 45-60 menit
pada suhu 121C sampai tulang menjadi lunak. Selanjutnya dilakukan
penggilingan I dengan blender, pengovenan selama 17 jam pada suhu 70C
kemudian penggilingan II sampai halus. Dilanjutkan dengan pengayakan
sehingga menjadi tepung tulang ikan.

Tulang ikan merupakan salah satu limbah hasil pengolahan perikanan yang
dapat dimanfaatkan sebagai tepung untuk bahan pangan. Pemanfaatan tepung
tulang ikan dapat dilakukan dalam bentuk pengayaan (enrichment ) sebagai salah

21
satu upaya fortifikasi zat gizi dalam makanan. Tulang ikan banyak mengandung
garam mineral dari garam fosfat, seperti kalsium fosfat (Elfauziah, 2003).

Tepung ikan dapat ditambahkan pada produk ekstrusi, roti, biskuit dan kue
kering. Pembuatan produk ekstrusi, tepung ikan dicampur dengan jagung, beras
dan kacang hijau (Fawzya dkk, 1997). Menurut Baskoro (2008) membuat biskuit
dengan penambahan tepung tulang nila merah sebesar 0%, 5%, 10%, 15%, dan
20% dari tepung terigu, fortifikasi tepung tulang nila merah yang terbaik terhadap
karakteristik dan kandungan kalsium pada biskuit adalah fortifikasi tepung tulang
nila merah sebesar 10%. Kandungan kalsium pada konsentrasi ini sebesar 666 mg
dari takaran saji biskuit 30 gram. Menurut Laksmi dan Rahayu (1993) membuat
mie kering dengan penambahan tepung tulang nila merah sebesar 0%, 5%, 10%,
15%, 20%, dan 25% dari tepung terigu. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
berdasarkan uji hedonik penambahan tepung tulang nila merah 10% paling
disukai panelis.

2. Kerupuk Kulit Ikan

Kualitas kulit ikan sangat tergantung pada jenis ikan dan cara
pengolahannya. Umumnya limbah kulit ikan diperoleh dengan mudah dari sisa-
sisa pengolahan daging ikan, seperti sisa pembuatan kerupuk ikan, bakso ikan,
tepung ikan, abon ikan dan kecap ikan (Indraswari, C,H. 2003). Kulit ikan dari
hampir semua jenis ikan dapat dimanfaatkan dalam pembuatan kerupuk kuIit
ikan. Namun demikian, kebanyakan limbah kuIit ikan yang diperoleh berasal dari
ikan yang dianggap mempunyai nilai ekonomis seperti: ikan tengiri, tuna, kakap,
kakap merah, pari, hiu, lele, dan bandeng (Nabil, 2005).

Menurut Indraswari (2003) kerupuk kulit ikan memiliki cita rasa yang
sangat lezat, tidak kalah dengan kerupuk kulit sapi yang mengandung nilai gizi
tinggi seperti protein, lemak, mineral, kalsium, fosfor, air, dan energi. Kualitas

22
kerupuk ikan ditentukan oleh banyak hal, tidak hanya berkaitan dengan proses
pengolahan kulit ikan tersebut menjadi kerupuk kuIit ikan, dipengaruhi juga oleh
proses pengolahan ikan hingga menghasilkan limbah yang berupa kulit ikan
tersebut. Penanganan yang kurang baik saat proses pengolahan dapat
menghasilkan limbah kulit ikan yang kurang baik pula, misalnya berbau tidak
sedap (busuk) dan sebagian berasa pahit akibat tercemar cairan empedu. Kondisi
ini nantinya akan terbawa hingga menjadi produk kerupuk kulit.

Pembuatan kerupuk kulit ikan memerlukan peralatan yang sederhana dan


murah, sehingga usaha ini dapat dilakukan sebagai usaha sampingan untuk home
industry atau usaha kecil menengah. Alat-alat tersebut antara lain adalah:

1. Timbangan

2. Gelas ukur atau takaran

3. Gunting atau alat pemotong~ yaitu untuk memotong bagian-bagian


tertentu dari kulit ikan

4. Bak plastik

5. Baskom plastik

6. Penghancur atan blender atau lumping alu

7. Alat penjemur

8. Kompor

23
9. Seperangkat alat penggoreng

10. Plastik sealer untuk pengemasan

Cara pembuatan kerupuk kulit ikan terdiri dari beberapa tahapan antara lain:

1) Penyiapan bahan pengeras dan bahan baku

a. Bahan pengeras pada prinsipnya dibuat dengan melarutkan kapur sirih atau batu
gamping atau kapur tohor dalam air secara terus menerus selama 7 hari hingah
menjadi bubur kabur yang lembut.

