Anda di halaman 1dari 17

METABOLISME ENERGI

No Nama Nim
1. Thomas Reynaldi W 021511133011
2. Fissando Yanuar M. 021511133013
3. Andry Sentosa 021511133014
4. Dini Parasila 021511133018
5. Salsabila Maghfirani 021511133020
6. Destri Imania 021511133021
7. Bella Primordia Cida 021511133022
8. Nadia Mutiara Hasri 021511133023
9. Karina Octaviani 021511133024
10. Junneva Frisky Secondra 021511133025
11. Chanita Eloniati 021511133026
12. Mitha Jati Wirasti 021511133027
13. Aulady Qibtyah 021511133028
14. Shasadhara Pramesti H 021511133029

DEPARTEMEN BIOLOGI ORAL

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2016
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Teori

Metabolisme basal adalah energi yang diperlukan oleh tubuh dalam keadaan istirarat
total, baik jasmani maupun rohani. Energi ini adalah energi minimal yang tidak dapat
dikurangi lagi, yang diperlukan untuk memelihara proses-proses hidup, yaitu untuk
pernapasan, peredaran darah, pertahanan tubuh, dan sebagainya.

Basal Metabolisme Rate (BMR) adalah kebutuhan energi minimal yang


dibutuhkan tubuh untuk menjalankan proses tubuh yang vital. Kebutuhan energi
metabolisme basal termasuk jumlah energi yang diperlukan untuk pernafasan,
peredaran darah, pekerjaan ginjal, pancreas, dan lain-lain alat tubuh serta untuk proses
metabolisme di dalam sel-sel dan untuk mempertahankan suhu tubuh. Kurang lebih dua
pertiga energi yang dikeluarkan seseorang sehari digunakan untuk k ebutuhan
aktivitas metabolisme basal tubuh. Angka metabolisme basal dinyatakan dalam
kilokalori per kilogram berat badan per jam. Angka ini berbeda antar orang dan
mungkin pada orang yang sama bila terjadi perubahan dalam
keadaan fisik dan lingkungan metabolisme basal bergantung pada luas
permukaa badan, ras,dan jenis kelamin. BMR dapat mencapai 50-70 persen dari
kebutuhan energi setiap hari pada seseorang yang tidak aktif. BMR merupakan suatu ukuran
laju metabolik jaringan tanpa bergantung pada faktor luar tubuh, sehingga bisa dikatakan
bahwa BMR merupakan laju pemakaian energi di tubuh dalam keadaan istirahat seseorang
yang berada dalam kondisi sadar.

Pengukuran BMR yang sesungguhnya memerlukan beberapa kondisi seperti berikut:


a. Tidak boleh makan minimal 12 jam terakhir.
b. Dilakukan setelah tidur penuh semalaman.
c. Tidak melakukan pekerjaan berat minimal satu jam sebelum pengukuran.
d. Suhu kamar atau ruangan harus dibuat nyaman.
e. Semua faktor yang menimbulkan rangsangan dihilangkan.
f. Selama pengukuran tidak boleh melakukan kegiatan atau aktivitas apapun.

1
Basal Metabolic Rate (BMR) dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain :

a. Usia dan Jenis Kelamin


Perbedaan BMR berdasarkan jenis kelamin terjadi karena pria memiliki lebih
banyak lean muscle mass dan lebih sedikit jaringan lemak. Laju metabolik akan
menurun seiring bertambahnya usia yang dimungkinkan juga karena menurunnya
lean muscle mass seiring bertambahnya usia.

b. Tingkat aktivitas
Aktivitas fisik dan kontraksi otot akan meningkatkan laju metabolik
meningkat menjauhi BMR, sedangkan aktivitas fisik ringan akan menurunkan laju
metabolik.

c. Diet
Laju metabolik akan meningkat setelah makan, disebut juga diet-induced
thermogenesis atau specific dynamic action atau efek termik makanan. Kondisi ini
terjadi karena terdapat energi yang digunakan untuk mencerna makanan. Akan tetapi
kondisi ini juga dapat disebabkan oleh efek stimulatorik asam amino yang berasal dari
protein makanan yang tercerna pada proses-proses kimia di dalam sel.

d. Hormon
BMR akan meningkat akibat kerja hormon tiroid dan katekolamin (epinefrin
dan norepinefirn).

e. Genetik
Terdapat orang dengan metebolisme efisien dimana nutrisi yang diserap akan
lebih banyak diubah menjadi energi untuk disimpan di dalam tubuh. Akan tetapi
terdapat juga orang dengan metabolisme yang kurang efisien dimana lebih banyak
energi yang berubah menjadi energi panas dibandingkan diubah menjadi energi yang
dapat disimpan didalam tubuh.

