PUSKESMAS KRIAN
TB PARU RELAPS
Disusun oleh :
15710082
FAKULTAS KEDOKTERAN
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami
bisa menyelesaikan penyusunan LAPORAN HOME VISIT PUSKESMAS KRIAN
SCABIES. Tugas praktek kerja lapangan ini merupakan salah satu persyaratan untuk
memenuhi tugas dalam kepaniteraan klinik di dalam Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Dengan menyusun laporan ini, kami berharap dapat menambah pengetahuan dan
memperluas wawasan kami, serta berpikir maju dan kritis dalam menghadapi segala
permasalahan yang ada di masyarakat, khususnya dalam bidang kesehatan.
Tidak lupa kami mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang
membantu terwujudnya laporan ini di antaranya :
1. Prof. Dr. Sri Harmadji, dr., Sp.THT - KL (K), selaku rektor Universitas
Wijaya Kusuma Surabaya.
2. Prof.Soedarto, dr., DTM&H, Ph.D, Sp.Par (K), Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
3. Prof. Dr. Hj. Rika Subarniati Triyoga, dr., SKM, selaku Kepala Bagian
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
4. Ayu C.Noviana, dr., M.KKK. selaku dosen pembimbing
5. dr. Sukma Sahadewa, S.H., M.Hum., M.Sos., M.Kes. selaku koordinator
kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas
Wijaya Kusuma Surabaya.
6. Dr. Maulana Moch. Fathirselaku Kepala Puskesmas Krian Kecamatan
KrianKabupaten Sidoarjo.
7. Ratna Dewi Rahmawati, dr. selaku dokter pembimbing di Puskesmas Krian
Kecamatan KrianKabupaten Sidoarjo.
8. Seluruh paramedis dan Non Medis yang telah banyak membantu kami selama
melaksanakan kepaniteraan klinik di Puskesmas Krian Kecamatan
KrianKabupaten Sidoarjo.
9. Para bidan desa, kader puskesmas serta perawat desa yang telah banyak
membantu kami selama melaksanakan kepaniteraan klinik di Puskesmas Krian
Kecamatan KrianKabupaten Sidoarjo.
10. Semua pihak yang telah membantu terselesaikan laporan penelitian ini.
2
Kami menyadari masih terdapat kekurangan dalam laporan ini sehingga kritik
dan saran sangat kami harapkan guna kesempurnaan laporan kinerja dalam rangka
praktek lapangan ini. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak
yang terlibat.
Penyusun
3
LEMBAR PENGESAHAN
KABUPATEN SIDOARJO
4
LAPORAN HOME VISIT DOKTER KELUARGA
Berkas Pembinaan Keluarga
Puskesmas Krian No. RM :212
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberkulosis Paru (TB Paru) merupakan salah satu penyakit menular
yang masih menjadi permasalahan di dunia hingga saat ini, tidak hanya di
negara berkembang tetapi juga di negara maju.WHO memperkirakan sepertiga
penduduk dunia telah terinfeksi oleh TB Paru.Hal ini dibuktikan dengan masih
banyaknya jumlah penderita TB Paru yang ditemukan di masyarakat dan sejak
tahun 1993, WHO menyatakan bahwa TB Paru merupakan kedaruratan global
bagi kemanusiaan.
TB Paru telah dikenal hampir di seluruh dunia, sebagai penyakit kronis
yang dapat menurunkan daya tahan fisik penderitanya secara serius.Hal ini
disebabkan oleh terjadinya kerusakan jaringan paru yang bersifat permanen.
Di samping proses destruksi terjadi pula secara simultan proses restorasi atau
penyembuhan jaringan paru sehingga terjadi perubahan struktural yang
bersifat menetap serta bervariasi yang menyebabkan berbagai macam kelainan
faal paru (Supardi, 2006).
Setelah sebelumnya berada di peringkat 3 dengan prevalensi TB Paru
tertinggi setelah India dan Cina, berdasarkan laporan WHO, pada tahun 2007
peringkat Indonesia turun ke peringkat 5 dengan prevalensi TB Paru tertinggi
setelah India, Cina, Afrika Selatan, dan Nigeria.3 Di seluruh dunia, TB Paru
merupakan penyakit infeksi terbesar nomor 2 penyebab tingginya angka
mortalitas dewasa sementara di Indonesia TB Paru menduduki peringkat 3
dari 10 penyebab kematian dengan proporsi 10% dari mortalitas total.
Angka insidensi semua tipe TB Paru Indonesia tahun 2010 adalah
450.000 kasus atau 189 per 100.000 penduduk, angka prevalensi semua tipe
TB Paru 690.000 atau 289 per 100.000 penduduk dan angka kematian TB
Paru 64.000 atau 27 per 100.000 penduduk atau 175 orang per hari.
