Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN HOME VISIT

PUSKESMAS KRIAN

TB PARU RELAPS

Disusun oleh :

I Gusti Ayu Yulia Mahaadi Pratiwi

15710082

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami
bisa menyelesaikan penyusunan LAPORAN HOME VISIT PUSKESMAS KRIAN
SCABIES. Tugas praktek kerja lapangan ini merupakan salah satu persyaratan untuk
memenuhi tugas dalam kepaniteraan klinik di dalam Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Dengan menyusun laporan ini, kami berharap dapat menambah pengetahuan dan
memperluas wawasan kami, serta berpikir maju dan kritis dalam menghadapi segala
permasalahan yang ada di masyarakat, khususnya dalam bidang kesehatan.

Tidak lupa kami mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang
membantu terwujudnya laporan ini di antaranya :

1. Prof. Dr. Sri Harmadji, dr., Sp.THT - KL (K), selaku rektor Universitas
Wijaya Kusuma Surabaya.
2. Prof.Soedarto, dr., DTM&H, Ph.D, Sp.Par (K), Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
3. Prof. Dr. Hj. Rika Subarniati Triyoga, dr., SKM, selaku Kepala Bagian
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
4. Ayu C.Noviana, dr., M.KKK. selaku dosen pembimbing
5. dr. Sukma Sahadewa, S.H., M.Hum., M.Sos., M.Kes. selaku koordinator
kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas
Wijaya Kusuma Surabaya.
6. Dr. Maulana Moch. Fathirselaku Kepala Puskesmas Krian Kecamatan
KrianKabupaten Sidoarjo.
7. Ratna Dewi Rahmawati, dr. selaku dokter pembimbing di Puskesmas Krian
Kecamatan KrianKabupaten Sidoarjo.
8. Seluruh paramedis dan Non Medis yang telah banyak membantu kami selama
melaksanakan kepaniteraan klinik di Puskesmas Krian Kecamatan
KrianKabupaten Sidoarjo.
9. Para bidan desa, kader puskesmas serta perawat desa yang telah banyak
membantu kami selama melaksanakan kepaniteraan klinik di Puskesmas Krian
Kecamatan KrianKabupaten Sidoarjo.
10. Semua pihak yang telah membantu terselesaikan laporan penelitian ini.

2
Kami menyadari masih terdapat kekurangan dalam laporan ini sehingga kritik
dan saran sangat kami harapkan guna kesempurnaan laporan kinerja dalam rangka
praktek lapangan ini. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak
yang terlibat.

Krian, 23April 2016

Penyusun

3
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN HOME VISIT TB PARU RELAPS

PUSKESMAS KRIAN, KECAMATAN KRIAN,

KABUPATEN SIDOARJO

Telah memenuhi persyaratan praktek kerja lapangan untuk Kepaniteraan


Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat di Puskesmas Krian Kabupaten Sidoarjo

Trosobo, 8 Mei 2017


Mengetahui
Kepala Puskesmas
Krian,

Dr. Maulana Moch. Fathir


NIP: 196209191989011002

4
LAPORAN HOME VISIT DOKTER KELUARGA
Berkas Pembinaan Keluarga
Puskesmas Krian No. RM :212

Tanggal kunjungan pertama kali : 29 April 2017

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA


Nama Kepala Keluarga : Tn. S
Alamat lengkap : Ds. Jatikalang 002/003, Dusun Jatisari, Kecamatan
Krian, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.
Bentuk Keluarga :Nuclear Family

Tabel 1. Daftar Anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah


Kedudukan Pasien
Umur
No Nama dalam L/P Pendidikan Pekerjaan Klinik Ket
(th)
keluarga (Y/T)
1 Tn. S Kepala L 51 Tamat SD/ Tidak bekerja Y Diagnosis
Keluarga Sederajat TB Paru
Kategori 2
2 Ny. K Isteri P 47 Tamat SD/ Wiraswasta T -
Sederajat
3 Sdr. R Anak L 26 SLTP/ Karyawan T -
Sederajat pabrik
4 Sdr. H Anak L 17 SLTP/ Belum/ Tidak T -
Sederajat bekerja

Sumber: Data Kartu Keluarga

5
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuberkulosis Paru (TB Paru) merupakan salah satu penyakit menular
yang masih menjadi permasalahan di dunia hingga saat ini, tidak hanya di
negara berkembang tetapi juga di negara maju.WHO memperkirakan sepertiga
penduduk dunia telah terinfeksi oleh TB Paru.Hal ini dibuktikan dengan masih
banyaknya jumlah penderita TB Paru yang ditemukan di masyarakat dan sejak
tahun 1993, WHO menyatakan bahwa TB Paru merupakan kedaruratan global
bagi kemanusiaan.
TB Paru telah dikenal hampir di seluruh dunia, sebagai penyakit kronis
yang dapat menurunkan daya tahan fisik penderitanya secara serius.Hal ini
disebabkan oleh terjadinya kerusakan jaringan paru yang bersifat permanen.
Di samping proses destruksi terjadi pula secara simultan proses restorasi atau
penyembuhan jaringan paru sehingga terjadi perubahan struktural yang
bersifat menetap serta bervariasi yang menyebabkan berbagai macam kelainan
faal paru (Supardi, 2006).
Setelah sebelumnya berada di peringkat 3 dengan prevalensi TB Paru
tertinggi setelah India dan Cina, berdasarkan laporan WHO, pada tahun 2007
peringkat Indonesia turun ke peringkat 5 dengan prevalensi TB Paru tertinggi
setelah India, Cina, Afrika Selatan, dan Nigeria.3 Di seluruh dunia, TB Paru
merupakan penyakit infeksi terbesar nomor 2 penyebab tingginya angka
mortalitas dewasa sementara di Indonesia TB Paru menduduki peringkat 3
dari 10 penyebab kematian dengan proporsi 10% dari mortalitas total.
Angka insidensi semua tipe TB Paru Indonesia tahun 2010 adalah
450.000 kasus atau 189 per 100.000 penduduk, angka prevalensi semua tipe
TB Paru 690.000 atau 289 per 100.000 penduduk dan angka kematian TB
Paru 64.000 atau 27 per 100.000 penduduk atau 175 orang per hari.