b. Bahan baku berupa kulit ikan yang masih kotor, yaitu yang masih bercampur
dengan beberapa bagian ikan yang lain (sirip. Ekor, isi perut, duri, atau kepala)
harus dipisahkan bagian bagian tersebut dan pilih yang mempunayai kualitas baik.
Setelah itu bersihakan dengan air hingga benar-benar bersih dan ditiriskan. Bahan
baku dari limbah kulit ikan yang sudah diawetkan sementara atau dikeringkan
harus direndam beberapa saat hingga menjadi basah kemudian baru dapat
diproses.

c. Dilakukan proses pengerasan dengan larutan kapur sirih selama 1-2 jam agar
kerupuk ikan nantinya memiliki tektur yang kaku renyah dan tidak mudah
lembek. Untuk 10 liter air perendaman dibutuhkan 10 sedok air kapur sirih.

d. Setelah proses perendaman kulit ikan dicuci kembali dengan air hingga bau
kapur yang menepel pada kulit ikan benar-benar hilang, dan tiriskan.

e. Setelah ditiriskan kulit ikan yang telah keras tersebut dikeringkan. Kulit ikan
telah keringkan ini siap diolah

24
2) Tahap pengolahan

a. Kulit ikan yang telah kering dipotong dengan gunting untuk menyeragamkan
bentuk dan ukurannya, sekaligus untuk memisahkan bagian-bagian lain dari ikan
yang mungkin masih terikut misalnya sirip, ekor, duri dan lain-lain.

b. Selajutnya direndam dalam larutan bumbu selama 5- 10 menit kemudian


diangkat dan tiriskan.

c. Kulit ikan yang sudahh dibumbui dijemur hingga benar benar kering. Waktu
penjemuran sebaiknya di bolak-balik supaya keringnya benar-benar merata.
Setelah kering dapat langsung digoreng atau disimpan dalam kantong plastik.

Gambar 4. Kerupuk Kulit Ikan

Sumber: (Indraswari, 2003)

3. Kolagen dan Gelatin

25
Kolagen merupakan protein penting yang menghubungkan sel dengan sel
yang lain. Kolagen merupakan komponen struktural utama dari jaringan ikat putih
(white connetive tissue) yang meliputi hampir 30 persen dari total protein pada
jaringan dan organ tubuh vertebrata dan invertebrata. Kulit dan sisik ikan
merupakan salah satu sumber utama kolagen. Pembuatan kolagen dapat dilakukan
melalui ekstraksi baik secara konvensional maupun secara enzimatis. Kegunaan
kolagen diantaranya adalah untuk suplemen makanan, kosmetik, dan aditif pada
makanan dan minuman ringan.

Gelatin adalah derivat protein dari serat kolagen yang ada pada kulit,
tulang, dan tulang rawan, yang diperoleh melalui proses hidrolisis serat kolagen.
Prinsipnya proses pembuatan gelatin dapat dibagi menjadi dua macam,yaitu
proses asam dan proses basa. Perbedaan kedua proses ini terletak pada proses
perendamannya. Proses perubahan kolagen menjadi gelatin melibatkan tiga
perubahan yaitu pemutusan sejumlah ikatan peptida untuk memperpendek rantai,
pemutusan sejumlah ikatan peptida untuk memperpendek rantai, pemutusan atau
pengacauan sejumlah ikatan camping antar rantai dan perubahan konfigurasi
rantai (Junianto et al., 2006). Gelatin berfungsi untuk pengolahan pangan
(penstabil, pembentuk gel, pengental, pengemulsi, perekat, edible coating,
pengikat air), dan non-pangan (kosmetik, medis/farmasi, kertas dll).

4. Kulit Ikan Tersamak

Salah satu limbah yang dihasilkan dari pengolahan fillet ialah kulit ikan.
Kulit ikan terdiri dari daerah punggung, perut dan ekor sesuai dengan bentuk
badannya. Kulit ikan tersusun dari komponen kimia protein, lemak, air, dan
mineral. Kulit ikan dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan maupun non
pangan. Pengembangan teknologi penyamakan kulit berupa kulit ikan yang
semula dianggap sebagai limbah yang kurang termanfaatkan dan tidak
mempunyai nilai jual, saat ini justru berpeluang menjadi bahan baku industri

26
kerajinan. Kulit hasil penyamakan digunakan sebagai bahan bakuseperti sepatu,
tas, dompet, ikat pinggang, dan jaket. Proses penyamakan kulit pada dasarnya
adalah kegiatan mengubah kulit mentah yang bersifat labil yaitu bahan yang cepat
membusuk menjadi kulit tersamak (leather) yang sangat stabil untuk jangka waktu
tidak terbatas dan mempunyai daya jual yang sangat signifikan.

