Anda di halaman 1dari 3

Resensi Buku: Socially Responsible Investment

Penerbit: John Willey & Sons Ltd. England, 2002


Pengarang : Russell Sparkes

Penulis Resensi: I Made B. Tirthayatra (Warta Bapepam, April 2005)

Pasar Modal seringkali dilihat sebagai wahana investasi yang bersifat hit and run, dimana
investor mencari keuntungan yang sebesar-besarnya dalam waktu sesingkatsingkatnya, atau zero
sum game, dimana keuntungan seorang investor identik dengan kerugian yang diderita oleh
investor lain. Pendapat ini, walaupun memang didasarkan atas praktek yang sering terjadi di
pasar modal, tentunya tidak menggambarkan wajah pasar modal secara keseluruhan. Ibarat
sebuah pisau yang dapat digunakan untuk menyakiti namun juga dapat digunakan untuk
mengobati orang, investasi di pasar modal dapat dimanfaatkan untuk meraih keuntungan sebesar-
besarnya tanpa memikirkan orang lain, namun juga dapat dimanfaatkan untuk mempengaruhi
perusahaan agar menjalankan usahanya berdasarkan prinsip-prinsip sosial yang bertanggung
jawab. Contohnya adalah dengan memanfaatkan hak suara pemegang saham untuk membuat
perusahaan mengikuti prinsip good corporate governance, lingkungan hidup, dan hak asasi
manusia. Pendekatan investasi yang disebut terakhir ini, atau dikenal dengan istilah Socially
Responsible Investment (SRI), pada akhirnya bukan saja menyehatkan perekonomian secara
keseluruhan, namun juga menjaga keberlangsungan sumber-sumber daya alam.

Secara umum SRI didefinisikan sebagai filosofi investasi yang memasukkan pertimbangan-
pertimbangan etika dan moral disamping pertimbangan finansial. Adapun pertimbangan-
pertimbangan etika dan moral tersebut mencakup masalah-masalah lingkungan hidup, hak asasi
manusia, dan corporate governance. Dalam buku Socially Responsible Investment: A Global
Revolution ini, Russel Sparkes, pengarangnya, menyajikan ulasan mengenai SRI secara
keseluruhan. Berbagai aspek seperti pengertian dan sejarah SRI, pendekatan-pendekatan SRI
yang sering digunakan, profil pemodal SRI, isu-isu yang menjadi perhatian pemodal SRI,
indeks-indeks saham-saham SRI, dan berbagai praktek SRI dengan mengambil contoh di
beberapa negara maju seperti Canada, Australia, Inggris dan Jepang dikupas secara lengkap
dengan bahasa yang sederhana. Untuk menarik perhatian pembaca akan topik SRI, Russel
Sparkes mengawali buku ini dengan pembahasan mengenai trend SRI yang semakin meningkat
sehingga pembaca yang skeptis terhadap masalah SRI pun akan mengakui bahwa SRI telah
menjadi fenomena global yang harus diperhatikan.

SRI mulai dipraktekkan secara luas sejak dikeluarkannya Undang-Undang Dana Pensiun SRI
Inggris (the British SRI Pension Fund Legislation) yang berlaku efektif pada tanggal 3 July
2000. Undang-undang ini mewajibkan Dana Pensiun untuk mencantumkan sejauh mana
pertimbangan-pertimbangan sosial, lingkungan dan etika dimanfaatkan dalam berinvestasi, pada
Pernyataan Prinsip Investasi (Statement of Investment Principles) mereka. Termasuk juga
mencantumkan kebijakan pemanfaatan hak yang melekat pada investasi yang dilakukan
(misalkan hak suara pada investasi saham). Sejak efektifnya UU ini SRI tidak lagi merupakan
pendekatan investasi minor yang hanya dilakukan oleh segelintir pemodal, namun sudah
berkembang menjadi praktek yang umum dilakukan dalam berinvestasi di pasar modal. Semakin
banyak investor institusi yang menganggap bahwa SRI sudah menjadi bagian dari pendekatan
standar mereka dalam melakukan investasi.