6
Penyakit tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang
penyebarannya sangat mudah sekali, yaitu melalui batuk, bersin dan
berbicara.Penyebaran penyakit tuberkulosis paru yang sangat mudah ini,
sangat rentan pada keluarga yang anggota keluarganya sedang menderita
penyakit tersebut. Penyakit dapat menular pada anggota keluarga yang lain.
Oleh karena itu, penyakit tuberkulosis harus mendapat penanganan yang tepat
karena penyakit ini menyerang tidak memandang kelompok usia produktif,
kelompok ekonomi lemah dan berpendidikan rendah. Penyakit TB paru lebih
banyak ditemukan di daerah miskin karena faktor lingkungan yang kurang
mendukung menjadi penyebab TB paru.
Kasus kambuh (relaps) diartikan sebagai penderita tuberkulosis yang
sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan
sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil
pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan positif.
Laporan ini diambil dari kasus seorang pasien laki-laki Tn. S berusia
51 tahun yang di diagnosa TB paru relaps (kategori 2) yang ada di wilayah
kerja Puskesmas Krian, Kabupaten Sidoarjo. Pasien datang ke Puskesmas
Krian dengan keluhan batuk sejak 8 bulan yang lalu.Pasien mengeluhkan
batuk terus-menerus dengan disertai dahak berwarna kuning kehijauan namun
tidak pernah disertai dengan keluarnya darah.Pasien juga sering sesak napas
dan ngos-ngosan saat melakukan aktivitas yang ringan sejak 8 bulan yang lalu
sehingga pasien kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari.Sesak napas
dirasakan hilang timbul dan membaik saat pasien istirahat.Pasien juga
mengeluhkan berat badannya turun kurang lebih 4 kg dibandingkan
sebelumnya.
Sebelumnya pada Tahun 2013 pasien sudah pernah terdiagnosa
Tuberkulosis Paru, telah mendapatkan pengobatan OAT selama 6 bulan dan
telah dinyatakan sembuh.
Mengingat kasus ini masih ditemukan di masyarakat khususnya di
wilayah kerja Puskesmas Krian, Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo
beserta permasalahannya seperti masih kurang pengetahuan masyarakat

7
tentang TB Paru, terutama mengenai cara penularan dan pengobatannyanya.
Oleh karena itu, penting kiranya bagi penulis untuk memperhatikan dan
mencermatinya untuk kemudian bisa menjadikannya sebagai pengalaman di
lapangan.

B. Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan antara kondisi pasien dengan keadaan
keseluruhan baik yang menyangkut kehidupan sosial dan ekonomi, pelayanan
kesehatan dan lingkungan Desa Jatikalang, Kecamatan Krian, Kabupaten
Sidoarjo?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahuihubungan antara kondisi pasien dengan keadaan
keseluruhan baik yang menyangkut kehidupan sosial dan ekonomi,
pelayanan kesehatan dan lingkungan.

2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi permasalahan kesehatan anggota keluarga yang di
kunjungi sesuai dengan penyakit dan instrument yang ditetapkan oleh
Puskesmas Krian.
b. Mengidentifikasi kehidupan pasien dalam keluarga melalui APGAR
c. Mengidentifikasi faktor sosial ekonomi pasien melalui SCREEM
d. Mengidentifikasi faktor keturunan pasien melalui Genogram
e. Mengidentifikasi faktor pelayanan kesehatan
f. Mengidentifikasi perilaku pasien terkait dengan penyakitnya
g. Mengidentifikasi faktor lingkungan (fisik, sosial ekonomi, dsb)
h. Sebagai salah satu tugas akhir kepaniteraan klinik bagian Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya
Kusuma Surabaya.

8
3. Manfaat
Manfaat dari dilakukakannya homevisit:
1. Bagi pasien dan keluarganya
Pasien dan keluarganya bisa lebih dekat dengan tenaga medis dan merasa
lebih diperhatikan, sehingga diharapkan pasien dapat lebih cepat sembuh.
2. Pelayanan kesehatan
Dapat memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik, lebih
menyeluruh kepada pasien.
3. Puskesmas
Dapat memantau secara langsung pasien serta lingkungan sekitarnya, serta
dapat mengidentifikasi masalah kesehatan untuk memperbaiki kualitas
kesehatan.

9
BAB II
HASIL KUNJUNGAN

1. Identifikasi Pasien
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. S
Umur : 51 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Tidak bekerja
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Alamat : Ds. Jatikalang 002/003, Dusun Jatisari, Kecamatan
Krian, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.
Suku : Jawa
Tgl.Periksa : 29 April 2017

B. Anamnesis
1. Keluhan Utama: Batuk berdahak
2. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien Tn. S mengeluh batuk sejak 8 bulan yang lalu.Batuk dirasakan
setiap saat disertai dengan keluarnya dahak.Dahak berwarna kuning
kehijauan namun tidak pernah disertai dengan darah.Selain itu pasien
juga mengeluhkan sesak dan ngongsroh saat beraktivitas.Namun
ngongsroh tidak dirasakan membaik dengan istirahat.Selain itu pasien
juga mengeluhkan penurunan berat badan sejak awal batuk.Berat
badan pasien menurun kurang lebih 8 kg sejak pertama kali
merasakan batuk.Pasien tidak mengeluhkan menggigil dan
berkeringat saat malam.Selain itu saat ini pasien mengeluhkan nyeri
pada pundak sebelah kiri dan kadang-kadang kesemutan pada tangan
kanan.

