Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan suatu negara yang terletak dalam pertemuan 5 lempeng

dunia, selain itu Indonesia juga terletak direntetan gunung berapi mulai dari Aceh

hingga ke Maluku.
Akhir-akhir ini berbagai bencana sepertinya belum bisa lepas dari negara kita

mulai dari kebakaran pabrik, banjir, tanah longsor, gempa bumi, dan tsunami, dan

letusan gunung berapi, bahkan yang lebih terbaru adalah terbakarnya kilang minyak di

Plumpang Jakarta Utara. Hal ini menggambarkan bahwa masih rentanya masyarakat

menjadi korban bencana. Bencana yang pernah kita kenal ada 2 macam yaitu bencana

bersifat umum (menyangkut orang banyak) dan bencana yang hanya terjadi pada 1 atau

beberapa orang saja atau sering kita sebut sebagai kecelakaan.


Tidak seorangpun yang dapat memprediksikan akan terjadi kecelakaan, pada

umumnya kecelakaan terjadi secara mendadak dan seringnya kita sebagai tenaga

kesehatan tidak cukup siap untuk menolong korban walaupun berpuluh-puluh teori

sudah kita pelajari. Kita tentu masih ingat tentang gawat darurat, bahkan kata-kata itu

sudah menjadi kata-kata setiap hari yang sering kita ucapkan walaupun belum tentu

benar dalam mengartikannya.

Gawat artinya mengancam nyawa, sedangkan darurat adalah perlu mendapatkan

penanganan atau tindakan dengan segera untuk menghilangkan ancaman nyawa korban.

Sebenarnya dalam tubuh kita terdapat berbagai organ dan semuanya itu terbentuk dari

sel-sel. Sel tersebut akan tetap hidup bila pasokan oksigen tidak terhenti, dan kematian

tubuh itu akan timbul jika sel tidak bisa mendapatkan pasokan oksigen. Kematian ada 2

1
macam yaitu mati klinis dan mati biologis. Mati klinis adalah apabila seorang penderita

berhenti napas dan berhenti jantung, waktunya 6-8 menit setelah berhentinya

pernapasan dan sistem sirkulasi tubuh sedangkan mati biologis adalah mulai terjadinya

kerusakan sel-sel otak dan waktunya dimulai 6-8 menit setelah berhentinya sistem

pernapasan dan sirkulasi (Musliha, 2010 : 1-2).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah yaitu

apa saja peran perawat dalam keperawatan gawat darurat?

1.3 Tujuan

3.1.1 Tujuan Umum


Tujuan umum dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui peran

perawat dalam keperawatan gawat darurat.


3.1.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui lingkup pelayanan keperawatan gawat darurat.
b. Mengetahui peran, fungsi dan kewenangan perawat.
c. Mengetahui kompetensi perawat gawat darurat.
d. Mengetahui hubungan perawat-pasien dan komunikasi keperawatan.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan
Hasil dari makalah ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

bagi seluruh petugas kesehatan dalam menentukan peran-peran perawat yang

sesuai dengan masalah kegawatdaruratan, sehingga upaya pelayanan kesehatan

masyarakat dapat dioptimalkan.


1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan

Hasil makalah ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi

untuk pengembangan pengetahuan dan wawasan mengenai peran perawat dalam

kegawatdaruratan.

1.4.3 Bagi Penulis

2
Mendapatkan informasi atau gambaran mengenai peran perawat dalam

kegawatdaruratan.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Lingkup Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat

Meliputi pelayanan keperawatan yang ditujukan kepeda pasien gawat darurat

yaitu pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan

3
terancam nyawanya/anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat

pertolongan secara cepat dan tepat (Musliha, 2010 : 37).

2.2 Ketenagaan

2.2.1 Peran, Fungsi dan Kewenangan Perawat

a. Peran dan Fungsi Perawat Gawat Darurat:


1). Melakukan triage, mengkaji dan menetapkan dalam spektrum yang lebih

luas terhadap kondisi klinis pada berbagai keadaan yang bersifat

mendadak mulai dari ancaman nyawa sampai kondisi kronis.


