Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr Wb.
Alhamdulillaahirabbilaalamiin, Puji serta syukur saya panjatkan kehadirat
Allah S.W.T., yang telah memberikan nikmat-Nya yang tidak terbatas serta telah
memberikan rahmat dan hidayat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
laporan awal praktikum teknik peledakan mengenai Geometri Peledakan Surface
Blasting.
Saya menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam
penyusunan laporan ini, baik itu dari isi, pemilihan kata, ataupun tatacara
penulisan. Besar harapan saya bahwa laporan ini dapat memberikan manfaat
berupa pengetahuan bagi pembacanya dan menambah wawasan berilmu
kepada saya. Akhirul kalam, mudah-mudahan laporan ini dapat bermanfaat,
khususnya bagi saya.
Wassalamualaikum Wr, Wb

Bandung, November 2015

Monsyah Vaijar

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ i

DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................. 1
1.2 Maksud dan Tujuan........................................................... 1
1.2.1 Maksud.................................................................... 1
1.2.2 Tujuan...................................................................... 1

BAB II LANDASAN TEORI.......................................................................... 2


2.1 Geometri Peledakan......................................................... 2
2.2 Kolom Isian Bahan Peledak.............................................. 4
2.3 Menghitung Bahan Peledak Dalam Kolom Isian............... 4
2.4 Powder Factor.................................................................. 5
2.5 Prinsip Primming............................................................... 5
2.6 Pertimbangan geologis..................................................... 6

BAB III KESIMPULAN................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tujuan utama dari suatu operasi peledakan adalah untuk mendapatkan
suatu fragmentasi tertentu. Keberhasilan suatu peledakan dapat dilihat dari hasil
produk dan ditinjau dari segi jumlah fragmentasi dan aman tanpa menimbulkan
hal yang tidak diinginkan atau bisa disebut kecelakaan. Peledakan yang
dilakukan di perusahaan, disesuaikan dengan keadaan lapangannya dimana hal
yang menjadi pertimbangan diantaranya adalah kekerasan batuan, keadaan
geologinya, keadaan lingkungan, dan lain-lain.
Kondisi batuan dari suatu tempat ketempat yang lain akan berada
meskipun jenisnya sama. Hal ini disebabkan oleh proses genesa batuan yang
mempengaruhi karakteristik massa batuan secara fisik maupun mekanik. perlu
diamati pula kenampakan struktur geologi. Dengan demikian, perlu dilakukan
suatu geometri peledakan denagn perhitungan yang tetpat agar hasil peledakan
aman dan produktif. Geometri peledakan merupakan kemponen-komponen
dalam peran lapangan untuk melakukan peledakan, sehingga proses peledakan
berjalan lancar.

1.2 Maksud dan Tujuan


1.2.1 Maksud
Maksud dari praktikum dengan judul geometri peledakan pada surface
blasting ini adalah agar praktikan dapat memahami bagaimana cara melakukan
geometri peledakan dan memahami bagian bagiannya.
1.2.2 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
Untuk mengatahui yang dimaksud dengan geometri peledakan pada
surface blasting.
Untuk mengatahui apa saja yang termasuk rangkaian geometri
peledakan tersebut.

3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Geometri Peledakan


Geometri peledakan adalah kemponen bentuk, ukuran dan ruang dalam
peledakan. Dalam hal ini lebih bersangkutan dengan teknik dan pola pengeboran
suatu lubang ledak. Peranannya di lapangan yaitu untuk melakukan peledakan
yang ideal dan tepat sasaran, sehingga proses peledakan berjalan lancar. Perlu
pertimbangan berbagai ha dalam menentukan geometri peledakan ini
diantaranya yaitu:
Diameter lubang bor
Ketinggian jenjang (beach hight)
Burden dan spacing
Struktur batuan
Fragmentasi
Arah Lemparan
Kestabilan jenjang
Perlindungan terhadap lingkungan sekitar, dan
Jenis bahan peledak yang akan digunakan, termasuk energinya.