6
Penyakit tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang
penyebarannya sangat mudah sekali, yaitu melalui batuk, bersin dan
berbicara.Penyebaran penyakit tuberkulosis paru yang sangat mudah ini,
sangat rentan pada keluarga yang anggota keluarganya sedang menderita
penyakit tersebut. Penyakit dapat menular pada anggota keluarga yang lain.
Oleh karena itu, penyakit tuberkulosis harus mendapat penanganan yang tepat
karena penyakit ini menyerang tidak memandang kelompok usia produktif,
kelompok ekonomi lemah dan berpendidikan rendah. Penyakit TB paru lebih
banyak ditemukan di daerah miskin karena faktor lingkungan yang kurang
mendukung menjadi penyebab TB paru.
Kasus kambuh (relaps) diartikan sebagai penderita tuberkulosis yang
sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan
sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil
pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan positif.
Laporan ini diambil dari kasus seorang pasien laki-laki Tn. S berusia
51 tahun yang di diagnosa TB paru relaps (kategori 2) yang ada di wilayah
kerja Puskesmas Krian, Kabupaten Sidoarjo. Pasien datang ke Puskesmas
Krian dengan keluhan batuk sejak 8 bulan yang lalu.Pasien mengeluhkan
batuk terus-menerus dengan disertai dahak berwarna kuning kehijauan namun
tidak pernah disertai dengan keluarnya darah.Pasien juga sering sesak napas
dan ngos-ngosan saat melakukan aktivitas yang ringan sejak 8 bulan yang lalu
sehingga pasien kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari.Sesak napas
dirasakan hilang timbul dan membaik saat pasien istirahat.Pasien juga
mengeluhkan berat badannya turun kurang lebih 4 kg dibandingkan
sebelumnya.
Sebelumnya pada Tahun 2013 pasien sudah pernah terdiagnosa
Tuberkulosis Paru, telah mendapatkan pengobatan OAT selama 6 bulan dan
telah dinyatakan sembuh.
Mengingat kasus ini masih ditemukan di masyarakat khususnya di
wilayah kerja Puskesmas Krian, Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo
beserta permasalahannya seperti masih kurang pengetahuan masyarakat
7
tentang TB Paru, terutama mengenai cara penularan dan pengobatannyanya.
Oleh karena itu, penting kiranya bagi penulis untuk memperhatikan dan
mencermatinya untuk kemudian bisa menjadikannya sebagai pengalaman di
lapangan.
B. Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan antara kondisi pasien dengan keadaan
keseluruhan baik yang menyangkut kehidupan sosial dan ekonomi, pelayanan
kesehatan dan lingkungan Desa Jatikalang, Kecamatan Krian, Kabupaten
Sidoarjo?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahuihubungan antara kondisi pasien dengan keadaan
keseluruhan baik yang menyangkut kehidupan sosial dan ekonomi,
pelayanan kesehatan dan lingkungan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi permasalahan kesehatan anggota keluarga yang di
kunjungi sesuai dengan penyakit dan instrument yang ditetapkan oleh
Puskesmas Krian.
b. Mengidentifikasi kehidupan pasien dalam keluarga melalui APGAR
c. Mengidentifikasi faktor sosial ekonomi pasien melalui SCREEM
d. Mengidentifikasi faktor keturunan pasien melalui Genogram
e. Mengidentifikasi faktor pelayanan kesehatan
f. Mengidentifikasi perilaku pasien terkait dengan penyakitnya
g. Mengidentifikasi faktor lingkungan (fisik, sosial ekonomi, dsb)
h. Sebagai salah satu tugas akhir kepaniteraan klinik bagian Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya
Kusuma Surabaya.
8
3. Manfaat
Manfaat dari dilakukakannya homevisit:
1. Bagi pasien dan keluarganya
Pasien dan keluarganya bisa lebih dekat dengan tenaga medis dan merasa
lebih diperhatikan, sehingga diharapkan pasien dapat lebih cepat sembuh.
2. Pelayanan kesehatan
Dapat memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik, lebih
menyeluruh kepada pasien.
3. Puskesmas
Dapat memantau secara langsung pasien serta lingkungan sekitarnya, serta
dapat mengidentifikasi masalah kesehatan untuk memperbaiki kualitas
kesehatan.
9
BAB II
HASIL KUNJUNGAN
1. Identifikasi Pasien
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. S
Umur : 51 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Tidak bekerja
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Alamat : Ds. Jatikalang 002/003, Dusun Jatisari, Kecamatan
Krian, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.