2). Mengkaji dan memberikan asuhan keperawatan terhadap individu-

individu dari semua umur dan berbagai kondisi.


3). Mengatur waktu secara efisien walaupun informasi terbatas.
4). Memberikan dukungan emosional terhadap pasien dan keluargannya.
5). Memfasilitasi dukungan spiritual.
6). Mengkoordinasikan berbagai pemeriksaan diagnostik dan memberikan

pelayanan secara multi disiplin.


7). Dokumentasikan dan komunikasikan informasi tentang pelayanan yang

telah diberikan serta kebutuhan untuk tindak lanjut.


8). Memfasilitasi rujukan dalam rangka menyelesaikan masalah kegawat

daruratan.
9). Membantu individu beradaptasi terhadap kegiatan sehari-hari
10). Memfasilitasi tindak lanjut perawatan dengan memanfaatkan sumber-

sumber yang ada dimasyarakat


11). Menyiapkan persiapan pemulangan pasien secara aman melalui

pendidikan kesehatan dan perencanaan pasien (discharge planning).


12). Mengkoordinasikan dan melaporkan kepada institusi terkait terhadap

kejadian-kejadian yang diangap perlu (kejadian kriminal, penyakit DBD,

diarhae, kecelakaan lalu lintas, bencana/KLB, dan lain-lain).


13). Jika terjadi KLB/bencana komunikasi kepada seluruh tim pelayanan

gawat darurat terkait, baik pelayanan pra rumah sakit maupun intra

rumah sakit.

4
14). Merespon secara cepat dan memfasilitasi terhadap bencana yang terdapat

di komunitas dan institusi (Musliha, 2010 : 37-38).

b. Kewenangan Perawat:

1). Kewenangan seorang perawat dalam pertolongan gawat darurat

didasarkan pada kemampuan perawat memberikan pertolongan gawat

darurat yang diperoleh melalaui pendidikan maupun pelatihan khusus.


2). Perawat yang mendapat pelatihan khusus tersebut memperoleh sertifikat

yang diakui oleh profesi keperawatan maupun profesi kesehatan lainya.


3). Perawat yang telah mendapat sertifikat tersebut memperoleh izin untuk

melaksanakan praktek keperawatan gawat darurat sesuai lingkup

kewenanganya (Musliha, 2010 : 38).

2.3 Kompetensi Perawat Gawat Darurat


Berdasarkan peran dan fungsi tersebut diatas, maka perawat yang bekerja di

Rumah Sakit harus memiliki kompetensi khusus, yang diperoleh melalui pelatihan

Basic Trauma Life Support (BTLS) dan Basic Cardiology Support (BCLS) atau

Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD). Sedangkan perawat yang bekerja di

Puskesmas minimal memiliki kompetensi BLS. Kompetensi tersebut meliputi:

pengetahuan, sikap dan keterampilan yang harus ditingkatkan/dikembangkan dan

dipelihara sehingga menjamin perawat dapat melaksanakan peran dan fungsinya secara

profesional.
Kompetensi tersebut diuraikan berdasarkan pendekatan sistem dan fungsi tubuh sebagai

berikut:
1) Sistem Pernafasan
a. Mengetahui adanya sumbatan jalan nafas
b. Membebaskan jalan nafas
c. Memberikan nafas buatan
d. Melakukan resusitasi kardio pulmonar
e. Mengetahui tanda-tanda trauma thorax
f. Memberikan pertolongan pertama pada trauma thorax
2) Sistem Sirkulasi Jantung
a. Mengetahui tanda-tanda aritmia jantung, syok
b. Memberi pertolongan pertama pada aritmia jantung

5
c. Mengetahui adanya henti jantung
d. Memberi pertolongan pertama pada henti jantung
e. Mengatur posisi baring

