Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS KUALITAS SAMPAH (KADAR AIR, KADAR ABU,

KADAR VOLATIL, RASIO C/N) DAN PENGAMATAN


KONDISI TPS DI SAWAH BARU

ANALYSIS QUALITY OF SOLID WASTE (WATER CONTENT,


ASH CONTENT, VOLATILE CONTENT, C/N RATIO) AND
OBSERVATION THE CONDITON OF LANDFILL AT SAWAH
BARU
Elsy Gustika Buana
Selasa Siang Kelompok 1

Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor, Jln. Kamper, Kampus IPB
Dramaga, Bogor, 16680
nadhelelsy@gmail.com

Abstrak: Sampah adalah sisa aktivitas dari manusia dan hewan yang berbentuk padat. Secara
umum, sampah terdiri dari sampah organik, sampah anorganik, sampah debu residu, sampah
jalanan, dan sampah konstruksi yang dibuang menimbulkan banyak masalah. Tujuan praktikum ini
yaitu untuk menghitung nilai kadar air, kadar abu, kadar volatil, rasio C/N, dan mengamati kondisi
TPS di Sawah Baru. Metode yang digunakan dalam perhitungan yaitu metode Walkey Black.
sampah yang dijadikan sample pengejian merupakan sampah yang berasal dari rumah tangga yang
dibuang di TPS Sawah Baru. Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, kadar air
sampah yang didapatkan sebesar 69.595%, kadar abu sebesar 3.873%, dan kadar volatil sebesar
26.531%. Nilai kadar air yang didapatkan menunjukkan bahwa sampah tersebut merupakan
sampah sisa tumbuhan karena memiliki kadar air antara 30-80%. Hasil perhitungan kadar abu
sampah masih berada diantara nilai kadar abu sampah perkotaan, namun hasil perhitungan kadar
volatil masih berada di bawah kadar volatil sampah perkotaan yang disebabkan oleh pengambilan
sampel sampah yang kurang homogen dan tidak mencakup semua jenis sampah. Sedangkan, ratio
C/N yang didapatkan dari hasil perhitungan yaitu sebesar 11.943%. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa pengomposan akan terjadi secara lambat karena rasio C/N yang didapatkan sangat rendah.
Hasil pengamatan TPS yang telah dilakukan menunjukkan bahwa TPS Sawah Baru dikategorikan
sebagai TPS Tipe I berdasarkan SNI-3242-2008.
Kata Kunci: Kadar abu, kadar air, kadar volatil, sampah

Abstract: Trash is residue of the activities of humans and animals in solid form. Generally, solid
waste consists of organic waste, anorganic waste, residual dust bins, street trash, and construction
waste that disposed of many problem. The purpose of this research is to calculate the value of water
content, ash content, volatile content, C/N ratio, and to abserve the condition of landfill in Sawah
Baru. The research used Walkey Black method. Solid waste sampled is a solid waste from landfill
in Sawah Baru. Based on the calculated, the water content is 69.595%, ash content is 3.873%, and
volatile content is 26.531%. The value of water content show that solid waste is a trash plant because
it has water content 30-80%. The result of calculation of ash content is still being between value of
ash content for urban wasted, but the result of volatile content value is still below the value of volatile
content urban wasted. It is caused by the solid waste sampled was not too homogenous and dont
cover all types of solid waste. The ratio C/N based on the calculation is 11.943%. The value will
make the composting process is running slow because value of C/N ratio is very low. The
observation of landfill condition at Sawah Baru shown that landfill was categorized as TPS Tipe I
based on SNI-3242-2008.
Keywords: Ash content, solid waste, volatile content, water content

PENDAHULUAN
Pertambahan jumlah penduduk, perubahan pola konsumsi, dan gaya hidup
masyarakat terutama di kota-kota besar telah meningkatkan jumlah timbulan

1
sampah, jenis, dan keberagaman karakteristik sampah. Peningkatan jumlah sampah
ini tidak diikuti oleh perbaikan dan peningkatan sarana dan prasarana pengelolahan
sampah. Hal ini mengakibatkan permasalahan sampah menjadi kompleks, antara
lain sampah tidak terangkut dan terjadi pembuangan sampah liar. Sehingga
menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan dan mengganggu kelestarian
fungsi lingkungan baik lingkungan pemukiman, hutan, persawahan, sungai dan
lautan (Rizal 2011).
Persampahan merupakan masalah yang tidak dapat diabaikan karena di dalam
semua aspek kehidupan pasti akan menghasilkan sampah. Sampah akan terus
meningkat seiring dengan banyaknya aktivitas manusia. Di Negara-negara maju,
penanganan sampah tetap menjadi masalah meskipun kesadaran masyarakat untuk
menanggulangi sampah serta menggunakan teknologi tepat guna telah dilakukan.
Di Indonesia, penanganan kebersihan dan kesadaran membuang sampah secara
benar dan teratur sudah dilakukan akan tetapi kesadaran akan hal itu masih sangat
kecil terutama pada masyarakat miskin dan yang bertempat tinggal di pinggiran
kota. Himbauan dan budaya malu membuang sampah sembarangan masih belum
dapat menyentuk seluruh kalangan masyarakat (Satyani 2010).
Penerapan penanganan sampah dengan sistem dan teknologi tinggi juga
masih belum dapat dilakukan sepenuhnya bahkan mendapat tantangan oleh
sebagian masyarakat. Penanganan sampah yang dilakukan umumnya masih dengan
cara yang sederhana, yaitu dengan cara membakar dan/atau membiarkan sampah
membusuk dengan sendirinya di tempat pembuangan sampah. Penanganan sampah
yang dilakukan belum sampai pada tahap memikirkan proses daur ulang sampah
tersebut. Apabila TPS atau TPA tidak dikelola dengan baik maka akan
menimbulkan masalah baru, yaitu adanya timbulan limbah cair yang disebut lindi.
Cairan yang memiliki kandungan zat organik dan anorganik yang tinggi ini apabila
tidak dikelola dengan baik akan dapat mencemari air tanah dan badan air
permukaan di sekitarnya.
Penanganan masalah sampah dapat diatasi dengan berbagai cara, misalnya
dengan pengurangan sampah di sumbernya, penerapan prinsip 4R, insenerasi, dan
pengomposan. Pemilihan teknologi penanganan sampah tersebut dapat dilakukan
apabila karakteristik dan kualitas sampah telah diketahui terlebih dahulu. Kualitas
sampah terdiri kadar air, kadar abu dan volatile, serta rasio karbon dan nitrogen
sampah dipengaruhi oleh kondisi TPS. Pengambilan sample dan pengamatan
terhadap TPS harus dilakukan dengan baik untuk mendapatkan hasil penelitian
kualitas sampah yang akurat. Masing-masing nilai dari parameter kualitas sampah
tersebut dapat digunakan untuk berbagai keperluan pengelolaan sampah, misalnya
kadar air sampah dapat menentukan dilakukannya insenerasi dan rasio C/N dapat
digunakan untuk menentukan proses pengomposan sampah. Tujuan penelitian ini
yaitu untuk mengamati kondisi TPS dan menentukan nilai dari parameter-parameter
kualitas sampah, seperti nilai kadar ar, kadar abu, kadar volatile, kadar karbon
organic, dan kadar nitrogen organik sampah yang berasal dari tempat pembuangan
sementara (TPS) Sawah Baru.

