Anda di halaman 1dari 11

BULLYING

NARASI

Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Pendidikan Pancasila

Oleh: Kelompok 2

Nama : Fajariana Fitriani NIM : 021511133010

Nama : Thomas Reynaldi NIM : 021511133011

Nama : Vita Ariesta Angesti NIM : 021511133012

Nama : Andry Sentosa NIM : 021511133014

Nama : Giftania Nuri S NIM : 021511133017

Nama : Dini Parasila NIM : 021511133018

UNIVERSITAS AIRLANGGA

Surabaya

2015
Definisi Bullying

Bullying merupakan sebuah kata serapan dari bahasa Inggris. Bullying berasal dari kata
bully yang artinya penggertak atau orang yang mengganggu orang yang lemah. Beberapa istilah
dalam bahasa Indonesia yang seringkali dipakai masyarakat untuk menggambarkan fenomena
bullying di antaranya adalah penindasan, penggencetan, perpeloncoan, pemalakan, pengucilan,
atau intimidasi. Berikut ini beberapa pengertian bullying dari beberapa sumber.
Menurut kamus Webster, makna dari kata bullying adalah penyiksaan atau pelecehan
yang dilakukan tanpa motif tapi dengan sengaja dilakukan berulang-ulang terhadap orang
yang lebih lemah.
Adapun menurut Yayasan SEJIWA, bullying adalah suatu situasi dimana terjadinya
penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan orang/kelompok kepada seseorang hingga
membuat korban merasa terintimidasi.
Secara umum bullying dapat diartikan sebagai sikap agresi dari seseorang atau kelompok
dengan tujuan untuk menyakiti orang lain baik secara fisik maupun mental.

Jenis Bullying
Olweus (1993), membagi bullying dalam dua kategori yakni direct bullying (pembulian
langsung) dan indirect bullying (pembulian tidak langsung)
Direct Bullying
1. Bullying fisik yaitu perlakuan kasar secara fisik yang dapat dilihat secara kasat mata
seperti menjambak rambut, menarik kerah baju, menampar, menendang, dan lain
sebagainya.
2. Bullying verbal yaitu perlakuan kasar yang dapat didengar seperti memalak,
mengancam, memaki, mencemooh, memfitnah, dan lain sebagainya.
Indirect Bullying
1. Bullying mental yaitu perlakuan kasar yang tidak dapat dilihat dan didengar seperti
mengucilkan, memandang sinis, dan lain sebagainya.

Dampak Bullying
Dampak bullying bagi korban antara lain :
Depresi
Rendahnya kepercayaan diri / minder
Pemalu dan penyendiri
Malas pergi ke sekolah
Mudah tersinggung
Menjadi penakut
Merosotnya prestasi akademik
Merasa terisolasi dalam pergaulan
Terpikir atau bahkan mencoba untuk bunuh diri

Studi Kasus
Kasus 1 :
Sebanyak 13 siswa SMA Negeri 70 Bulungan, Jakarta Selatan dikeluarkan dari sekolah
lantaran melakukan pelanggaran, yaitu melakukan bullying terhadap juniornya yakni siswa kelas
X. Hal ini terjadi pada 15 Juli 2014.

Kasus 2 :
Pada Selasa, 3 November 2009, seorang siswa bernama Ade Fauzan yang merupakan
siswa kelas X menjadi korban kekerasan dari siswa kelas XII SMA 82 Jakarta. Ade saat itu
sampai dirawat di RS Pusat Pertamina (RSPP) Jakarta Selatan.
Kejadian ini bermula saat Ade hendak mengambil buku Geografinya yang tertinggal di
ruang kelas III. Sudah menjadi rahasia umum di SMU tersebut bahwa siswa kelas X dan XI
tidak dapat melalui sebuah koridor. Hanya siswa kelas XII yang dapat melaluinya. Koridor Gaza
sebutannya. Ade pun langsung ditonjok wajahnya. Saat jam sekolah berakhir, Ade kembali
diminta siswa kelas XII menuju Warung Taman (Wartam), sekitar 50 meter dari sekolah. Ade pun
pergi namun setelah sampai disana ia kembali mendapat perlakuan tak menyenangkan. Ade
ditonjok kembali hingga tak sadarkan diri.
Polres Metro Jakarta Selatan menetapkan 12 pelajar sebagai tersangka penganiayaan.
SMA 82 Jakarta sendiri sudah menskors 14 siswa selama 1 pekan, dan 3 di antaranya diduga
sebagai otak bullying.

