Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI FARMASI

UJI ENSIMATIS MIKROBA

Disusun oleh :

Pangestu Jalu Bagaskoro (22010316140023)

Tanggal praktikum :

3 Mei 2017

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

I. TUJUAN
Mahasiswa dapat mengetahui kemampuan ensimatis mikroba untuk
menguraikan zat-zat berbeda.
II. DASAR TEORI
Identifikasi bakteri dapat dilakukan dengan menguji aktivitas
enzimatisnya. Enzim merupakan katalis dalam sistem biologi atau di sebut
pula dengan biokatalis. Katalis ini berfungsi untuk mempercepat laju
reaksi kimia dengan akhir dari reaksi kimia akan diperoleh kembali katalis
tersebut.Uji aktivitas enzimatis terbagi menjadi dua yaitu uji aktivitas
eksoenzim dan uji aktivitas endoenzim. Uji aktivitas eksoenzim terdiri dari
uji amilolitik, proteolitik, dan lipolitik sedangkan uji aktivitas endoenzim
terdiri dari uji katalase dan oksidase (Volk, 1988).

Aktivitas enzim disebut juga sebagai kinetik enzim. Kinetik enzim


adalah kemampuan enzim dalam membantu reaksi kimia. Kemampuan
enzim ini dapat dihitung dengan mengukur jumlah produk yang terbentuk,
atau dengan menghitung kurangnya substrat dalam satuan waktu tertentu.
Selain itu, dapat juga dihitung dengan peningkatan atau penurunan
koenzim. Menghitung jumlah substrat, produk, atau koenzim di
laboratorium tidak mudah karena jumlahnya yang sangat sedikit. Oleh
karena itu, praktik menghitung aktivitas enzim adalah
dengan mengukur perubahan absorbans dalam satuan waktu, pH, dan suhu
tertentu sewaktu reaksi berjalan. Aktivitas enzim dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu suhu, pH, kadar substrat, kadar enzim, inhibitor, dan
toksikenzim(Pelczar,1986).

Enzim memiliki aktivitas pengatur dan berperan sebagai pemacu atau


pengatur kecepatan reaksi metabolisme. Beberapa enzim pengatur, yang
dinamakan enzim alosterik, diatur kecepatannya oleh pengikat balik non
kovalen molekul modulator atau pengatur spesifik pada sisi alosterik atau
sisi pengaturan. Molekul modulator tersebut dapat merupakan substrat
sendiri atau beberapa senyawa antara metabolik lain. Golongan enzim
pengatur yang lain terdiri dari enzim- enzim yang diatur oleh
modifikasi kovalen beberapa gugus fungsional yang perlu
bagi aktivitasnya. Beberapa enzim terdapat dalam bentuk
ganda, yang
disebut isozim yang mempunyai sifat kinetika yang
berbeda (Hadioetomo, 1993).

Amilolitik merupakan aktivitas bakteri dalam merombak


pati dengan
bantuan enzim amilase. Enzim amilase adalah enzim yang
mampu menghidrolisis pati menjadi senyawa lebih
sederhana seperti maltosa dan glukosa. Enzim ini banyak
digunakan untuk keperluan industri. Enzim ini dapat
memecah atau menghidrolisis pati, glikogen, dan turunan
polisakarida dengan cara memecah ikatan glikosidiknya.
Enzim amilase dibedakan menjadi 3 golongan yaitu -
amilase yang di sebut juga endoamilase, -amilase yang di
sebut juga eksoamilase, dan glukoaminase
(Rehm&Reed,1987).

Aktivitas proteolitik menghasilkan zona jernih. Bakteri


proteolitik adalah bakteri yang memproduksi enzim
protease ekstraseluler, yaitu enzim pemecah protein yang
diproduksi di dalam sel kemudian dilepaskan keluar dari
sel. Semua bakteri mempunyai enzim protease di dalam
sel, tetapi tidak semua mempunyai enzim protease
ekstraseluler. Dekomposisi protein oleh mikroorganisme
lebih kompleks daripada pemecahan karbohidrat dan
produk akhirnya juga lebih bervariasi. Hal ini disebabkan
struktur protein yang lebih kompleks. Mikroorganisme
melalui suatu sistem enzim yang kompleks, memecah
protein menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana
(Durham, 1987)
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