Suku : Jawa
Tgl.Periksa : 29 April 2017
B. Anamnesis
1. Keluhan Utama: Batuk berdahak
2. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien Tn. S mengeluh batuk sejak 8 bulan yang lalu.Batuk dirasakan
setiap saat disertai dengan keluarnya dahak.Dahak berwarna kuning
kehijauan namun tidak pernah disertai dengan darah.Selain itu pasien
juga mengeluhkan sesak dan ngongsroh saat beraktivitas.Namun
ngongsroh tidak dirasakan membaik dengan istirahat.Selain itu pasien
juga mengeluhkan penurunan berat badan sejak awal batuk.Berat
badan pasien menurun kurang lebih 8 kg sejak pertama kali
merasakan batuk.Pasien tidak mengeluhkan menggigil dan
berkeringat saat malam.Selain itu saat ini pasien mengeluhkan nyeri
pada pundak sebelah kiri dan kadang-kadang kesemutan pada tangan
kanan.
10
3. Riwayat Penyakit Dahulu:
Pada tahun 2013 pasien pernah batuk-batuk lama, sesak napas dan
penurunan berat badan saat melakukan pekerjaan yang berat.Pasien
kemudian berobat ke RS Anwar Medika, setelah dilakukan pemeriksaan
pasien didiagnosis dengan TB Paru dan kemudian menjalani
pengobatan.Pasien sudah mendapatkan OAT selama 6 bulan.Setelah 6
bulan pasien pasien dilakukan pemeriksaan ulang dan dinyatakan sudah
sembuh.
Pada tahun 2016 saat pasien pertama kali mengeluhkan batuk pasien
berobat ke Puskesmas Krian dan kemudian dirujuk ke RS Dr. Soetomo
untuk menjalani tes dahak dan pemeriksaan foto rontgen dada.
5. Riwayat Kebiasaan
a. Riwayat merokok : Merokok sejak SMP,
terakhir 4 tahun yang lalu. Dalam sehari menghabiskan kurang
lebih 2 bungkus rokok.
b. Riwayat keluarga merokok : Ayah dan ibu pasien
merokok
c. Riwayat olah raga : Jarang sekali
11
d. Riwayat pengisian waktu luang dengan berbincang bincang
dengan keluarga cukup sering.
e. Riwayat kebiasaan batuk, pilek dan meludah sembarangan:
batuk(+), pilek(+), meludah di sembarang tempat(-), perokok
aktif(+)
7. Riwayat Gizi.
Penderita makan sehari-hari 3 kali, kadang 4xdengan nafsu
makan normal.makan nasi satu porsi dan lauk pauk seperti tahu,
tempe, dan sayuran. Penderita jarang makan daging, ikan, ayam dan
buah.Kesan status gizi baik.
C. AnamnesisSistem
1.Kulit :Warna kulit sawo matang, kulit gatal
(-)
2.Kepala :Sakit kepala (+), pusing (-), rambut
kepala tidak rontok
3.Leher : Nyeri pada leher kanan (+)
4.Mata : Penglihatan kabur (-)
12
5. Hidung :Tersumbat (-), mimisan (-),
6.Telinga : Pendengaran berkurang (-), berdenging (-),
keluar cairan (-)
7.Mulut :Sariawan (-), mulut kering (-)
8.Tenggorokan : Sakit menelan (-), serak (-)
9. Pernafasan : Sesak nafas (-), batuk (+)
berdahak, mengi (-), batuk darah (-)
10. Kadiovaskuler : Berdebar-debar (-), nyeri dada (-)
11. Gastrointestinal:Mual (+), muntah (-), nafsu makan
menurun (-), nyeri uluhati (+), BAB tidak ada
keluhan
12. Genitourinaria :BAK lancar, 4-5 kali/hari, warna
kekuningan
13. Neurologik : Kejang (-), lumpuh (-)
14. Psikiatrik : Emosi stabil, mudah marah (-)
15. Muskuloskeletal : Kaku sendi (-), nyeri lutut
(-), nyeri otot (-)
16. Ekstremitas :Dalam batas normal
D. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Cukup, kesadaran composmentis (GCS E4V5M6), kesan gizi baik.
2. Tanda Vital dan Status Gizi
a. Tanda Vital
1) Tensi :160/100 mmHg
2) Nadi : 88 x/menit, regular
3) Pernafasan :20 x/menit
4) Suhu :36,5oC
13
2) TB :160 cm
BB 51
= =19,92
3) BMI : TB( m)2 (1,60)2
3. Kulit
a. Warna : Sawo matang, ikterik (-), sianosis
(-).