Sumber: https://1902miner.wordpress.com
Gambar 2.1
Geometri Peledakan
1. Diameter Lubang Bor

4
Pemilihan lubang bor tentu disesuaikan dengan kebutuhan produksi yang
ingin dicapai. Dengan lubang bor yang lebih besar maka, akan lebih besar
tingkat produksinya. Kemudian untuk dapat memenuhi tigkat fragmentasi yang
bagus diameter lubang bor harus ditetapkan 0,5% sampai 1% dari tinggi
jenjangnya. Untuk batuan yang memiliki sruktur, maka disarankan pemilihan
lubang bor kecil karena akan mendukung fragmentasi yang seragam dan tidak
akan merusak jenjang nantinya.
2. Kedalaman Lubang Bor (H)
kedalaman lubang tembak biasanya disesuaikan dengan tinggi jenjang
yang diterapkan. dan untuk mendapatkan lantai jenjang yang rata maka
hendaknya kedalaman lubang tembak harus lebih besar dari tinggi jenjang, yang
mana kelebihan daripada kedalaman ini disebut dengan sub drilling.
3. Burden, Spacing, Subdrilling, dan Stemming
a. Burden
Burden adalah jarak terdekat antara bidang bebas (free face) dengan
lubang tembak atau ke arah mana batuan yang diledakkan akan
terlempar (Fragmentasi atau arah hamburan material yang diledakkan).
Besarnya burden dipengaruhi oleh faktor koreksi batuan yang akan
diledakkan dan faktor koreksi bahan peledak yang digunakan serta
besarnya diameter bit.
b. Spacing
jarak antara lubang-lubang bor yang dirangkai dalam satu baris (row) dan
diukur sejajar terhadap pit wall, biasanya spacing tergantung pada
burden, kedalaman lubang bor, letak primer, dan delay.
c. Stemming
Stemming adalah bagian dari lubang ledak yang tidak diisi dengan bahan
dengan material hasil pemboran (Cutting). Fungsi stemming adalah untuk
mengurung gas yang terbentuk pada saat peledakan dan untuk
mencegah terjadinya flyrock (batuan yang beterbangan dari suatu
peledakan) yang tinggi pada saat peledakan. Pengisian stemming harus
padat dan rapat agar dapat menghindari terjadinya air blast yang akan
mengakibatkan tekanan peledakan pada lubang ledak berkurang.

d. Subdrilling

5
Subdrilling adalah penambahan kedalaman pada suatu lubang bor di luar
rencana lantai jenjang. Penggunaan subdrilling dimaksudkan agar batuan
dapat terbongkar tepat pada suatu kedalaman yang ditentukan atau
dengan kata lain batuan dapat terbongkar secara full face sebagaimana
yang diharapkan.

2.2 Kolom Isian Bahan Peledak (Explosive Column)


Agar sedapat mungkin seluruh energi bahan peledak, dalam suatu
ledakan, termanfaatkan untuk sejumlah massa batuan yang akan diledakan,
maka distribusi bahan peledak didalam lubang bor adalah satu-satunya faktor
yang penting demi suksesnya hasil peledakan. Bila bulk explosive, misalnya
ANFO atau bulk emulsion, dimasukan ke dalam lubang bor seluruh cross-section
lubang bor dapat terisi penuh, keadaan demikian disebut fully coumpled. Tapi
bila bahan peledak cartridge digunakan biasanya berdiameter lebih kecil dari
pada lubang bor, untuk kemudahan saat pengisian, keadaan demikian karena
ada rongga atau udara disebut decoupled terhadap dinding lubang bor.

2.3 Menghitung Bahan Peledak Dalam Kolom Isian


Berat bahan peledak yang terdapat di dalam kolom isian pada tiap lubang
bor merupakan fungsi dari pada density, diameter dan kolom isian bahan
peledak. Berat bahan peledak tersebut (loading factor) dapat dihitung dengan
cara sbb :

Loading factor = Loading Density X Panjang Kolom Isian

Ew = 7,85 x De2 x x Ecl


de = 7,85 x De2 x

dimana Ew = Berat bahan peledak dalam kolom isian (kg) (Loading factor)
De = Diameter bahan peledak (dm)
= Density bahan peledak (kg/dm3)
Ecl = Panjang kolom isian (m)
de = Loading density (kg/m)