III.1. Alat
a. Tabung reaksi steril
b. Cawan petri steril
c. Lampu spiritus
d. Jarum tanam tumpul
e. Gelas benda
III.2. Bahan
a. Biakan murni B. Subtillis
b. Biakan murni E. Coli
c. Biakan murni S. aureus
d. Medium cair Glucose Phenol Red
e. Medium cair Lactose Phenol Red
f. Medium cair Sucrose Phenol Red
g. Medium agar pati steril (NA + 2% pati)
h. Larutan I-KI (Gram B)
i. Medium skim milk agar (susu skim 10%, pepton 5%, dan agar 15%)
j. Larutan H202 3%
k. Medium gelatin
l. Alkohol
III.3. Cara Kerja
a. Fermentasi Karbohidrat
1. Satu seri medium (glukosa, laktosa, dan sukrosa)
diinokulasikan secara aseptik dengan biakan B. Subtillis.
2. Hal yang sama dilakukan untuk E. Coli dan S. aureus.
3. Satu seri medium tidak diinokulasikan dan digunakan sebagai
kontrol.
4. Setiap tabung diberi tanda dengan nama medium, nama
bakteri yang diinokulasikan, tanggal inokulasi, dan nomor
kelompok.
5. Tabung-tabung tersebut diinkubasikan selama 48 jam, pada
suhu kamar.
6. Reaksi yang terjadi diamati dan dibandingkan dengan
kontrol.
b. Hidrolisis Pati
1. Bagian bawah 2 cawan petri berisi medium agar pati ditandai
menjadi 2 bagian menggunakan spidol permanen.
2. Permukaan medium agar pati masing-masing bagian
diinokulasikan dengan bakteri yang berbeda secara aseptik
dengan cara goresan, diinkubasi pada suhu kamar selama 48
jam.
3. Satu cawan petri berisi medium agar pati yang tidak
diinokulasikan dengan mikroba dibiarkan sebagai kontrol.
4. Larutan I-KI (Gram B) diteteskan di permukaan medium
sekitar biakan dan dibiarkan selama 2-5 menit.
5. Adanya bagian medium agar pati berwarna biru dan bening
diamati.
6. Hasil yang diperoleh dari masing-masing jenis bakteri yang
diinokulasi dicatat.
c. Hidrolisis Kasein
1. Bagian bawah 2 cawan petri yang berisi medium skim milk
agar ditandai menjadi 2 bagian menggunakan spidol
permanen.
2. Permukaan medium skim milk agar masing-masing bagian
diinokulasikan dengan bakteri yang berbeda secara aseptik
dengan cara goresan, diinkubasi pada suhu kamar selama 48
jam.
3. Satu cawan petri berisi medium skim milk agar yang tidak
diinokulasikan dengan mikroba dibiarkan sebagai kontrol.
4. Hasil yang diperoleh dari masing-masing jenis bakteri yang
diinokulasi dicatat.
d. Hidrolisis Gelatin
1. 3 tabung reaksi berisi medium gelatin diinokulasikan secara
aseptik dengan bakteri yang berbeda.
2. Satu tabung reaksi berisi medium gelatin tidak diinokulasikan
dan digunakan sebagai kontrol.
3. Setiap tabung diberi tanda dengan nama bakteri yang
diinokulasikan, tanggal inokulasi, dan nomor kelompok.
4. Tabung-tabung tersebut diinkubasikan selama 48 jam, pada
suhu kamar.
5. Hasil yang diperoleh dari masing-masing jenis bakteri yang
diinokulasi dicatat.
e. Uji Katalase
1. Gelas benda dibersihkan dan diteteskan beberapa tetes larutan
H202 3% diatas gelas obyek tersebut.
2. Sedikit biakan E. coli dengan ose diambil dan diletakkan di
dalam tetesan H202 3%.
3. Hal yang sama dilakukan untuk kultur mikroba lain.
4. Adanya gelembung-gelembung O2 diamati di dalam larutan
H202 3%..
IV. DATA PENGAMATAN

4.1 Hasil Pengamatan Fermentasi karbohidrat

Hasil
Gambar
Glukosa Sukrosa Laktosa

E. coli: A E. coli: A E. coli: A


dan G dan G dan G
B. subtillis: B. subtillis: B. subtillis:
tidak ada A tidak ada
S. Aureus: S. Aureus: S. Aureus:
tidak ada tidak ada tidak ada
Kontrol: Kontrol: Kontrol:
tidak ada tidak ada tidak ada
4.2 Hasil Pengamatan Hidrolisis Pati

