No Nama Nim
1. Thomas Reynaldi W 021511133011
2. Fissando Yanuar M. 021511133013
3. Andry Sentosa 021511133014
4. Dini Parasila 021511133018
5. Salsabila Maghfirani 021511133020
6. Destri Imania 021511133021
7. Bella Primordia Cida 021511133022
8. Nadia Mutiara Hasri 021511133023
9. Karina Octaviani 021511133024
10. Junneva Frisky Secondra 021511133025
11. Chanita Eloniati 021511133026
12. Mitha Jati Wirasti 021511133027
13. Aulady Qibtyah 021511133028
14. Shasadhara Pramesti H 021511133029
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2016
1. PENDAHULUAN
Metabolisme basal adalah energi yang diperlukan oleh tubuh dalam keadaan istirarat
total, baik jasmani maupun rohani. Energi ini adalah energi minimal yang tidak dapat
dikurangi lagi, yang diperlukan untuk memelihara proses-proses hidup, yaitu untuk
pernapasan, peredaran darah, pertahanan tubuh, dan sebagainya.
1
Basal Metabolic Rate (BMR) dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain :
b. Tingkat aktivitas
Aktivitas fisik dan kontraksi otot akan meningkatkan laju metabolik
meningkat menjauhi BMR, sedangkan aktivitas fisik ringan akan menurunkan laju
metabolik.
c. Diet
Laju metabolik akan meningkat setelah makan, disebut juga diet-induced
thermogenesis atau specific dynamic action atau efek termik makanan. Kondisi ini
terjadi karena terdapat energi yang digunakan untuk mencerna makanan. Akan tetapi
kondisi ini juga dapat disebabkan oleh efek stimulatorik asam amino yang berasal dari
protein makanan yang tercerna pada proses-proses kimia di dalam sel.
d. Hormon
BMR akan meningkat akibat kerja hormon tiroid dan katekolamin (epinefrin
dan norepinefirn).
e. Genetik
Terdapat orang dengan metebolisme efisien dimana nutrisi yang diserap akan
lebih banyak diubah menjadi energi untuk disimpan di dalam tubuh. Akan tetapi
terdapat juga orang dengan metabolisme yang kurang efisien dimana lebih banyak
energi yang berubah menjadi energi panas dibandingkan diubah menjadi energi yang
dapat disimpan didalam tubuh.
Metabolisme Kerja
Pada waktu kerja maka disamping keperluan basal diperlukan tenaga ekstra untuk
melakukan kerja tersebut. Besarnya tenaga ekstra tentu saja tergantung dari beratnya
pekerjaan yang dilakukan. Pada percobaan ini akan diukur besarnya metabolic rate pada
waktu kerja.
2
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
2. METODE KERJA
1. Spirometer
3
3. Pencatat tekanan udara (barometer)
4
11. Metronom
12. Tensimeter
Gambar 6. Tensimeter
5
2.2 Cara Kerja
6
4. Jalannya pemeriksaan.
a. Setelah istirahat, menjelang pemeriksaan, suhu tubuh, frekuensi nadi,
tekanan darah, serta frekuensi pernafasan diukur. Dipastikan keadaan jiwa
benar-benar tenang.
b. Pipa mulut dipasang pada orang coba, kemudian hidungnya dijepit dengan
penjepit hidung. Orang coba dibiarkan membiasakan diri dengan alatnya
(masih bernafas dengan udara luar).
c. Setelah pernafasan teratur trombol pencatat dijalankan, kemudian pada saat
akhir ekspirasi kran pengatur aliran udara dibuka sehingga orang coba
bernafas dengan udara dalam spirometer.
d. Selalu diperiksa, karena jangan sampai ada kebocoran gas melalui mulut,
maupun hidung (lakukan dengan cermin kecil).
e. Frekuensi nadi, frekuensi pernafasan diukur kembali pada pertengahan
percobaan.
f. Suhu spirometer dicatat. Ini adalah suhu udara di dalam spirometer.