10
3. Riwayat Penyakit Dahulu:
Pada tahun 2013 pasien pernah batuk-batuk lama, sesak napas dan
penurunan berat badan saat melakukan pekerjaan yang berat.Pasien
kemudian berobat ke RS Anwar Medika, setelah dilakukan pemeriksaan
pasien didiagnosis dengan TB Paru dan kemudian menjalani
pengobatan.Pasien sudah mendapatkan OAT selama 6 bulan.Setelah 6
bulan pasien pasien dilakukan pemeriksaan ulang dan dinyatakan sudah
sembuh.
Pada tahun 2016 saat pasien pertama kali mengeluhkan batuk pasien
berobat ke Puskesmas Krian dan kemudian dirujuk ke RS Dr. Soetomo
untuk menjalani tes dahak dan pemeriksaan foto rontgen dada.

a. Riwayat imunisasi : Tidak ingat


b. Riwayat alergi obat/makanan : Tidak ada
c. Riwayat penyakit jantung : Tidak ada
d. Riwayat hipertensi : Ada

4. Riwayat Penyakit Keluarga


a. Riwayat keluarga dengan penyakit serupa : Ada (ayah pasien
meninggal karena batuk-batuk yang lama)
b. Riwayat sakit sesak nafas : Tidak ada
c. Riwayat hipertensi : Tidak ada
d. Riwayat Diabetes melitus : Tidak ada

5. Riwayat Kebiasaan
a. Riwayat merokok : Merokok sejak SMP,
terakhir 4 tahun yang lalu. Dalam sehari menghabiskan kurang
lebih 2 bungkus rokok.
b. Riwayat keluarga merokok : Ayah dan ibu pasien
merokok
c. Riwayat olah raga : Jarang sekali

11
d. Riwayat pengisian waktu luang dengan berbincang bincang
dengan keluarga cukup sering.
e. Riwayat kebiasaan batuk, pilek dan meludah sembarangan:
batuk(+), pilek(+), meludah di sembarang tempat(-), perokok
aktif(+)

6. Riwayat Sosial Ekonomi


Penderita merupakan seorang ayah yang tinggal bersama istri dan
dua orang anaknya. Penderita tamatan SD, sebelumnya bekerja
sebagai sopir namun sudah tidak bekerja sejak empat tahun yang lalu
karena sakit, sehingga hanya istrinya yang bekerja dengan berjualan
kue keliling. Penghasilan yang didapat dalam satu hari kurang lebih
50.000 rupiah. Anak penderita yang pertama saat ini berusia 26 tahun,
tamatan SMP bekerja di pabrik sepatu, sedangkan anak kedua yang
berumur 17 tahun hanya bersekolah sampai kelas 3 SMP dan saat ini
tidak bekerja. Yang merawat penderita ketika sakit hingga mengatur
pola makan penderita adalah istrinya.

7. Riwayat Gizi.
Penderita makan sehari-hari 3 kali, kadang 4xdengan nafsu
makan normal.makan nasi satu porsi dan lauk pauk seperti tahu,
tempe, dan sayuran. Penderita jarang makan daging, ikan, ayam dan
buah.Kesan status gizi baik.

C. AnamnesisSistem
1.Kulit :Warna kulit sawo matang, kulit gatal
(-)
2.Kepala :Sakit kepala (+), pusing (-), rambut
kepala tidak rontok
3.Leher : Nyeri pada leher kanan (+)
4.Mata : Penglihatan kabur (-)

12
5. Hidung :Tersumbat (-), mimisan (-),
6.Telinga : Pendengaran berkurang (-), berdenging (-),
keluar cairan (-)
7.Mulut :Sariawan (-), mulut kering (-)
8.Tenggorokan : Sakit menelan (-), serak (-)
9. Pernafasan : Sesak nafas (-), batuk (+)
berdahak, mengi (-), batuk darah (-)
10. Kadiovaskuler : Berdebar-debar (-), nyeri dada (-)
11. Gastrointestinal:Mual (+), muntah (-), nafsu makan
menurun (-), nyeri uluhati (+), BAB tidak ada
keluhan
12. Genitourinaria :BAK lancar, 4-5 kali/hari, warna
kekuningan
13. Neurologik : Kejang (-), lumpuh (-)
14. Psikiatrik : Emosi stabil, mudah marah (-)
15. Muskuloskeletal : Kaku sendi (-), nyeri lutut
(-), nyeri otot (-)
16. Ekstremitas :Dalam batas normal

D. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Cukup, kesadaran composmentis (GCS E4V5M6), kesan gizi baik.
2. Tanda Vital dan Status Gizi
a. Tanda Vital
1) Tensi :160/100 mmHg
2) Nadi : 88 x/menit, regular
3) Pernafasan :20 x/menit
4) Suhu :36,5oC

b. Status gizi ( BMI ) :


1) BB : 51 kg

13
2) TB :160 cm
BB 51
= =19,92
3) BMI : TB( m)2 (1,60)2

3. Kulit
a. Warna : Sawo matang, ikterik (-), sianosis
(-).
b. Kepala :Tidak ada luka, rambut tidak mudah
dicabut
4. Mata
a. Conjunctiva anemis (-/-)
b. Sklera ikterik (-/-)
c. Pupil isokor (3mm/3mm)
d. Reflek kornea (+/+)
e. Katarak (-/-)
f. Radang/conjunctivitis/uveitis (-/-)

5. Hidung
a. Nafas cuping hidung (-/-)
b. Sekret (-/-)
c. Epistaksis (-/-)
d. Deformitas hidung (-)

6. Mulut
a. Bibir pucat (-)
b. Lidah kotor (-)
c. Papil lidah atrofi (-)
d. Tepi lidah hiperemis (-)

7. Telinga
a. Sekret (-/-)

14
b. Othorea (-/-)
c. Membran timpani perforasi (-/-)
d. Cuping telinga dalam batas normal

8. Tenggorokan
a. Tonsil T1/T1
b. Pharing hiperemis (-/-)

9. Leher
JVP tidak meningkat, pembesaran kelenjar tiroid & limfe (-)

10. Thoraks
Simetris (+/+), retraksi (-)
a. Cor :
I : Ictus cordis tak tampak
P : Ictus cordis kuat angkat, heave (-), thrill (-)
P : Batas kiri atas: ICS II Parasternal line Sinistra
Batas kanan atas: ICS II Parasternal lineDextra
Batas kiri bawah: ICS V Midclavicular line Sinistra
Batas kanan bawah: ICS IV Parasternal line Dextra
Batas jantung kesan tidak melebar
A : S1 tunggal,S2 tunggal.Murmur (-), bising (-)

b. Pulmo :
Pemeriksaan dilakukan dari depan dan belakang, posisi berbaring
dan duduk.
I : Gerak napas hemitoraks kiri tertinggal
P : Fremitus raba kiri tertinggal
P : sonor/redup
A: Suara dasar vesikuler Rhonki Wheezing
+ + - -

- - - - 15

- - - -
+ +

+ +

+ +

11. Abdomen
I : Scar (-), bekas operasi (-) Spidernevi (-)
A : Bising usus (+) normal
P : Supel, nyeri tekan (+) epigastrium, hepar dan lien tak teraba
P : Timpani seluruh lapang perut