2.4 Powder Factor (PF)

6
Powder Factor adalah hubungan matematis antara bahan peledak
terhadap jumlah batuan yang diledakan. Istilah powder factor disebut juga
speccific charge weight. Ada 4 cara dalam menyatakan powder factor:
1. Berat bahan peledak per volume batuan yang diledakkan (kg/m3 )
2. Berat bahan peledak per berat batuan yang diledakkan (kg/ton)
3. Volume batuan per berat bahan peledak (m3/kg)
4. Berat batuan per berat bahan peledak (ton/kg)
Secara umum, powder factor dapat dihubungkan dengan unit hasil
produksi pada operasi peledakkan. Dengan powder factor dapat diketahui
komsumsi bahan peledak yang dipakai untuk menghasilkan sejumlah batuan.
Dari pengalaman, harga powder factor pada operasi penambangan, dengan
batuan yang relatif solid, berkisar antara 0,30-0,60 kg/m3.
Untuk menghitung dengan basis volume (cubik yard) tiap lubang bor
dihitung seperti persamaan berikut.
V= (B x S xH) /27
Dimana:
V = Volume (cubic yard)
B = Burden (ft)
S = Spacing (ft)
H = Tinggi jenjang (ft)
Untuk menghitung dengan basis berat (ton) tiap lubang bor dipakai
persaman seperti berikut.
W = (B x S x H) /27 x (27) / 2000
Dimana:
W = berat batuan (ton)
= Density batuan (lb/ft3)

2.5 Prinsip Priming


1. Primer
Primer adalah bahan peledak yang menerima penggalak dari detonator
atau detonating cord. Hasil dari ledakkan tersebut kemudian disalurkan ke bahan
peledak yang mempunyai sesitivitas sama atau yang kurang sensitive. Primer
berbeda dengan booster dimana primer adalah bahan peledak yang
dipasangi/berisi dengan detonator atau detonating cord sedang booster tidak.

7
Bahan peledak ANFO adalah kurang sensitif terhadap detonator saja (No.
6). Agar bisa meledak diperlukan primer. Performan ANFO dapat dipengaruhi
oleh diameter lubang, besar butir, density, tingkat kepadatan dan moisture.
Dengan diameter lubang yang lebih besar VOD ANFO akan lebih besar pula.
2. Diameter dan Panjang Primer
Bila diameter primer sama dengan diameter kolom ANFO, VOD ANFO
sangat tinggi pada awal ledakkan, kemudian baru dicapai Vod stabil (jauh dari
primer). Sedangkan bila diameter primer lebih kecil dari pada diameter ANFO,
VOD ANFO pada awal ledakkan lebih rendah.
Primer harus cukup panjang untuk diperoleh rated VOD. Panjang primer
harus paling tidak sama dengan atau lebih besar dari pada diameternya. Lebih
baik panjangnya kurang lebih 2 x diameter untuk mendapatkan kepastian stable
flat pressure yang terbentuk pada primer.
3. Posisi Primer
Bila primer tidak cukup ANFO akan meledak dengan Vod yang rendah,
atau bahkan bisa gagal tidak meledak. Bila hal ini terjadi hasil ledakkan tidak
akan memberikan energi secara penuh dan akan menghasilkan gas-gas
beracun, fumes dan smoke. Walaupun dengan penggunaan primer yang tepat
akan berhasil, tetapi performnya masih dipengaruhi oleh primer.

2.6 Pertimbangan Geologis


Geologis atau kondisi batuan merupakan faktor yang penting dalam
mendesain peledakkan. Hai ini berpengaruh besar terhadap pemakaian bahan
peledak dan fragmentasinya. Sehubungan dengan factor geologi, pertimbangan
lain adalah pengaruh ketinggian jenjang, diameter lubang bor, proses
penghancuran dan fragmentasinya. Element-element penting dari factor geologis
adalah adanya bedding planes, joint, dip dan rongga-rongga.
Pada formasi yang mempunyai dip seperti tergambar dalam gambar 3.13,
pemboran lubang tembak, mungkin dibuat dengan beberapa baris, dibuat
sedemikian rupa untuk menghasilkan muka jenjang yang menyilang dengan arah
dip. Dengan cara ini kemudian terjadi back break lebih besar. Disamping itu
batuan yang tidak tersangga akan berjatuhan secara gravitasi. Gambar 3.14
peledakkan dilakukan berlawanan dengan dip, akan mengurangi terjadinya back

8
break, tetapi akan lebih mungkin timbul tonjokkan pada lantai jenjang dan dasar
lantai tidak merata.