Hasil
Gambar E. B. S. Kontrol
coli subtillis Aureus

- + - -
4.3 Hasil Pengamatan Hidrolisis Kasein

Hasil

Gambar E. B. S. Kontrol
col subtilli Aureu
i s s

- + + -

4.4 Hasil Pengamatan Sediaan Obat pada Medium SGA


Hasil
Gambar E. B. S. Kontrol
coli subtillis Aureus

+ + + -

4.5 Hasil Pengamatan Uji Katalase

Hasil

E. B. S. Kontrol
coli subtillis Aureus

- + - -
V. PEMBAHASAN
Praktikum Mikrobiologi Farmasi yang berjudul Uji Ensimatis
Mikroba ini dilakukan pada tanggal 3 Mei 2017 dilakukan di
Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Sains dan Matematika Universitas
Diponegoro.
Identifikasi bakteri dapat dilakukan dengan menguji aktivitas
enzimatisnya. Enzim merupakan katalis dalam sistem biologi atau di
sebut pula dengan biokatalis. Katalis ini berfungsi untuk mempercepat
laju reaksi kimia dengan akhir dari reaksi kimia akan diperoleh kembali
katalis tersebut.Uji aktivitas enzimatis terbagi menjadi dua yaitu uji
aktivitas eksoenzim dan uji aktivitas endoenzim. Uji aktivitas eksoenzim
terdiri dari uji amilolitik, proteolitik, dan lipolitik sedangkan uji aktivitas
endoenzim terdiri dari uji katalase dan oksidase (Volk, 1988).
V.1. Bakteri E. coli
Escherichia coli, atau biasa disingkat E. coli, adalah salah satu
jenis spesies utama bakteri gram negatif. Pada umumnya, bakteri
yang ditemukan oleh Theodor Escherich ini dapat ditemukan
dalam usus besar manusia. Kebanyakan E. coli tidak berbahaya,
tetapi beberapa, seperti E. coli tipe O157:H7, dapat mengakibatkan
keracunan makanan yang serius pada manusia yaitu diare berdarah
karena eksotoksin yang dihasilkan bernama verotoksin. Toksin ini
bekerja dengan cara menghilangkan satu basa adenin dari unit
28S rRNA, sehingga menghentikan sintesis protein. Sumber bakteri
ini contohnya adalah daging yang belum masak, seperti daging
hamburger yang belum matang. (Levinson, 2008)

Uji fermentasi karbohidrat adalah uji yang dirancang untuk


membedakan beberapa jenis bakteri yang termasuk
kelompok Enterobacteriaceae, yang bersifat gram
negatif dan memfermentasikan karbohidrat
membentuk asam sehingga dapat
dibedakan dengan bakteri gram negatif intestinal lain.
Perbedaan ini didasarkan pada pola fermentasi
karbohidrat dan produksi H2S pada tabung reaksi.
Indikator pH (Phenol Red) ditambahkan untuk
menunjukkan adanya perubahan pH akibat
fermentasi karbohidrat. Perubahan warna menjadi
kuning menandakan asam, sedangkan warna menjadi
lebih merah menendakan media menjadi basa.
(Hadioetomo, 1993)

Berdasarkan hasil pengamatan, pada tabung reaksi yang


mengandung glukosa berwarna kuning dan ada gelembungnya yang
menandakan bahwa bakteri E. coli menghasilkan asam dan gas. Pada
tabung reaksi yang mengandung sukrosa berwarna kuning dan ada
gelembungnya yang menandakan bahwa bakteri E. coli
menghasilkan asam dan gas. Pada tabung reaksi yang mengandung
laktosa berwarna kuning dan ada gelembungnya yang menandakan
bahwa bakteri E. coli menghasilkan asam dan gas. E. coli pada
media dapat memfermentasikan glukosa, laktosa dan sukrosa. Gas
positif dikarenakan gas yang dihasilkan oleh fermentasi karbohidrat
akan muncul sebagai celah di media atau akan mengangkat agar-agar
dari bagian bawah tabung sehingga E. coli menghasilkan asam dan
gas pada ketiga medium tersebut menghasilkan warna kuning dan
gelembung. (Leboffe, 2011)

