Anda di halaman 1dari 7

PROSES NIDASI

PEMBUAHAN, NIDASI DAN PLASENTASI


Untuk tiap kehamilan harus ada spermatozoon, ovum, pembuahan ovum (konsepsi), dan
nidasi hasil konsepsi. Tiap spermatozoon terdiri atas tiga bagian yaitu kaput, atau kepala
yang berbentuk lonjong agak gepeng dan mengandung bahan nukleus, ekor, dan bagian
yang silindrik menghubungkan kepala dengan ekor. Dengan getaran ekornya
spermatozoon dapat bergerak cepat.

Dalam pertumbuhan embrional spermatogonium berasal dari sel-sel primitif


tubulus-tubulus testis. Setelah janin dilahirkm, jumlah spermatogonium yang ada tidak
mengalami perubahan hingga masa

pubertas tiba. Pada masa pubertas sel spermatogonium tersebut di bawah pengaruh sel-sel
interstisial Leydig mulai aktif mengadakan mitosis, dan terjadilah spermatogenesis yang
amat kompleks itu.Tiap spermatogonium membelah dua dan menghasilkan spermatosit
pertama.

Spermatosit pertama ini membelah dua dan menjadi dua spermatosit kedua; spermatosit
kedua membelah dua lagi tetapi dengan hasil bahwa dua spermatid masing-masing
memiliki jumlah kromosom setengah dari jumlah yang khas untuk jenis itu. Dari
spermatid ini kemudian tumbuh spermatozoon.

Pertumbuhan embrional oogonium yang kelak menjadi ovum terjadi di genital ridge, dan
di dalam kandungan jumlah oogonium bertambah terus sampai pada kehamilan enam
bulan. Pada waktu dilahirkan, bayi mempunyai sekurang-kurangnya 750.000 oogonium.
jumlah ini berkurang akibat pertumbuhan dan degenerasi folikel-folikel. Pada umur 6 -
15 tahun ditemukan 439.000, pada 16 - 25 tahun hanya 34.000. Pada masa menopause
semua menghilang.

Sebelum janin dilahirkan, sebagian besar oogonium mengalami perubahan-perubahan


pada nukleusnya. Terjadi pula migrasi dari oogonium-oogonium ke arah korteks ovarii,
hingga pada waktu dilahirkan korteks ovarii terisi dengan primordial ovarian follicles.
Padanya dapat dilihat bahwa kromosomnya telah berpasangan, DNAnya berduplikasi,
yang berarti bahwa sel menjadi tetraploid. Pertumbuhan selanjutnya terhenti - oleh sebab
yang belum diketahul - sampal folikel itu terangsang dan berkembang lagi ke arah
kematangan. Sel yang terhenti dalam profase melosis dinamakan oosit pertama. Oleh
rangsangan FSH melosis (pembelahan ke arah pematangan) terjadi terus, benda kutub
(polar body) pertama disisihkan dengan hanya sedikit sitoplasma, sedangkan oosit kedua
ini berada di dalam sitoplasma yang cukup banyak.

Proses pembelahan ini terjadi sebelum ovulasi. Proses ini disebut pematangan pertama
ovum; pematangan kedua ovum terjadi pada waktu spermatozoon membuahi ovum.
Jutaan spermatozoon dikeluarkan di forniks vagina dan di sekitar porsio pada waktu
koitus.

Hanya beberapa ratus ribu spermatozoon dapat meneruskan ke kavum uteri dan tuba, dan
hanya beberapa ratus dapat sampai ke bagian ampulla tuba di mana spermatozoon dapat
memasuki ovum yang siap dibuahi. Hanya satu spermatozoon, yang mempunyai
kemampuan (capacitation) untuk membuahi. Pada spermatozoon itu ditemukan
peningkatan konsentrasi DNA dinukleusnya, dan kaputnya lebih mudah menembus oleh
karena diduga dapat melepaskan hialuronidase.

Ovum yang dilepas oleh ovarium disapu o1eh mikrofilamen-mikrofilamen fimbria


infundibulum ke arah ostium tuba abdominale, dan disalurkan terus ke arah medial.
Ovum sesudah dilepas oleh ovanium mempunyai diameter 100 (0,1 mm).

Ditengah-tengahnya dijumpal nukleus yang berada dalam metafase pada pembelahan


pernatangan kedua, terapung-apung dalam sitoplasma yang kekuning-kuningan yakni
vitellus. Vitellus ini mengandung banyak zat hidrat arang dan asam amino.

Ovum dilingkari oleh zona pellusida. DI luar zona pellusida im ditemukan sel-sel korona
radiata, dan di dalamnya terdapat ruang perivitellina, tempat benda-benda kutub.
Bahan-bahan darl sel-sel korona radiata dapat disalurkan ke ovum melalul
saluran-saluran halus di zona pellusida. Jumlah sel-sel korona radiata di dalam perjalanan
ovum di ampulla tuba makin berkurang, hingga ovum hanya dilingkari oleh zona
pellusida pada waktu berada dekat pada perbatasan ampulla dan ismus tuba, tempat
pembuahan umumnya terjadi. Hanya satu spermatozoon yang telah mengalami proses
kapasitasi, dapat melintasi zona pellusida masuk ke vitellus. Sesudah itu zona pellusida
segera mengalami perubahan dan mempunyai sifat tidak dapat dilintasi lagi oleh
spermatozoon lainSpermatozoon yang telah masuk ke vitellus kehilangan membran
nukleusnya; yang tinggal hanya pronukleusnya. Masuknya spermatozoon ke dalam
vitellus membangkitkan nukleus ovum yang masih dalam. metafase untuk
pembelahan-pembelahannya. Sesudah anafase kemudian, timbul telofase, dan benda
kutub (polar body) kedua menuju ke ruang perivitellina. Ovum sekarang hanya
mempunyai pronukleus yang haploid. Pronukleus spermatozoon telah mengandung juga
jumlah kromosom yang haploid.