9
BAB III
TUGAS DAN PEMBAHASAN

3.1 Tugas
1 Diketahui
= 700/800
Kbstd = 30
SGe = 0,85
SGestd = 1,2
VOD handak = 11.803 fps
VODstd = 12.000 fps
de = 3,46 inchi
SGr = 2,5 ton/m3 / 155,76
SGrstd = 160 lb/ft3
H = 10.46
Hitung geometri peledakan berdasarkan rumusan yang telah disusun oleh
R.L.Ash dan C.J Konya
Gambarkan di kertas millimeter blok dan dengan menggunakan software
coreldraw dengan skala 1:20
Untuk kemiringan NPM ganjil 70 derajat dan NPM genap 80 derajat
2. PT.Kebon bibit selatan membutuhkan 24.000 ton gamping/ari. Dilakukan
peledakan 3 kali sehari. Diketahui tinggi jenjang 9 m dengan lebar 20 m,
kemiringan 700/800. Bahan peledak yang digunakan adalah ANFO dengan VOD=
11.482 fps dan SGe 0,82 gr/cc. SGr batuan 2,7 ton/m3. Hitung powder factor jika
diketahui stiffness ratio = 2,5/3.
NPM ganjil 700 NPM genap 800
Stiffness Ratio : ganjil 3. Genap 2,5
Kerjakan dalam Konya dan R.L.Ash
3. Untuk mencapai target produksi batubara 2 juta ton per tahun,
PT.Bengkulu perlu mengupas overburden sebanyak 7 juta bcm. Densitas o/b
rata-rata 2,5 ton/m3 dan bahan peledak yang akan digunakan adalah ANFO
dengan densitas 0,85 gr/cc. Dengan menggunakan alat bor dengan diameter

10
4,46 dan tinggi jenjang 12,46, hitung seluruh parameter geometri peledakan ,
jumlah bahan peledak total, powder factor. Bench tegak.
Kerjakan dalam Konya dan R.L.Ash
4. PT. Minenine mencoba mencapai target produksi batubara 2 juta ton per
tahun dan perlu mengupas overburden sebanyak 7 juta bcm (SR 3,5 : 1).
Densitas ob hasil pengujian rata rata 2,5 ton/m3 dan bahan peledak yang akan
digunakan ialah ANFO dengan densitas 0.85 gr/cc. alat bor yang dimiliki
Tamrock type Drilltech D25K yang mampu membuat lubang berdiameter 4,75
inchi. Fragmentasi hasil peledakan hars baik, artinya sesuai dimensi mangkok
shovel dan dengan airblast, flyrock serta getaran kurang. Alat muat yang dipakai
jenis Front Shovel Cat 5320B yang mampu menjangkau sampai 15 m. hitunglah
seluruh parameter geometri peledakan, jumlah bahan peledak total dan powder
factor. Gambarkan sketsa lubang ledaknya dengan geometri yang telah dihitung.

3.2 Pembahasan
1. C.J.Konya
Burden

B = 3.15 x De x
3 SGe
SGr

= 3.15 x 3,46 x 3 0,85 ton /m3


2,5 ton /m3
B = 11,5969532 ft
B = 3,534794318 m
B = B x sin 800
B = 3,534794318 m B x sin 800
B = 3,481 m
Tinggi Jenjang
L
L = sin70
10.46 m
= sin 80
= 10,6213 m
Stifness ratio SR = 3,0511 m
Spacing
SR = L} over {B S = 2 x B
10,6213 m S = 2 x 3,481 m
SR = S = 6,962 m
1,481 m Subdrilling
J = 0,3 x B

11
J = 0,3 x 3,481 m Tonase = 257,419 m3 x 2,5
J = 1,04432 m
ton/m3
Stemming Tonase = 643,548 ton
T = 0,85 x B Loading Density
T = 0,85 x x 3,481 m
LD = 0,508 x de2 x SGe
T = 2,9589 m
LD = 0,508 x 3,462 x 0,85
Hole Depth
H = L + J tom/m3
H = 10,6213 m + 3,481 m LD = 5,9019 ton/m3
H = 11,6656 m Berat Bahan Peledak
Powder Coulumn W = LD x PC
PC = H T W = 5,9019 ton/m3 x 14,624
PC = 11,6656 m 2,9589 m m
PC = 14,6246 m W = 86,3144 ton
Volume Powder Factor
V = B x S x L w
V = 3,481 m x 6,962 m x PF = tonase
10,6213 m
V = 257,419 m3 86,3144 ton
Tonase PF = 643,548ton
Tonase = volume x density
PF = 0,1341226845