METODOLOGI
Analisis Kadar Air, Kadar Abu, dan Kadar Volatil Sampah
Praktikum analisis kadar air, kadar abu, dan kadar volatil sampah dilakukan
pada hari Selasa tanggal 14 Maret 2107 di Laboratorium Lingkungan Departemen

2
Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian
Bogor. Praktium diawali dengan penjelasan mengenai materi praktikum yang akan
dilakukan. Alat yang digunakan dalam praktikum yaitu cawan, oven, furnace,
pencacah sampah, dan timbangan digital. Sedangkan, bahan yang digunakan dalam
praktikum yaitu limbah padat domestik yang diambil dari tempat pembuangan
sementara (TPS) Sawah Baru. Praktikum yang dilakukan terdiri dari tiga prosedur
utama, yaitu pengambilan sample sampah pada TPS, penentuan kadar air sampah,
penentuan kadar abu sampah, dan penentuan kadar volatil sampah.
Pengambilan sampel sampah domestik pada TPS dilakukan dengan
memperhatikan cara pengambilan sampah tersebut. Langkah pertama yang
dilakukan dalam pengambilan sample sampah yaitu bak pengumpul TPS dibagi
menjadi empat bagian, kemudian sampah diambil pada masing-masing titik
tersebut. Langkah kedua yaitu sampah yang telah diambil kemudian dicampurkan
untuk mendapatkan karakteristik sampah homogen serupa dengan kondisi awal
sebelum proses pengambilan contoh uji sampah. Langkah ketiga yaitu sampah
dipotong dan digiling hingga halus untuk mendapatkan ukuran yang homogen.
Penentuan kadar air sampah dilakukan untuk mendapatkan nilai kadar air
yang terkandung di dalam sampah yang diambil pada TPS Sawah Baru. Langkah
pertama yang dilakukan yaitu sampah homogen dimasukan ke dalam cawan petri
(digunakan dua cawan petri). Kemudian, sampah ditimbang dengan menggunakan
timbangan digital sebanyak 5-10 gram. Langkah kedua yaitu sampah yang berada
dalam cawan petri dimasukan kedalam oven pada suhu 105 C dan ditunggu selama
4 jam, 5 jam, dan 6 jam. Setelah sampah dioven, langkah ketiga yang dilakukan
yaitu cawan petri yang berisi sampah dimasukan ke dalam desikator selama 15
menit untuk menghilangkan uap yang ada dalam cawan tersebut. Langkah keempat
yaitu cawan petri yang berisi sampah yang telah dioven ditimbang dengan
menggunakan timbangan digital dan berat sampah yang telah dioven dicatat.
Langkah terakhir yaitu kadar air sampah dihitung.
Penentuan kadar abu dan kadar volatil sampah dilakukan untuk mendapatkan
jumlah abu dan volatil yang terkandung di dalam sampah domestic TPS Sawah
Baru. Langkah pertama yang dilakukan yaitu sampah homogen dimasukan ke
dalam cawan putih. Kemudian, sampah ditimbang sebanyak 1-5 gram. Langkah
kedua yaitu cawan yang berisi sampah dimasukan ke dalam furnace dengan suhu
600 C selama 2 jam. Langkah ketiga yaitu cawan didinginkan hingga temperatur
furnace turun selama 5 menit. Kemudian, cawan dimasukan ke dalam desikator
selama 15 menit untuk memastikan bahwa tidak ada lagi uap air yang terkandung
dalam cawan. Kemudian, cawan yang berisi sampah setelah di furnace ditimbang
dengan menggunakan timbangan digital. Langkah terakhir yaitu kadar abu dan
volatil sampah dihitung.
Kadar air sampah dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (1).
()
= () 100%.................................................................(1)
Keterangan:
a = berat cawan kosong (gram)
b = berat cawan + sampel sebelum dioven (gram)
c = berat cawan + sampah setelah dioven (gram)
Kadar abu sampah dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (2).
()
= () 100%...............................................................(2)

3
Keterangan:
d = berat cawan kosong (gram)
e = berat cawan + sampah sebelum difurnace (gram)
f = berat cawan + sampah setelah difurnace (gram)
Kadar volatil sampah dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (3).
= 100 ..(3)
Prosedur praktikum analisis kualitas sampah disajikan pada Gambar 1.