Metabolisme Kerja

Pada waktu kerja maka disamping keperluan basal diperlukan tenaga ekstra untuk
melakukan kerja tersebut. Besarnya tenaga ekstra tentu saja tergantung dari beratnya
pekerjaan yang dilakukan. Pada percobaan ini akan diukur besarnya metabolic rate pada
waktu kerja.

2
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara menghitung dan menyimpulkan besar metabolisme basal dan


metabolisme kerja subyek?.
2. Apa perlunya menghitung BMR selain menghitung Metabolic Rate ?.
3. Bagaimana cara menghitung dan membandingkan pengukuran BMR dengan
rumus Reed ?.
4. Bagaimana pengaruh faktor-faktor fisiologis yang mempengaruhi hasil
pengukuran BMR ?.

1.3 Tujuan

1. Menghitung dan menyimpulkan besar metabolisme basal dan metabolisme kerja


subyek.
2. Mempelajari perlunya menghitung BMR dan bukan hanya Metabolic Rate saja.
3. Menghitung dan membandingkan pengukuran BMR dengan rumus Reed :
BMR = 0.75 {(Frekuensi nadi) + 0.74 (tekanannadi)}-72
4. Mempelajari pengaruh faktor-faktor fisioligis yang mempengaruhi hasil
pengukuran BMR.

2. METODE KERJA

2.1 Alat dan Bahan

1. Spirometer

Gambar 1. Spirometer yang digunakan saat praktikum

2. Pencatat suhu ruangan

3
3. Pencatat tekanan udara (barometer)

Gambar 2. Alat pencatat tekanan udara (barometer)


4. Pipa mulut (mouth piece)
5. Timbangan dan pengukur tinggi badan

Gambar 3. Pengukur berat badan dan tinggi badan


6. Tabel Nomogram Aub Du Bois

Gambar 4. Tabel nomogram Aub Du Bois

7. Tabel tekanan uap jenuh


8. Cermin kecil
9. Beban
10. Tempat tidur

4
11. Metronom

Gambar 5. Metronom yang digunakan

12. Tensimeter

Gambar 6. Tensimeter

13. Termometer dan jepit hidung

Gambar 7. Termometer (kiri) dan penjepit hidung

5
2.2 Cara Kerja

2.2.1 Pemeriksaan Metabolisme Basal

1. Pemeriksaan secara tak langsung dilakukan dengan menggunakan alat


spirometer. Spirometer termasuk jenis kalorimeter tertutup. CO2 dalam
pemeriksaan ini dihilangkan dengan pengikatan gas CO2 oleh soda lime.
Penurunan tabung sungkup dari awal menunjukan besarnya pemakaian
oksigen.
2. Persiapan orang coba (ingat pada kenyataan orang coba tidak dalam keadaan
basal yang sesungguhnya).
a. Dicatat: nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan.
b. Dihitung luas badan orang coba dengan cara mengukur tinggi badan dan
berat badan, selanjutnya dengan menggunakan Nomogram dari Aub Du
Bois dicari luas badannya.
c. Orang coba disuruh istirahat berbaring tenang minimal setengah jam.
3. Persiapan alat-alat:
a. Suhu ruang dan tekanan udara yang terbaca pada barometer dicatat.
b. Spirometer
- Sungkup dibilas 2-3 kali dengan udara atmosfir dengan cara menekan
kebawah dan menarik keatas sungkup. Dipastikan terlebih dahulu kran
pengatur aliran udara pada ujung pipa dalam keadaan terbuka agar
sungkup dapat ditekan dan ditarik.
- Soda lime-nya diperiksa apakah sudah mengalami kejenuhan dengan cara
melihat perubahan warnanya.
- Pipa-pipa aliran udara diperiksa apakah sudah terpasang dengan benar,
hawa ekspirasi keluar melewati soda lime masuk ke dalam sungkup.
-Sungkup diisi dengan oksigen melalui kran pengisi oksigen. Diperhatikan
kran pengatur aliran udara pada ujung pipa napas dalam keadaan tertutup.
- Kertas pada drum (tromol) dipasang
- Tinta penulis diisi jika perlu.
- Pipa mulut (mouth piece) yang telah disterilkan dipasang.
- Arus listrik dihubungkan dan jalannya trombol diperiksa. Menggunakan
kecepatan yang paling rendah.