B. R.L.Ash
AF1 = AF1 = 0,882
1
SGrstd 3
SGe x VOD
2 1 AF2 = ( SGr )
( 2
)3
SGestd x VODstd
160 13
AF2 = ( )
0,85 x (11.803)2 13 155,76
AF1 = ( )
1,2 x (12.000)2
AF2 = 1.0089
Burden
Kb = Kbstd x AF1 x AF2
Kb = 30 x 0,882 x 1.0089
Kb = 26,697
Kb x de
B= 12
26.6954 x 3,46
B= 12
B = 7,6979 ft
B = 2,3463 m
B = 2,3463 m x sin 800

12
B = 2,3107 m
Spacing
Kskor = Ksstd x AF1 x AF2
Kskor = 1,4 x 0,882 x 1.0089
Kskor = 1,2457
S = Kskor x B
S = 1,2457 x 2,310 m
S = 2,879 m
Subdrilling
Kjkor = Kjstd x AF1 x AF2
Kjkor = (0,3 x B) x 0,882 x 1.0089
Kjkor = 0,6169
J = Kjkor x B
J = 0,6169 x 2,3107 m
J = 1,4254 m Hole Depth
Stemming H = L + J
Ktstd = 0,85 x B H = 10,6213 m + 1,4254 m
Ktstd = 1,964 H = 12,0468 m
Ktkor = Ktstd x AF1 x AF2 Powder Coulumn
Ktkor = 1,96 x 0,882 x 1,0089 PC = H T
Ktkor = 1,7477 PC = 12,0468 m + 4,038 m
T = Ktkor x B PC = 16,0853 m
T = 1,7477 x 2,3107 m Volume
T = 4,038 m V = B x S x L
L V = 2,3107 m x 2,879 m x
L
L = 10,6213 m
sin80 V = 70,656 m3
10.46 m Tonase
= Tonase = volume x density
sin 80
Tonase = = 70,656 m3
= 10,6213 m x 2,5 ton/m3
Tonase = 176, 641 ton
Tabel 3.1
Perbandingan Metode C.J Konya dan R.L.Ash
Perhitungan C.J.Konya R.L.Ash
Burden (m) 3,481 2,3107
Spacing (m) 6,9621 2,8789
Subdrilling (m) 1,4044 1,4254
Stemming (m) 2,9589 4,0385
Hole Depth (m) 11,6656 12,0468
Powder Coulumn
14,6246 16,0853
(m)
Volume (m3) 257,4194 70,6567
Tonase (ton) 643,5487 176,6418
Sumber : Data hasil Perhitungan

2. C.J.Konya

13
Burden Powder Coulumn
SR = L / sin 8 0} over {B PC = H T
PC = (9,1388-0,9138) m
9 m/sin 8 0
SR = 3m 2,5891 m
PC = 7,4635 m
9,1388 m Volume
B = 3m V = B x S x L
V = 3,046 m x 5,316 m x
B = 3.046 m
B = 9,992 ft 9,1388 m
Diameter V = 147,98 m3
Tonase
B = 3.15 x De x
3 SGe
SGr


Tonase = volume x density
Tonase = 147,98 m3 x 2,7
B = 3.15 x De x ton/m3
Tonase = 399,546 ton
Loading Density

3 0,82 gr /cc
2,7 ton /3


LD = 0,508 x de2 x SGe
LD = 0,508 x 0,11992 x 0,82
9,993 tom/m3
De = 2,117
LD = 4,99 kg/m
Berat Bahan Peledak
De = 4,72013 inchi
W = LD x PC
De = 0,1199 m
W 4,99 kg/m x 7,4635 m
Spacing
W = 37,242 kg
L+2 B
S= Powder Factor
3
w
9,1388+2(3,046) PF = tonase
S= 3 0,037242 ton
S = 5,316 m PF = 399,54681 ton
Stemming
PF = 9,32 x 10-5 kg/ton
T = 085 x B
Jumlah Lubang Bor
T = 0,85 x 3,046 m
Target
T = 2,5891 m N= Produksi
Subdrilling
J = 0,3 x B 24000 /3
J = 0,3 x 3,046 m N= 147,98
J = 0,9138 m
N = 54 lubang
R.L.Ash