12. Ektremitas: Akral hangat (+), edema (-), CRT <2


13. Sistem genetalia: dalam batas normal

14. Pemeriksaan Neurologik


Fungsi Luhur : Dalam batas normal
Fungsi Vegetatif : Dalam batas normal
Fungsi Sensorik : Dalam batas normal
Fungsi motorik : Dalam batas normal

15. Pemeriksaan Psikiatrik


Penampilan : Baik, perawatan diri cukup
Kesadaran : Kualitatif tidak berubah; kuantitatif compos mentis
Mood &Afek :Appropriate
Psikomotor :Normoaktif
Proses pikir :a. Bentuk : Realistis
b. Arus : Relevan
c. Isi : Memadai

E. Pemeriksaan Penunjang :
1. Foto thorax PA (RS Dr. Soetomo Surabaya, 21 Maret 2017)
- TB Paru dengan Schwarte kiri

16
- Efusi pleura bilateral minimal
2. Pemeriksaan test mantoux :Tidak dilakukan
3. Pemeriksaan bakteriologis : Sputum BTA positif

F. Resume
Pasien Tn. S mengeluh batuk sejak 8 bulan yang lalu. Batuk
dirasakan setiap saat disertai dengan keluarnya dahak. Dahak berwarna
kuning kehijauan namun tidak pernah disertai dengan darah. Selain itu
pasien juga mengeluhkan sesak dan ngongsroh saat beraktivitas. Selain itu
pasien juga mengeluhkan penurunan berat badan sejak awal batuk. Berat
badan pasien menurun kurang lebih 8 kg sejak pertama kali merasakan
batuk. Selain itu saat ini pasien mengeluhkan nyeri pada pundak sebelah kiri
dan kadang-kadang kesemutan pada tangan kanan.
Pada tahun 2013 pasien pernah batuk-batuk lama, sesak napas dan
penurunan berat badan saat melakukan pekerjaan yang berat. Pasien
kemudian berobat ke RS Anwar Medika, setelah dilakukan pemeriksaan
pasien didiagnosis dengan TB Paru dan kemudian menjalani pengobatan.
Pasien sudah mendapatkan OAT selama 6 bulan. Setelah 6 bulan pasien
pasien dilakukan pemeriksaan ulang dan dinyatakan sudah sembuh
Pada pemeriksaan fisik sekarang didapatkan keadaan umum cukup,
composmentis. Tanda vital T:160/100 mmHg, N: 88x/menit, RR: 20x/menit,
S:36,50C, BB:51 kg, TB:160 cm, status gizi BMI= 19,92 (gizi baik).
Pemeriksaan fisik, pada inspeksi gerak napas hemitoraks kiri tertinggal, fremitus
raba kiri tertinggal, terdengar ronkhi pada kedua paru di suprahiler.

F. Patient Centered Diagnosis


1. Diagnosis Biologis
Tuberkulosis Paru Relaps
2. Diagnosis Sosial Ekonomi dan Budaya
a. Status ekonomi kurang
b. Penyakit mengganggu aktifitas sehari-hari.

17
c. Kondisi ventilasi lingkungan dan rumah yang kurang.
d. Rendahnya pengetahuan tentang penyakit.
e. Rendahnya dukungan keluarga terhadap kesembuhan pasien.

G. Penatalaksanaan
1. Non-Medikamentosa
a. Asupan gizi yang baik untuk meningkatkan daya tahan tubuh
b. Dilakukan pemeriksaan dahak dan x-ray dada setelah selesai
pengobatan untuk menentukan kesembuhan pasien
c. Konseling dan Edukasi
1) Edukasi pada pasien untuk minum obat dan injeksi secara
teratur sehingga menghindari terjadinya TB Paru drug
resistance (DR)
2) Memberitahu pasien dan keluarga untuk menjaga sanitasi
rumah dan memperbaiki ventilasi rumah agar basil
M.tuberculosa mati
3) Menganjurkan pasien untuk menggunakan masker yang
menutup hidung dan mulutnya untuk mencegah kemungkinan
penularan terhadap keluarga dan tetangga sekitar
4) Menghindarkan pajanan terhadap lingkungan merokok, polusi
udara dan lain-lain.
2. Medikamentosa
Karena pasien ini merupakan kasus TB paru relaps maka pasien
mendapatkan OAT kategori 2 yaitu :
2HRZES/HRZE/5H3R3E3
Pasien diberikan Isoniazid, rifampicin, pyrazinamide,
ethambutol dan injeksi streptomycin selama 2 bulan pertama,
dilanjutkan dengan Isoniazid, rifampicin, pyrazinamide, ethambutol
selama 1 bulan (bulan ketiga), lalu dilajutkan dengan Isoniazid,
rifampicin dan ethambutol selama 5 bulan yang diminum 3x
seminggu.

18
I. Follow Up
1. Tanggal 2 Mei 2017
S: Penderita mengatakan keluhan yang dirasakan sudah
berkurang. Pasien masih mengeluhkan batuk, nyeri pada
pundak bagian kanan dan kesemutan pada kedua tangan.

O KU: Cukup Kes: Composmentis


: Tanda Vital:
Tekanan darah : 160/ 90 mmHg
Nadi : 86 x/ menit
Suhu : 36,70C
Pernafasan : 20 x/ menit
Status Generalis:
K/L: a/i/c/d: -/-/-/-
Thoraks
Cor
I : Ictus cordis tampak
P : Ictus cordis angkat kuat
P : Batas jantung kesan normal
A : S1S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo
I : Gerak napas hemitoraks kiri tertinggal
P : Fremitus raba kiri tertinggal
P : sonor/redup
A : Suara dasar

Vesikuler Rhonki Wheezing


+ + + + - -

+ + - - - -

+ + - - - -

Abdomen

19
I : Flat (+), distended (-), Scar (-)
A : Bising usus (+) normal
P : Supel, Hepar dan Lien tidak teraba, ginjal tidak teraba
P : Timpani seluruh lapang abdomen

