Anda di halaman 1dari 6

KLASIFIKASI

Klasifikasi Hipertensi menurut WHO

Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)

Optimal < 120 < 80

Normal < 130 < 85

Tingkat 1 (hipertensi ringan) 140-159 90-99

Sub grup : perbatasan 140-149 90-94

Tingkat 2 (hipertensi sedang) 160-179 100-109

Tingkat 3 (hipertensi berat) 180 110

Hipertensi sistol terisolasi 140 < 90

Sub grup : perbatasan 140-149 < 90

Klasifikasi Hipertensi menurut Joint National Committee 7

Kategori Sistol (mmHg) Dan/atau Diastole (mmHg)

Normal <120 Dan <80


Pre hipertensi 120-139 Atau 80-89

Hipertensi tahap 1 140-159 Atau 90-99

Hipertensi tahap 2 160 Atau 100

Klasifikasi Hipertensi Hasil Konsensus Perhimpunan Hipertensi Indonesia

Kategori Sistol (mmHg) Dan/atau Diastole (mmHg)

Normal <120 Dan <80

Pre hipertensi 120-139 Atau 80-89

Hipertensi tahap 1 140-159 Atau 90-99

Hipertensi tahap 2 160 Atau 100

Hipertensi sistol 140 Dan < 90


terisolasi

Mengingat pengukuran tekanan darah mudah dilakukan dan karakteristik penduduk Indonesia
berbeda dengan penduduk lainnya maka sudah seharusnya Indonesia memiliki klasifikasi
hipertensi sendiri.

ETIOLOGI
Penyebab Hipertensi

Berdasarkan penyebab hipertensi, dapat diklasifikasikan sebagai :


1. Hipertensi primer

Hipertensi primer didefinisikan sebagai hipertensi yang tidak disebabkan oleh adanya
gangguan organ lain seperti ginjal dan jantung. Hipertensi ini dapat disebabkan oleh
kondisi lingkungan seperti faktor keturunan, pola hidup yang tidak seimbang,
keramaian, stress, dan pekerjaan. Sikap yang dapat menyebabkan hipertensi seperti
konsumsi tinggi lemak, garam, aktivitas yang rendah, kebiasaan merokok, konsumsi
alkohol dan kafein. Sebagian besar hipertensi primer disebabkan oleh faktor stress.

2. Hipertensi sekunder

Hipertensi yang disebabkan oleh gangguan ginjal, endokrin, dan kekakuan dari aorta.

Kondisi stress dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah, karena saat seseorang
dalam kondisi stress akan terjadi pengeluaran beberapa hormon yang akan menyebabkan
penyempitan dari pembuluh darah, dan pengeluaran cairan lambung yang berlebihan,
akibatnya seseorang akan mengalami mual, muntah, mudah kenyang, nyeri lambung
yang berulang, dan nyeri kepala. Kondisi stress yang terus menerus dapat menyebabkan
komplikasi hipertensi pula.

Pola hidup yang tidak seimbang, merupakan sikap hidup yang tidak tepat komposisi
antara asupan makanan, olahraga dan istirahat, sehingga menimbulkan gejala awal
seperti obesitas yang selanjutnya dapat menyebabkan gangguan lain seperti kencing
manis, dan gangguan jantung.

Konsumsi garam berlebihan, dapat menimbulkan darah tinggi diakibatkan oleh


peningkatan kekentalan dari darah, sehingga jantung membutuhkan tenaga yang lebih
untuk mendorong darah sampai ke jaringan paling kecil.
Kebiasaan konsumsi alkohol, kafein, merokok dapat menyebabkan kekakuan dari
pembuluh darah sehingga kemampuan elastisitas pada saat mengalami tekanan yang
tinggi menjadi hilang.

Pembagian Hipertensi

Berdasarkan asosiasi hipertensi eropa 2003, diklasifikasikan hipertensi sebagai berikut :

Katagori Tekanan sistolik (mmHg) Tekanan diastolik (mmHg)


Optimal < 120 <80

Normal <130 <85

Hipertensi
Ringan 140-159 90-99

Sedang 160-180 100-110

Berat 180 110

Komplikasi Hipertensi

Kondisi hipertensi yang berkepanjangan menyebabkan gangguan pembuluh darah di


seluruh organ tubuh manusia. Angka kematian yang tinggi pada penderita darah tinggi
terutama disebabkan oleh gangguan jantung.

1. Organ Jantung

Kompensasi jantung terhadap kerja yang keras akibat hipertensi berupa penebalan otot
jantung kiri. Kondisi ini akan memperkecil rongga jantung untuk memompa, sehingga
jantung akan semakin membutuhkan energi yang besar. Kondisi ini disertai dengan
adanya gangguan pembuluh darah jantung sendiri (koroner) akan menimbulkan
kekurangan oksigen dari otot jantung dan menyebabkan nyeri. Apabila kondisi dibiarkan
terus menerus akan menyebabkan kegagalan jantung untuk memompa dan menimbulkan
kematian.

2. Sistem Saraf

Gangguan dari sistem saraf terjadi pada sistem retina (mata bagian dalam) dan sistem
saraf pusat (otak). Didalam retina terdapat pembuluh-pembuluh darah tipis yang akan
melebar saat terjadi hipertensi, dan memungkinkan terjadi pecah pembuluh darah yang
akan menyebabkan gangguan penglihatan.

3. Sistem Ginjal

Hipertensi yang berkepanjangan akan menyebabkan kerusakan dari pembuluh darah


ginjal, sehingga fungsi ginjal sebagai pembuang zat-zat racun bagi tubuh tidak berfungsi
dengan baik, akibatnya terjadi penumpukan zat yang berbahaya bagi tubuh yang dapat
merusak organ tubuh lain terutama otak.

Indikasi pengobatan
Terapi mulai dilakukan pada tekanan sistolik >140 mmHg dan diastolik > 90 mmHg
dengan tujuan optimal adalah 140/90 mmHg, karena dari hasil penelitian tidak ada
perbedaan angka kematian pada pasien dengan tensi 140/90 mmHg atau lebih rendah
lagi, patokan ini hanya dipergunakan tanpa adanya gangguan gula darah. Tujuan
pengobatan darah tinggi pada pasien gula darah untuk mencapai tensi 130/85 mmHg,
karena terdapat perbedaan harapan hidup antara tensi 154/87 mmHg dengan 144/82
mmHg pada pasien dengan gangguan gula darah (Diabetes Melitus).

Pengobatan
Pengobatan dapat dilakukan dengan perubahan gaya hidup seperti mengurangi makanan
berlemak (daging merah, minyak, jeroan), dan mengandung garam, meningkatkan
aktivitas melalui olahraga yang teratur , menghidari rokok, alkohol dan mengurangi
stress. Tetapi kondisi hipertensi harus tetap dalam pengawasan dokter sehingga
pemilihan olahraga dan makanan akan lebih tepat.

Anda mungkin juga menyukai