Mulai

Sample sampah diambil di


TPS Sawah Baru

Kadar air sampah dihitung

Kadar abu sampah


dihitung

Kadar volatil sampah


dihitung

Selesai
Gambar 1 Bagan alir prosedur praktikum analisis kualitas sampah

Perhitungan Kadar Karbon Organik


Perhitungan kadar karbon organik dilakukan pada hari Selasa tanggal 21
April 2017 di Laboratorium Lingkungan Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan,
Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Praktikum diawali dengan
penjelasan umum dan prosedur praktikum yang akan dilakukan. Metode praktikum
yang digunakan yaitu Walkey Black. Alat yang digunakan dalam praktikum yaitu
desikator, labu Erlenmeyer, buret, pipet, gelas ukur, dan timbangan digital. Bahan
yang digunakan dalam praktikum yaitu sampah yang telah dioven, larutan H2SO4
pekat, larutan K2Cr2O7 1 N, indikator ferroin, larutan FeSO4 0.5 N, dan akuades.
Langkah pertama yang dilakukan dalam praktikum yaitu sampah dimasukan
ke dalam labu Erlenmeyer, lalu ditimbang dengan menggunakan timbangan digital
sebanyak 0-0.1 gram. Langkah kedua yaitu larutan H2SO4 pekat sebanyak 20 ml
dan larutan K2Cr2O2 1 N ditambahkan ke dalam labu Erlenmeyer yang berisi
sampah. Langkah ketiga yaitu campuran tersebut didiamkan (reflux) selama 30
menit. Kemudian, aquades sebanyak 100 ml ditambahkan ke dalam labu
Erlenmeyer dan didinginkan. Langkah keempat yaitu indikator ferroin sebanyak 3-
4 tetes. Langkah kelima yaitu campuran berbagai macam larutan dan sampah

4
dititrasi dengan larutan larutan FeSO4 0.5 N sampai larutan berubah warna menjadi
merah bata. Langkah terakhir yaitu kadar karbon organik dihitung.
Besarnya nilai kadar karbon organik yang terkandung di dalam sampah TPS
Sawah Baru dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (4).
(.KCrOV.NFeSO)x 0.003 x1.33x100
= 100 ......(4)
( )
100
Keterangan:
KA = kadar air (%)
Prosedur praktikum perhitungan kadar karbon organik sampah disajikan pada
Gambar 2.

Mulai

0-0.1 gram sampah + 20 ml H 2SO4 pekat + 10 ml


K2Cr2O7 1 N dcampurkan ke dalam labu Erlenmeyer

Diamkan selama 30 menit

100 ml aquades ditambahkan ke dalam


labu Erlenmeyer

Indikator ferroin ditambahkan sebanyak


3-4 tetes

Larutan dititrasi dengan FeSO4 hingga


warna berubah menjadi merah bata

Selesai

Gambar 2 Prosedur praktikum perhitungan kadar karbon organik

Perhitungan Kadar Nitrogen Organik


Perhitungan kadar karbon organik dilakukan pada hari Selasa tanggal 21
April 2017 di Laboratorium Lingkungan Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan,
Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Praktikum diawali dengan
penjelasan umum dan prosedur praktikum yang akan dilakukan. Metode praktikum
yang digunakan yaitu Walkey Black. Alat yang digunakan dalam praktikum yaitu
timbangan digital, labu kjedhal, pipet, buret, dan gelas ukur. Bahan yang digunakan
dalam praktikum yaitu sampah yang telah dioven, larutan H2SO4 pekat, batu didih,
katalis, dan larutan HCl 0.025 N.
Langkah pertama yang dilakukan dalam praktikum yaitu sampah dimasukan
ke dalam labu kjehal, lalu ditimbang dengan menggunakan timbangan digital
sebanyak 0-0.5 gram. Langkah kedua yaitu sampah dicampurkan dengan larutan

5
H2SO4 pekat sebanyak 20 ml, butir didih sebanyak 4-5 butir, dan setengah tablet
katalis yang telah dihaluskan. Langkah ketiga yaitu larutan didestruksi selama 2
jam sampai jernih. Langkah keempat yaitu larutan didestilasi selama 5 menit setelah
didestruksi. Langkah kelima yaitu larutan dititrasi dengan HCl 0.025 N sampai
larutan berubah warna menjadi ungu muda. Langkah terakhir yaitu kadar nitrogen
organik di dalam sampah dihitung.
Besarnya nilai kadar nitrogen organik dalam sampah dapat dihitung dengan
menggunakan Persamaan (5).
( )
= (5)
()
Keterangan:
V titrasi = volume titrasi
V blanko = volume blanko
N HCl = normalitas HCl
Prosedur praktikum perhitungan kadar nitrogen organik disajikan pada
Gambar 3.

Mulai

0-0.5 gram sampah + 20 ml H 2SO4 pekat + 4-5 butir batu didih +


setengah tablet katalis dicampurkan ke dalam labu kjedhal

Larutan didestruksi selama 2 jam

Larutan di destilasi selama 5 menit


setelah didestruksi

Larutan dititrasi dengan HCl 0.025 N sampai


berubah warna menjadi ungu muda

Selesai

Gambar 3 Prosedur praktikum perhitungan kadar nitrogen organik

Pengamatan Kondisi TPS


Praktikum mengenai pengamatan kondisi TPS dilakukan pada hari Senin
tanggal 13 Maret 2017. Pengamatan dilakukan di TPS Sawah Baru yang merupakan
tempat pembuangan sampah sementara masyarakat di sekitar tempat tersebut.
Pengamatan TPS dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenanai kapasitas,
dimensi, dan untuk mengklasifikasikan TPS tersebut berdasarkan SNI-3242-2008.
Bahan yang digunakan dalam praktikum yaitu hanya kamera untuk mengambil
gambar dan alat tulis untuk mencatat hasil pengamatan. Metode yang digunakan
yaitu observasi langsung ke tempat pembuangan sementara tersebut.

6
Langkah pertama yang dilakukan yaitu kondisi fisik TPS diamati. Langkah
kedua yaitu dimensi TPS diukur (mencakup panjang, tinggi, dan lebar bak
pengumpul sampah di TPS). Kemudian, kapasitas TPS dihitung berdasarkan
dimensi yang telah didapatkan. Langkah ketiga yaitu komponen penyusun TPS,
seperti alas, tempat pengolahan sampah, tempat pengolahan air lindih, dan tutup
TPS diamati. Langkah keempat yaitu gambit TPS diambil dengan menggunakan
kamera. Langkah terakhir yaitu TPS Sawah Baru diklasifikasikan berdasarkan Tipe
TPS menurut SNI-3242-1008.
Prosedur praktikum kondisi TPS disajikan pada Gambar 4.

Mulai

Kondisi fisik TPS diamati


dengan seksama

Dimensi diukur dan kapasitas TPS dihitung

Komponen yang terdapat di


TPS diamati dan dicatat

TPS diklasifikasikan berdasarkan


SNI-3242-2008

Selesai
Gambar 4 Bagan alir prosedur praktikum pengamatan kondisi TPS

HASIL DAN PEMBAHASAN


Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil
aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis.
organik merupakan salah satu jenis sampah yang terdiri dari bahan-bahan penyusun
tumbuhan dan hewan yang diambil dari alam atau dihasilkan dari kegiatan
pertanian, dan perikanan. Sampah organik dapat dengan mudah diuraikan dengan
proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan sampah organik,
misalnya sampah dari dapur, sisa tepung, sayuran, kulit buah, dan daun (Marliani
2014).
Sampah yang tidak diolah akan menimbulkan dampak negatif. Pengelolaan
sampah yang kuran baik akan membentuk lingkungan yang kurang menyenangkan
bagi masyarakat, bau yang tidak sedap, dan pemandangan yang buruk karena
sampah bertebaran dimana-mana. Selain itu, pengelolaan sampah yang tidak
memadai menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan masyarakat. Pembuangan
sampah padat ke badan air dapat menyebabkan banjir dan akan memberikan

7
dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan, jembatan, dan drainase
(Mulasari dan Samaritan 2015).
Tahapan pengelolaan sampah, baik sampah organik maupun sampah
anorganik dapat dilakukan dengan berbagai cara. Cara pertama yaitu dengan
pencegahan dan pengurangan sampah dari sumbernya. Kegiatan pada cara ini
dimulai dengan kegiatan pemilahan atau pemisahan sampah organik dan anorganik
dengan menyediakan tempat sampah yang berbeda pada setiap rumah. Cara kedua
yaitu dengan pemanfaatan kembali sampah. Kegiatan pemanfaatan kembali sampah
terdiri dari pemanfaatan sampah organik, seperti pengomposan, Samph yang mudah
membusuk dapat diubah menjadi pupuk kompos yang ramah lingkungan. Selain
itu, pemanfaatan kembali sampah juga dapat dilakukan dengan cara pemanfaatan
sampah anorganik, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pemanfaatan
kembali secara langsung, misalnya pembuatan kerajinan yang berbahan baku
barang bekas atau kertas daur ulang. Sedangkan, pemanfaatan secara tidak langsung
dapat berupa menjual barang bekas, seperti kertas, plastik, kaleng, gelas, dan botol
air minuman dalam kemasan. Cara ketiga yaitu dengan pengolahan sampah yang
baik pada tempat pembuangan akhir (TPA) sampah. Dengan pengolahan sampah
yang baik, sisa sampah akhir yang benar-benar tidak dapat dimanfaatkan lagi hanya
sebesar 10%. Kegiatan ini tentu saja akan menurunkan biaya pengangkutan
sampah bagi pengelola kawasan, mengurangi luasan kebutuhan tempat untuk lokasi
TPS, serta memperkecil permasalahan sampah yang saat ini dihadapi oleh banyak
pemerintah daerah. Prinsip-prinsip yang dapat diterapkan dalam pemanfaatan
sampah, yaitu Reduce (mengurangi), Re-use (menggunakan kembali), Recycle
(mendaur ulang), dan Replace (mengganti) (Girsan dan Herumurti 2013).

Analisis Kualitas Sampah


Limbah padat merupakan limbah yang bersifat padat yang terdiri dari zat
organik dan anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar
tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan (SNI 19-
2454-1991). Sampah adalah istilah umum yang sering digunakan untuk
menyatakan limbah padat. Sampah juga didefinisikan sebagai sisa-sisa bahan yang
mengalami perlakuan-perlakuan, baik karena sudah diambil bagian utamanya atau
karena pengolahan dan sudah tidak ada manfaatnya yang ditinjau dari segi sosial
ekonomis tidak ada harganya, serta dari segi lingkungan dapat menyebabkan
pencemaran/gangguan terhadap lingkungan hidup (Hadiwiyoto 1983). Menurut
Tchobanoglous (1993), sampah berdasarkan sumbernya dibagi menjadi enam jenis
yaitu sampah pasar (tempat-tempat komersil), sampah pabrik atau industri, sampah
rumah tinggal, sampah kandang hewan, sampah jalan, dan sampah selokan.
Komponen pembentuk limbah padat biasanya dinyatakan dalam persentase
berat. Informasi komposisi dari limbah padat diperlukan dalam mengevaluasi
kebutuhan peralatan, sistem, serta manajemen program dan peralatan. Komposisi
limbah padat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu sumber limbah padat,
aktivitas penduduk, sistem pengumpulan dan pembuangan yang dipakai, geografi,
sosial ekonomi, musim/iklim, teknologi, dan waktu. Komposisi limbah padat suatu
daerah biasanya dibagi menurut kebijakan daerah tersebut, misalnya komposisi
bahan dilihat dari komponen bahan-bahan yang menajdi materi limbah padat dalam
persentase berat. Bahan-bahan tersebut meliputi sisa makanan, kertas, kardus,
plastik, tekstil, karet, kulit, debu, dan abu (Marliani 2014).