Ekstremitas
Akral HKM, CRT < 2 detik, Edema (-)
Status Lokalis:
Auricula Dextra
Tampak perforasimembrantimpani, otorrhea (+),
Status Neurologis: Dalam batas normal
Status Psikiatri: Dalam batas normal
A TB Paru Relaps
:
P: OAT dilanjutkan

2. APGAR
Adaptation
Dalam menghadapi masalah keluarga, pasien jarang
membicarakannya kepada anggota keluarganya termasuk cara
mengungkapkan apa yang menjadi keluhannya. Penyakit pasien dirasakan
sangatmengganggu aktivitasnya sehari-hari, sehingga pasien tidak bisa
melajutkan pekerjaannya.Pasien juga merasa keluarganya tidak terlalu
mendukung kesembuhannya. Istri dan kedua anaknya dirasakan tidak
peduli karena jarang menanyakan keluhan pasien.
Partnership
Keluarganya yakni istri dan kedua anaknya dirasakan kurang
mendukung dimana istri dan kedua anaknya tidak mengerti mengenai
pengobatan yang dijalani oleh pasien dan obat-obtan yang harus diminum
oleh pasien selama ini. Namun komunikasi antar anggota keluarga juga
berjalan dengan cukup baik.
Growth

20
Tn. S mengetahui bahwa ia harus sabar menghadapi penyakitnya,
dengan cara rutin mengkonsumsi obat, selalu kontrol ke puskesmas, dan
juga mematuhi saran yang diberikan oleh dokter yang merawatnya. Selama
ini pasien selalu menaati aturan yang dianjurkan oleh dokter.

Affection
Tn. S merasa interaksinya dan kasih sayang dengan keluarga cukup
baik.Walaupunistri dan kedua anaknyakurang peduli dengan
kesehatannya.Namun penderita menyayangi keluarganya, begitu pula
sebaliknya.
Resolve
Sdr. G merasa puas dengan kebersamaan dan waktu yang ia dapatkan
dari keluarganya.
APGAR Sdr. G Terhadap Keluarga Sering/ Kadang Jarang
selalu -kadang /tidak
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
keluarga saya bila saya menghadapi masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan
saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan
saya membagi waktu bersama-sama
Total poin = 7 fungsi keluarga dalam keadaan sedang.

3. SCREEM
SUMBER PATHOLOGY KET
Sosial Interaksi sosial yang baik antar anggota _
keluarga.Partisipasi mereka dalam
masyarakat cukup baik.
Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya _

21
cukup, hal ini dapat dilihat dari pergaulan
sehari-hari baik dalam keluarga maupun di
lingkungan. Sering mengikuti acara-acara
yang bersifat hajatan, sunatan, dll jika
kondisi kesehatan memungkinkan.
Menggunakan bahasa jawa, tata krama dan
kesopanan
Religius Pemahaman agama cukup. Penderita dan _
Agama menawarkan keluarga rajin sholat lima waktu.
pengalaman spiritual yang baik
untuk ketenangan individu yang
tidak didapatkan dari yang lain
Ekonomi Ekonomi keluarga ini tergolong menengah, _
untuk kebutuhan primer sudah bisa
terpenuhi.
Edukasi Tingkat pendidikan dan pengetahuan _
penderita tergolong baik, meskipun orangtua
penderita masihtergolong rendah.
Medical Kurang mampu membiayai pelayanan _
Pelayanan kesehatan puskesmas kesehatan yang lebih baik Dalam mencari
memberikan perhatian khusus pelayanan kesehatan keluarga ini biasanya
terhadap kasus penderita menggunakan Puskesmas.
Keterangan: Berdasarkan tabel SCREEM tidak didapatkan permasalahan
pada keluarga penderita. Hanya saja pasien merasa masih kesulitan untuk
memenuhi biaya kesehatan.

4. Genogram
Alamat Lengkap : Ds. Jatikalang 002/003, Dusun Jatisari, Kecamatan
Krian, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur..
Bentuk Keluarga : Nuclear Family
Sumber Informasi: Data Kartu Keluarga

A B

C D
Keterangan:
A : Penderita (Tn. M)
B : Istri Penderita (Ny. K)

22
C : Anak Penderita (Sdr. R)
D : Anak Penderita (Sdr. H)

5. Faktor Pelayanan Kesehatan


Pasien mengatakan untuk masalah kesehatan, pasien tidak
memiliki jaminan kesehatan, biasanya pasien berobat umum.Posisi
rumah pasien juga tidak terlalu jauh dari puskesmas.Setiap sakit
pasien berobat ke puskesmas.Pasien ingin bisa berobat ke RSUD
Sidoarjo namun terkendala masalah biaya dan waktu yang digunakan
untuk berobat.

6. Perilaku Pasien
Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga
a. Faktor Perilaku Keluarga
Tn. S saat ini berumur 51 tahun dan tinggal bersama istri dan
keduaanaknya.Menurut keluarga ini sehat adalah terbebas dari
segala jenis penyakit.Keluarga ini tahu akan pentingnya kesehatan
dan mengerti bahwa sakitnya disebabkan oleh karena infeksi bakteri.
Lingkungan rumah mereka kurang sehat karena di dalam
rumah terlihat berantakan, pecahayaan sedikit, ventilasi udara
kurang.Di dalam rumah terlihat gelap karena hanya sedikit cahaya
matahari yang bisa masuk.Banyak barang yang ditimbun didalam
rumah sehingga terkesan berantakan.Kamar penderita sangat
gelap dan memilihi pencahayaan serta ventilasi udara yang
kurang.
Kebutuhan air sehari-hari dari sumur yang terletak di belakang
rumah dan PDAM.Sumur dan PDAM digunakan untuk mandi dan
kadang untuk masak.Perabot rumah tangga kurang tertata dengan
baik.

23
Keluarga ini sudah memiliki fasilitas kamar mandi dan jamban
keluarga.Keperluan buang hajat dilakukan dengan jamban di
belakang rumah.

b. Faktor Non Perilaku


Dipandang dari segi ekonomi, keluarga ini termasuk keluarga
ekomoni menengah ke bawah. Keluarga ini memiliki sumber
penghasilan dari penghasilan ibu sebagai penjual kue keliling.
Dari total semua penghasilan tersebut keluarga dapat memenuhi
kebutuhan sehari-hari walaupun belum semua kebutuhan dapat
terpenuhi terutama kebutuhan sekunder dan tertier.
Rumah yang dihuni keluarga ini cukup memadai karena masih
ada beberapa hal yang kurang. Pencahayaan kurang cukup, dan
ventilasi yang kurang baik. Rumah memiliki fasilitas jamban
keluarga. Fasilitas kesehatan yang sering dikunjungi oleh keluarga
ini jika sakit adalah puskesmas Krian.

