Anda di halaman 1dari 22

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehamilan merupakan dimulainya konsepsi sampai lahirnya janin.

Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)

dihitung dari hari pertama haid terakhir (Prawirohardjo, 2008). Kehamilan

sebagai keadaaan fisiologis dapat diikuti proses patologis yang

mengancam keadaan ibu dan janin, sehingga akan menimbulkan

kecemasan pada ibu hamil. Cemas adalah sebuah emosi dan

pengalaman subjektif dari seseorang. Keadaan emosi ini biasanya

merupakan pengalaman individu yang subjektif, tidak diketahui secara

khusus penyebabnya (Hawari, 2008).

Cemas berbeda dengan takut dimana seseorang yang mengalami

kecemasan tidak dapat mengidentifikasi ancaman dan cemas dapat

terjadi rasa takut, namun ketakutan biasanya tidak terjadi tanpa

kecemasan (Kusumawati dan Hartono, 2010). Kecemasan merupakan

perasaan yang paling umum yang dialami oleh seseorang, dimana

kecemasan menunjukkan reaksi terhadap bahaya yang memperingatkan

orang dari dalam secara naluri, bahwa adanya bahaya dan orang

bersangkutan mungkin kehilangan kendali dalam situasi tersebut (Lynda,

2006).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan ketika ibu akan menjalani

persalinan di antaranya adalah tingkat pengetahuan, dukungan suami,

faktor ekonomi dan faktor psikologis. Pengalaman atau pengetahuan

ternyata berhubungan dengan prilaku yang didasari oleh pengetahuan

1
2

dengan perilaku yang didasari oleh pengetahuan dimana seorang ibu

mengalami kecemasan dengan tidak mengetahui tentang persalinan dan

bagaimana prosesnya. Kecemasan dapat terjadi pada ibu dengan

pengetahuan yang rendah tentang proses persalinan, hal0hal yang akan

dan harus dialami oleh ibu sebagai dampak dari kemajuan persalinan. Hal

ini karena kurangnya informasi yang diperoleh (Notoatmodjo, 2010).

Kecemasan juga dapat berwujud sebagai gejala-gejala kejiwaan, seperti

tegang, bingung, khawatir, sukar berkonsentrasi, perasaan tidak menentu

dan sebagainya (Dalami, 2009).

Setiap wanita menginginkan persalinannya berjalan lancar dan dapat

melahirkan bayi yang sempurna. Ada dua cara persalinan, yaitu

persalinan lewat vagina dan persalinan dengan operasi caesar atau sectio

caesarea yaitu tindakan operasi untuk mengeluarkan bayi dengan

melakukan insisi atau pemotongan pada kulit, otot perut serta rahim ibu

(Suririnah, 2008). Sectio caesarea umumnya dilakukan ketika proses

persalinan normal melalui vagina tidak memungkinkan atau karena

adanya indikasi medis maupun non medis. Tindakan medis hanya

dilakukan jika ada masalah pada proses kelahiran yang bisa mengancam

nyawa ibu dan janin misalnya kehamilan dengan preeklampsi (juditha,

2009).

Angka kejadian sectio caesare di dunia pada tahun 2010 berdasarkan

WHO mencapai 10% sampai 15% dari semua proses persalinan. Di

negara maju angka persalinan sectio caesarea mencapai 15% dari

sebelumnya 5% pada tahun 2010. Sedangkan di negara berkembang

seperti Kanada angka sectio caesarea mencapai 21% dari keseluruhan


3

persalinan (Husna, 2012). Di Indonesia persalinan metode sectio

caesarea bukan merupakan hal yang baru lagi. Hal ini terbukti dengan

meningkatnya angka sectio caesarea dalam kurun waktu 20 tahun

terakhir di Indonesia dari 5% menjadi 20% pada tahun 2010 (Depkes,

2012).