3) Sistem Vaskular
a. Menghentikan perdarahan dengan menekan atau memasang tourniquet
b. Melakukan kolaborasi untuk pemasangan infus/transfusi
4) Sistem saraf
a. Mengetahui tanda-tanda koma dan memberikan pertolongan pertama
b. Memberikan pertolongan pertama pada trauma kepala
c. Mengetahui tanda-tanda stroke dan memberi pertolongan pertama
d. Mengetahui tanda-tanda kelainan neurologis
e. Memberikan pertolongan pertama pada keadaan dengan kelainan neurologis
5) Sistem Imunologi
a. Mengetahui tanda-tanda syok anafilaksis
b. Memnerika pertolongan pertama
6) Sistem Gastro intestinal
a. Mengetahui tanda-tanda akut abdomen
7) Sistem Skeletal
a. Mengetahui tanda-tanda patah tuulang
b. Mampu memasang bidai
c. Mampu mentransportasi penderita dengan patah tulang
8) Sistem Kulit
a. Memberikan pertolongan pertama pada luka
b. Memberikan pertolongan pada luka bakar
9) Sistem Farmakologi / Toksikologi
a. Mampu memberikan pertolongan perta,ma pada keracunan
b. Mampu memberikan pertolongan pertama pada penyalahgunaan obat
c. Mampu memberikan pertolongan pertama pada gigitan binatang
10) Sistem Reproduksi
a. Mengenal kelainan darurat obstetrik atau gineklogi
b. Mempu melakuakan ppertolongan pertama gawat darurat kebidanan
11) Aspek Psikologis
a. Mampu mengidentifikasiakn gangguan psikososial
b. Mampu memberikan pertolongan pertama
Disamping kompetensi diatas tenaga keperawatan harus memahami:
a. Sistem Pengorganisasian
1). Mengetahui sistem penangulangan penderita gawat darurat
2). Mampu mengkoordinasiakn kegiatan pelayanan keperawatan dalam sistem

penangulangan kiorban bencana.

b. Sistem Komunikasi Medis

1). Mengenal berbagai jenis alat komunikasi medis.

2). Mampu mengoperasionalkan alat komunikasi medis.

6
c. Sistem Pencatatan dan Pelaporan

1). Mengenal jenis dan cara pengunaan format untuk pencatatan dan pelaporan.

2). Mampu melaksanankan pencatatan dan pelaporan secara tepat dan benar

sesuai dengan ketentuan yang berlaku (Musliha, 2010 : 39-41).

2.4. Hubungan Perawat-Pasien dan Komunikasi Keperawatan

a. Hubungan Perawat-Pasien

Hubungan perawat-pasien didasarkan pada hubungan bantuan (helping

Relationship) dan komunikasi terapeutik (Musliha, 2010 : 41).

b. Hubungan Bantuan ( Relationship)

Ciptakan lingkungan yang terapeutik denagan menunjukan perilaku dan sikap:


1) Carring (sikap pengasuhan yang ditunjukan peduli dan selalu ingin

memberi bantuan).
2) Acceptance (menerima pasien apa adanya).
3) Respect (menghargai pasien sebagai manusia seutuhnya).
4) Empaty (merasakan perasaan pasien).
5) Trust (memberikan kepercayaan).
6) Integrity (mempunyai prinsip keprofesian yang kokoh).
Identifikasikan bantuan yang diperlukan pasien sesuai dengan objektif. Analisa

proses komunikasi dengan menerapkan prinsip-prinsip komunikasi.


Terapkan teknik komunikasi(sesuia lampiran)untuk memfasilitasi hubungan

bantuan:
Focusing (fokus), questioning(bertanya), dan validating(validasi)
1). Komunikasi dengan pasien atau keluaraga denagn bahasa yang mudah

dimengerti dengan memperhatikan tingkat perkembangan dan

keterbatasan fisik pasien.