8
Karakteristik sampah adalah sifat-sifat sampah meliputi sifat fisik, kimia, dan
biologis sampah. Pengujian karakteristik sampah dapat digunakan untuk
menentukan fasilitas pengolahan, memperkirakan kelayakan pemanfaatan kembali
sampah untuk energi, dan merencanakan fasilitas pembuangan akhir sampah.
Kekhasan sampah dari beberapa tempat atau jenisnya berbeda-beda sehingga
memungkinkan memiliki sifat yang berbeda pula. Karakteristik sampah dapat
dabagi menjadi karakteristik fisik, karakteristik kimia, dan karakteristik biologi.
Karakteristik fisik meliputi berat jenis dan kadar air. Karakteristik kimia meliputi
proximate analysis (kadar air, kadar volatile, fixed karbon, dan kadar abu), titik
lebur, ultimate analysis (kadar karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, dan
fosfor), dan kadar energi sampah. Sedangkan, karakteristik biologi meliputi
biodegradibilitas, produksi bau, dan perkembangbiakan lalat (Komala et al. 2012).
Ultimate analysis merupakan analisis akhir sebuah komponen limbah
biasanya melibatkan penentuan persen C (karbon), H (hidrogen), O (oksigen), N
(nitrogen), S (balerang), dan abu. Hasil analisis akhir digunakan untuk menandai
komposisi kimia dari materi organic di limbah padat. Selain itu, hasil analisis akhir
juga digunakan untuk menentukan campuran yang tepat sebagai bahan limbah yang
sesuai dngan rasio C/N untuk proses korversi biologis. Karbon (C) merupakan
sumber energi bagi mikroorganisme, sedangkan nitrogen (N) digunakan untuk
membangun sel-sel tubuh bagi mikroorganisme. Jika easio C/N telalu tinggi maka
dekomposisi akan berjalan lambat. Jika rasio C/N rendah meskipun pada awalnya
terjadi dekomposisi yang sangat cepat, tetapi berikutnya kecepatannya akan
menurun karena karbon sebagai sumber energi dan nitrogen akan hilang melalui
penguapan ammonia (Murbandono 2000).
Salah satu parameter kualitas sampah yaitu kadar air. Nilai kadar air yang
didapatkan berdasarkan hasil perhitungan disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Hasil perhitungan kadar air sampah
Berat Cawan + Berat Cawan Kadar Air Rata-
No. Berat Cawan kosong (a)
Sampah (b) Oven (c ) Sampah (%) Rata
Cawan
(gram) (gram) 6 Jam (gram) 6 Jam (%)
23 63.501 69.183 65.243 69.346
69.595
19 62.264 67.487 63.839 69.845

Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, kadar air yang


terkandung di dalam sampah yaitu rata-rata sebesar 69.595%. Nilai tersebut
didapatkan berdasarkan hasil oven selama 6 jam dengan suhu 105 C. Menurut
Tchobanoglous (1993), sampah sisa tumbuhan memiliki kadar air berkisar antara
30-80% dan umumnya mempunyai kadar air sebesar 60%. Hasil perhitungan
menunjukkan bahwa nilai kadar air sampah apda TPS Sawah Baru berada diantara
kadar air sampah sisa tumbuhan. Artinya, sample sampah yang diambil merupakan
sampah sisa tumbuhan yang lebih dominan daripada sampah jenis lainnya, misalnya
sampah daun-daun kering maupun daun yang masih hijau dan sampah plastik,
sedangkan sampah sisa makanan dan jenis lainnya memiliki komposisi yang sangat
sedikit. Penyebab tinggi atau rendahnya kadar air juga bergantung pada musim
tahunan, kelembaban, kondisi cuaca, dan komposisi sampah.
Parameter kualitas sampah selanjutnya yaitu kadar abu dan kadar volatil
sampah. Perhitungan tersebut dilakukan untuk menentukan karakteristik sampah
dan untuk keperluan perencanaan pengeloaan sampah yang akan dilakukan. Hasil
perhitungan kadar abu dan kadar volatil sampah disajikan pada Tabel 2.