14
AF1 = Kjkor = (0,3 x B) x 0,855 x
0,982
SGe x VOD 2 1 Kjkor = 0,261
3
( 2
) J = Kjkor x B
SGestd x VODstd
J = 0,261 x 3,046 m
J = 0,795 m
AF1 =
Stemming
Ktkor = (0,85 x B) x AF1 x AF2
0,82 x (11.482)2 13 Ktkor = (0,85 x B) x 0,855 x
( )
1,2 x( 12.000)2 0,982
Ktkor = 0,739
AF1 = 0,885 T = Ktkor x B
T = 0,739 x 3,046 m
SGrstd 13 T = 2,2509 m
AF2 = ( )
SGr Powder Coulumn
PC = (L+J) T
1
160 3 PC = (9,1388 0,795 m
AF2 = ( 168,556 )
2,2509 m
PC = 7,6829 m
AF2 = 0,982 Volume
Burden V = B x S x L
Kb = Kbkor x AF1 x AF2 V = 3,046 m x 3,6917 m x
Kb = 30 x 0,885 x
9,1388 m
0,982 V = 102,765 m3
Kb = 17,381 Tonase
Kb x de Tonase = volume x density
B = 12 Tonase = 102,765 m3 x 2,7

26,6979 x de ton/m3
19,986 = 12 Tonase = 277,4655 ton
Loading Density
de = 1,149 ft LD = 0,508 x de2 x SGe
de = 0,0292 m
LD = 0,508 x 0,1262 x 0,82
Spacing
tom/m3
Ks = Kskor x AF1 x AF2
LD = 0,355 kg/m
Kskor = 1,4 x 0,885 x 0,982
Berat Bahan Peledak
Ks = 1,212
W = LD x PC
S = Kskor x B
W = 0,355 kg/m x 4,94 m
S = 1,212 x 3,046 m
W = 32,66 kg
S = 3,6917 m
Powder Factor
Subdrilling w
Kjkor = Kjstd x AF1 x AF2 PF = tonase

15
0,000355ton Target
PF = 277,4655 ton N= Volume
PF = 0,000001279 ton 24000 /3
Jumlah Lubang Bor N= 102,765
N = 77 lubang

Tabel 3.2
Perbandingan Metode C.J Konya dan R.L.Ash
Perhitung C.J.K R.L.A
an onya sh
Burden
3,046 3,046
(m)
Spacing
5,316 3,691
(m)
Subdrillin 0,913
0,795
g (m) 8
Stemmin 2,589 2,250
g (m) 1 9
Powder 7,463 7,682
Coulumn (m) 5 9
Volume 147,9 102,7
3
(m ) 803 65
Tonase 399,5 277,4
(ton) 46 65
Jumlah
54 77
Lubang Bor
Sumber : Data hasil Perhitungan

3. C.J.Konya
Burden Spacing
L > 4B, 12,09 > 4x2,7047
B = 3.15 x De x
maka,
S=2xB

3 SGe
SGr



S = 2 x 2,9887 m
S = 5,977 m
Subdrilling
= 3.15 x 4,046x J = 0,3 x B
J = 0,3 x 2,9887 m
J = 0,8966 m
3 0,85 ton/m3
2,5 ton/m3


Stemming
T = 0,85 x B
B = 9,8055 ft T = 0,85 x 2,9887 m
B = 2,9887 m T = 2,5404 m

16
Powder Coulumn
LD = 8,589 kg/m
PC = H T Berat Bahan Peledak
PC = (L+J) T W = LD x PC
PC = (12,46 + 0,8966)m W = 8,589 x 10,8161 m
W = 92,9022 ton
2,5404 m
PC = 10,8161 m Powder Factor
Volume w
PF = tonase
V=BxSxL
V = 2,9887 m x 5,977 m x 92,9022ton
12,46 m PF = 556,6087 ton
V = 222,6034 m3
Tonase PF = 0,1669 kg/ton
Tonase = volume x density Jumlah Lubang Bor