2). Pastiakan bahwa hubungan bantuan oleh pasien/keluarga.
3) Antisipasi kebiasaan pasien dan keluarga pada akhir hubungan bantuan

tersebut yang harus tercantum dalam perencanaan pemulangan pasien atau

7
didalam melakuakan rujukan kepusat kesehatan (puskesmas). (Musliha,

2010 : 41).

c. Komunikasi Keperawatan

Untuk memperoleh komunikasi yang efektif perawat perlu :

1. Perlakukan setiap pasien sebagai individu yang memerlukan bantuan.


2. Gunakan sikap untuk memotivasi dan menghargai pasien sebagai manusia

seutuhnya.
3. Hal-hal yang harus dihindari perawat gawat darurat pada saat mewawancarai

pasien :
a. Cegah untuk tidak menyalahkan, memojokan, memberikan sebutan yang

negatif terhadap pasien (judgemental).


b. Jangan terlalu cepat membuat kesimpulan yang dapat membuat pasien

merasa tidak nyaman dan cemas (Musliha, 2010 : 42).

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Keperawatan gawat darurat merupakan area khusus dari jenis pelayanan

keperawatan profesional saat ini. Bentuk pelayanan dalam keperawatan gawat darurat

memberikan karakteristik yang unik dari berbagai jenis pelayanan keperawatan yang

ada baik dari aspek klien, keterampilan dari perawat dan area layanan itu sendiri (Tim

AGD Dinkes, 2012 : 4). Peran dan Fungsi Perawat Gawat Darurat:

1). Melakukann triage, mengkaji dan menetapkan dalam spektrum yang lebih luas

terhadap kondisi klinis pada berbagai keadaan yang bersifat mendadak mulai dari

ancaman nyawa sampai kondisi kronis.

2). Mengkaji dan memberikan asuhan keperawatan terhadap individu-individu dari

semua umur dan berbagai kondisi.

3). Mengatur waktu secara efisien walaupun informasi terbatas.

4). Memberikan dukungan emosional terhadap pasien dan keluargannya.

5). Memfasilitasi dukungan spiritual.


6). Mengkoordinasikan berbagai pemeriksaan diagnostik dan memberikan pelayanan

secara multi disiplin.


7). Dokumentasikan dan komunikasikan informasi tentang pelayanan yang telah

diberikan serta kebutuhan untuk tindak lanjut.


8). Memfasilitasi rujukan dalam rangka menyelesaikan masalah kegawat daruratan.
9). Membantu individu beradaptasi terhadap kegiatan sehari-hari

9
10). Memfasilitasi tindak lanjut perawatan dengan memanfaatkan sumber-sumber

yang ada dimasyarakat


11). Menyiapkan persiapan pemulangan pasien secara aman melalui pendidikan

kesehatan dan perencanaan pasien (discharge planning).


12). Mengkoordinasikan dan melaporkan kepada institusi terkait terhadap kejadian-

kejadian yang diangap perlu (kejadian kriminal, penyakit DBD, diarhae,

kecelakaan lalu lintas, bencana/KLB, dll).


13). Jika terjadi KLB/bencana komunikasi kepada seluruh tim pelayanan gawat

darurat terkait, baik pelayanan pra rumah sakit maupun intra rumah sakit.
14). Merespon secara cepat dan memfasilitasi terhadap bencana yang terdapat

dikomunikasi dan institusi.

3.2 Saran

Perawat memiliki peran yang sangat penting dalam dunia kesehatan, selain

sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat juga memiliki tanggung jawab dalam

menolong pasien terutama dalam keadaan gawatdarurat, dimana pertolongan diberikan

berdasarkan ilmu dan keterampilan yang didapatkan selama pendididkan keperawatan.

Oleh karena itu sebagai perawat profesional hendaknya kita mampu untuk memberikan

pelayanan yang komprehensif dengan berdasarkan kebenaran yang sudah dibuktikan

terutama dalam keperawatan gawat darurat, perawat dituntut mampu memberikan

pertolongan pertama dengan benar dan tepat sehingga keselamatan pasien dapat terjaga.

10

Anda mungkin juga menyukai