9
Tabel 2 Hasil perhitungan kadar abu dan kadar volatil sampah
Berat Cawan Berat Cawan + Kadar
Berat Tanur Kadar Abu Kadar Abu
No. Kosong Sampel Volatil
Cawan Rata-rata
(d) (e) Setelah Difurnace (%) (%)
(%)
9 43.841 45.548 43.901 3.515
3.873 26.531
11 41.065 42.861 41.141 4.232

Data pada Tabel 2 menunjukkan bahwa kadar abu rata-rata hasil perhitungan
yaitu sebesar 3.873%. Standar kadar abu sampah perkotaan yaitu diantara 1-10%.
Hal tersebut menunjukkan bahwa hasil perhitungan yang didapatkan masih berada
diantara kisaran kadar abu sampah perkotaan. Besarnya kadar abu dipengaruhi oleh
komposisi sampah yang ada. Menurut Tchobanoglous (1993), sampah jenis logam
mempunyai kadar abu sebesar 90.5% dan sampah jenis kaca mempunyai kadar abu
sebesar 98.9%. Kaca dan logam merupakan jenis benda yang tidak mudah terbakar
atau menguap, sehingga pada saat melakukan pemanasan kaca dan logam tidak
akan menguap melainkan hanya menjadi abu. Kadar abu yang didapatkan
berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan bahwa komposisi sampah yang
dijadikan bahan penelitian tidak terdiri dari bahan kaca maupun logam, sehingga
kadar abu yang dihasikan rendah.
Hasil perhitungan selanjutnya yaitu kadar volatil. Menurut Tchobanoglous
(1993), kadar volatil pada sampah perkotaan berkisar antara 40-60%. Hasil
perhitungan yang terdapat pada Tabel 2 menunjukkan bahwa kadar volatil sampah
yang terdapat pada TPS Sawah Baru sebesar 26.531% masih berada dibawah kadar
volatil sampah perkotaan. Hal ini mungkin terjadi karena komposisi sampah yang
ada didominasi oleh sampah organik yang tidak terlalu berpengaruh terhadap
besarnta kadar volatil karena memiliki kadar volatil yang kecil dibandingkan
dengan jenis sampah lainnya. Besarnya kadar volatil yang terkandung di dalam
sampah sangat dipengaruhi oleh komposisi dan karakteristik sampah. Masing-
masing jenis sampah mempunyai kadar volatil yang berbeda beda. Oleh sebab itu,
pengambilan sampel sampah secara menyeluruh dan mencakup semua jenis sampah
sangat diperlukan agar sampah menjadi sampah yang homogen sehingga kadar
volatil yang didapatkan juga sesuai dengan standar yang ada.
Analisis kualitas sampah selanjutnya yaitu perhitungan karbon organik dan
nitrogen organik sampah. Perhitungan kadar karbon dan nitrogen sampah
digunakan untuk menentukan kebijakan terhadap pengelolaan dengan
menggunakan metode composting. Hasil perhitungan kadar karbon organik
disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Hasil perhitungan kadar karbon organik sampah
Kadar Volume Berat Rata-
No. Air V. N V. N Titrasi Sampah Kadar C
Rata
Labu K2Cr2O7 FeSO4 (%)
(%) (ml) (gram) (%)
1 10 5.9 11.8 0.053 9.385
69.595 9.545
2 10 6 12 0.050 9.705

Nilai kadar karbon organik yang ditunjukan pada Tabel 3 merupakan nilai
karbon yang terkandung di dalam sampah pada TPS Sawah Baru. Hasil perhitungan
tersebut menunjukkan bahwa kadar karbon sampah masih berada jauh dibawah
nilai kadar karbon sampah perkotaan, yaitu sebesar 40-60%. Hal tersebut

10
disebabkan oleh komposisi sampah yang tidak merata pada saat pengambilan
sample sampah.
Hasil perhitungan kadar nitrogen organik berdasarkan hasil perhitungan yang
telah dilakukan disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Hasil perhitungan kadar nitrogen organik sampah
Volume Titrasi N HCl BM N Berat Sampah Kadar N
(ml) (mg)
5.8 0.025 14 254 0.799

Tabel 4 menunjukkan hasil perhitungan kadar nitrogen organik yang terdapat


di dalam sampah domestik di TPS Sawah Baru. Berdasarkan hasil perhitungan, nilai
kadar nitrogen organik yang didapatkan berada diantara nilai kadar nitrogen
sampah organik menurut Tchobanoglous (1993) yaitu sebesar 0.2-1%. Besarnya
nilai kadar nitrogen yang didapatkan sangat bergantung pada komposisi sampah
yang diuji. Tidak semua jenis sampah dapat diambil dalam penelitian disebabkan
berat sampah yang dibutuhkan untuk diuji hanya 0-0.5 gram saja.
Rasio C/N yang didapatkan berdasarkan hasil bagi kadar karbon dan nitrogen
yaitu sebesar 11.943%. Nilai tersebut masih berada jauh dibawah rasio C/N yang
ideal yaitu sebesar 30-40% atau umumnya sebesar 20%. Rasio C/N yang sangat
rendah dapat menyebabkan lambatnya proses dekomposisi, sehingga pengomposan
yang dilakukan membutuhkan waktu yang lama. Hal tersebut disebabkan oleh
komposisi sampah yang lebih banyak terdiri dari sampah anorganik maupun
sampah organik dengan kemampuan untuk terurai cukup lama. Nilai kadar karbon
yang tinggi disebabkan oleh banyaknya sampah daun hijau yang akhirnya akan
terlepas ke udara menjadi hujan asam. Sedangkan, nilai kadar karbon yang tinggi
disebabkan oleh banyaknya daun kering yang dapat menyebabkan proses
composting terjadi tetapi lambat dan menghasilkan mutu kompos yang rendah.