Pada uji hidrolisis pati Dalam uji ini digunakan pati


sebagai nutrisi mikroba tetapi terlebih dahulu
dihidrolisis dulu menjadi bentuk yang sederhana yakni
glukosa dengan bantuan enzim amilase. Enzim
amilase memecahkan ikatan glikosidik dari pati yang
terletak di -1.4 rantai glukan pati dari sebelah dalam
sehingga menghasilkan glukosa terlarut yang dapat
ditransfer masuk kedalam sel. Indikator yang
digunakan pada uji amilolitik ini adalah lugol iodin,
dimana pati akan bereaksi dengan lugol iodin
membentuk kompleks berwarna biru hitam yang
terlihat pada media. Warna biru hitam tersebut terjadi
apabila lugol iodin masuk kedalam bagian kosong
pada pati yang berbentuk spiral. Sehingga akan
terlihat sebagian zona jernih di sekitar koloni. Dengan
adanya zona bening ini, menunjukkan adanya aktivitas
dari enzim amilase dalam proses menghidrolisis pati.
Uji ini digunakan untuk menentukan kemampuan
enzimatis mikroba untuk menguraikan pati.
(Hadioetomo, 1993)
Berdasarkan hasil pengamatan, pada bagian bakteri E. coli tidak
terdapat daerah bening yang ada dan setelah diteteskan Gram B
semuanya berwarna biru hitam yang menandakan tidak ada hidrolisis
pati yang terjadi. Ini tidak sesuai dengan literatur yang menyatakan
bakteri E. coli dapat menghidrolisis pati sehingga hasil tes adalah
positif atau ada daerah bening. (Leboffe, 2011)

Pada uji hidrolisis kasein berfungsi untuk menentukan


atau mengetahui kemampuan organisme
menghasilkan enzim protease. Proses hidrolisis protein
(kasein susu) secara bertahap akan menghasilkan
bentuk yang lebih sederhaan yakni asam-asam amino.
Aktivitas proteolitik dikatakan berhasil apabila ada
terbentuk zona jernih atau bening disekitar koloni.
(Hadioetomo, 1993)

Berdasarkan hasil pengamatan, pada bagian bakteri E. coli tidak


terdapat daerah bening yang ada yang menandakan tidak ada
hidrolisis kasein yang terjadi. Ini tidak sesuai dengan literatur yang
menyatakan bakteri E. coli dapat menghidrolisis kasein sehingga
hasil tes adalah positif atau ada daerah bening. (Leboffe, 2011)

Uji gelatin digunakan untuk mengetahui keberadaan enzim


gelatinase yang dimiliki oleh bakteri. Media yang digunakan ialah
gelatin. Gelatin merupakan protein yang diperoleh dari hidrolisis
kolagen yaitu zat pada jaringan penghubung dan tendon dari hewan.
Gelatin akan terurai oleh jasad renik yang mempunyai enzim
gelatinase. Larutan gelatin bersifat cair pada suhu ruang atau suhu
kamar dan padat apabila berada di dalam refrigerator. Jika gelatin
telah dihidrolisis oleh jasad renik maka akan tetap bersifat cair
meskipun berada di dalam suhu dingin yang menunjukkkan reaksi
positif (Hadioetomo, 1993)

Berdasarkan hasil pengamatan, pada bagian bakteri E. coli gelatin


masih berbentuk cair yang menandakan bahwa E. coli dapat
menghidrolisis gelatin. Ini sesuai dengan literatur yang menyatakan
bakteri E. coli dapat menghidrolisis gelatin sehingga hasil tes adalah
positif atau gelatin masih berbentuk cair. (Leboffe, 2011)

Uji katalase merupakan suatu pengujian terhadap bakteri tertentu


untuk mengetahui bakteri tersebut merupakan bakteri aerob, anaerob
fakultatif, atau anaerob obligat. Bakteri aerob menghasilkan
hidrogen peroksida (H2O2) yang sebenarnya beracun bagi bakteri
sendiri. Namun untuk menjaga kelangsungan hidupnya, bakteri
tersebut menghasilkan enzim katalase yang dapat mengubah
hidrogen peroksida menjadi air dan oksigen sehingga sifat toksiknya
hilang (Pelczar 1986). Pada umumnya bakteri aerobik dan anaerobik
fakultatif akan memproduksi hidrogen peroksida yang bersifat toksik
terhadap bakteri yang masih hidup. Bakteri anerobik obligat akan
mengalami kematian bila ada oksigen, disebabkan karena tidak
adanya pembentukan enzim katalase sehingga H2O2 meracuni bakteri
itu sendiri. Ada tidaknya pembentukan enzim katalase
dapat membantu pembedaan kelompok-kelompok bakteri tertentu
(Hadieotomo,1993).