Berdasarkan survey awal yang dilakukan Hastuti di Rumah Sakit Panti

Waluyo Surakarta didapatkan dari 10 ibu hamil yang menjalani persalinan

dengan sectio caesarea, 6 orang di antaranya mengatakan was-was

(cemas) dalam menghadapi persalinan dengan sectio caesarea karena

selama ini belum pernah mengalaminya, di samping itu juga belum

mengetahui cara mengatasi kecemasan menghadapi persalinan dengan

sectio caesarea . ada 4 orang yang mengalami kecemasan yang ringan

dalam menghadapi persalinan sectio caesarea seperti bibir bergetar dan

tremur halus pada tangan karena belum mengetahui tentang persiapan

apa yang harus dilakukan sebelum sectio caesarea dan dampak dari

tindakan sectio caesarea tersebut. Berdasarkan hal tersebut, pasien yang

akan menjalani operasi sectio caesarea ternyata mempunyai tingkat

kecemasan sedang. Faktor individu pasien seperti tingkat pengetahuan

dan tingkat pendidikan yang beragam serta faktor lingkungan menjadi

salah satu penyebab utama timbulnya rasa cemas (Husna, 2012).

Berdasarkan data tersebut calon peneliti merasa tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai hubungan pengetahuan tentang sectio caesarea

dengan kecemasan ibu pre operasi, karena meningkatnya peminat

operasi caesar pada ibu hamil di Indonesia.


4

1.2 Rumusan Masalah

Apakah terdapat hubungan pengetahuan tentang sectio caesarea dengan

kecemasan ibu pre operasi caesarea di Rumah Sakit ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu hgamil tentang sectio

caesarea dengan kecemasan pada pasien pre operasi di Rumah Sakit.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui pengetahuan tentang sectio caesarea pada ibu pre

operasi di Rumah Sakit ...


b. Mengetahui tingkat kecemasan pada pasien pre operasi sectio

caesarea di Rumah Sakit...


c. Menganalisa hubungan pengetahuan tentang sectio caesarea dengan

kecemasan ibu pre operasi di Rumah Sakit...

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini diantaranya:

a. Bagi Rumah Sakit


Sebagai bahan evaluasi yang diperlukan dalam pelaksanaan praktek

layanan keperawatan khususnya pasien-pasien pre operasi sectio

caesarea.
b. Bagi institusi pendidikan
Diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan acuan dalam proses

belajar mengajar bagi mahasiswa terkait hubungan pengetahuan

tentang sectio caesarea dengan kecemasan yang terjadi pada pasien

pre operasi.
c. Bagi Peneliti Berikutnya
5

Sebagai acuan untuk peneliti lebih lanjut dengan metode penelitian

yang berbeda dengan meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi

kecemasan pre operasi.


d. Bagi Peneliti
Mengaplikasikan teori metodologi penelitian untuk diterapkan dalam

kegiatan nyata di lapangan terutama berkaitan dengan hubungan

tingkat pengetahuan tentang sectio caesarea dengan tingkat

kecemasan pada ibu pre operasi.

1.5 Keaslian Penelitian


Sejauh penelusuran yang dilakukan, belum pernah ditemukan pada

penelitian yang sama, namun ada beberapa penelitian terdahulu yang

dapat dijadikan acuan, hal ini disajikan dalam tabel berikut:

No Nama Peneliti Judul Metode Hasil


1 Zamriati, dkk Faktor-faktor yang Jenis penelitian Terdapat hubungan

(2013) berhubungan observasional yang signifikan

dengan kecemasan analitik dengan antara umur, paritas,

ibu hamil menjelang rancangan cross pengalaman

persalinan di Poli sectional. Alat traumatis dengan

KIA PKM Tuminting. analisis yang tingkat kecemasan

digunakan Chi- ibu.

Square
2 Pawatte, dkk Perbedaan tingkat Jenis penelitian Terdapat perbedaan

(2013) kecemasan pada deskriptif analitik antara kecemasan

ibu pre sectio dengan rancangan pada ibu pre sectio

caesarea di RSIA cross sectional. caesarea di kedua

Kasih Ibu dan Alat analisis yang Rumah Sakit

RSUP Prof. Dr. R. digunakan dengan tersebut.