Hubungan Bullying dengan Sila Pertama


Sila yang pertama dalam pancasila berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa
Sila ini dimaksudkan bahwa setidaknya kita harus mempunyai suatu agama atau kepercayaan
untuk menjadi warga negara Indonesia. Seperti yang telah diketahui, tentunya semua agama
mengajarkan tentang kebaikan. Tidak ada satu agama pun yang mengajarkan tentang keburukan.
Setiap agama pasti mengajarkan kasih. Kita harus mengasihi satu sama lain sebagai saudara.
Saling menghargai satu sama lain walaupun berbeda-beda agama. Karena negara kita adalah
negara pluralitas dan kita harus menghargai itu.

Kasus bullying merupakan kasus penyelewengan sila pertama juga. Jelas dalam sila pertama kita
harus memiliki agama. Setiap agama mengajarkan kasih. Demikian pula hidup kita harus
bercermin pada ajaran agama kita masing-masing. Seharusnya sebagai sesama manusia kita
harus mengasihi dan menghargai satu sama lain,bukannya saling menyakiti satu sama lain. Oleh
sebab itu kita seharusnya mengasihi teman-teman kita. Bukan malah menyakiti mereka dengan
membully.

Sang Pencipta kita sudah menciptakan manusia dengan sangat baik. Bahkah Ia juga sangat
mengasihi kita hambaNya. Oleh sebab itu kita sebagai hambaNya juga harus mengasihi dan
menghargai seperti apa yang telah diajarkan oleh-Nya. Sudah sepantasnya kita hidup meneladani
Tuhan kita Yang Maha Esa. Seharusnya kita hidup saling menghargai antar umat beragama.

Oleh sebab itu untuk menanggulangi hal seperti itu, sebaiknya agama sudah ditanamkan sejak
kecil. Sehingga setiap orang tahu apa saja kewajiban dan hak mereka. Apa saja yang termasuk
hal yang baik, dan hal yang buruk. Apa saja yang seharusnya dilakukan dan apa saja yang tidak
boleh dilakukan. Apabila semua orang sudah mengerti mengenai hal demikian maka akan terjadi
kehidupan yang harmonis, saling menghargai, dan mengasihi satu sama lain antar umat
beragama. Dengan demikian kasus bullying akan berkurang dan bahkan hilang. Karena setiap
orang menyadari bahwa mereka saling membutuhkan satu sama lain sehingga masing-masing
masyarakat harus menghargai masyarakat lain, walaupun beragam agamanya.

Hubungan dengan Sila Kedua


Sila kedua Pancasila yaitu Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.
Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung arti kesadaran sikap dan perilaku sesuai
dengan nilai-nilai moral dalam hidup bersama atas dasar tuntutan hati nurani dengan
memperlakukan sesuatu hal sebagaimana mestinya. Adil di sini bermakna menempatkan segala
sesuatu sesuai dengan porsinya secara proporsional.

Setidak-tidaknya terdapat tiga (obyek) yang manusia harus bersikap adil terhadapnya, yaitu:

1. Adil terhadap diri-sendiri, setiap manusia mempunyai batas-kemampuan dan potensi

diri. Oleh karena itu, tidak adil jika manusia membebani dirinya dengan sesuatu yang
melampaui batas kemampuan dan potensi diri.

2. Adil terhadap orang lain, menyadari bahwa setiap manusia juga mempunyai batas
kemampuan dan potensi seperti halnya yang berlaku pada dirinya maka tak layak bagi
seseorang membebani orang lain di luar batas kemampuan dan potensi dirinya.

3. Adil terhadap lingkungan/alam, seperti halnya manusia, lingkungan/alam juga


mempunyai batas kemampuan dan potensi. Ketidakadilan dalam memanfaatkan
kemampuan dan potensi lingkungan/alam pasti akan berdampak pada kerusakan.

Ketiga obyek di atas mempunyai hubungan yang manunggal, tak bisa dipisah-pisahkan.
Disamping harus adil terhadap diri sendiri juga harus adil terhadap orang lain dan
lingkungan/alam.