b. Kepala :Tidak ada luka, rambut tidak mudah
dicabut
4. Mata
a. Conjunctiva anemis (-/-)
b. Sklera ikterik (-/-)
c. Pupil isokor (3mm/3mm)
d. Reflek kornea (+/+)
e. Katarak (-/-)
f. Radang/conjunctivitis/uveitis (-/-)
5. Hidung
a. Nafas cuping hidung (-/-)
b. Sekret (-/-)
c. Epistaksis (-/-)
d. Deformitas hidung (-)
6. Mulut
a. Bibir pucat (-)
b. Lidah kotor (-)
c. Papil lidah atrofi (-)
d. Tepi lidah hiperemis (-)
7. Telinga
a. Sekret (-/-)
14
b. Othorea (-/-)
c. Membran timpani perforasi (-/-)
d. Cuping telinga dalam batas normal
8. Tenggorokan
a. Tonsil T1/T1
b. Pharing hiperemis (-/-)
9. Leher
JVP tidak meningkat, pembesaran kelenjar tiroid & limfe (-)
10. Thoraks
Simetris (+/+), retraksi (-)
a. Cor :
I : Ictus cordis tak tampak
P : Ictus cordis kuat angkat, heave (-), thrill (-)
P : Batas kiri atas: ICS II Parasternal line Sinistra
Batas kanan atas: ICS II Parasternal lineDextra
Batas kiri bawah: ICS V Midclavicular line Sinistra
Batas kanan bawah: ICS IV Parasternal line Dextra
Batas jantung kesan tidak melebar
A : S1 tunggal,S2 tunggal.Murmur (-), bising (-)
b. Pulmo :
Pemeriksaan dilakukan dari depan dan belakang, posisi berbaring
dan duduk.
I : Gerak napas hemitoraks kiri tertinggal
P : Fremitus raba kiri tertinggal
P : sonor/redup
A: Suara dasar vesikuler Rhonki Wheezing
+ + - -
- - - - 15
- - - -
+ +
+ +
+ +
11. Abdomen
I : Scar (-), bekas operasi (-) Spidernevi (-)
A : Bising usus (+) normal
P : Supel, nyeri tekan (+) epigastrium, hepar dan lien tak teraba
P : Timpani seluruh lapang perut
E. Pemeriksaan Penunjang :
1. Foto thorax PA (RS Dr. Soetomo Surabaya, 21 Maret 2017)
- TB Paru dengan Schwarte kiri
16
- Efusi pleura bilateral minimal
2. Pemeriksaan test mantoux :Tidak dilakukan
3. Pemeriksaan bakteriologis : Sputum BTA positif
F. Resume
Pasien Tn. S mengeluh batuk sejak 8 bulan yang lalu. Batuk
dirasakan setiap saat disertai dengan keluarnya dahak. Dahak berwarna
kuning kehijauan namun tidak pernah disertai dengan darah. Selain itu
pasien juga mengeluhkan sesak dan ngongsroh saat beraktivitas. Selain itu
pasien juga mengeluhkan penurunan berat badan sejak awal batuk. Berat
badan pasien menurun kurang lebih 8 kg sejak pertama kali merasakan
batuk. Selain itu saat ini pasien mengeluhkan nyeri pada pundak sebelah kiri
dan kadang-kadang kesemutan pada tangan kanan.
Pada tahun 2013 pasien pernah batuk-batuk lama, sesak napas dan
penurunan berat badan saat melakukan pekerjaan yang berat. Pasien
kemudian berobat ke RS Anwar Medika, setelah dilakukan pemeriksaan
pasien didiagnosis dengan TB Paru dan kemudian menjalani pengobatan.
Pasien sudah mendapatkan OAT selama 6 bulan. Setelah 6 bulan pasien
pasien dilakukan pemeriksaan ulang dan dinyatakan sudah sembuh
Pada pemeriksaan fisik sekarang didapatkan keadaan umum cukup,
composmentis. Tanda vital T:160/100 mmHg, N: 88x/menit, RR: 20x/menit,
S:36,50C, BB:51 kg, TB:160 cm, status gizi BMI= 19,92 (gizi baik).
Pemeriksaan fisik, pada inspeksi gerak napas hemitoraks kiri tertinggal, fremitus
raba kiri tertinggal, terdengar ronkhi pada kedua paru di suprahiler.
17
c. Kondisi ventilasi lingkungan dan rumah yang kurang.
d. Rendahnya pengetahuan tentang penyakit.
e. Rendahnya dukungan keluarga terhadap kesembuhan pasien.
G. Penatalaksanaan
1. Non-Medikamentosa
a. Asupan gizi yang baik untuk meningkatkan daya tahan tubuh
b. Dilakukan pemeriksaan dahak dan x-ray dada setelah selesai
pengobatan untuk menentukan kesembuhan pasien
c. Konseling dan Edukasi
1) Edukasi pada pasien untuk minum obat dan injeksi secara
teratur sehingga menghindari terjadinya TB Paru drug
resistance (DR)
2) Memberitahu pasien dan keluarga untuk menjaga sanitasi
rumah dan memperbaiki ventilasi rumah agar basil
M.tuberculosa mati
3) Menganjurkan pasien untuk menggunakan masker yang
menutup hidung dan mulutnya untuk mencegah kemungkinan
penularan terhadap keluarga dan tetangga sekitar
4) Menghindarkan pajanan terhadap lingkungan merokok, polusi
udara dan lain-lain.