6

Kandou. uji dua mean yaitu

uji t-test
3 Aemilianus Pengaruh terapi Jenis penelitian Ada pengaruh

Mau (2013) musik terhadap pra eksperimen signifikan terapi

tingkat kecemasan dengan rancangan musik terhadap

pasien pre operasi pra-paska test tingkat kecemasan

di ruang 1-6 dengan satu pasien sebelum dan

Anggreak, Cempaka kelompok. Alat sesudah operasi.

dan Asoka RSUD analisis uji

Johannes wilcoxon signed

ranks test
Gambar 1.1 Tabel Keaslian Penelitian

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

2.1.1 Pengertian Pengetahuan

Menurut Sukanto (2005), pengetahuan adalah kesan didalam pikiran

manusia sebagai hasil penggunaan panca indranya, yang berbeda sekali

dengan kepercayaan (beliefs), takhayul (superstilion) dan penerangan-

penerangan yang keliru (misinformations). Pengetahuan adalah

merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah melakukan pengindraan

terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra

manusia, yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan

raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga (Notoatmodjo, 2010).


7

2.1.2 Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan mempunyai 6 tingkatan,

yaitu:

a. Tahu (Know).
Tahu diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan, tingkat ini adalah

mengingat kembali terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, tahu

ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang lebih rendah.


b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai kemampuan menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi

secara benar. Tentang objek yang dilakukan dengan menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya.


c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).

Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,

rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi

yang lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam

suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama

lain.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis itu suatu


8

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi

yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau

menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.


2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya perilaku terbuka (Over behavior), perilaku yang didasari

pengetahuan bersifat langgeng. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi

tingkat pengetahuan (Sukanto, 2005) yaitu:


a. Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga

terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat.


b. Informasi
Seseorang mempunyai sumber informasi lebih akan mempunyai

pengetahuan lebih luas. Kemudahan memperoleh informasi dapat

membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan

yang baru.
c. Budaya
Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi

kebutuhan yang meliputi sikap dan kepercayaan. Kebudayaan

lingkungan sekitar, apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya

untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin

masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga

kebersihan lingkungan.
d. Pengalaman
Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah

pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat informal. Ada

kecenderungan pengalaman yang baik seseorang akan berusaha

untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap objek tersebut


9

menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang

membekas dalam emosi sehingga menimbulkan sikap positif.


e. Sosial Ekonomi
Tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi akan menambah tingkat

pengetahuan, hal ini disebabkan oleh sarana prasarana serta biaya

yang dimiliki untuk mencari ilmu pengetahuan terpenuhi. Usaha

memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan sekunder,

keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih mudah tercukupi

dibandingkan keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan

mempengaruhi pemenuhan kebutuhan sekunder. Jadi dapat

disimpulkan bahwa ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan

seseorang tentang sebagai hal.

2.1.4 Cara Mendapat Pengetahuan

Beberapa cara untuk mendapatkan pengetahuan menurut Notoatmodjo

(2010) adalah:

a. Coba-salah (trial and eror).


Cara ini digunakan saat orang mengalami masalah, upaya

pemecahannya adalah dengan cara coba-coba saja atau dengan

kemungkinan-kemungkinan.
b. Cara kekuasaan atau otoritas
Cara ini digunakan secara turun-temurun atau karena kebiasaan

sehari-hari serta tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa melalui

penalaran apakah hal tersebut baik atau tidak.


c. Pengalaman
Pengalaman artinya berdasarkan pemikiran kritis akan tetapi

pengalaman belum tentu teratur dan bertujuan. Mungkin pengalaman

hanya dicatat saja. Pengalaman yang disusun sistematis oleh otak

maka hasilnya adalah ilmu pengetahuan.


10

d. Melalui jalan pikiran


Cara induksi dan deduksi. Induksi yaitu apabila proses pengetahuan

keputusan itu melalui pernyataan-pernyataan khusus kepada yang

umum. Dedukasi apabila pembuatan kesimpulan dari pernyataan-

pernyataan umum kepada yang khusus.


e. Cara modern
Cara modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih

sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut Metodologi penelitian

atau Metode penelitian ilmiah.