Hubungan sila ke dua dengan kasus bullying (penindasan) sangat bertentangan atau bertolak
belakang karena sangat berbeda dengan apa yang ditanamkan pada sila ke dua. Pada kasus
bullying sering terdapat penggunaan kekerasan, ancaman, atau paksaan untuk menyalahgunakan
atau mengintimidasi orang lain. Perilaku ini dapat menjadi suatu kebiasaan dan melibatkan
ketidakseimbangan kekuasaan sosial atau fisik. Hal ini dapat mencakup pelecehan secara lisan
atau ancaman, kekerasan fisik atau paksaan dan dapat diarahkan berulang kali terhadap korban
tertentu, mungkin atas dasar ras, agama, gender , seksualitas, atau kemampuan. Tindakan
penindasan ini terdiri atas empat jenis, yaitu secara emosional, fisik, verbal, dan cyber. Jelas
sekali kasus bullying ini sangat bertentangan dengan nilai yang sudah ada pada sila ke dua yang
isinya kita harus bersikap adil kepada sesama manusia.
Hubungan dengan Sila Ketiga
Sila ketiga Pancasila yaitu Persatuan Indonesia
Sila ke -3 ini mempunyai maksud mengutamakan persatuan atau kerukunan
bagi seluruh rakyat Indonesia yang mempunyai perbedaan agama, suku, bahasa,
dan budaya. Sehingga dapat disatukan memlalui sila ini berbeda-beda tetapi tetep
satu atau disebut dengan Bhineka Tunggal Ika. Persatuan Indonesia mengutamakan
kepentingan dan keselamatan negara ketimbang kepentingan golongan pribadi atau kelompok
seperti partai. Hal yang dimaksudkan adalah sangat mencintai tanah air Indonesia dan bangga
mengharumkan nama Indonesia. Sila ini menanamkan sifat persatuan untuk menciptakan
kerukunan kepada rakyat Indonesia. Sila yang mempunyai lambang pohon beringin ini
bermaksud memelihara ketertiban yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Persatuan Indonesia adalah satu untuk Indonesia walaupun keadaan dimasyrakat sangat
penuh perbedaan tetapi harus menjadi satu darah Indonesia dan rela mengorbankan kepentingan
golongan dan pribadi demi negara Indonesia. Walaupun sangat kental dengan berbagai budaya
yang berbeda tetap harus rukun menjaga kedamaian Bhineka Tunggal Ika.
Dalam nilai Persatuan Indonesia terkandung nilai bahwa negara adalah sebagai
penjelmaan sifat kodrat manusia monodualis yaitu sebagai makhluk individu dan makhluk social.
Negara merupakan suatu persekutuan hidup bersama diantara elemen-elemen yang membentuk
negara yang berupa suku, ras, kelompok, golongan, maupun kelompok agama. Oleh karena itu
perbedaan adalah merupakan bawaan kodrat manusia dan juga merupakan ciri khas elemen-
elemen yang membentuk Negara. Konsekuensinya negara adalah beraneka ragam tetapi satu,
mengikatkan diri dalam suatu persatuan yang dilukiskan dalam suatu selogan Bhineka Tunggal
Ika. Sehingga sudah sangat jelas bahwa bullying merupakan sesuatu yang sangat bertentangan
dengan pandangan hidup bangsa sehingga Perbedaan bukannya untuk diruncingkan menjadi
konnflik dan permusuhan melainkan diarahkan pada suatu sintesa yang saling menguntungkan
yaitu persatuan dalam kehidupan bersama untuk mewujudkan tujuan bersama.
Negara mengatasi segala paham golongan, etnis, suku, ras, individu, maupun golongan
agama. Mengatasi dalam arti memberikan wahana atas tercapainya harkat dan martabat seluruh
warganya. Negara memberikan kebebasan atas individu, golongan, suku, ras, maupun golongan
agama untuk merealisasikan seluruh potensinya dalam kehidupan bersama yang bersifat integral.

Hubungan dengan Sila Keempat


Sila Keempat berbunyi Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan.

Sila yang keempat ini mengajarkan kepada kita agar kita bisa menghargai pendapat orang-orang
di sekitar kita. Kita harus bisa berpikir secara dewasa. Dalam arti kita tidak bisa menyelesaikan
suatu masalah ataupun memutuskan suatu keputusan dengan sepihak. Kita juga harus
menimbang-nimbang pendapat orang lain. Terlebih lagi apabila kita harus memutuskan hal yang
penting, tentunya kita juga butuh saran dari orang lain. Dalam sila ini mengajarkan juga kepada
kita untuk menyelesaikan suatu masalah dengan cara musyawarah demi mencapai suatu mufakat
atau tujuan akhir. Sehingga setiap orang setuju dengan keputusan tersebut dan tidak ada pihak
yang merasa dirugikan.

Kasus bullying ini lagi-lagi bertentangan dengan sila yang keempat. Seharusnya untuk
melakukan suatu hal kita tidak bisa memutuskan secara sepihak. Kita harus berdikusi secara dua
arah. Kita tidak bisa semena-mena terhadap orang lain, terlebih teman kita sendiri. Karena
sesungguhnya setiap manusia memiliki hak asasi mereka masing-masing. Kasus bullying
biasanya terjadi apabila ada sekelompok orang yang tidak suka dengan seorang. Entah dalam hal
pendapat atau hal yang lainnya. Biasanya apabila seorang tersebut berbeda pendapat dengan
sekelompok orang, lalu sekelompok orang tersebut adalah orang yang egois, tidak mau
mendengarkan pendapat orang lain. Karena tidak suka dengan pendapat seorang tersebut, pada
akhirnya sekelompok orang tersebut membully yang seorang itu. Mereka berani karena merasa
mayoritas atau menang dalam jumlah, sehingga mereka bisa membully seorang tersebut.