2. Medikamentosa
Karena pasien ini merupakan kasus TB paru relaps maka pasien
mendapatkan OAT kategori 2 yaitu :
2HRZES/HRZE/5H3R3E3
Pasien diberikan Isoniazid, rifampicin, pyrazinamide,
ethambutol dan injeksi streptomycin selama 2 bulan pertama,
dilanjutkan dengan Isoniazid, rifampicin, pyrazinamide, ethambutol
selama 1 bulan (bulan ketiga), lalu dilajutkan dengan Isoniazid,
rifampicin dan ethambutol selama 5 bulan yang diminum 3x
seminggu.
18
I. Follow Up
1. Tanggal 2 Mei 2017
S: Penderita mengatakan keluhan yang dirasakan sudah
berkurang. Pasien masih mengeluhkan batuk, nyeri pada
pundak bagian kanan dan kesemutan pada kedua tangan.
+ + - - - -
+ + - - - -
Abdomen
19
I : Flat (+), distended (-), Scar (-)
A : Bising usus (+) normal
P : Supel, Hepar dan Lien tidak teraba, ginjal tidak teraba
P : Timpani seluruh lapang abdomen
Ekstremitas
Akral HKM, CRT < 2 detik, Edema (-)
Status Lokalis:
Auricula Dextra
Tampak perforasimembrantimpani, otorrhea (+),
Status Neurologis: Dalam batas normal
Status Psikiatri: Dalam batas normal
A TB Paru Relaps
:
P: OAT dilanjutkan
2. APGAR
Adaptation
Dalam menghadapi masalah keluarga, pasien jarang
membicarakannya kepada anggota keluarganya termasuk cara
mengungkapkan apa yang menjadi keluhannya. Penyakit pasien dirasakan
sangatmengganggu aktivitasnya sehari-hari, sehingga pasien tidak bisa
melajutkan pekerjaannya.Pasien juga merasa keluarganya tidak terlalu
mendukung kesembuhannya. Istri dan kedua anaknya dirasakan tidak
peduli karena jarang menanyakan keluhan pasien.
Partnership
Keluarganya yakni istri dan kedua anaknya dirasakan kurang
mendukung dimana istri dan kedua anaknya tidak mengerti mengenai
pengobatan yang dijalani oleh pasien dan obat-obtan yang harus diminum
oleh pasien selama ini. Namun komunikasi antar anggota keluarga juga
berjalan dengan cukup baik.
Growth
20
Tn. S mengetahui bahwa ia harus sabar menghadapi penyakitnya,
dengan cara rutin mengkonsumsi obat, selalu kontrol ke puskesmas, dan
juga mematuhi saran yang diberikan oleh dokter yang merawatnya. Selama
ini pasien selalu menaati aturan yang dianjurkan oleh dokter.
Affection
Tn. S merasa interaksinya dan kasih sayang dengan keluarga cukup
baik.Walaupunistri dan kedua anaknyakurang peduli dengan
kesehatannya.Namun penderita menyayangi keluarganya, begitu pula
sebaliknya.
Resolve
Sdr. G merasa puas dengan kebersamaan dan waktu yang ia dapatkan
dari keluarganya.
APGAR Sdr. G Terhadap Keluarga Sering/ Kadang Jarang
selalu -kadang /tidak
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
keluarga saya bila saya menghadapi masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan
saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan
saya membagi waktu bersama-sama
Total poin = 7 fungsi keluarga dalam keadaan sedang.
3. SCREEM
SUMBER PATHOLOGY KET
Sosial Interaksi sosial yang baik antar anggota _
keluarga.Partisipasi mereka dalam
masyarakat cukup baik.
Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya _
21
cukup, hal ini dapat dilihat dari pergaulan
sehari-hari baik dalam keluarga maupun di
lingkungan. Sering mengikuti acara-acara
yang bersifat hajatan, sunatan, dll jika
kondisi kesehatan memungkinkan.
Menggunakan bahasa jawa, tata krama dan
kesopanan
Religius Pemahaman agama cukup. Penderita dan _
Agama menawarkan keluarga rajin sholat lima waktu.
pengalaman spiritual yang baik
untuk ketenangan individu yang
tidak didapatkan dari yang lain
Ekonomi Ekonomi keluarga ini tergolong menengah, _
untuk kebutuhan primer sudah bisa
terpenuhi.
Edukasi Tingkat pendidikan dan pengetahuan _
penderita tergolong baik, meskipun orangtua
penderita masihtergolong rendah.
Medical Kurang mampu membiayai pelayanan _
Pelayanan kesehatan puskesmas kesehatan yang lebih baik Dalam mencari
memberikan perhatian khusus pelayanan kesehatan keluarga ini biasanya
terhadap kasus penderita menggunakan Puskesmas.