5. Pupuk organik

Pemanfaatan limbah ikan atau mungkin ikan-ikan yang tidak ekonomis


penting dan ikan yang terbuang sia-sia. Pemanfaatan ini, salah satunya adalah
menjadikan pupuk organik. Bahan baku ikan untuk memproduksi pupuk organik
sangat dipengaruhi oleh kandungan lemaknya. Kemungkinan besar lama waktu
proses pembuatan pupuk organik tergantung dari kandungan lemaknya. Dengan
kandungan lemak yang tinggi, kemungkinan besar bahwa prosesnya akan lambat
atau tidak sempurna. Berbeda dengan kandungan lemak yang sedikit, maka hasil
pupuknya akan termasuk yang terbaik.

Pupuk organik lengkap yang terbuat dari bahan baku ikan memiliki
kualitas sebagai pupuk yang lebih dibandingkan dengan pupuk organik lain,
apalagi kalau dibandingkan dengan pupuk kompos, pupuk kandang, ataupun
pupuk hijau. FAO telah menetapkan kriteria dasar untuk pupuk jenis ini, yakni:
kandungan unsur makro harus mempunyai nilai minimal N (12%), P (8%), dan K
(6%) disamping kandungan unsur mikro seperti Ca, Fe, Mg, Cu, Zn, Mn, dan
sebagainya. Kandungan protein dan lemak yang tinggi akan menghambat
pertumbuhan dari tanaman pangan tersebut.

Limbah pengolahan ikan biasanya berbau, untuk menghilangkan bau


busuk limbah pengolahan tepung ikan dapat digunakan bakteri asam laktat dan
untuk produk pupuk yang dibuat dari limbah pengolahan ikan yang telah
dihilangkan bau busuknya juga dapat ditingkatkan kandungan haranya.

27
Keunggulan pupuk ini adalah (Basmal, 2008).

Pupuk yang dihasilkan merupakan pupuk organik yang unsur haranya lebih
lengkap dibandingkan dengan pupuk anorganik;

Membuat daun tanaman hias menjadi lebih mengkilap, bunga lebih banyak
dan bertahan lebih lama;

Bahan baku melimpah dan murah, karena memanfaatkan limbah pengolahan


ikan;

Harga jual kompetitif jika dibandingkan dengan produk impor yang sangat
mahal

Konsep back to nature melalui pertanian organik.

6. Minyak ikan

Minyak ikan, dapat diproduksi dari sisa-sisa daging dan kulit ikan.
Pengolahannya dengan cara ekstraksi, dengan kombinasi pemasakan,
pengeringan, dan pengepresan untuk memisahkan minyak dan tepung ikan.
Manfaat minyak ikan untuk kesehatan dapat mencegah beberapa penyakit, antara
lain jantung koroner, kelebihan kolesterol darah, kanker, kerontokan rambut, dan
untuk kekebalan tubuh.

7. Kerajinan dari sisik ikan

Limbah sisik ikan bisa dijadikan sebagai bahan utama pembuatan


aksesoris seperti; anting-anting, cincin, kalung, bros, dan gelang. Hasilnya lebih

28
terlihat unik, artistik, dan menarik. Namun dapat pula dikembangkan menjadi
bentuk-bentuk penghias wadah serbaguna dan lainnya.

29
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan-penjelasan yang ada mengenai prinsip penanganan


limbah, terutama penanganan limbah daging dan ikan adalah sebagai berikut :

1. Karakteristik fisik diantaranya total zat pelarut, total padatan terlarut, total
suspensi solid, bau, temperatur dan warna.

2. Karakteristik kimia diantaranya terdapat kandungan organik, BOD, COD


sedangkan kebutuhan anorganik seperti DO, pH dan NH3.

3. Dampak limbah terhadap lingkungan diantaranya adalah bacterial meat


borne disease penyakit salmonellosis, disentri, tubercolosis, anthraxis,
brucellosis, Sedangkan parasitic meat borne disease diantaranya adalah
penyakit cacing pita, Echinococcus, Trichinella spiralis.

4. Keracunan makanan dapat disebabkan oleh bakteri Staphilococcus,


Botulismus, dan Clostridium perfrigens.

5. Pemanfaatan limbah daging. Darah dapat dijadikan tepung darah dan


makanan anjing. Tulang dapat dijadikan tepung tulang. Rumen dapat

30
dijadikan sebagai pupuk kolam ikan dan udang atau dicampur dengan
kotoran ternak menjadi kompos.

6. Kotoran ternak dapat dijadikan pupuk tanaman, pupuk ikan darat, sumber
energi

7. Kelenjar dapat dijadikan obat.

8. Pemanfaatan limbah perikanan. Tulang ikan dapat dijadikan sebagai tepung


tulang ikan, Kulit ikan dapat dijadikan kerupuk. Kolagen dapat dijadikan
suplemen makanan, kosmetik dan bahan tambahan pangan pada makanan
dan minuman ringan. Gelatin dapat dijadikan pengolahan pangan( penstabil,
pembentuk gel pengental pengemulsu perekat dll), dan non pangan
(kosmetik, medis dan kertas. Kulit ikan tersamak untuk dompet tas. Pupuk
organik dapat dibuat dari limbah ikan. Kerajinan dapat dibuat dengan
menggunakan sisik ikan.