Berdasarkan hasil pengamatan, pada bagian bakteri E. coli tidak


terdapat gelembung yang menandakan tidak ada oksigen yang
terbentuk dari penguraian hidrogen peroksida . Ini sesuai dengan
literatur yang menyatakan bakteri E. coli tidak dapat mengubah
hidrogen peroksida menjadi air dan oksigen karena tidak memiliki
enzim katalase sehingga hasil tes adalah negatif atau tidak ada
gelembung. (Leboffe, 2011)

V.2. Bakteri B. subtillis


Bacillus subtilis merupakan bakteri gram-positif yang berbentuk
batang,dan secara alami sering ditemukan di tanah dan vegetasi.
Bacillus subtilis juga telah berevolusi sehingga dapat hidup walaupun
di bawah kondisi keras dan lebih cepat mendapatkan perlindungan
terhadap stres situasi seperti kondisi pH rendah (asam), bersifat alkali,
osmosa, atau oxidative kondisi, dan panas atau etanol Bakteri ini hanya
memilikin satu molekul DNA yang berisi seperangkat set kromosom.
DNAnya berukuran BP 4214814 (4,2 Mbp) (TIGR CMR). 4,100 kode
gen protein. Beberapa keunggulan dari bakteri ini adalah mampu
mensekresikan antibiotik dalam jumlah besar ke luar dari sel
(Levinson, 2008).

Uji fermentasi karbohidrat adalah uji yang dirancang untuk


membedakan beberapa jenis bakteri yang termasuk
kelompok Enterobacteriaceae, yang bersifat gram
negatif dan memfermentasikan karbohidrat membentuk
asam sehingga dapat dibedakan dengan bakteri gram
negatif intestinal lain. Perbedaan ini didasarkan pada
pola fermentasi karbohidrat dan produksi H 2S pada
tabung reaksi. Indikator pH (Phenol Red) ditambahkan
untuk menunjukkan adanya perubahan pH akibat
fermentasi karbohidrat. Perubahan warna menjadi
kuning menandakan asam, sedangkan warna menjadi
lebih merah menendakan media menjadi basa.
(Hadioetomo, 1993)

Berdasarkan hasil pengamatan, pada tabung reaksi yang


mengandung glukosa berwarna orange yang menandakan bahwa
bakteri B. subtillis tidak menghasilkan asam dan gas. Pada tabung
reaksi yang mengandung sukrosa berwarna kuning dan tidak ada
gelembungnya yang menandakan bahwa bakteri B. subtillis
menghasilkan asam saja. Pada tabung reaksi yang mengandung
laktosa berwarna merah cerah yang menandakan bahwa bakteri B.
subtillis tidak menghasilkan asam dan gas. B. Subtillis pada glukosa
dan sukrosa, dapat menghasilkan gas yang ditandai dengan warna
merah dan gelembung. Sedangkan pada laktosa tidak bisa
menguraikan laktosa yang ditandai dengan warna merah. (Leboffe,
2011)

Pada uji hidrolisis pati Dalam uji ini digunakan pati


sebagai nutrisi mikroba tetapi terlebih dahulu dihidrolisis
dulu menjadi bentuk yang sederhana yakni glukosa
dengan bantuan enzim amilase. Enzim amilase
memecahkan ikatan glikosidik dari pati yang terletak di
-1.4 rantai glukan pati dari sebelah dalam sehingga
menghasilkan glukosa terlarut yang dapat ditransfer
masuk kedalam sel. Indikator yang digunakan pada uji
amilolitik ini adalah lugol iodin, dimana pati akan
bereaksi dengan lugol iodin membentuk kompleks
berwarna biru hitam yang terlihat pada media. Warna
biru hitam tersebut terjadi apabila lugol iodin masuk
kedalam bagian kosong pada pati yang berbentuk spiral.
Sehingga akan terlihat sebagian zona jernih di sekitar
koloni. Dengan adanya zona bening ini, menunjukkan
adanya aktivitas dari enzim amilase dalam proses
menghidrolisis pati. Uji ini digunakan untuk menentukan
kemampuan enzimatis mikroba untuk menguraikan pati.
(Hadioetomo, 1993)

Berdasarkan hasil pengamatan, pada bagian bakteri B. subtillis


terdapat daerah bening yang ada dan setelah diteteskan Gram B ada
yang tidak berwarna yang menandakan ada hidrolisis pati yang terjadi.
Ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bakteri B. subtillis dapat
menghidrolisis pati sehingga hasil tes adalah positif atau ada daerah
bening. (Leboffe, 2011)