7. Faktor Lingkungan Pasien


a. Gambaran Lingkungan
Sdr. G ini tinggal di sebuah rumah yang berdempetan dengan
rumah tetangganya.Terdapat pekarangan rumah, dan sisi depan
tidak memiliki pagar pembatas. Terdiri dari teras, ruang tamu, 2
kamar tidur,dapur, dan kamar mandi + WC. Terdiri dari 2 pintu
keluar, yaitu 1 pintu depan, dan satubelakang. Hanya terdapat 1
jendela di ruang tamu dan 1 jendela kecil di kamar tidur penderita.
Lantai rumah terbuat dari keramik.Ventilasi dan penerangan
rumah kurang.Atap rumah tersusun dari genteng dan tidak ada
plafon.Kamar memiliki dipan untuk meletakan kasur dengan
sprei. Dinding rumah berupa tembok yang sudah dicatpermanen.
Perabotan rumah tangga cukup banyak.Sumber air untuk

24
kebutuhan sehari-harinya menggunakan air sumur dan
PDAM.Pasien saat ini tinggal di daerah yang cukup penduduknya,
dengan kondisi rumah yang terkesan kurang rapi dan kurang
bersih, serta letaknya berdekatan dengan rumah tetangga, namun
ventilasi sedikit kurang.
Di pekarangan depan rumah penderita terdapat sebuah
bengkel mobil yang setiap hari terdapat kegiatan mengecat mobil
dan kegiatan bengkel lainnya.
Keluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran 10 m x 23 m
menghadap keutara.Rumah terdiri dari satu lantai, terdapat teras,
ruang tamu, 2 kamar tidur, dapur, dan kamar mandi + WC. Terdiri
dari 2 pintu keluar, yaitu 1 pintu depan, dan satub elakang. Hanya
terdapat 1 jendela di ruang tamu dan 1 jendela kecil di kamar tidur
penderita yang dipergunakan dan dihuni oleh 4 orang. Terdiri dari
2 pintu keluar padabagian depan dan belakang rumah. Lantai
rumah ruang tamu adalahkeramik dan beberapa berupa semen
plester, dapur juga berupa plester. Ventilasi kurang, penerangan
rumahakan cahaya matahari kurang. Atap rumah tersusun dari
genteng dan tanpa plafon.Dalam masing - masing kamar terdapat
1 kasur.Di ruang tamu kursi dan meja..Perabotan rumah tangga
cukup.Sumber air untuk kebutuhan sehari-harinya keluarga ini
menggunakan air sumur dan PDAM.Kebersihan rumahkurang.
Sehari-hari keluarga memasak menggunakan kompor elpigi dan
dapurnya terletak di belakang disebelah kamar mandi.

25
b. Denah Rumah

Ruang Keluarga / Tamu

Kamar Pasien

Kamar Orang Tua Pasien


Kamar Mandi

Kamar Mandi

Ruang Makan

Dapur

8. Identifikasi Masalah Berdasarkan Teori Bloom


a. Masalah Aktif
1) TB Paru Relaps
b. Faktor Risiko
1) Merokok
2) Keadaan rumah
3) Pola Perilaku
4) Pelayanan Kesehatan

26
Diagram Permasalahan Pasien

(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan,


yang ada dengan faktor-faktor risiko ada dalam kehidupan pasien)

Faktor Lingkungan
Fisik
1. Kebersihan personal
2. Bengkel di halaman depan rumah
DERAJAT KESEHATAN Sosial, Pendidikan, Pengetahuan
(Tn. S, 51 Tahun) 1. Kondisi Ekonomi Kurang
2. Pengetahuan yang kurang tentang TB
Paru
Faktor Perilaku
1. Kurangnya pengetahuan pasien
tentang TB Paru
2. Gaya hidup terkait, pasien
sering merokok

27
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pembahasan Permasalahan yang Ditemukan


1. Masalah Aktif: TB Paru Relaps
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh
infeksiMycobacterium tuberculosis complex.
Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas akan
bersarang di jaringan paru, dimana ia akan membentuk suatu sarang
pneumonik, yang disebut sarang primer atau afek primer. Sarang
primer ini mugkin timbul di bagian mana saja dalam paru, berbeda
dengan sarang reaktivasi. Dari sarang primer akan kelihatan
peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis lokal).
Peradangan tersebut diikuti oleh pembesaran kelenjar getah bening di
hilus (limfadenitis regional).Afek primer bersama-sama dengan
limfangitis regional dikenal sebagai kompleks primer.
Kasus kambuh (relaps) Adalah penderita tuberkulosis yang
sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah
dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi
berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan
positif.
Penyelesaian:
Diagnosa TB Paru Relaps ditegakkan dengan pemeriksaan foto
rontgen thorax, pemeriksaan BTA ulang dan uji resistensi.
Pada TB paru kasus relaps minimal menggunakan 4 macam
OAT pada fase intensif selama 3 bulan (bila ada hasil uji resistensi
dapat diberikan obat sesuai hasil uji resistensi). Lama pengobatan fase
lanjutan 6 bulan atau lebih lama dari pengobatan sebelumnya, sehingga
paduan obat yang diberikan : 3 RHZE / 6 RH. Bila tidak ada / tidak

28
dilakukan uji resistensi, maka alternatif diberikan paduan obat : 2
RHZES/1 RHZE/5 R3H3E3 (Program P2TB)

Konseling dan Edukasi


1. Memberitahu keluarga bahwa pengobatan harus teratur agar
mencegah terjadinya resistensi terhadap OAT.
2. Memberitahu keluarga untuk memperbaiki keadaan ventilasi dan
pencahayaan di rumah.
3. Menghindarkan pajanan terhadap lingkungan merokok dan polusi
udara.