6
4. Jalannya pemeriksaan.
a. Setelah istirahat, menjelang pemeriksaan, suhu tubuh, frekuensi nadi,
tekanan darah, serta frekuensi pernafasan diukur. Dipastikan keadaan jiwa
benar-benar tenang.
b. Pipa mulut dipasang pada orang coba, kemudian hidungnya dijepit dengan
penjepit hidung. Orang coba dibiarkan membiasakan diri dengan alatnya
(masih bernafas dengan udara luar).
c. Setelah pernafasan teratur trombol pencatat dijalankan, kemudian pada saat
akhir ekspirasi kran pengatur aliran udara dibuka sehingga orang coba
bernafas dengan udara dalam spirometer.
d. Selalu diperiksa, karena jangan sampai ada kebocoran gas melalui mulut,
maupun hidung (lakukan dengan cermin kecil).
e. Frekuensi nadi, frekuensi pernafasan diukur kembali pada pertengahan
percobaan.
f. Suhu spirometer dicatat. Ini adalah suhu udara di dalam spirometer.

g. Percobaan dilanjutkan sampai didapat grafik yang teratur, paling sedikit


dalam 6 menit.
h. Setelah selesai, semua alat dilepaskan dari orang coba.
i. Jangan lupa menghitung kembali frekuensi nadi frekuensi pernapasan orang
coba setalah percobaan.
j. Untuk menghitung pemakaian oksigen dibuat garis lurus yang banyak
menyinggung titik ujung akhir ekspirasi dari grafik yang didapat. Besarnya
pemakaian oksigen diperhitungkan dari tingginya kenaikan grafik selama
6 menit.

2.2.2 Pemeriksaan Metabolisme Kerja

Pemeriksaan Metabolisme Kerja


Prosedur persiapan dan pelaksanaan dama dengan pemeriksaan
metabolisme basal (BMR) hanya saja selama pengukuran, subyek melakukan kerja
dengan kedua tangannya menggenggam beban di kanan kiri yang beratnya kurang
lebih 500 gram, kemudian subyek melakukan gerakan fleksi lengan bawah sampai
sudut sendi siku kurang lebih 90 lalu meluruskannya lagi dengan frekuensi 20 kali
per menit (ikuti irama metronom) selama 2 menit saja dan selanjutnya pengukuran
7
oksigen tetap diteruskan samapi 4 menit tanpa melakukan kerja sehingga total
keseluruhan adalah 6 menit. Metabolisme kerja subyek dihitung dengan cara seperti
pada pemeriksaan metabolisme basal (BMR).

2.2.3 Menghitung BMR

Cara menghitung dan membandingkan pengukuran BMR dengan rumus Reed:

BMR = 0,75 {(frekuensi nadi) + 0,74 (tekanan nadi)} 72.

3. HASIL PRAKTIKUM

3.1 Hasil praktikum faal metabolisme kerja istirahat

Nama Subyek : Thomas Reynaldi

Umur : 19 Tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Mahasiswa

Tinggi Badan : 176 cm Suhu Spirometer : 27oC

Berat Badan : 58 kg Tekanan Barometer : 660mmHg

Luas badan : 1.71 m2 Tekanan Uap Jenuh : 26.5 mmHg

Suhu Tubuh : 37 oC Tekanan darah : 115/92 mmHg

3.1.1 Pemeriksaan laju metabolisme Istirahat

- Frekuensi Nadi - Frekuensi Pernapasan

*Permulaan : 80 kali / menit *Permulaan : 16 kali / menit

*Pertengahan : 84 kali / menit *pertengahan : 16 kali/menit

*Akhir : 80 kali / menit *Akhir : 16 kali / menit

8
Hitungan

Banyaknya pemakaian oksigen 6 menit : 2, 55 L ATPS


(Cara : Tinggi grafik x 30ml = 8.5 cm x 30 = 2550 mL = 2.55 L)
Banyaknya pemakaian oksigen 6 menit : 2,244 L STPD
Cara : mengubah ATPS ke STPD
PV/T = PV/T
V = PVT/PT
V = (760-23.72)(273) / (760) (273+27)
V = 0.88 V
V = 0.88 X 2.55 = 2,244 L
Banyaknya pemakaian oksigen 1 jam : 22,44 L STPD
Metabolisme Rate = 63,3 kcal/m2/jam
Cara : 22.44 L x 4,825(satu liter O2) = 108,273 kcal/jam
BMR : 108,273 / 1.71 = 63.3
Metabolisme Fleisch/Aub Du Bois : 41 kcal/m2/jam
BMR subjek = 0.544 63,3 kcal/m2/jam =54.4 %