Dari berbagai studi mengenai pergerakan saham SRI diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara kinerja saham-saham SRI dengan saham-saham umum. Salah satu
contohnya adalah studi yang dilakukan oleh Phoebus Dhrymes atas 464 saham AS dalam kurun
waktu 1991-1996. Berdasarkan studinya ini, Dhrymes menyatakan bahwa tidak ada perbedaan
signifikan antara return dari SRI dengan return keseluruhan saham di AS. Karenanya, satu hal
yang perlu disadari oleh investor dalam SRI adalah bahwa meskipun SRI tidak mengabaikan
pertimbangan-pertimbangan finansial, tidak berarti bahwa berinvestasi di SRI memberikan
jaminan keuntungan yang lebih besar daripada berinvestasi pada saham-saham umum. Pada
intinya, SRI adalah prinsip investasi dimana Investor tidak hanya memperhatikan kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan keuntungan tetapi juga kemampuan sumber-sumber daya
perusahaan tersebut, termasuk juga cara-cara perusahaan tersebut menjalankan usahanya.
Karenanya, motivasi dalam melakukan SRI adalah bahwa investor dapat ikut berpartisipasi
dalam usaha mewujudkan dunia yang lebih baik tanpa
mengorbankan kepentingan ekonominya.

Saat ini jumlah dana investasi institusi SRI sudah mencapai US $ 2.7 triliun, dan akan terus
bertambah karena semakin banyak investor yang menaruh perhatian pada masalah-masalah yang
bersifat etika dan moral. Contoh investment fund yang menggunakan prinsip SRI adalah Calvert
Social Investment Fund yang tidak mau berinvestasi pada perusahaanperusahaan yang bergerak
di bidang energi nuklir, peralatan perang, alkohol, tembakau, dan perjudian. Investment Fund ini
mencari perusahaan-perusahaan yang memiliki karakteristik ramah lingkungan dan manajemen
terbuka, sebagai tempat berinvestasi. Disamping itu juga ada Friends Provident Stewardship
yang menghindari perusahaan-perusahaan yang melakukan eksploitasi hewan, menyebabkan
polusi lingkungan, bekerja pada pemerintahan yang bersifat tirani, mengeksploitasi negara-
negara dunia ketiga, bergerak di bidang pornografi, dsb. Friends Provident Stewardship mencari
perusahaan-perusahaan yang berusaha dalam bidang suply kebutuhan pokok, konservasi energi,
dan pendidikan sebagai tempat berinvestasi. Citizens Funds dan Standard Life Ethical Funds
tidak berinvestasi pada perusahaan-perusahaan yang tidak ramah lingkungan, melakukan
percobaan produk pada hewan, melakukan rekayasa genetika, bergerak di bidang pornography
dan perjudian, dsb. Kedua fund ini menekankan untuk berinvestasi pada perusahaan yang
mempublikasikan kebijakan lingkungannya.

Beberapa pendekatan SRI yang umum digunakan adalah negative atau screening approach
dimana investor menghindari untuk berinvestasi pada perusahaan yang bergerak di industri-
industri tertentu, dan positive approach dimana investor mentargetkan untuk berinvestasi pada
Perusahaan-perusahaan yang memenuhi kriteria-kriteria tertentu. Selain itu adapula shareholders
activism approach, dimana investor tidak menghindari industri tertentu namun berusaha untuk
memanfaatkan hak suaranya dalam mengarahkan kebijakan SRI Perusahaan.

Diantara pendekatan-pendakatan ini yang paling dominan adalah screening approach. Adapun
perusahaan yang dihindari umumnya adalah perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan
senjata, tembakau, alkohol, pornografi, serta perusahaan yang secara langsung ataupun tidak
mensupport pemerintah yang menindas hak-hak asasi, seperti Junta Militer di Burma. Disamping
screening approach, trend yang sedang berkembang adalah bahwa pemegang saham
memanfaatkan hak suaranya untuk menentukan arah perusahaan. Secara umum aktivitas
pemegang saham dibagi menjadi: publisitas, dialog, dan pengajuan resolusi.

Buku ini bermanfaat bagi regulator Pasar Modal di Indonesia setidaknya dalam dua hal. Manfaat
pertama adalah dalam rangka pengembangan pasar modal syariah. Terdapat beberapa persamaan
pendekatan antara SRI dengan pasar modal syariah, misalnya dalam hal penggunaan screening
approach pada industri-industri tertentu seperti minuman beralkohol dan pornografi. Karenanya,
melalui buku ini regulator Pasar Modal Indonesia, khususnya yang terkait dengan pengembangan
pasar modal syariah, dapat memperlebar cakrawala dengan melihat bagaimana berbagai
investment vehicle yang bernuansa etika dan moral dikembangkan di negara-negara yang telah
maju. Manfaat yang kedua adalah dalam rangka pengembangan SRI itu sendiri di Pasar Modal
Indonesia. Sebagaimana disebutkan diatas bahwa SRI telah menjadi pendekatan standar bagi
investor-investor institusi dunia dalam melakukan investasi, maka suka tidak suka, cepat ataupun
lambat pasar modal di Negara manapun harus membuka diri terhadapnya.

Anda mungkin juga menyukai