Medikamentosa
Pada kasus TB paru relaps maka pasien mendapatkan OAT
kategori 2 yaitu :
2HRZES/HRZE/5H3R3E3
Pasien diberikan Isoniazid, rifampicin, pyrazinamide,
ethambutol dan injeksi streptomycin selama 2 bulan pertama,
dilanjutkan dengan Isoniazid, rifampicin, pyrazinamide, ethambutol
selama 1 bulan (bulan ketiga), lalu dilajutkan dengan Isoniazid,
rifampicin dan ethambutol selama 5 bulan yang diminum 3x
seminggu.

2. Faktor Risiko
a. Merokok
Merokok akan semakin memperparah TB paru yang sedang
diderita oleh pasien. Karena zat yang terkandung dalam rokok
akan menyebabkan kerusakan yang lebih parah pada paru pasien
Penyelesaian:
Pasien harus berhenti merokok total agar tidak semakin
memperparah penyakit TB yang sedang dialami.

29
b. Keadaan Rumah
Dari segi keadaan rumah banyak ditemukan hal yang diduga
sebagai penyebab dari timbulnya permasalahan dari Tn S, dimana
dari lingkungan ditemukan kurangnya ventilasi pencahayaan dan
udara yg masuk, pencahayaan yg kurang menyebabkan bertambah
lembabnya keadaan dalam rumah sehingga menjadi faktor
perkembangbiakan kuman Tb yang didapatkan ketika pasien
batuk . Dan ini bisa menyebabkan penularan pada anggota lain yg
berada tinggal satu rumah dengan pasien .Dengan adanya
pencahayaan yg tinggi ini akan menghindari kuman Tb paru
berkembang biak
Penyelesaian
Permasalahan tersebut dapat diupayakan pemecahan masalahnya,
untuk masalah yang pertama disarankan bila memungkinkan
keluarga Tn S untuk mengganti beberapa genteng rumah dengan
kaca agar mempermudah pencahayaan masuk.

c. Pola Perilaku
Karena status gizi pasien yang buruk ini menyebabkan sistem
kekebalan tubuhnya lebih rendah karena kurang nya protein
sehingga memicu pertahanan tubuh yg rendah sehingga mudahnya
terinfeksi bakteri atau virus yang dalam hal ini adalah
mycobacterium tuberculosa.
Penyelesaian:
Untuk masalah perilaku ini disarankan agar pasien melakukan
perbaikan gizi dengan cara memakan makanan yang mengandung
protein tinngi seperti daging , serta buah-buahan juga sayuran .
Pasien juga harus memperhatikan pola makan agar mencapai berat
badan yg ideal .

30
d. Pelayanan Kesehatan
Kurangnya penyuluhan dari pihak kesehatan kemungkinan
menjadi salah satu penyebab terjadinya permasalahan pada Tn S
Dari sekian faktor permasalahan dari Tn S, sebagian besar
ditemukan masalah kurang mengertinya pasien dan keluarga
tentang alur penularan Tb paru , pengobatan Tb serta etika batuk
juga berludah .
Penyelesaian
Untuk itu penyuluhanprogram tentang penyakit TB paru perlu
agar masyarakat lebih memahami tentang penyakit Tb paru antara
lain: tanda-tanda awal penyakit, cara penularan penyakit,
pengobatan penyakit, dan cara pencegahannya. Dengan demikian
paradigma yang salah tentang penyakit Tb paru di masyarakat
dapat diluruskan serta agar masyarakat memahami pentingnya
menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat, sehingga dapat
mengurangi resiko terjadinya suatu penyakit.memberikan edukasi
tentang penyakitnya bahwa penyakitnya tersebut dapat
disembuhkan. Faktor yang paling penting untuk kesembuhannya
adalah ketekunan dalam menjalani pengobatan sesuai petunjuk
dokter. Selain itu juga didukung dengan makan makanan yang
bergizi tinggi yang sesuai dengan anjuran dokter, istirahat yang
cukup. Diharapkan pasien bisa berpikir positif, tidak berprasangka
buruk terhadap penyakitnya, dan membangun semangat hidupnya
sehingga bisa mendukung penyembuhan dan meningkatkan
kualitas hidup

B. Intervensi dalam Bentuk Gantt Chart

31
Aaaa Untuk mempermudah penyelesaian masalah pada Tn T dapat
menggunakan system scoring.Hal ini dilakukan untuk
mempermudahpenyelesaianmasalah berdasarkan skala prioritas yang dari
yang tertinggi sampai yang terendah.

Tabel 1.
No Kegiatan M I V C P (MxIxV/C)
Memberikan penyuluhan
1 mengenai TB paru 4 3 4 4 12

Melakukan perbaikan
2 3 2 2 4 3
genteng /rumah

Penentuan Prioritas Penyeselaian Masalah

Keterangan :
P :Prioritas penyeselaian masalah
M : Magnitude, besarnya masalah yang bisa diatasi apabila solusi
inidilaksanakan (turunnya prevalensi dan besarnya masalah lain)
I : Implementasi, kelanggengan selesai masalah
V : Vulnerability, sensitifnya dalam mengatasi masalah
C : Cost, Biaya yang diperlukan
Berdasarakan skala prioritas di atas masalah didapatkan hasil
memberikan penyuluhan mengenai TB Paru serta pentingnya memakai
masker sebagai prioritas solusi. Tentunya rencana program penyuluhan
dapat dilakukan untuk melaksanakan penyelesaian tersebut terlampir pada
tabel dibawah.

32
Rencana KegiatanPenyuluhan Mengenai Alur Penularan TB paru
Volume Rincian Tenaga Kebutuhan
No Kegiatan Sasaran Target Lokasi Jadwal
Kegiatan Kegiatan Pelaksana Pelaksanaan

1. Memilih/menyeleksi Semua Ruangan


Pembentuka LCD
Pegawai Terbentuk 2x kandidat TIM Ruang Pegawai Senin-
1 n MIC
Puskesmas TIM pertemuan 2. Persetujuan rapat Yang Kamis
TIM 3. Pembentukan terpilih Laptop
structural Kursi
Ruangan
Penyusunan 1. Pengumpulan bahan LCD
Terbentuk 2x mengenai diare dan Ruang Senin-
2 materi TIM TIM MIC
materi pertemuan PHBS rapat Kamis
penyuluhan Laptop
2. Penyusunan materi
Kursi
Pembuatan 1 hari
bahan Anggota Terbentuknya Anggota setelah
1x 1. Mendesign PPT, Ruang 1.Laptop
3 penyuluhan TIM yang PPT, leaflet, TIM yang bahan 2.Printer
pertemuan leaflet, banner rapat
yang akan ditunjuk banner ditunjuk terkump 3.Flasdisk
disajikan ul