Gambar 8. Grafik metabolisme kerja istirahat

9
3.2 Hasil praktikum faal metabolisme kerja

Nama Subyek : Thomas Reynaldi

Umur : 19 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Mahasiswa

Tinggi Badan : 176 cm Suhu Spirometer : 270 C

Berat Badan : 58 cm Tekanan Barometer :760 mmHg

Luas Badan :1,71 m2 Tekanan Uap Jenuh : 23,72 mmHg

Suhu Tubuh : 370 C Tekanan Darah :115/91 mmHg

3.2.1 Pemerikasaan Laju Metabolisme Kerja

Frekuensi Nadi Frekuensi Pernapasan

*Permulaan : 80 kali / menit *Permulaan : 16 kali / menit

*Pertengahan : 92 kali / menit *Pertengahan : 12 kali / menit

*Akhir : 80 kali / menit *Akhir : 16 kali / menit

Hitungan :

- Banyaknya pemakaian oksigen 2 menit kerja = 0,78 liter ATPS


VO2 = 780 ml
= 0,78 liter (ATPS)

- Banyaknya pemakaian oksigen 4 menit pemulihan = 1,47 liter ATPS


VO2 = 1470 ml
= 1,47 liter (ATPS)

10
- Banyaknya pemakaian oksigen 6 menit = 2,25 liter ATPS
VO2 (2 menit kerja) + VO2 (4 menit pemulihan) = 780 ml +1470 ml
= 2250 ml
= 2,25 liter (ATPS)

- Banyaknya pemakaian oksigen 6 menit = 1,98 liter STPD


VO2 total = 2,25 liter x 0,88
= 1,98 liter (STPD)

- Banyaknya pemakaian oksigen 1 jam = 19,8 liter STPD


VO2 total (1 jam) = 1,98 liter x 10
= 19,8 liter (STPD)

- Metabolic rate = 55,86 kcal/m2/jam


19,8 x 4,825
MR = 1,71

= 55,86 kcal/m2/jam

Gambar 9. Grafik metabolisme kerja

11
4. PEMBAHASAN

4.1 Diskusi Hasil


Dalam praktikum metabolisme enegi ini menggunakan alat yakni spirometer yang
dihubungkan dengan pipa mulut (mouth piece) pada orang coba yang berbaring atau dalam
kondisi istirahat. Sementara itu hidung orang coba juga dijepit agar pernafasan terjadi lewat
mulut dan harus dipastikan bahwa tidak ada kebocoran sedikitpun yang dapat dicek
menggunakan kaca. Kebocoran ini akan sangat mempengaruhi hasil praktikum karena udara
yang seharusnya masuk ke dalam pipa mulut dan menggerakkan alat spirometer ternyata
keluar dari sistem.
Setelah alat disiapkan dengan benar, orang coba mulai melakukan ekspirasi dan
inspirasi seperti biasa melalui mulut selama 6 menit. Orang coba mendapatkan udara dari
tabung oksigen yang telah dihubungkan dengan pipa mulut dan mengeluarkan oksigen
kembali. Sementara itu tabung pada spirometer akan bergerak naik turun dan mencatat grafik
pernafasan secara otomatis.
Grafik pernafasan yang terbentuk merupakan cerminan dari keadaan inspirasi (grafik
naik) dan keadaan ekspirasi (grafik turun) yang terjadi pada orang coba. Dari grafik inilah
kemudian dapat diketahui besarnya oksigen yang dibutuhkan orang coba dalam proses
pernafasan serta besarnya oksigen yang telah digunakan untuk metabolisme. Grafik ini
semakin lama akan semakin naik karena karbon dioksida akan semakin habis seiring dengan
bertambahnya oksigen di dalam sistem. Hal ini dikarenakan karbon dioksida diikat oleh soda
lime.
Meningkatnya volume gas yang digunakan subjek saat melakukan kerja memiliki
kaitan dengan metabolisme respirasi. Respirasi merupakan sekelompok reaksi kimia yang
bertujuan untuk melepaskan energi dari makanan.Bahan mkanan utama yang digunakan
dalam reaksi ini adalah glukosa, tetapi gula lain, asam lemak, bahkan asam aminu juga dapat
digunakan.Untuk mendapatkan energi dari makanan diperlukan adanya suplai
oksigen.Produksi energi dengan oksigen disebut sebagai respirasi aerobik.Sebagian dari
energi ini dilepaskan sebagai panas yang berguna untuk mempertahankan suhu tubuh hangat.
Sisanya disimpan dalam bentuk ATP sampai digunakan oleh sel, termasuk sel otot
(Khandpur, 2003, pp. 362-363).
Selanjutnya, dengan mengetahui besarnya pemakaian oksigen dalam volume ATPS
(Ambient Temperature Pressure Saturated) maka dapat dikonversikan pula pemakaian