Pada uji hidrolisis kasein berfungsi untuk menentukan atau


mengetahui kemampuan organisme menghasilkan
enzim protease. Proses hidrolisis protein (kasein susu)
secara bertahap akan menghasilkan bentuk yang lebih
sederhaan yakni asam-asam amino. Aktivitas proteolitik
dikatakan berhasil apabila ada terbentuk zona jernih
atau bening disekitar koloni. (Hadioetomo, 1993)

Berdasarkan hasil pengamatan, pada bagian bakteri B. subtillis


terdapat daerah bening yang ada yang menandakan ada hidrolisis
kasein yang terjadi. Ini sesuai dengan literatur yang menyatakan
bakteri B. subtillis memiliki enzim protease yang dapat menghidrolisis
kasein sehingga hasil tes adalah positif atau ada daerah bening.
(Leboffe, 2011)

Uji gelatin digunakan untuk mengetahui keberadaan enzim


gelatinase yang dimiliki oleh bakteri. Media yang digunakan ialah
gelatin. Gelatin merupakan protein yang diperoleh dari hidrolisis
kolagen yaitu zat pada jaringan penghubung dan tendon dari hewan.
Gelatin akan terurai oleh jasad renik yang mempunyai enzim
gelatinase. Larutan gelatin bersifat cair pada suhu ruang atau suhu
kamar dan padat apabila berada di dalam refrigerator. Jika gelatin telah
dihidrolisis oleh jasad renik maka akan tetap bersifat cair meskipun
berada di dalam suhu dingin yang menunjukkkan reaksi positif
(Hadioetomo, 1993)

Berdasarkan hasil pengamatan, pada bagian bakteri B. subtillis


gelatin masih berbentuk cair yang menandakan bahwa B. subtillis
dapat menghidrolisis gelatin. Ini sesuai dengan literatur yang
menyatakan bakteri B. subtillis dapat menghidrolisis gelatin sehingga
hasil tes adalah positif atau gelatin masih berbentuk cair. (Leboffe,
2011)

Uji katalase merupakan suatu pengujian terhadap bakteri tertentu


untuk mengetahui bakteri tersebut merupakan bakteri aerob, anaerob
fakultatif, atau anaerob obligat. Bakteri aerob menghasilkan hidrogen
peroksida (H2O2) yang sebenarnya beracun bagi bakteri sendiri.
Namun untuk menjaga kelangsungan hidupnya, bakteri tersebut
menghasilkan enzim katalase yang dapat mengubah
hidrogen peroksida menjadi air dan oksigen sehingga sifat toksiknya
hilang (Pelczar 1986). Pada umumnya bakteri aerobik dan anaerobik
fakultatif akan memproduksi hidrogen peroksida yang bersifat toksik
terhadap bakteri yang masih hidup. Bakteri anerobik obligat akan
mengalami kematian bila ada oksigen, disebabkan karena tidak adanya
pembentukan enzim katalase sehingga H2O2 meracuni bakteri itu
sendiri. Ada tidaknya pembentukan enzim katalase
dapat membantu pembedaan kelompok-kelompok bakteri tertentu
(Hadieotomo,1993).

Berdasarkan hasil pengamatan, pada bagian bakteri B. subtillis


terdapat gelembung yang menandakan ada oksigen yang terbentuk dari
penguraian hidrogen peroksida . Ini sesuai dengan literatur yang
menyatakan bakteri B. subtillis dapat mengubah hidrogen peroksida
menjadi air dan oksigen karena memiliki enzim katalase sehingga hasil
tes adalah positif atau ada gelembung. (Leboffe, 2011)

V.3. Bakteri S. aureus


Staphylococcus aureus (S. aureus) adalah bakteri gram positif yang
menghasilkan pigmen kuning, bersifat aerob fakultatif, tidak
menghasilkan spora dan tidak motil, umumnya tumbuh berpasangan
maupun berkelompok, dengan diameter sekitar 0,8-1,0 m. S.
aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37oC dengan waktu
pembelahan 0,47 jam. S. aureus merupakan mikroflora normal
manusia. Bakteri ini biasanya terdapat pada saluran pernapasan atas
dan kulit. Keberadaan S. aureus pada saluran pernapasan atas dan kulit
pada individu jarang menyebabkan penyakit, individu sehat biasanya
hanya berperan sebagai karier. Infeksi serius akan terjadi ketika
resistensi inang melemah karena adanya perubahan hormon; adanya
penyakit, luka, atau perlakuan menggunakan steroid atau obat lain
yang memengaruhi imunitas sehingga terjadi pelemahan inang
(Madigan, 2008)