33
Konsumsi
Warga
LCD
desa Materi bisa 1x 1. Penyuluhan Angota MIC
Sebulan
4 Penyuluhan tempat diterima penyuluha 2. Tanya jawab Balai desa TIM yang Kursi
Sekali
penyuluha peserta n tiap desa 3. Membagikan leafplet ditunjuk Laptop
n Leaflet
Banner

34
1. Penjelasan, Basic Konseling dan Pendidikan Pasien
Diberikan penjelasan yang benar mengenai penyakit tuberkulosis.
Pasien Tuberkulosis dan keluarganya perlu tahu tentang penyakit,
pengobatannya, pencegahan dan penularannya. Sehingga persepsi yang salah
dan merugikan bisa dihilangkan. Hal ini bisa dilakukan melalui konseling
setiap kali pasien kontrol dan melalui kunjungan rumah baik oleh dokter
maupun oleh petugas Yankes.

Beberapa persepsi yang harus diluruskan yaitu :

a. Penyakit Tuberkulosis merupakan penyakit menular.


b. Penyakit Tuberkulosisdapat disembuhkan dengan pengobatan rutin.
Maka pasien harus diberi pengertian untuk terus mengupayakan
kesembuhannya melalui program pengobatan dan pola makan yang
dianjurkan oleh dokter. Juga harus dilakukan pendalaman terhadap berbagai
masalah pasien termasuk akibat penyakitnya terhadap hubungan dengan
keluarganya, pemberian konseling jika dibutuhkan. Pasien juga diberi
penjelasan tentang pentingnya menjaga diet yang benar dalam rangka
mencapai berat badan ideal, pentingnya olah raga yang teratur dan
sebagainya.

2. Pencegahan dan Promosi Kesehatan


Hal yang tidak boleh terlupakan adalah pencegahan dan promosi
kesehatan berupa perubahan tingkah laku (berolahraga), lingkungan
(tempat tinggal yang tidak boleh lembab dengan penggunaan ventilasi
yang cukup, meningkatkan daya tahan tubuh dengan cara diet makanan
bergizi sesuai anjuran dokter. Dengan demikian paradigma yang salah
tentang penyakit Tuberkulosis di masyarakat dapat diluruskan.

35
PREVENSI BEBAS TUBERKULOSIS UNTUK KELUARGA LAINNYA
(ANAK DAN CUCU )
Pada prinsipnya secara umum prevensi untuk bebasTuberkulosis
adalah tidak sama dengan prevensi bebas Tuberkulosisuntuk pasien, namun
dalam hal ini diutamakan untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Misalnya
dengan cara sebagai berikut :

1. Bagi keluarga jangan terlalu dekat cukup intim, apalagi saat bicara atau
batuk, agar tidak tertular langsung kuman TB dari pasien.Saat batuk
sebaiknya ditutup kain atau masker.
2. Bagi keluarga diharapkan menjaga pola makan sehari-hari dengan
mengkonsumsi makanan bergizi.
3. Diusahakan agar pasien tidak meludah di sembarang tempat yang
mengakibatkan kuman TB dapat beterbangan dan terhirup oleh anggota
keluarga lainnya.
4. Melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin.
5. Menggunakan masker untuk perlindungan diri
6. Istirahat yang cukup 6-8 sehari semalam.
7. Olah raga teratur.
8. Tidak terlalu memaksa bekerja jika kelelahan
Kesemuanya ini merupakan langkah-langkah untuk mencegah terkena
penyakit Tuberkulosis yang sama dengan pasien serta meningkatkan daya
tahan tubuh bagi anggota keluarga yang tinggal serumah.

36
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Segi Biologis :
Tn.S (51 tahun), menderita penyakit Tuberkulosis Paru kasus
kambuh (relaps)
Status gizi Tn.S berdasarkan NCHS termasuk dalam kategori
baik
Rumah dan lingkungan sekitar keluarga Tn.T tidak sehat.

2. Segi Psikologis :
Hubungan antara anggota keluarga terjalin cukup akrab
Pengetahuan akan Tuberkulosis yang masih kurang yang
berhubungan dengan tingkat pendidikan yang masih rendah
Tingkat kepatuhan dalam mengkonsumsi obat yang baik,
mendukung untuk penyembuhan penyakit tersebut

3. Segi Sosial :
Tidak ada masalah dari segi sosial

4. Segi fisik :
Rumah dan lingkungan sekitar tampak kurang bersih.

37
B. SARAN
1. Untuk masalah medis (Tuberkulosis Kategori2) dilakukan langkah-
langkah :
Preventif : makan makanan bergizi sehari-hari,
terutama tinggi protein agak terbentuk sistem kekebalan
tubuh yang baik. Istirahat cukup.
Promotif : edukasi penderita dan keluarga mengenai
Tuberkulosis dan pengobatannya oleh petugas kesehatan
atau dokter yang menangani.
Kuratif : saat ini penderita memasukipengobatan rawat
jalan, dan harus kontrol setiap hari ke Puskesmas untuk
mendapatkan pengobatan.
Rehabilitatif : mengembalikan kepercayaan diri
Tn.Tsehingga tetap memiliki semangat untuk sembuh.
.

2. Untuk masalah lingkungan tempat tinggal dan rumah yang tidak sehat
dilakukan langkah-langkah :
o Promotif : edukasi penderita dan anggota keluarga untuk
membuka jendela tiap pagi, penggunaan genteng kaca, dan
menjaga kebersihan rumah dan lingkungan rumah. Lantai
hendaknya dibersihkan.

3. Untuk masalah persepsi mengenai penyakit Tuberkulosis, dilakukan


langkah-langkah :
o Promotif : Memberikan pengertian kepada penderita dan
anggota keluarga mengenai penyakit Tuberkulosis.

38
LAMPIRAN

Kamar tidur pasien Dapur pasien

39
Ventilasi kamar tidur pasien

Lingkungan di depan rumah pasien

40
41

Anda mungkin juga menyukai