12
oksigen tersebut dalam volume STPD (Standard Temperature Pressure Dry). Rumus yang
digunakan adalah :

Dengan V1 adalah pemakaian oksigen selama 6 menit, P1 didapat dari tekanan


barometer ruangan dikurangi tekanan uap jenuh, T1 adalah tekanan absolut (273 C)
ditambah suhu spirometer, P1 dan P2 bernilai 760 dan T1 bernilai 273 C (suhu absolut).
Sedangkan V2 adalah volume STPD yang akan dicari.
Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi BMR yaitu umur, jenis kelamin, berat
badan, tinggi badan, luas permukaan tubuh. Semakin tua umur seseorang, maka BMR makin
rendah, pria mempunyai BMR yang lebih besar dibandingkan wanita, sedangkan pada orang
cina dan india mempunyai BMR yang lebih kecil dibandingkan dengan orang caucasian dan
semakin tinggi suhu maka semakin tinggi BMR (kenaikan 1C akan menaikkan BMR sebesar
14).
Dalam keadaan basal, energi yang digunakan hanya untuk melangsungkan
metabolisme dalam rangka mempertahankan hidup, sehingga walaupun tingkat aktivitas
minimum, jumlah energi yang dibutuhkan tidak akan mencapai nol.

Faktor fisiologis yang dapat mempengaruhi :

a. Kerja
Di mana pada kontraksi maksimal singkat pada satu otot akan melepas panas 100x
saat istirahat.
b. SDA
Dimana setelah makan, laju metabolisme tubuh basal akan meningkat.
c. Umur
Dimana semakin tua, laju metabolisme tubuh makin menurun.
d. Hormon tiroid
Dimana tiroksin yang disekresikan berfungsi untuk meningkatkan aktifitas reaksi
kimia dalam tubuh.
e. Penyakit
Dimana mekanisme tubuh melakukan pelawanan terhadap penyakit dapat
meningkatkan metabolisme.

13
f. Malnutrisi
Kecepatan metabolisme menurun karena tidak adanya zat makanan yang
dibutuhkan oleh sel.
g. Kadar epinefrin dan norepinefrin
Dimana semakin banyak metabolisme tubuh semakin meningkat.

Pada saat kerja, energi dibutuhkan selain untuk keperluan basal tetapi juga untuk
melakukan aktivitas. Besarnya energi saat kerja ini tergantung berat ringannya kerja yang
dilakukan oleh seseorang. Pada metabolisme kerja, banyak orang menduga bahwa
metabolisme rate dalam kerja lebih besar dibandingkan saat istirahat setelah kerja. Tetapi
kenyataan hal yang terjadi adalah sebaliknya. Pemakaian oksigen pada saat pemulihan akan
lebih besar daripada saal melakukan kerja. Sesudah melakukan kerja, orang akan terus
bernafas dengan kuat dan memakai oksigen dalam jumlah yang berlebihan selama beberapa
menit dan kadang-kadang selama satu jam sesudahnya. Jumlah oksigen yang berlebihan ini
dipergunakan untuk merubah AMP dan ADP, mengubah asam laktat yang disimpan selama
melakukan pekerjaan menjadi glukosa kembali, menghasilkan ATP, mengubah kembali
kreatin dan fosfat menjadi fosfokreatin, untuk mengembalikan ke kosentrasi normal ikatan
oksigen dengan hemaglobin dan mioglobin serta untuk meningkatkan konsentrasi oksigen
dalam paru-paru sehingga mencapai tingkat normal.