Uji fermentasi karbohidrat adalah uji yang dirancang untuk


membedakan beberapa jenis bakteri yang termasuk
kelompok Enterobacteriaceae, yang bersifat gram
negatif dan memfermentasikan karbohidrat membentuk
asam sehingga dapat dibedakan dengan bakteri gram
negatif intestinal lain. Perbedaan ini didasarkan pada
pola fermentasi karbohidrat dan produksi H 2S pada
tabung reaksi. Indikator pH (Phenol Red) ditambahkan
untuk menunjukkan adanya perubahan pH akibat
fermentasi karbohidrat. Perubahan warna menjadi
kuning menandakan asam, sedangkan warna menjadi
lebih merah menendakan media menjadi basa.
(Hadioetomo, 1993)

Berdasarkan hasil pengamatan, pada tabung reaksi yang


mengandung glukosa berwarna orange yang menandakan bahwa
bakteri S. aureus tidak menghasilkan asam dan gas. Pada tabung reaksi
yang mengandung sukrosa berwarna orange yang menandakan bahwa
bakteri S. aureus dapat memfermentasikan glukosa, laktosa, dan
sukrosa yang menghasilkan asam dan gas. Sehingga hasil yang didapat
adalah warna kuning dan terdapat gelembung. (Leboffe, 2011)

Pada uji hidrolisis pati Dalam uji ini digunakan pati


sebagai nutrisi mikroba tetapi terlebih dahulu dihidrolisis
dulu menjadi bentuk yang sederhana yakni glukosa
dengan bantuan enzim amilase. Enzim amilase
memecahkan ikatan glikosidik dari pati yang terletak di
-1.4 rantai glukan pati dari sebelah dalam sehingga
menghasilkan glukosa terlarut yang dapat ditransfer
masuk kedalam sel. Indikator yang digunakan pada uji
amilolitik ini adalah lugol iodin, dimana pati akan
bereaksi dengan lugol iodin membentuk kompleks
berwarna biru hitam yang terlihat pada media. Warna
biru hitam tersebut terjadi apabila lugol iodin masuk
kedalam bagian kosong pada pati yang berbentuk spiral.
Sehingga akan terlihat sebagian zona jernih di sekitar
koloni. Dengan adanya zona bening ini, menunjukkan
adanya aktivitas dari enzim amilase dalam proses
menghidrolisis pati. Uji ini digunakan untuk menentukan
kemampuan enzimatis mikroba untuk menguraikan pati.
(Hadioetomo, 1993)

Berdasarkan hasil pengamatan, pada bagian bakteri S. aureus tidak


terdapat daerah bening yang ada dan setelah diteteskan Gram B Semua
berwarna biru tua yang menandakan tidak ada hidrolisis pati yang
terjadi. Ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bakteri S. aureus
tidak dapat menghidrolisis pati sehingga hasil tes adalah negatif atau
tidak ada daerah bening. (Leboffe, 2011)

Pada uji hidrolisis kasein berfungsi untuk menentukan


atau mengetahui kemampuan organisme menghasilkan
enzim protease. Proses hidrolisis protein (kasein susu)
secara bertahap akan menghasilkan bentuk yang lebih
sederhaan yakni asam-asam amino. Aktivitas proteolitik
dikatakan berhasil apabila ada terbentuk zona jernih
atau bening disekitar koloni. (Hadioetomo, 1993)

Berdasarkan hasil pengamatan, pada bagian bakteri S. aureus


terdapat daerah bening yang ada yang menandakan ada hidrolisis
kasein yang terjadi. Ini sesuai dengan literatur yang menyatakan
bakteri S. aureus memiliki enzim protease yang dapat menghidrolisis
kasein sehingga hasil tes adalah positif atau ada daerah bening.
(Leboffe, 2011)
Uji gelatin digunakan untuk mengetahui keberadaan enzim
gelatinase yang dimiliki oleh bakteri. Media yang digunakan ialah
gelatin. Gelatin merupakan protein yang diperoleh dari hidrolisis
kolagen yaitu zat pada jaringan penghubung dan tendon dari hewan.
Gelatin akan terurai oleh jasad renik yang mempunyai enzim
gelatinase. Larutan gelatin bersifat cair pada suhu ruang atau suhu
kamar dan padat apabila berada di dalam refrigerator. Jika gelatin telah
dihidrolisis oleh jasad renik maka akan tetap bersifat cair meskipun
berada di dalam suhu dingin yang menunjukkkan reaksi positif
(Hadioetomo, 1993)