2..2 Sectio Caesarea

2.2.1 Pengertian Sectio Caesarea

Sectio caesarea merupakan prosedur bedah untuk pelahiran janin

dengan insisi melalui abdomen dan uterus (Liu, 2007). Sectio caesarea

adalah suatu persalianan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu

insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan sayatan rahim dalam

keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram. Sectio caesarea atau

bedah sesar adalah sebuah bentuk melahirkan anak dengan melakukan

sebuah irisan pembedahan yang menembus abdomen seorang ibu

(laparatomi) dan uterus (hiskotomi) untuk mengeluarkan satu bayi atau

lebih (Dewi Y, 2008).

2.2.2 Jenis-Jenis Sectio Caesarea

Ada dua jenis sayatan operasi yang dikenal yaitu:

a. Sayatan melintang
Sayatan pembedahan dilakukan dibagian bawah rahim (SBR).

Sayatan melintang dimulai dari ujung atau pinggir selangkangan

(simphysis) diatas batas rambut kemaluan sepanjang sekitar 10-14


11

cm. Keuntungannya adalah perut pada rahim kuat sehingga cukup

kecil risiko menderita rupture uteri (robek rahim) di kemudian hari. Hal

ini karena pada masa nifas, segmen bawah rahim tidak banyak

mengalami kontraksi sehingga luka operasi dapat sembuh lebih

sempuna (Prawirohardjo, 2008)


b. Sayatan memanjang
Meliputi sebuah pengirisan memanjang di bagian tengah yang

memberikan suatu ruang yang lebih besar untuk mengeluarkan bayi.

Namun, jenis ini kini jarang dilakukan karena jenis ini labil, rentan

terhadap komplikasi (Dewi Y, 2007).

2.2.3 Indikasi Sectio Caesarea

Indikasi dilakukan operasi sectio caesarea antara lain:

a. Indikasi medis
Ada tiga faktor penentu dalam proses persalinan yaitu power,

pasanger, passage. Power yaitu kekuatan atau kontraksi, misalnya

daya mengejan lemah, ibu berpenyakit jantung atau penyakit menahun

lain yang mempengaruhi tenaga. Passanger yaitu keadaan janin dan

placenta misalnya anak terlalu besar, anak mahal dengan kelainan

letak lintang, primigravida diatas 35 tahun dengan letak sungsang.

Passage, yaitu kondisi jalan lahir, kelainan pada panggul sempit,

trauma persalinan serius pada jalan lahir atau pada anak, adanya

infeksi pada jalan lahir yang diduga bisa menular ke anak (Dewi Y,

2007).
b. Indikasi ibu
1) Usia
Ibu yang melahirkan untuk pertama kali pada usia sekitar 35 tahun,

memiliki resiko melahirkan dengan operasi. Apalagi pada wanita

dengan usia 40 tahun ke atas. Pada usia ini, biasanya seseorang


12

memiliki penyakit yang berisiko, misalnya tekanan darah tinggi dan

penyakit jantung.
2) Tulang panggul
Cephalopelvic diproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu

tidak sesuai dengan lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan

ibu tidak melahirkan secara alami. Tulang panggul sangat

menentukan mudah tidaknya proses persalinan.


3) Kelainan kontraksi rahim
Kelainan kontraksi rahim jika kontraksi rahim lemah dan tidak

terkoordinasi (inkordinate uterine action) atau tidak elastisnya leher

rahim sehingga tidak dapat melebar pada proses persalinan,

menyebabkan kepala bayi tidak terdorong, tidak dapat melewati

jalan lahir dengan lancar.