Keterangan: Berdasarkan tabel SCREEM tidak didapatkan permasalahan
pada keluarga penderita. Hanya saja pasien merasa masih kesulitan untuk
memenuhi biaya kesehatan.
4. Genogram
Alamat Lengkap : Ds. Jatikalang 002/003, Dusun Jatisari, Kecamatan
Krian, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur..
Bentuk Keluarga : Nuclear Family
Sumber Informasi: Data Kartu Keluarga
A B
C D
Keterangan:
A : Penderita (Tn. M)
B : Istri Penderita (Ny. K)
22
C : Anak Penderita (Sdr. R)
D : Anak Penderita (Sdr. H)
6. Perilaku Pasien
Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga
a. Faktor Perilaku Keluarga
Tn. S saat ini berumur 51 tahun dan tinggal bersama istri dan
keduaanaknya.Menurut keluarga ini sehat adalah terbebas dari
segala jenis penyakit.Keluarga ini tahu akan pentingnya kesehatan
dan mengerti bahwa sakitnya disebabkan oleh karena infeksi bakteri.
Lingkungan rumah mereka kurang sehat karena di dalam
rumah terlihat berantakan, pecahayaan sedikit, ventilasi udara
kurang.Di dalam rumah terlihat gelap karena hanya sedikit cahaya
matahari yang bisa masuk.Banyak barang yang ditimbun didalam
rumah sehingga terkesan berantakan.Kamar penderita sangat
gelap dan memilihi pencahayaan serta ventilasi udara yang
kurang.
Kebutuhan air sehari-hari dari sumur yang terletak di belakang
rumah dan PDAM.Sumur dan PDAM digunakan untuk mandi dan
kadang untuk masak.Perabot rumah tangga kurang tertata dengan
baik.
23
Keluarga ini sudah memiliki fasilitas kamar mandi dan jamban
keluarga.Keperluan buang hajat dilakukan dengan jamban di
belakang rumah.
24
kebutuhan sehari-harinya menggunakan air sumur dan
PDAM.Pasien saat ini tinggal di daerah yang cukup penduduknya,
dengan kondisi rumah yang terkesan kurang rapi dan kurang
bersih, serta letaknya berdekatan dengan rumah tetangga, namun
ventilasi sedikit kurang.
Di pekarangan depan rumah penderita terdapat sebuah
bengkel mobil yang setiap hari terdapat kegiatan mengecat mobil
dan kegiatan bengkel lainnya.
Keluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran 10 m x 23 m
menghadap keutara.Rumah terdiri dari satu lantai, terdapat teras,
ruang tamu, 2 kamar tidur, dapur, dan kamar mandi + WC. Terdiri
dari 2 pintu keluar, yaitu 1 pintu depan, dan satub elakang. Hanya
terdapat 1 jendela di ruang tamu dan 1 jendela kecil di kamar tidur
penderita yang dipergunakan dan dihuni oleh 4 orang. Terdiri dari
2 pintu keluar padabagian depan dan belakang rumah. Lantai
rumah ruang tamu adalahkeramik dan beberapa berupa semen
plester, dapur juga berupa plester. Ventilasi kurang, penerangan
rumahakan cahaya matahari kurang. Atap rumah tersusun dari
genteng dan tanpa plafon.Dalam masing - masing kamar terdapat
1 kasur.Di ruang tamu kursi dan meja..Perabotan rumah tangga
cukup.Sumber air untuk kebutuhan sehari-harinya keluarga ini
menggunakan air sumur dan PDAM.Kebersihan rumahkurang.
Sehari-hari keluarga memasak menggunakan kompor elpigi dan
dapurnya terletak di belakang disebelah kamar mandi.
25
b. Denah Rumah
Kamar Pasien
Kamar Mandi
Ruang Makan
Dapur
26
Diagram Permasalahan Pasien
Faktor Lingkungan
Fisik
1. Kebersihan personal
2. Bengkel di halaman depan rumah
DERAJAT KESEHATAN Sosial, Pendidikan, Pengetahuan
(Tn. S, 51 Tahun) 1. Kondisi Ekonomi Kurang
2. Pengetahuan yang kurang tentang TB
Paru
Faktor Perilaku
1. Kurangnya pengetahuan pasien
tentang TB Paru
2. Gaya hidup terkait, pasien
sering merokok
27
BAB III
PEMBAHASAN
28
dilakukan uji resistensi, maka alternatif diberikan paduan obat : 2
RHZES/1 RHZE/5 R3H3E3 (Program P2TB)
Medikamentosa
Pada kasus TB paru relaps maka pasien mendapatkan OAT
kategori 2 yaitu :
2HRZES/HRZE/5H3R3E3
Pasien diberikan Isoniazid, rifampicin, pyrazinamide,
ethambutol dan injeksi streptomycin selama 2 bulan pertama,
dilanjutkan dengan Isoniazid, rifampicin, pyrazinamide, ethambutol
selama 1 bulan (bulan ketiga), lalu dilajutkan dengan Isoniazid,
rifampicin dan ethambutol selama 5 bulan yang diminum 3x
seminggu.