Berdasarkan hasil pengamatan, pada bagian bakteri S. aureus


gelatin masih berbentuk cair yang menandakan bahwa S. aureus dapat
menghidrolisis gelatin. Ini sesuai dengan literatur yang menyatakan
bakteri S. aureus dapat menghidrolisis gelatin sehingga hasil tes adalah
positif atau gelatin masih berbentuk cair. (Leboffe, 2011)

Uji katalase merupakan suatu pengujian terhadap bakteri tertentu


untuk mengetahui bakteri tersebut merupakan bakteri aerob, anaerob
fakultatif, atau anaerob obligat. Bakteri aerob menghasilkan hidrogen
peroksida (H2O2) yang sebenarnya beracun bagi bakteri sendiri.
Namun untuk menjaga kelangsungan hidupnya, bakteri tersebut
menghasilkan enzim katalase yang dapat mengubah
hidrogen peroksida menjadi air dan oksigen sehingga sifat toksiknya
hilang (Pelczar 1986). Pada umumnya bakteri aerobik dan anaerobik
fakultatif akan memproduksi hidrogen peroksida yang bersifat toksik
terhadap bakteri yang masih hidup. Bakteri anerobik obligat akan
mengalami kematian bila ada oksigen, disebabkan karena tidak adanya
pembentukan enzim katalase sehingga H2O2 meracuni bakteri itu
sendiri. Ada tidaknya pembentukan enzim katalase
dapat membantu pembedaan kelompok-kelompok bakteri tertentu
(Hadieotomo,1993).

Berdasarkan hasil pengamatan, pada bagian bakteri S. aureus tidak


terdapat gelembung yang menandakan tidak ada oksigen yang
terbentuk dari penguraian hidrogen peroksida . Ini tidak sesuai dengan
literatur yang menyatakan bakteri S. aureus dapat mengubah hidrogen
peroksida menjadi air dan oksigen karena memiliki enzim katalase
sehingga hasil tes adalah positif atau ada gelembung. (Leboffe, 2011)

VI. KESIMPULAN

Identifikasi bakteri dapat dilakukan dengan menguji aktivitas


enzimatisnya. Enzim merupakan katalis dalam sistem biologi atau di
sebut pula dengan biokatalis. Katalis ini berfungsi untuk mempercepat
laju reaksi kimia dengan akhir dari reaksi kimia akan diperoleh
kembali katalis tersebut.Uji aktivitas enzimatis terbagi menjadi dua
yaitu uji aktivitas eksoenzim dan uji aktivitas endoenzim. Uji aktivitas
eksoenzim terdiri dari uji amilolitik, proteolitik, dan lipolitik
sedangkan uji aktivitas endoenzim terdiri dari uji katalase dan
oksidase. Dengan uji-uji tersebut, kita dapat mengetahui sifat-sifat dan
enzim apa saja yang dimiliki oleh bakteri tersebut dan dengan itu kita
dapat mengidentifikasi spesies bakteri yang mempunyai ciri-ciri
tersebut dan juga tempat atau habitat dimana bakteri tersebut tinggal.

VII. DAFTAR PUSTAKA

Durham DR, DB Stewart, EJ Stellwag.1987. Nover


alkaline and heat stable serine proteases from
alkalophilic Bacillus sp. strain GX6638. Di dalam
J.Bacteriol. USA: Medline Press.

Hadioetomo RS. 1993. Teknik dan Prosedur Dasar


Laboratorium Mikrobiologi. Jakarta: Gramedia Pusaka
Utama

Leboffe, M.J. & Pierce, B.E. 2011. A Photographic Atlas for The
Microbiology Laboratory. 4Th Edition. USA: Morton Publishing
Company.

Levinson W. 2008. Review of Medical Microbiology. Amerika: The


McGraw-Hill Companies.

Madigan MT, Martinko JM, Dunlap PV, Clark DP. 2008. Biology of
Microorganisms 12th edition. San Francisco: Pearson.

Pelczar MJ, ECS Chan. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi.


Jakarta: UI Press.

Rehm HJ, G Reed. 1987. Biotechnology: Enzyme


Technology. Jilid ke-8. Weinhaim: VCH Verlags Gessel
Schaff.

Volk S. 1988. Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai