Anda di halaman 1dari 10

Indikator Bollinger Bands

16/10/2014/in Edukasi /by Masdi Sudiyanti

Like / Follow kami :

Follow on FacebookFollow on TwitterFollow on Google FollowFollow on


LinkedInFollow on YouTube

Indikator Bollinger Bands (BB) diciptakan oleh John Bollinger pada awal 1980-an untuk
membantu membandingkan volatilitas dan harga relatif dalam satu periode analisis.
Bollinger Bands sendiri sebenarnya terdiri atas tiga buah garis yang membentuk
semacam sabuk pembatas terhadap pergerakan harga. Namun dalam penerapannya garis
tengah Bollinger Bands seringkali tidak ditampilkan karena memang garis tengah
tersebut hanyalah garis Moving Averages biasa. Selain arah trend, indikator ini juga
digunakan untuk menentukan keadaan jenuh beli (overbought) dan jenuh jual (oversold).
Satu hal yang perlu kita ketahui tentang Bollinger Bands adalah bahwa harga cenderung
kembali ke tengah karena Bollinger Band juga berfungsi sebagai support dan resistance
dinamis.

Rumus Perhitungan:
Namun biasanya yang paling sering digunakan adalah typical price.

Cara pemakaian Indikator :

Walaupun Bollinger tidak dapat digunakan sendiri, namun ada beberapa indikasi open
Buy/Sell yang masih kita bisa peroleh melalui Bollinger Bands terutama melalui middle
band. Ingat, pada dasarnya middle band adalah indikator Simple Moving Average. Ini
berarti apa yang berlaku pada SMA juga berlaku pada middle band:

Middle band berada di bawah harga, maka ini mengindikasikan Bullish trend.
Middle band berada di atas harga indikasi Bearish trend.
Perpotongan antara middle band dan harga, indikasi peralihan trend.

Ada 4 fase gerakan Bollinger band yang harus kita pahami sehingga kita bisa
menentukan strategi yang akan dipakai pada masing-masing kondisi, yaitu:

1. Kondisi Normal

Kondisi Bollinger normal ditandai dengan adanya lebar pita band cenderung sama dari
waktu ke waktu dengan bentuk mandatar. Namun tidak menyempit, atau miring sesuai
trend dengan tingkat kemiringan dibawah 45 derajat.

Pada kondisi Bollinger normal market akan bergerak bolak balik diantara pita band.
Artinya ketika market menyentuh pita luar band, maka market akan kembali ke tengah
sehingga pita Bollinger Bands juga disebut sebagai dinamis support/resistance.

Pada kondisi Bollinger normal, strategi yang cocok digunakan adalah strategi scalping.
2. Fase persiapan Break

Fase persiapan break ini ditandai dengan Bollinger yang cenderung menyempit atau
mendatar. Penyebabnya bisa jadi karena market benar-benar sepi atau karena penjual dan
pembeli sedang menunggu. Strategi yang bisa digunakan pada kondisi ini adalah strategi
jebakan (traping).
3. Fase Break

Kondisi break ditandai dengan pita atas dan bawah melebar menjauh. Ini terjadi karena
membludaknya order sehingga tenaga market begitu besar. Dampaknya market akan
bergerak lurus. Pada fase break tidak mungkin terjadi pembalikan arah trend secara
normal, kecuali terjadi konvergen. Strategi yang cocok pada kondisi seperti ini adalah
strategi breakout.
4. Fase Normalisasi Break

Fase ini adalah untuk mencari keseimbangan dan testing trend. Disinilah kekuatan sebuah
trend diuji. Fase ini ditandai dengan pita band yang bergerak searah sesuai trend yang
telah dibentuk. Dampaknya grafik akan mendatar atau membentuk pola wedges. Pada
kondisi seperti ini sebaiknya jangan masuk ke pasar, melainkan menunggu sampai
muncul signal selanjutnya.
5. Fase Penutupan Break

Pada fase penutupan break ini pita Bollinger akan menyempit. Arah market pada fase ini
biasanya mendatar atau berlawanan dengan trend yang baru saja terbentuk. Pada kondisi
seperti ini sebaiknya menunggu konfirmasi dari signal yang akan muncul selanjutnya.
Berikut ini beberapa entry point menggunakan bollinger bands:

1. Entry point untuk strategi buy bottom sell top

Inti dari strategy buy bottom sell top membeli atau menjual di ujung trend dimana harga
akan balik arah sebagai dinamis support and resistamce. Bollinger Band memberikan
sinyal bahwa harga akan balik arah, yaitu ketika pita band mendatar atau menyempit dan
grafik menyentuh pita band luar, disertai kondisi market yang jenuh.

Double bottom buy. Ini akan terjadi ketika harga menembus lower band dua kali
berturut-turut. Adanya double bottom merupakan indikasi akan terjadi peningkatan harga.
Namun untuk memastikannya, diperlukan konfirmasi harga menembus middle band. Jika
telah menembus middle band, maka bisa diperkirakan akan terjadi uptrend dimana kita
harus membuka posisi buy.

Kebalikan dari double bottom buy adalah double top sell yaitu keadaan dimana harga
menembus upper band dan divalidasi dengan penembusan middle band juga. Ini berarti
akan terjadi penurunan harga dimana kita harus membuka posisi sell terlebih dahulu guna
memperoleh keuntungan.

2. Entry point strategi breakout

Break out adalah kondisi dimana pecahnya sebuah batas yang selama ini jadi support atau
resistance. Pada kondisi breakout, pita band melebar sehingga entry point untuk strategi
ini adalah ketika grafik menembus support atau resistance yang dibentuk oleh Bollinger
Bands, disertai band yang melebar dan volume yang meningkat.

3. Entry point strategi koreksi

Koreksi terjadi setelah trend panjang atau gerakan kuat terjadi. Entry pointnya adalah
ketika grafik menyentuh atau mendekati garis band tengah setelah terjadi trend panjang
atau gerakan kuat, disertai kondisi yang jenuh.
Optimalisasi Indikator:

Indikator ini mengukur volatilitas sebenarnya Bollinger Bands tidak dapat berdiri sendiri.
Indikator ini biasanya digunakan hanya sebagai indikator awal untuk mengukur harga
relatif dan volatility (volatile = mudah berubah volatility = tingkat kecepatan dalam
berubah). Bollinger Bands bukanlah indikator action. Jadi disarankan jika menggunakan
indikator satu ini, gunakan juga indikator lain sebelum mengambil keputusan untuk buy
atau sell.

Pada umumnya harga akan bergerak, namun demikian dapat juga harga bergerak di luar.
Ini dapat berarti akan terjadi reversal atau malah sebaliknya penguatan trend yang sedang
berlangsung. Untuk mengetahuinya kita dapat melihat indikator action yang kita pakai.
Penentuan periode dalam Bollinger Bands juga berpengaruh disini.

Jika Bollinger Bands kita gabungkan dengan RSI, demikian hasilnya:

Bila harga berada di luar upper band atau sama, sementara RSI masih berada di bawah
zona overbought, maka ini berarti akan ada kelanjutan trend yang sedang terjadi.
Sebaliknya bila RSI sudah berada diarea overbought dan sedang meninggalkan area
overbought, maka ini berarti akan ada pembalikan trend dalam beberapa candle ke depan.

Bila harga berada di luar lower band atau sama, sementara RSI masih berada di bawah
zona oversold, maka ini berarti akan ada kelanjutan trend yang sedang terjadi. Sebaliknya
bila RSI sudah berada di area oversold dan sedang meninggalkan area oversold, maka ini
berarti akan ada pembalikan trend dalam beberapa candle kedepan.

Perhatikan area yang dilingkari dan besar smoothing RSI. Pada 1.1932, besar smoothing
RSI adalah 39.9429 dan harga telah menembus upper band dua kali secara berturut-turut.
Ini mengindikasikan bahwa akan terjadi penerusan trend yang baru saja dimulai. Dalam
kenaikan harga, tercatat beberapa kali juga harga menembus upper band namun RSI
belum juga meninggalkan overbought area. Ini berarti trend masih akan terus terjadi
sampai RSI meninggalkan overbought area.

Pada area yang dilingkari smoothing RSI bernilai 31.7379 dan harga telah menembus
lower band tiga kali dengan bullish candle. Diperkirakan akan terjadi pembalikan trend
seperti terlihat pada candle berikutnya.

Dapat disimpulkan dari penggunaan contoh di sini, sebenarnya pemaduan Bollinger


Bands dengan indikator lainnya dapat dilakukan bila kita memahami penggunaan
indikator lain tersebut dengan benar. Penggunaan indikator yang tepat akan menghasilkan
keputusan yang saling menguatkan dan menunjang sehingga diperoleh berbagai
keuntungan. Semakin kita memahami penggunaan indikator action maka semakin besar
kesempatan kita memanfaatkan Bollinger Bands sebagai volatiliti indikator.

Anda mungkin juga menyukai