4) Ketuban pecah dini
Kantung ketuban yang robek sebelum waktunya dapat

menyebabkan bayi harus segera dilahirkan. Kondisi ini membuat air

ketuban merembes ke luar sehingga tinggal sedikit atau habis. Air

ketuban (amnion) adalah cairan yang mengelilingi janin dalam

rahim.
2.2.4 Komplikasi Sectio Caesarea
Bagi ibu yang melahirkan dengan tindakan sectio caesarea tidak saja

menimbulkan resiko medis tapi juga resiko psikologis. Resiko sectio

caesarea menurut kasdu (2008), antara lain:


a. Resiko medis
1) Infeksi rahim dan bekas jahitan
Infeksi luka akibat caesarea beda dengan luka pada persalinan

normal. Luka setelah caesarea lebih besar dan lebih belapis-lapis.

Bila penyembuhan tidak sempurna, kuman lebih mudah

menginfeksi sehingga luka pada rahim dan jahitan bisa lebih parah.
2) Perdarahan
Perdarahan perdarahan tidak bisa dihindari dalam proses

persalinan. Namun darah yang hilang lewat sectio caesarea dua kali
13

lipat dibanding lewat perasalinan normal. Kehilangan darah yang

cukup banyak mengakibatkan syok secara mendadak.


b. Resiko psikologis
1) Baby blues
Bagi sebagian ibu yang mengalami caesarea ini merupakan masa

peralihan. Biasanya berlangsung selama satu atau dua minggu. Hal

ini ditandai dengan perubahan suasana hati, kecemasan, sulit tidur,

konsentrasi menurun.
2) Post traumatic syndrom disarder (PTSD)
Pengalaman perempuan menjalani sectio caesarea sebagai suatu

peristiwa traumatic. 3% perempuan memiliki gejala klinis PTSD

pada 6 minggu setelah caesarea dan 24% menunjukkan setidaknya

1 dari 3 kompunen PTSD.

2.3 Kecemasan
2.3.1 Pengertian Kecemasan
Kecemasan atau dalam bahasa inggrisnya anxiety berasal dari bahasa

latin angustus yang berarti kaku, dan ango, anci uang berarti

mencekik. Ansietas (kecemasan) merupakan satu keadaan yang ditandai

oleh rasa khawatir disertai dengan gejala somatik yang menandakan

suatu kegiatan berlebihan dari susunan saraf autonomic (SSA) (Ashadi,

2008). Kecemasan juga dapat diartikan suatu kebingungan atau

kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang

tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak

berdaya (Hawari, 2008).


2.3.2 Bentuk-Bentuk Kecemasan
Jika kecemasan terjadi bukan pada saat yang tepat atau sangat hebat

dan berlangsung lama sehingga mengganggu aktivitas kehidupan yang

normal, maka hal ini sudah merupakan suatu penyakit.


14

Para ahli membagi bentuk kecemasan itu dalam dua tingkat, (Dalami,

2009)
a. Tingkat psikologis. Kecemasan yang berwujud sebagai gejala-gejala

kejiwaan, seperti tegang, bingung, khawatir, sukar berkonsentrasi,

perasaan tidak menentu dan sebagainya.


b. Tingkat fisiologis. Kecemasan yang sudah mempengaruhi atau

terwujud pada gejala-gejala fisik, terutama pada fungsi sistem syaraf,

misalnya tidak dapat tidur, jantung berdebar-debar, gemetar, perut

mual dan sebagainya.


2.3.3 Faktor-Faktor yang Mempe ngaruhi Kecemasan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecemasan individu terkena

kecemasan, (Manuaba, 2006) yaitu:


a. Faktor usia
Bahwa usia <20 tahun dan > 35 tahun akan memberi dampak

terhadap perasaan takut dan cemas menjelang persalinan, karena usia

ini merupakan kategori kehamilan berisiko tinggi dan seorang lanjut

akan menanggung resiko yang semakin tinggi untuk melahirkan bayi

cacat lahir.
b. Faktor pengetahuan
Pengetahuan tentang persalinan dapat mempengaruhi kecemasan ibu

hamil menjelang persalinan, karena ibu hamil yang memiliki

pengetahuan kurang akan memandang proses persalinan sebagai

suatu yang menakutkan.


c. Faktor paritas
Paritas dapat mempengaruhi kecemasn, karena terkait dengan aspek

psikologis. Pada ibu yang pertama kali melahirkan, belum ada

bayangan mengenai yang akan terjadi saat bersalin dan ketakutan

karena mendengar cerita dari teman atau kerabat tentang

pengalaman saat melahirkan seperti sang ibu atau bayi meninggal.


2.3.4 Gejala dan Gambaran Klinis Cemas
15

Menurut Stuart and Sundeens (1998) cit Sudiyanto (2010), gejala dan

gambaran klinik cemas adalah:


a. Secara fisiologis
1) Cardiovaskuler. Palpasi, jantung berdebar, tensi meningkat, denyut

nadi meningkat, shock, dan lain-lain.


2) Respirasi. Napas cepat dan dangkal, rasa tertekan pada dada, rasa

tercekik.
3) Sistem kulit. Perasaan panas atau dingin, muka pucat atau

berkeringat seluruh tubuh.


4) Gastrointestinal. Anoreksia, rasa tidak nyaman pada perut, rasa

terbakar pada jantung, nausea, diare.


5) Neuromuskuler. Reflek meningkat, reaksi kejutan, mata berkedip-

kedip, insomnia, tremur, kaku, gelisah, wajah tegang, gerakan

lambat.
b. Secara psikologis
1) Perilaku.
Gelisah, tremor, gugup, bicara cepat, tidak ada koordinasi, menarik

diri, menghindar dan lain-lain.


2) Kognitif.
Gangguan perhatian konsentrasi hilang, pelupa, salah tafsir,

bloking, gampang bingung, lapangan persepsi menurun, takut dan

lain-lain.
3) Afektif.
Tidak sabar, tegang, neurosis, tremor, gugup yang luar biasa,

sangat gelisah dan lain-lain.


2.3.5 Pengukuran Kecemasan
Ada beberapa skala atau cara pengukuran untuk mengetahui tingkat

kecemasan, yaitu: Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A), Anxiety

Scale pada institute for personality and Abality Testing (IPAT), Manifestasi

Anxiety Scale dari Taylor (T-MAS), dan Test Anxiety Quetionare dari

Sarason (Sjahriati, 2009).


Pada penelitian ini, pengukuran kecemasan pada ibu yang menjalani

sectio caesarea digunakan pengukuran kecemasan dengan


16

menggunakan Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A). Hamilton

Rating Scale for Anxiety (HRS-A), yang diadopsi dari buku Manajemen

Stres, Cemas, dan Depresi (Hawari, 2008):


Skor <14 : tidak ada kecemasan
Skor 14-20 : kecemasan ringan
Skor 21-27 : kecemasan sedang
Skor 28-41 : kecemasan berat
Skor 42-56 : kecemasan berat sekali

BAB 3 KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep


Untuk memperjelas alur pemikiran secara jelas, maka dapat dibuat suatu

kerangka konsep seperti tampak pada gambar berikut:

Variabel Bebas:

Pengetahuan ibu hamil Variabel Terikat:

tentang sectio caesarea


Kecemasan ibu pre operasi

Gambar 1.2 Kerangka Konsep

3.2. Hipotesis
Hipotesi adalah jawaban sementara dari penelitian, patokan duka atau

dalil sementara yang sebenarnya akan dibuktikan dalam penelitian

(Notoatmodjo, 2010). Hipotesis dalam penelitian ini adalah:


Ho : tidak ada hubungan pengetahuan tentang sectio caesarea dengan

kecemasan ibu pre operasi di Rumah Sakit Ratu Zaleha.


Ha : ada hubungan pengetahuan tentang sectio caesarea dengan

kecemasan ibu pre operasi di Rumah Sakit Ratu Zaleha.

BAB 4 METODE PENELITIAN

4.1 Jenis dan Rancangan Penenlitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelational yaitu suatu

penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena


17

kesehatan itu terjadi, kemudian melakukan analisis dinamika korelasi

antara fenomena atau antara faktor resiko dengan faktor efek. Adapun

pendekatan yang digunakan dengan pendekatan cross sectional.