31
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi, R. 1985. Ilmu Makanan Ternak Umum. Penerbit PT Gramedia,
Jakarta.
Alaerts dan Santika, 1987. Metoda Penelitian Air. Usaha Nasional, Surbaya.
Baskoro, Anton. 2008. Biskuit dari tepung tulang ikan. Banyu Media, Jakarta.

Basmal, J. 2008. Prospek pemanfaatan rumput laut sebagai bahan pupuk organik
cair. Squalen Buletin Pascapanen & Bioteknologi Kelautan dan Perikanan.
No 12.Vol V
Elifauziah, R. 2003. Pemisahan kalsium dari tulang kepala ikan patin (pangasius
sp.) [skripsi]. Fakultas perikanan dan ilmu kelautan,IPB
Fawzya, Y.N., Rufina, M. Sugiyono dan Irianto, H.E. 1997. Quality ofextruded
food products made from corn, rice and fish flour mixture.didalam APFIC
Summary report of papers presented at the tenth session of the Working
Party 19 on Fish Technology and Marketing, Colombo, Sri Lanka 4-7 June
1996. FAO Fisheries Report No.563.Rome, FAO p 265-269
Forrest, J.C., E.D. Aberle, H.B. Hedrick, M.D. Judge and R.A. Merkel. 1975.
Priciples of Meat Science, W.H. Freeman and Co., San Fransico.

Farida E. 2000. Pengaruh Penggunaan Feses Sapi dan Campuran Limbah Organik
Lain Sebagai Pakan atau Media Produksi Kokon dan Biomassa Cacing
Tanah Eisenia foetida savigry. Skripsi Jurusan Ilmu Nutrisi dan Makanan
Ternak. IPB, Bogor.
Harahap, F. M., 1978. Teknologi Gas Bio. Pusat Teknologi Pembangunan ITB,
Bandung
Hartati, I. 2010. Kajian Produksi Kolagen Dari Limbah Sisik Ikan Secara
Ekstraksi Enzimatis, Universitas Wahid Hasyim, Semarang
Hammer, J.J. 1996. Water and Waste-Waste-water Technology. John Wiley &
Sons, New York.
Indraswari, C. H. 2003. Teknologi Pengolahan Pangan Kerupuk Puli Masa Kini.
Kanisius, Yogyakarta
Junianto, K. Haetami dan I. Maulina. 2006.Produksi Gelatin Dari Tulang Ikan dan
Pemanfaatannya Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Cangkang Kapsul. Hibah
Penelitian Dirjen Dikti. Fakultas Perikanan dan Imu Kelautan, Universitas
Padjajaran, Jatinangor.

32
Laksmi, J. dan Rahayu,W., 1993. Penanganan Limbah Industri Pangan. Kanisius,
Jakarta
McDonald P, Edwards RA, Greenhalgh JFD. 1987. Animal Nutrition. 3rd ed.
Longman Inc,London.
Nabil, M. 2005. Pemanfaatan Limbah Tulang Ikan Tuna (Thunnus sp.) sebagai
Sumber Kalsium dengan Metode Hidrolisis Protein. Skripsi. Program Studi
Teknologi Hasil Perikanan, IPB
Orias, A., 2008, Pemanfaatan Tepung Tulang Ikan Patin (Pangianus sp.) sebagai
Sumber Kalsium dan Fosfor Dalam Pembuatan Biskuit, Tesis, Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Racha, E.R. 2015. Penanganan Limbah Industri Pangan(Biskuit dan Bakso)
available at :
http://www.academia.edu/20194616/Penanganan_Limbah_Pangan. Diakses
pada tanggal 21 Mei 2017.
Van Soest, P.J. 1982. Nutritional Ecology of The Ruminant. O and B Books, Inc
UnitedStates of America.

Sihombing D T H. 2000. Teknik Pengelolaan Limbah Kegiatan/Usaha Peternakan.


Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Lembaga Penelitian, Institut Pertanian
Bogor

Soehadji, 1992. Kebijakan Pemerintah dalam Industri Peternakan dan Penanganan


Limbah Peternakan. Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian.
Jakarta.

Soeharsono, 2002. Anthrax Sporadik, Tak Perlu Panik. Available At:


http://www.kompas.com/kompas-cetak/0209/12/iptek/anth29.htm (diakses
pada tanggal 21 Mei 2017).

33
34

Anda mungkin juga menyukai