Tonase = 222,6034 m3 x 2,5 Target


N= Volume
ton/m3
Tonase = 556,6034 ton 7000000 /360
Loading Density N= 222,6034 m
LD = 0,508 x de2 x SGe

LD = 0,508 x 4,462 x 0,85 N = 87 lubang

tom/m3
R.L.Ash
AF1 = Burden
Kbkor = Kbstd x AF1 x AF2
Kbkor = 30 x 0,8822 x 1.0089
SGe x VOD 2 1
( 2
) 3 Kbkor = 26,6979
SGestd x VODstd Kb x de
B= 12
AF1 =
26.6979 x 4,46
B= 12
2 1
0,85 x (11.803) 3
( ) B = 9,9227 ft
1,2 x (12.000)2
B = 3,0244 m
Spacing
AF1 = 0,882
Kskor = Ksstd x AF1 x AF2
SGrstd 13 Kskor = 1,4 x 0,882 x 1.0089
AF2 = ( )
SGr Kskor = 1,245
S = Kskor x B
160 13 S = 1,245 x 2,9887 m
AF2 = ( ) S = 3,7681
155,76
Subdrilling
Kjkor = Kjstd x AF1 x AF2
AF2 = 1.0089

17
Kjkor = (0,3 x B) x 0,882 x Tonase = volume x density

Tonase = 141,997 m3 x 2,5
1.0089
Kjkor = 0,8074 ton/m3
J = Kjkor x B Tonase = 354,9941 ton
J = 0,8074 x 2,9887 m Loading Density
J = 2,442 m LD = 0,508 x de2 x SGe
Stemming
LD = 0,508 x 4,462 x 0,85
Ktstd = 0,85 x B tom/m3
Ktstd = 2,5707 LD = 8,58919 kg/m
Ktkor = Ktstd x AF1 x AF2 Berat Bahan Peledak
Ktkor = 2,5707x 0,882 x W = LD x PC
1,0089 W = 8,58919 x 7,9828 m
Ktkor = 2,2877 W = 68,5666 ton
T = Ktkor x B Powder Factor
T = 2,2877 x 3,0244 m w
T = 6,9191 PF = tonase
Powder Coulumn
PC = H T 354,9941
PC = (L+J) T PF = 68,5666 ton
n

PC = (12,46+= 2,442 m) m
6,9191 m PF = 0,1931 kg/ton
PC = 7,9829 m Jumlah Lubang Bor
Volume Target
N= Volume
V=BxSxL
V = 3,0244 m x 3,76811 m x 7000000 /360
12,46 m N= 141,9976433
V = 141,997 m3
Tonase N = 136 lubang

Tabel 3.3
Perbandingan Metode C.J Konya dan R.L.Ash
Perhitung C.J.K R.L.A
an onya sh
Burden 2,988 3,024
(m) 7 4
Spacing 5,977 3,768
(m) 5 1
Subdrillin 0,896 2,444
g (m) 6 2
Stemmin 2,540 6,919
g (m) 4 1
Powder 10,81 7,982
Coulumn (m) 61 8
Volume 222,6 141,9
3
(m ) 034 941

18
Tonase 556,6 354,9
(ton) 087 941
Jumlah
87 136
Lubang Bor
Sumber : Data hasil Perhitungan

4. C.J.Konya
Burden V = 303,944 m3
Tonase
B = 3.15 x De x
Tonase = volume x density

Tonase = 303,944 m3 x 2,5

3 SGe
SGr

ton/m3
Tonase = 759,86 ton
Powder Coulumn
= 3.15 x 4,75 x PC = H T
PC = 15 m 2,705 m
PC = 13,25 m
3 0,85 ton/m3
2,5 ton/m3