Berdasarkan perhitungan yang didapatkan, nilai BMR yang diperoleh


kelompok kami pada praktikum ini adalah :

1. 2 menit kerja : 19,37 kalori / m2/ jam


2. 4 menit pemulihan : 36,5 kalori / m2 / jam
3. 6 menit keseluruhan : 55,87 kalori / m2 / jam

Pada metabolisme kerja terjadi peningkatan pemakaian oksigen oleh tubuh. Hal ini ditandai
dengan meningkatnya denyut nadi dan frekuensi nafas.Peningkatan penggunaan oksigen
ini menunjukkan adanya peningkatan metabolisme tubuh. Terjadinya peningkatan
pemakaian oksigen ini dapat dipicu oleh beberapa faktor, yaitu sebagai berikut :

1. Pergerakan otot selama atau tepat sebelum pengukuran


2. Makanan. Makanan yang baru saja dimakan dapat meningkatkan kecepatan
metabolisme karena mempunyai kerja dinamik spesifik ( SDA = Specific Dynamic
Action )

14
3. Suhu lingkungan yang tinggi atau rendah
4. Tinggi badan, berat badan dan luas permukaan tubuh
5. Jenis kelamin, Umur, pertumbuhan
6. Keadaan emosi
7. Suhu badan
8. Kadar hormon tiroid, epinephrin dan norepinephin dalam sirkulasi

4.2 Diskusi Pertanyaan


a. Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan metabolic rate cara langsung dan tidak
langsung?
Yang dimaksud pemeriksaan metabolik rate secara langsung adalah
pemeriksaan metabolisme menggunakan kalori meter sehingga panas yang
dihasilkan langsung dapat dilihat pada dinding kalorimeter, alat ini bekerja dengan
cara mengukur energi yang dilepaskan dari pembakaran bahan makanan diluar
tubuh dengan mengoksidasi senyawa-senyawa pada alat calorimeter. Pemeriksaan
ini akan lebih baik dilakukan pagi setelah bangun tidur. Sedangkan yang dimaksut
dengan pemeriksaan tidak langsung adalah pemeriksaan metaolisme dengan
menggunakan spirometer, yang sebelumnya mahasiswa coba atau orang coba
diberikan waktu beberapa saat untuk beristirahat.

b. Apa yang dimaksud dengan calorimeter tertutup dan calorimeter terbuka?


- kalorimeter tertutup yaitu kalorimeter yang inspirasi dan ekspirasinya
dalam satu sungkup serta oksigen yang didapat bersal dari tabung oksigen.
- kalorimeter terbuka yaitu kalorimeter yang inspirasi dan ekspirasinya
tidak pada satu sungku atau oksigen yang didapat tidak dari tabung oksigen
melainkan dari udara sekitar.

c. faktor apa saja yang dapat mempengaruhi hasil metabolic rate?


Yang dapat mempengaruhi hasil metabolic rate yaitu
Usia
Jenis kelamin
Aktivitas
Asupan makanan

15
Hormon
Tinggi berat dan lebar badan
Suhu lingkungan
Emosi/kecemasan

d. Mengapa perlu dilakukan perubahan pengukuran kondisi ATPS ke STPD ?


Karena pengukuran kondisi ATPS volumenya bukan volume standart
sehingga perlu diubah ke kondisi STPD yang volumenya merupakan standart
satuan pengukuran untuk basal metabolic rate. Selain itu jika pengukuran
menggunakan kondisi ATPS hasil BMRnya tidak dapat sesuai dengan metabolisme
baku Aub du Bois karena adanya perbedaan tekanan dan suhu yang digunakan.

e. Apa pengaruh SDA terhadap hasil pemeriksaan metabolic rate ?


SDA mempengaruhi metabolisme seseorang karena bisa meningkatkan
produksi panas sehingga berpengaruh terhadap laju metabolisme.

f. Bagaimana kesimpulan hasil laju metabolisme orang coba ?


Laju metabolisme istirahat Rara sebesar -58,549% yang menunjukkan
penurunan laju metabolisme.

Daftar Pustaka

Guyton, A.C. and Hall, J.E., 2006. Textbook of Medical Physiology. 11th ed. Philadelphia,
PA, USA: Elsevier Saunders.

Khandpur R S. 2003. Handbook of Biomedical Instrumentation. 2nd ed. New Delhi: Tata
McGraw-Hill Publishing. pp.362-363.

16

Anda mungkin juga menyukai