Kondisi Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS)


Salah satu komponen pengelolaan sampah yaitu tempat pembuangan sampah
sementara (TPS). TPS merupakan suatu tempat penampungan sampah sementara
sebelum sampah tersebut diangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA). Fungsi TPS
yaitu mengelolah sampah yang dapat diolah dan digunakan kembali. Kegiatan
pengelolaan sampah di TPS dapat berupa pengomposan maupun pemilahan sampah
yang dapat did aur ulang. Namun, keberadaan TPS di sekitar perumahan kerap kali
diprotes karena mengganggu kenyamanan warga yang tinggal disekitarnya
(Yudithia 2012).
Sistem manajemen pengeloaan limbah padat merupakan suatu sistem
manajemen yang terdiri dari beberapa tahapan utama. Tahapan-tahapan utama
tersebut saling memiliki keterkaitan satu sama lain. Sehingga, sistem ini sering kali
disebut pula sebagai manajemen pengelolaan limbah padat terintegrasi. Tahapan
utama dalam sistem pengelolaan sampah terintegrasi terdiri dari timbulan sampah,
pengelolaan sampah di sumber, pengumpulan sampah, pemilahan, pengolahan, dan
transformasi sampah, transfer dan pengangkutan sampah, serta pembuangan akhir
sampah.
Pengumpulan sampah tidak terlepas dari suatu instrumen transfer station
yaitu tempat penampungan sampah sementara (TPS). Berdasarkan SNI-3242-2008,
TPS adalah tempat pemindahan sampah dari alat pengumpul ke alat pengangkut

11
sampah yang dapat dipindahkan secara langsung. Menurut SNI-3242-2008, TPS
dibedakan menjadi beberapa jenis seperti yang disajikan dalam Tabel 5.
Tabel 5 Penjelasan tipe-tipe TPS
Tipe TPS Penjelasan
TPS Tipe I Tempat pemindahan sampah dari alat pengumpul ke alat angkut
sampah yang dilengkapi dengan ruang pemilahan, gudang,
tempat pemilahan yang dilengkapi dengan landasan container,
dan luas lahan 10-50 m2
TPS Tipe II Tempat pemindahan sampah dari alat pengumpul ke alat angkut
sampah yang dilengkapi dengan ruang pemilahan (10 m2),
pengomposan sampah organik (200 m2), gudang (50 m2), tempat
pemilahan sampah yang dilengkapi dengan landasan container
(60 m2), dan luas lahan 60-200 m2
TPS Tipe III Tempat pemindahan sampah dari alat pengumpul ke alat angkut
sampah yang dilengkapi dengan ruang pemilahan (30 m2),
pengomposan sampah organik (800 m2), gudang (100 m2),
tempat pemilahan sampah yang dilengkapi dengan landasan
container (60 m2), dan luas lahan >200 m2

Pengamatan mengenai kondisi TPS dilakukan di TPS Sawah Baru yang


menjadi tempat pembuangan sampah sementara secara komunal dari sebagian
masyarakat yang berada di Dramaga. Pengamatan yang dilakukan di TPS ditujukan
untuk mengetahui kapasitas TPS, dimensi TPS, dan tipe TPS berdasarkan SNI-
3242-2008. Hasil pengamatan yang telah dilakukan disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6 Hasil pengamatan kondisi TPS Sawah Baru
No. Parameter Pengamatan Hasil Pengamatan
1 Dimensi 3 x 1.5 x 1 m
2 Kapasitas 4.5 m3
3 Gudang Tidak Ada
4 Tempat pemilahan Tidak Ada
5 Luas Lahan 15 m2

Berdasarkan hasil pengamatan seperti yang terlihat pada Tabel 6, TPS Sawah
Baru dikategorikan sebagai TPS Tipe I. Meskipun semua kriteria TPS tipe I tidak
terpenuhi, namun beberapa kriteria sudah terpenuhi sehingga dapat dikategorikan
sebagai TPS Tipe I. Hasil pengamatan yang dilakukan juga menunjukkan bahwa
kapasitas TPS Sawah baru masih bisa menampung jumlah timbulan sampah yang
dihasilkan oleh setiap rumah tangga yang membuang sampahnya pada TPS
tersebut. Pengangkutan sampah yang dilakukan oleh petugas kebersihan dilakukan
setiap 3-4 kali seminggu sehingga timbulan sampah yang dihasilkan masih bisa
ditampung di TPS tersebut. Namun pada kenyataannya memang masih terdapat
banyak sampah yang berceceran di pinggir jalan yang disebabkan oleh para
pembuang sampah yang membuang sampahnya dengan sembarangan tanpa benar-
benar memastikan bahwa sampah-sampah tersebut masuk ke dalam bak pengumpul
sampah yang ada di TPS.

12
Hasil gambar yang diambil pada saat pengamatan TPS dan pengambilan
sampel sampah untuk keperluan pengukuran kualitas sampah (kadar air, kadar abu,
kadar volatil, dan rasio C/N) disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5 Dokumentasi TPS Sawah Baru

TPS Sawah baru terbuat dari pasangan batu bata yang disusun dengan rapih
sehingga membentuk tembok yang cukup kokoh. Alas bak pengumpul sampah di
TPS tersebut tidak terbuat dari bahan kedap air, tetapi langsung beralaskan tanah.
Hal tersebut menyebabkan air lindih yang berasal dari sampah dapat langsung
menyerap ke tanah dan dapat merusak kondisi tanah dan air bawah tanag yang
terdapat pada daerah di sekitar TPS. Selain itu, sebagian air lindih sampah juga
mengalir ke pinggir bahkan sampai ketengah jalan yang berlubang sehingga
menimbulkan bau busuk. Bak pengumpul sampah yang tidak dilengkapi dengan
penutup tersebut juga menyebabkan polusi bau yang dapat mengganggu orang-
orang atau masyarakat yang berada di daerah tersebut dan orang-orang yang
melintasinya.
TPS yang baik adalah TPS yang memenuhi kriteria dan persyaratan seperti
yang telah ditetapkan oleh pemerintah, seperti dilengkapi penutup, alas bak
pengumpul terbuat dari bahan kedap air, dan lain-lain. Hal tersebut ditujukan untuk
menghindari berbagai macam pencemaran lingkungan lain yang dapat disebabkan
oleh keberadaan TPS tersebut. Permasalahan air lindih dan bau yang berasal dari
sampah memang merupakan masalah yang sangat serius dan perlu diperhatikan dan
dipertimbangkan dalam membangun tempat pembuangan sampah. Pada masig-
masing TPS juga sebaiknya terdapat tempat pemilahan, pengelolaan sampah, dan
pengelolaan air lindih agar permasalahan sampah tidak menjadi masalah yang besar
lagi.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, simpulan yang dapat
diambil yaitu kualitas sampah seperti kadar abu, akdar air, kadar volatil, dan rasio
C/N yang terkandung di dalam sampah sangat dipengaruhi oleh komposisi sampah
yang akan diuji. Masing-masing sampa memiliki nilai kualitas sampah yang
berbeda-beda sehingga dibutuhkan pemerataan pengambilan sampah sehomogen
mungkin. Hasil perhitungan kadar air sampah sebesar 69.595% menunjukkan