3. HASIL PRAKTIKUM
Umur : 19 Tahun
Pekerjaan : Mahasiswa
8
Hitungan
9
3.2 Hasil praktikum faal metabolisme kerja
Umur : 19 tahun
Pekerjaan : Mahasiswa
Hitungan :
10
- Banyaknya pemakaian oksigen 6 menit = 2,25 liter ATPS
VO2 (2 menit kerja) + VO2 (4 menit pemulihan) = 780 ml +1470 ml
= 2250 ml
= 2,25 liter (ATPS)
= 55,86 kcal/m2/jam
11
4. PEMBAHASAN
12
oksigen tersebut dalam volume STPD (Standard Temperature Pressure Dry). Rumus yang
digunakan adalah :
a. Kerja
Di mana pada kontraksi maksimal singkat pada satu otot akan melepas panas 100x
saat istirahat.
b. SDA
Dimana setelah makan, laju metabolisme tubuh basal akan meningkat.
c. Umur
Dimana semakin tua, laju metabolisme tubuh makin menurun.
d. Hormon tiroid
Dimana tiroksin yang disekresikan berfungsi untuk meningkatkan aktifitas reaksi
kimia dalam tubuh.
e. Penyakit
Dimana mekanisme tubuh melakukan pelawanan terhadap penyakit dapat
meningkatkan metabolisme.
13
f. Malnutrisi
Kecepatan metabolisme menurun karena tidak adanya zat makanan yang
dibutuhkan oleh sel.
g. Kadar epinefrin dan norepinefrin
Dimana semakin banyak metabolisme tubuh semakin meningkat.
Pada saat kerja, energi dibutuhkan selain untuk keperluan basal tetapi juga untuk
melakukan aktivitas. Besarnya energi saat kerja ini tergantung berat ringannya kerja yang
dilakukan oleh seseorang. Pada metabolisme kerja, banyak orang menduga bahwa
metabolisme rate dalam kerja lebih besar dibandingkan saat istirahat setelah kerja. Tetapi
kenyataan hal yang terjadi adalah sebaliknya. Pemakaian oksigen pada saat pemulihan akan
lebih besar daripada saal melakukan kerja. Sesudah melakukan kerja, orang akan terus
bernafas dengan kuat dan memakai oksigen dalam jumlah yang berlebihan selama beberapa
menit dan kadang-kadang selama satu jam sesudahnya. Jumlah oksigen yang berlebihan ini
dipergunakan untuk merubah AMP dan ADP, mengubah asam laktat yang disimpan selama
melakukan pekerjaan menjadi glukosa kembali, menghasilkan ATP, mengubah kembali
kreatin dan fosfat menjadi fosfokreatin, untuk mengembalikan ke kosentrasi normal ikatan
oksigen dengan hemaglobin dan mioglobin serta untuk meningkatkan konsentrasi oksigen
dalam paru-paru sehingga mencapai tingkat normal.
Pada metabolisme kerja terjadi peningkatan pemakaian oksigen oleh tubuh. Hal ini ditandai
dengan meningkatnya denyut nadi dan frekuensi nafas.Peningkatan penggunaan oksigen
ini menunjukkan adanya peningkatan metabolisme tubuh. Terjadinya peningkatan
pemakaian oksigen ini dapat dipicu oleh beberapa faktor, yaitu sebagai berikut :
14
3. Suhu lingkungan yang tinggi atau rendah
4. Tinggi badan, berat badan dan luas permukaan tubuh
5. Jenis kelamin, Umur, pertumbuhan
6. Keadaan emosi
7. Suhu badan
8. Kadar hormon tiroid, epinephrin dan norepinephin dalam sirkulasi
15
Hormon
Tinggi berat dan lebar badan
Suhu lingkungan
Emosi/kecemasan
Daftar Pustaka
Guyton, A.C. and Hall, J.E., 2006. Textbook of Medical Physiology. 11th ed. Philadelphia,
PA, USA: Elsevier Saunders.
Khandpur R S. 2003. Handbook of Biomedical Instrumentation. 2nd ed. New Delhi: Tata
McGraw-Hill Publishing. pp.362-363.
16