Loading Density
LD = 0,508 x de2 x SGe
B = 10,443 ft LD = 0,508 x 4,752 x 0,85
B = 3,183 m ton/m3
Spacing
LD = 9,742 kg/m
L>4B,12,09 > 4x3,183 maka, Berat Bahan Peledak
S=2xB W = LD x PC
S = 2 x 3,183 m W = 9,742 x 13,25 m
S = 6,366 m W = 129,078 kg
Subdrilling Powder Factor
J = 0,3 x B w
J = 0,3 x 3,183 m PF = tonase
J = 0,955 m
Stemming 129,078 ton
T = 0,85 x B PF = 759,86 ton
T = 0,85 x 3,183 m
PF = 0,1639
T = 2,705 m
Jumlah Lubang Bor
Hole Depth
Target
H=L+J N= Volume
H = 15 m + 0,955 m
H = 15,955 m 7000000 /360
Volume N= 303,944
V=BxSxL
V = 3,183 m x 6,366 m x 15 N = 64 lubang
m

19

BAB IV
ANALISA

Sebenarnya penggunaan metode C.J Konya dan R.L Ash


sebenarnya hampir sama. Hal ini dikarenakan hasil yang didapatkan tidak
jauh berbeda. Hanya saja penggunaan kedua metode tersebut
menentukan nilai ekonomis dalam melakukan peledakan. Hal ini akan
menjadi pertimbangan dari para ahli peledakan. Penentu keberhasilan
dapat ditentukan penggunaan metode yang baik.
Contoh perbedaan terlihat pada soal nomor 3, dengan
menggunakan C.J. Konya dengan nilai burden 2,988 m, spasi 5,977,
subdrilling 0,896 m, tinggi jenjang 10,8161 m, stemming 2,5404 m, dan
powdercolumn 8,58919 m. Sementara perhitungan R.L. Ash yaitu burden
3,0244 m, spasi 3,768 m, subdrilling 2,442 m, stemming 6,9191 m, tinggi
jenjang 14,902 m, dan powdercolumn nya 7,982 m. Dari hasil tersebut
dapat terlihat perbedaannya yang tidak terlalu besar. Dengan hal ini
terlihat penggunaan due metode tersebut sama-sama bisa digunakan
tergantung kepada kebutuhan.










BAB V

1
KESIMPULAN


Geometri peledakan merupakan salah satu kemponen
ukuran dalam bentuk ruang pada kegiatan peledakan tambang terbuka.
Geometri peledakan sangat erat kaitannya dengan teknik dan pola
pengeboran suatu lubang ledak. Karena, peranannya sangat penting
yaitu untuk melakukan peledakan yang ideal dan tepat sasaran, sehingga
proses peledakan berjalan lancar. Terutama tujuannya adalah untuk
menghasilkan fragmentasi yang baik, agar tidak ada secondary blasting
karena fragmentasi buruk. Yang menjadi pertimbangan berbagai dalam
menentukan geometri peledakan ini diantaranya yaitu diameter lubang
bor, ketinggian jenjang (beach hight), burden dan spacing, struktur
batuan, fragmentasi, arah lemparan, kestabilan jenjang, perlindungan
terhadap lingkungan sekitar, dan jenis bahan peledak yang akan
digunakan, termasuk energinya.
Selain hal tersebut banyak faktor lain yang akan
menunjang penentuan geometri peledakan tersebut. Diantaranya adalah
burden dan spacing yang ditentukan dengan mengacu pada keadaan
lapangan. Kemudian besar kecilnya lubang ledak, yang berkaitan dengan
hasil atau produk peledakan yang apabila di daerah tersebut terdapat
struktur maka perlakuannya harus dibedakan. Intinya adalah pada
geometri peledakan ini banyak aspes yang menjadi pertimbangan, karena
tidak ingin adal hal yang tidak diinginkan dapat terjadi, semisal
kecelakaan tambang akibat peledakan tersebut.

2
DAFTAR PUSTAKA


Andi Dirga Putra Enggara, 30 Oktober 2012, Teknik Peledakan,
http://dirgamining.blogspot.co.id/2012/10/teknik-peledakan.html, Diakses
Pada Tanggal 02 November 2015, (web, online).

Harry Kurnia, 18 Januari 2014, Perencanaan Peledakan,


http://harrykurniafirmansyah.blogspot.co.id/2014/01/perencanaan-
peledakan.html, Diakses Pada Tanggal 02 November 2015, (web, online).

Earth Eater, 29 Oktober 2009, Teknik Peledakan (Blasting),


https://1902miner.wordpress.com/2011/10/29/blasting-peledakan/,
Diakses Pada Tanggal 02 November 2015, (web, online).

Anda mungkin juga menyukai