13
bahwa sampah tersebut merupakan sampah sisa tumbuhan yang lebih dominan
dibandingkan dengan sampah lainnya. Hasil perhitungan kadar abu sebesar 3.873%
masih berada diantara kisaran kadar abu sampah perkotaan yaitu berkisar antara 1-
10%. Hasil perhitungan kadar volatil sampah sebesar 26.531% menunjukkan bahwa
nilai tersebut masih berada di bawah kadar volatil sampah perkotaan yang berkisar
antara 40-60%. Hal tersebut disebabkan oleh pengambilan sample sampah yang
tidak merata sehingga menghasilkan nilai yang masih rendah. Perhitungan yang
terakhir yaitu rasio C/N. Hasil perhitungan rasio C/N sebesar 11.943%
menunjukkan bahwa rasio tersebut masih berada dibawah nilai rasio C/N yang ideal
yaitu sebesar 20-40%. Rasio C/N yang sangat rendah dapat menyebabkan proses
pengomposan yang lebih lambat daripada semestinya karena membutuhkan waktu
yang lama untuk terurai. Kondisi TPS Sawah Baru yang menjadi tempat
pengambilan sampel sampah dikategorikan sebagai TPS Tipe I sesuai dengan SNI-
3242-2008.

DAFTAR PUSTAKA
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2008. Pengelolaan Sampah di Permukiman.
SNI 3242-2008.
Hadiwiyoto S. 1983. Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. Jakarta (ID : Yayasan
Idayu.
Komala P, Aziz R, dan Ramdhani F. 2012. Analisis produktivitas sistem
transportasi sampah Kota Padang. Jurnal Teknik Lingkungan UNAND. 9 (2)
: 95 - 109.
Marliani N. 2014. Pemanfaatan limbah rumah tangga (sampah anorganik) sebagai
bentuk implementasi pendidikan lingkungan hidup. Jurnal Formatif. 4 (2) :
124-132.
Murbandono HS. 2000. Membuat Kompos Edisi Revisi. Surabaya (ID) : Penebar.
Rizal M. 2011. Analisis pengelolaan persampahan perkotaan. Jurnal SMARTek. 9
(2) : 155-172.
Satyani NAS. 2010. Karakteristik limbah padat berdasarkan sifat fisik (berat jenis
dan kadar air) serta kimia (kadar volatil, kadar abu, karbon, nitrogen, sulfur,
fosfor, dan kalium) di tempat pembuangan akhir Cipayung Depok [skripsi].
Depok (ID) : Universitas Indonesia.
Tchobanoglous G, Theisen H, Vigil S. 1993. Integrated Solid Waste Management.
New York (US) : McGraw-Hill, Inc.
Yudithia. 2012. Pengaruh keberadaan tempat penampungan sampah sementara
(TPS) terhadap kualitas udara mikrobiologis di sekitarnya [skripsi]. Depok
(ID) : Universitas Indonesia.

14
Lampiran 1 Contoh Perhitungan
Perhitungan kadar air
Diketahui : Berat cawan kosong (a) = 63.501 gram
Berat cawan + sampah (b) = 69.183 gram
Berat cawan oven (c) = 65.243 gram
Penyelesaian :
( )
= 100%
( )
(69.183 65.243)
= 100%
(69.183 63.501)
= 69.346%

Perhitungan kadar abu


Diketahui : berat cawan kosong (d) = 43.841 gram
berat cawan + sampel (e) = 45.548 gram
berat tanur setelah furnace (f) = 43.901 gram
Penyelesaian :
( )
= 100%
( )
(43.901 43.841)
= 100%
(45.548 43.841)
= 3.515%

Perhitungan kadar volatil


Diketahui : kadar air rata-rata 6 jam = 69.595%
kadar abu rata-rata = 3.873%
Penyelesaian:
= 100
= 100 69.595 3.873
= 26.531%

Perhitungan kadar karbon organik


Diketahui : Kadar air (KA) = 69.595%
V.N K2Cr2O7 = 10 ml
V.N FeSO4 = 5.9 ml
Volume titrasi = 11.8 ml
Berat sampah = 0.053 gram
Penyelesaian:
(. KCrO V. NFeSO)x 0.003 x1.33x100
=
100
(100 )
(10 5.9)x 0.003 x1.33x100
=
100
0.053 ( )
100 69.595
= 9.385%

Perhitungan kadar nitrogen organik


Diketahui: volume titrasi = 5.8 ml

15
N HCl = 0,025
BM N = 14
Berat sampah = 254 mg
Volume blanko = 0 ml
Penyelesaian:
( )
=
()
5.8 0.025 14
=
254
= 0.799%
Perhitungan rasio C/N

=

9.545
=
0.799
= 11.943%

16
Lampiran 2 Dokumentasi

17

Anda mungkin juga menyukai