Penelitian cross sectional adalah jenis penelitian yang menekankan pada

waktu pengukuran (observasi dan variabel independen dan dependen

hanya satu kali pada satu waktu) (Nursalam, 2009).

4.2 Populasi dan Sampel Penelitian


4.2.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya ( Sugiyono,

2008). Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang akan menjalani

persalinan dengan sectio caesarea di Rumah Sakit Ratu Zaleha.


4.2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2008). Sampel pada penelitian ini diambil

dari sebagian pasien yang akan menjalani persalinan dengan sectio

caesarea di Rumah Sakit Ratu Zaleha.


4.2.3 Teknik Sampling
Teknik sampling dengan non Probality Sampling yaitu teknik pengambilan

sampel yang mempelajari peluang/kesempatan sama bagi semua unsur

atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Metode pengambilan

sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan metode accidental

sampling, yaitu metode pengambilan sampel yang dilakukan berdasarkan

kebetulan (Sogiyono, 2008) dalam arti pasien yang akan menjalani

persalinan dengan sectio caesarea di Rumah Sakit Ratu Zaleha.

4.3 Variabel, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran


18

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua, yaitu variabel bebas adalah

variabel yang menyebabkan berubahnya nilai dari variabel terikat (Setiadi,

2007) dan merupakan variabel bebas, dalam penelitian ini adalah

pengetahuan ibu hamil tentang sectio caesarea. Adapun variabel yang

lain adalah variabel terikat yaitu variabel yang diduga nilainya akan

berubah karena pengaruh dari variabel bebas, variabel terikat dalam

penelitian ini adalah kecemasan pada pasien pre operasi sectio caesarea.
Defini operasional adalah unsur penelitian yang menjelaskan bagaimana

caranya menentukan variabel dan mengukur suatu variabel, sehingga

definisi operasional ini merupakan suatu informasi ilmiah yang akan

membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yng sama

(Setiadi, 2007). Definisi operasional dalam penelitian ini dapat

dikemukakan dalam tabel berikut:

No Variabel Definisi Alat Ukur Indikator Penilaian Skala

Operasional
1 Pengetahua Pengetahuan ibu Kuesioner1. Baik Ordinal
76%-100%
n ibu hamil hamil tentang 2. Cukup
56%-75%
tentang sectio caesarea 3. Kurang
<56%
sectio merupakan

caesarea segala sesuatu

yang diketahui

ibu hamil yang

akan menjalani

persalinan

dengan sectio

caesarea, yang
19

meliputi

pengertian,

tujuan, indikasi,

dampak dan

komplikasi sectio

caesarea
2 Kecemasan Kecemasan Kuesioner1. Tidak ada: <14 Ordinal
2. Ringan: 14-20
adalah suatu 3. Sedang : 21-27
4. Berat : 28-41
keadaan 5. Panik : 42-56

emosional yang

dialami ibu hamil

yang akan

menjalani

persalinan

dengan sectio

caesarea yang

disertai perasaan

kekhawatiran,

ketakutan dan

kesedihan

sehingga

terganggunya

kestabilan

emosional
20

4.4 Instrumen Penelitian


Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kuesioner,

yaitu:
a. Untuk mengukur tingkat pengetahuan responden, calon peneliti

menggunakan kuisener yang berisi pertanyaan mengenai seputar sectio

caesarea yang berisi 15 item pertanyaan. Dimana apabila semakin

banyak jawaban benar yang didapat responden maka semakin tinggi

pengetahuan responden. Jika jawaban salah (0) dan benar (1). Indikator

penilaian :