Sebagai warga negara yang baik, kita harus mengamalkan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan
kita sehari-hari tentunya. Karena pancasila merupakan dasar negara kita. Sehingga setiap
perbuatan kita haruslah mengacu pada nilai pancasila. Seperti kejadian diatas. Sebagai manusia
kita harus open-minded. Demi kebaikan di kemudian hari, kita harus bisa menerima saran-saran
atau pendapat dari orang lain. Kita tidak boleh menang sendiri dengan merasa diri selalu benar
dan pendapat orang lain salah. Demikian halnya dengan bullying. Kita harus bermusyawarah
dahulu dengan orang tersebut hal apa yang membuat sekelompok orang tidak suka dengan
seorang tersebut sehingga membullynya. Tidak boleh seenaknya saja kita menyiksa orang lain
dengan membully orang yang lebih lemah daripada kita. Seharusnya yang kuat adalah menolong
orang yang lebih lemah. Bukan malah menyiksa mereka yang lebih lemah dibandingkan kita.

Hubungan dengan Sila Kelima

Bila di hubungkan dengan sila ke-5 tindakan tersebut sangat menyimpang dengan pengertidan
makna dari sila ke-5.

Sila ke-5 berbunyi Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Nilai Yang Terkandung Pada Sila Ke Lima


Keadilan Sosial ialah sifat masyarakat adil dan makmur berbahagia untuk semua orang, tidak ada
penghinaan, tidak ada penyimpangan, bahagia material dan bahagia spritual, lahir dan batin.
Istilah adil yaitu menunjukkan bahwa orang harus memberi kepada orang lain apa yang menjadi
haknya dan tahu mana haknya sendiri serta tahu apa kewajibannya kepada orang lain dan
dirinya. Sosial berarti tidak mementingkan diri sendiri saja, tetapi mengutamakan kepentingan
umum, tidak individualistik dan egoistik, tetapi berbuat untuk kepentingan bersama.
Maka di dalam sila ke-5 tersebut terkandung nilai Keadilan tersebut didasari oleh hakekat
keadilan manusia yaitu keadilan dalam hubungan manusia dengan dirinya sendiri, manusia
dengan manusia lain, manusia dengan masyarakat, bangsa dan negaranya serta hubungan
manusia dengan Tuhannya.oleh karena itu manusia dikatakan pula sebagai makhluk
Monopruralisme. Dari kandungan sila ke-5 ini sangat terlihat jelas bahwa tindakan
penindasan/bullying sangat melengceng dari nilai sila ke-5,karena tidak mencerminkan keadilan
dan kemakmuran untuk setiap individunya.

Seharusnya setiap individu menyadari bahwa kita harus bersikap adil terhadap setiap orang.
Sehingga tidak sepantasnya kita membully seseorang dengan tindakan yang tidak pantas dan
tidak sesuai dengan hak asasi manusia. Setiap orang pasti memiliki hak asasi mereka dan kita
sebagai warga negara harus menghargai hal tersebut. Sebagai makhluk sosial pula kita
sebenarnya saling membutuhkan satu sama lain. Sehingga ketika ada orang lain yang menderita
seharusnya kita menolong. Bukan malah kita menyiksa orang lain dengan tindakan kita yang
keji. Karena kita adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam rangka
menyambung hidup dan menambah kualitas hidup kita. Suatu saat kita pasti akan membutuhkan
bantuan dari orang lain. Sehingga sudah sepantasnyalah kita berbuat baik dan adil terhadap
semua orang tanpa pandang bulu.

Nilai keadilan seharusnya juga ditanamkan sejak kecil. Apabila kita sendiri tidak nyaman dengan
suatu tindakan maka kita jangan melakukan tindakan tersebut terhadap orang lain. Semua orang
pasti tidak suka disiksa. Demikian juga dengan korban bully. Seharusnya pelaku bullying tahu
hal tersebut sehingga ia harus bersikap adil. Ia sendiri tidak mau terkena hal semacam itu
sehingga ia juga tidak boleh melakukan hal demikian terhadap orang lain. Terlebih teman mereka
sendiri.

Anda mungkin juga menyukai