2. Faktor Risiko
a. Merokok
Merokok akan semakin memperparah TB paru yang sedang
diderita oleh pasien. Karena zat yang terkandung dalam rokok
akan menyebabkan kerusakan yang lebih parah pada paru pasien
Penyelesaian:
Pasien harus berhenti merokok total agar tidak semakin
memperparah penyakit TB yang sedang dialami.
29
b. Keadaan Rumah
Dari segi keadaan rumah banyak ditemukan hal yang diduga
sebagai penyebab dari timbulnya permasalahan dari Tn S, dimana
dari lingkungan ditemukan kurangnya ventilasi pencahayaan dan
udara yg masuk, pencahayaan yg kurang menyebabkan bertambah
lembabnya keadaan dalam rumah sehingga menjadi faktor
perkembangbiakan kuman Tb yang didapatkan ketika pasien
batuk . Dan ini bisa menyebabkan penularan pada anggota lain yg
berada tinggal satu rumah dengan pasien .Dengan adanya
pencahayaan yg tinggi ini akan menghindari kuman Tb paru
berkembang biak
Penyelesaian
Permasalahan tersebut dapat diupayakan pemecahan masalahnya,
untuk masalah yang pertama disarankan bila memungkinkan
keluarga Tn S untuk mengganti beberapa genteng rumah dengan
kaca agar mempermudah pencahayaan masuk.
c. Pola Perilaku
Karena status gizi pasien yang buruk ini menyebabkan sistem
kekebalan tubuhnya lebih rendah karena kurang nya protein
sehingga memicu pertahanan tubuh yg rendah sehingga mudahnya
terinfeksi bakteri atau virus yang dalam hal ini adalah
mycobacterium tuberculosa.
Penyelesaian:
Untuk masalah perilaku ini disarankan agar pasien melakukan
perbaikan gizi dengan cara memakan makanan yang mengandung
protein tinngi seperti daging , serta buah-buahan juga sayuran .
Pasien juga harus memperhatikan pola makan agar mencapai berat
badan yg ideal .
30
d. Pelayanan Kesehatan
Kurangnya penyuluhan dari pihak kesehatan kemungkinan
menjadi salah satu penyebab terjadinya permasalahan pada Tn S
Dari sekian faktor permasalahan dari Tn S, sebagian besar
ditemukan masalah kurang mengertinya pasien dan keluarga
tentang alur penularan Tb paru , pengobatan Tb serta etika batuk
juga berludah .
Penyelesaian
Untuk itu penyuluhanprogram tentang penyakit TB paru perlu
agar masyarakat lebih memahami tentang penyakit Tb paru antara
lain: tanda-tanda awal penyakit, cara penularan penyakit,
pengobatan penyakit, dan cara pencegahannya. Dengan demikian
paradigma yang salah tentang penyakit Tb paru di masyarakat
dapat diluruskan serta agar masyarakat memahami pentingnya
menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat, sehingga dapat
mengurangi resiko terjadinya suatu penyakit.memberikan edukasi
tentang penyakitnya bahwa penyakitnya tersebut dapat
disembuhkan. Faktor yang paling penting untuk kesembuhannya
adalah ketekunan dalam menjalani pengobatan sesuai petunjuk
dokter. Selain itu juga didukung dengan makan makanan yang
bergizi tinggi yang sesuai dengan anjuran dokter, istirahat yang
cukup. Diharapkan pasien bisa berpikir positif, tidak berprasangka
buruk terhadap penyakitnya, dan membangun semangat hidupnya
sehingga bisa mendukung penyembuhan dan meningkatkan
kualitas hidup
31
Aaaa Untuk mempermudah penyelesaian masalah pada Tn T dapat
menggunakan system scoring.Hal ini dilakukan untuk
mempermudahpenyelesaianmasalah berdasarkan skala prioritas yang dari
yang tertinggi sampai yang terendah.
Tabel 1.
No Kegiatan M I V C P (MxIxV/C)
Memberikan penyuluhan
1 mengenai TB paru 4 3 4 4 12
Melakukan perbaikan
2 3 2 2 4 3
genteng /rumah
Keterangan :
P :Prioritas penyeselaian masalah
M : Magnitude, besarnya masalah yang bisa diatasi apabila solusi
inidilaksanakan (turunnya prevalensi dan besarnya masalah lain)
I : Implementasi, kelanggengan selesai masalah
V : Vulnerability, sensitifnya dalam mengatasi masalah
C : Cost, Biaya yang diperlukan
Berdasarakan skala prioritas di atas masalah didapatkan hasil
memberikan penyuluhan mengenai TB Paru serta pentingnya memakai
masker sebagai prioritas solusi. Tentunya rencana program penyuluhan
dapat dilakukan untuk melaksanakan penyelesaian tersebut terlampir pada
tabel dibawah.