Baik : 76% - 100%

Cukup : 56% - 75%

Kurang : <56%

b. Untuk mengetahui status cemas disini calon peneliti menggnakan

hamilton rating scale for anxiety (HRS-A) yang diadopsi dari buku

manajemen stress, cemas dan depresi, yang mencakup 14 gejala psikis

kecemasan. Alat ini terdiri dari 14 kelompok gejala yang masing-masing

kelompok dirinci lagi dengan gejala-gejala yang lebih spesifik. Masing-

masin g kelompok gejala diberi penilaian angka (score) antar 0-4, yang

artinya:
Nilai : 0 = tidak ada gejala (keluhan)
1 = gejala ringan
2 = gejala sedang
3 = gejala berat
4 = gejala berat sekali
Skala Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A) :

Skor <14 : tidak ada kecemasan kode 1

Skor 14 - 20 : kecemasan ringan kode 2

Skor 21 - 27 : kecemasan sedang kode 3

Skor 28 - 41 : kecemasan berat kode 4


21

Skor 42 - 56 : kecemasan berat sekali kode 5

4.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data


4.5.1 Pengolahan Data

Data yang terkumpul dakam tahap pengumpulan data, perlu diolah dulu.

Proses pengolahan data melalui langkah-langkah sebagai berikut:

1) Editing, dilakukan untuk meneliti kembali apakah isian lembar

kuesioner sudah lengkap atau belum. editing dilakukan di tempat

pengumpulan data, sehingga apabila ada kekurangan dapat segera

dilengkapi.
2) Coding atau mengkode data merupakan kegiatan pemberian kode

(angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori untuk

memudahkan penginterpretasian hasil penelitian.


3) Scoring, pemberian nilai pada masing-masing jawaban dari

pertanyaan-pertanyaan yang di berikan kepada responden sesuai

dengan ketentuan penilaian yang telah ditentukan.


4) Tabulating, kegiatan memasukkan data-data hasil penelitian kedalam

tabel-tabel sesuai kriteria sehingga didapatkan jumlah data sesuai

dengan kuesioner.

4.5.2 Analisa Data


4.5.2.1 Analisis Univariat
Analisis Univariat untuk mendiskripsikan pengetahuan ibu tentang sectio

caesarea dan tingkat kecemasan ibu pre operasi sectio caesarea di

Rumah Sakit Ratu Zaleha

4.5.2.2 Analisis Bivariat


Analisis bivariat dilakukan terhadap tiap dua variabel yang diduga ada

perbedaan yang signifikan. Analisis ini digunakan untuk menggambarkar

dua variabel yang diduga ada hubungan keeratan (Sugiyono, 2008). Uji

bivariat dilakukan melalui pengujian statistik dengan analisis korelasi


22

spearman, hal ini dikarenakan data berskala ordinal sehingga analisis

yang sesuai menurut Dahlan (2011) adalah analisis spearman.

4.6 Tempat dan Waktu Penelitian


4.6.1 Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Ratu Zaleha Martapura.
4.6.2 Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan dari bulan September 2016 sampai Oktober 2016
4.7 Etika Penelitian
Prinsip etika dalam penelitian ini meliputi:
a. Informed Consent (lembar persetujuan menjadi responden)
Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan responden

penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent

ini diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar

persetujuan untuk menjadi responden. Hal ini bertujuan agar

responden mengerti maksud dan tujuan penelitian serta mengetahui

dampak yang ditimbulkan.


b. Anonimity (tanpa nama)
Identitas responden tidak perlu dicantumkan pada lembar

pengumpulan data, cukup menggunakan kode pada masing-masing

lembar pengumpulan data.


c. Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi dari responden dijamin oleh peneliti. Hanya

kelompok data tertentu yang akan disajikan atau dilaporkan pada hasil

penelitian.
d. Etical Clearence
Prinsip etika dalam penelitian ini berkaitan dengan etical clearence

karena subjek yang digunakan adalah manusia.


4.8 Anggaran Kegiatan Penelitian
Angggaran pembuatan proposal dan SKRIPSI Rp. 400.000,-
Biaya Administrasi Rp. 100.000,-
Akomodasi Rp. 150.000,-
Sidang 1 Rp. 250.000,-
Sidang 2 Rp. 200.000,- +
Total Rp. 1.100.000,-

Anda mungkin juga menyukai