32
Rencana KegiatanPenyuluhan Mengenai Alur Penularan TB paru
Volume Rincian Tenaga Kebutuhan
No Kegiatan Sasaran Target Lokasi Jadwal
Kegiatan Kegiatan Pelaksana Pelaksanaan
33
Konsumsi
Warga
LCD
desa Materi bisa 1x 1. Penyuluhan Angota MIC
Sebulan
4 Penyuluhan tempat diterima penyuluha 2. Tanya jawab Balai desa TIM yang Kursi
Sekali
penyuluha peserta n tiap desa 3. Membagikan leafplet ditunjuk Laptop
n Leaflet
Banner
34
1. Penjelasan, Basic Konseling dan Pendidikan Pasien
Diberikan penjelasan yang benar mengenai penyakit tuberkulosis.
Pasien Tuberkulosis dan keluarganya perlu tahu tentang penyakit,
pengobatannya, pencegahan dan penularannya. Sehingga persepsi yang salah
dan merugikan bisa dihilangkan. Hal ini bisa dilakukan melalui konseling
setiap kali pasien kontrol dan melalui kunjungan rumah baik oleh dokter
maupun oleh petugas Yankes.
35
PREVENSI BEBAS TUBERKULOSIS UNTUK KELUARGA LAINNYA
(ANAK DAN CUCU )
Pada prinsipnya secara umum prevensi untuk bebasTuberkulosis
adalah tidak sama dengan prevensi bebas Tuberkulosisuntuk pasien, namun
dalam hal ini diutamakan untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Misalnya
dengan cara sebagai berikut :
1. Bagi keluarga jangan terlalu dekat cukup intim, apalagi saat bicara atau
batuk, agar tidak tertular langsung kuman TB dari pasien.Saat batuk
sebaiknya ditutup kain atau masker.
2. Bagi keluarga diharapkan menjaga pola makan sehari-hari dengan
mengkonsumsi makanan bergizi.
3. Diusahakan agar pasien tidak meludah di sembarang tempat yang
mengakibatkan kuman TB dapat beterbangan dan terhirup oleh anggota
keluarga lainnya.
4. Melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin.
5. Menggunakan masker untuk perlindungan diri
6. Istirahat yang cukup 6-8 sehari semalam.
7. Olah raga teratur.
8. Tidak terlalu memaksa bekerja jika kelelahan
Kesemuanya ini merupakan langkah-langkah untuk mencegah terkena
penyakit Tuberkulosis yang sama dengan pasien serta meningkatkan daya
tahan tubuh bagi anggota keluarga yang tinggal serumah.
36
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Segi Biologis :
Tn.S (51 tahun), menderita penyakit Tuberkulosis Paru kasus
kambuh (relaps)
Status gizi Tn.S berdasarkan NCHS termasuk dalam kategori
baik
Rumah dan lingkungan sekitar keluarga Tn.T tidak sehat.
2. Segi Psikologis :
Hubungan antara anggota keluarga terjalin cukup akrab
Pengetahuan akan Tuberkulosis yang masih kurang yang
berhubungan dengan tingkat pendidikan yang masih rendah
Tingkat kepatuhan dalam mengkonsumsi obat yang baik,
mendukung untuk penyembuhan penyakit tersebut
3. Segi Sosial :
Tidak ada masalah dari segi sosial
4. Segi fisik :
Rumah dan lingkungan sekitar tampak kurang bersih.
37
B. SARAN
1. Untuk masalah medis (Tuberkulosis Kategori2) dilakukan langkah-
langkah :
Preventif : makan makanan bergizi sehari-hari,
terutama tinggi protein agak terbentuk sistem kekebalan
tubuh yang baik. Istirahat cukup.
Promotif : edukasi penderita dan keluarga mengenai
Tuberkulosis dan pengobatannya oleh petugas kesehatan
atau dokter yang menangani.
Kuratif : saat ini penderita memasukipengobatan rawat
jalan, dan harus kontrol setiap hari ke Puskesmas untuk
mendapatkan pengobatan.
Rehabilitatif : mengembalikan kepercayaan diri
Tn.Tsehingga tetap memiliki semangat untuk sembuh.
.
2. Untuk masalah lingkungan tempat tinggal dan rumah yang tidak sehat
dilakukan langkah-langkah :
o Promotif : edukasi penderita dan anggota keluarga untuk
membuka jendela tiap pagi, penggunaan genteng kaca, dan
menjaga kebersihan rumah dan lingkungan rumah. Lantai
hendaknya dibersihkan.
38
LAMPIRAN
39
Ventilasi kamar tidur pasien
40
41