Kedua pronuklei dekat mendekati dan bersatu membentuk zigot yang terdiri atas bahan
genetik dari wanita dan pria. Pada manusia terdapat 46 kromosom, ialah 44 kromosom
otosom dan 2 kromosom kelamin; pada seorang pria satu X dan satu Y. Sesudah
pembelahan kematangan maka ovum matang mempunyai 22 koromosom otosom serta I
kromosom X, dan suatu spermatozoon 22 kromosom otosom serta I kromosom X atau 22
kromosom otosom serta I kromosom Y. Zigot sebagai hasil pembuahan yang memiliki 44
kromosom otosom serta 2 kromosom X akan tumbuh sebagai seorang janin wanita,
sedang 44 kromosom otosom serta I kromosom X dan I kromosom Y akan tumbuh
sebagai seorang janin pria.
Dalam beberapa jam setelah pembuahan terjadi, mulailah pembelahan zigot. Hal ini dapat
berlangsung oleh karena sitoplasma ovum mengandung banyak zat asam amino dan
enzim. Segera setelah pembelahan im terjadi, maka pembelahan-pembelahan selanjutnya
berjalan dengan lancar, dan dalam 3 hari terbentuk suatu kelompok sel-sel yang sama
besarnya. Hasil konsepsi berada dalam stadium morula. Energi untuk pembelahan ini
diperoleh dari vitellus, hingga volume vitellus makin berkurang dan terisi seluruhnya
oleh morula. Dengan demikian, zona pellusida tetap utuh, atau dengan perkataan lain,
besarnya hasil konsepsi tetap sama. Dalarn ukuran yang sama ini hasil konsepsi
disalurkan terus ke pars ismika dan pars interstisialis tuba (bagian-bagian tuba yang
sempit) dan terus ke arah kavum uteri oleh arus serta getaran silia pada permukaan sel-sel
tuba dan kontraksi tuba. Dalam kavum uteri hasil konsepsi mencapai stadium blastula.

Pada stadium blastula ini sel-sel Yang lebih kecil yang membentuk dinding blastula, akan
menjadi trofoblas. Dengan demikian, blastula diselubungi oleh suatu simpai yang disebut
trofoblas. Trofoblas yang mempunyai kemampuan menghancurkan dan mencairkan
jaringan menemukan endometrium dalarn masa sekresi, dengan sel-sel desidua. Sel-sel
desidua ini besar-besar dan mengandung lebih banyak glikogen serta mudah dihancurkan
o1eh trofoblas. Blastula dengan bagian Yang mengandung inner-cell mass aktif mudah
masuk ke dalam lapisan desidua, dan luka pada desidua kernudian menutup kembali.
Kadang-kadang pada saat nidasi yakni masuknva ovurn ke dalarn endometrium-terjadi
perdarahan pada luka desidua (tanda Hartman).

Pada umumnya blastula masuk di endometnium dengan bagian di mana inner-cell mass
berlokasi. Dikemukakan bahwa hal inilah yang menyebabkan tali-pusat berpangkal
sentral atau para sentral. Bila sebaliknya dengan blastula bagian lain memasuki
endometnium, maka terdapatlah tali-pusat dengan insersio velamentosa.

Umumnya nidasi terjadi di dinding depan atau belakang uterus, dekat pada fundus uteri.
jika nidasi ini terjadi, barulah dapat disebut adanya kehamilan.

Lapisan desidua yang meliputi hasil konsepsi ke arah kavum uteri disebut desidua
kapsularis; yang terletak antara hasil konsepsi dan dinding uterus disebut desidua basalis;
disitu plasenta akan dibentuk. Desidua yang meliputi dinding uterus yang lain adalah
desidua parietalis. Hasil konsepsi sendiri diselubungi oleh jonjot-jonjot yang dinamakan
villi koriales dan berpangkal pada korion.

Bila nidasl telah terjadi, mulailah diferensiasi sel-sel blastula. Sel-sel yang lebih kecil,
yang dekat pada ruang eksoselom, membentuk entoderm dan yolk sac, sedangkan sel-sel
yang lebih besar menjadi ektoderm dan membentuk ruang amnion. Dengan ini di dalam
blastula terdapat suatu embryonal plate yang dibentuk antara dua ruangan, yakni ruang
amnion dan yolk sac.

Sel-sel fibrolas mesodermal tumbuh di sekitar embrio dan melapisi pula sebelah dalam
trofoblas. Dengan demikian, terbentuk chorionic membrane yang kelak menjadi korion.
Trofoblas yang amat hiperplastik itu tumbuh tidak sama tebalnya dan dalam 2 lapisan. Di
sebelah dalam dibenruk lapisan sitotrofoblas (terdiri atas sel-sel yang monokleus) dan di
sebelah luar lapisan sinsitiotrofoblast, terdiri atas nukleus-nukleus, tersebar tak rata dalam
sitoplasma.

Selain itu villi koriales yang berhubungan dengan desidua basalis tumbuh dan
bercabang-cabang dengan baik, di sini korion disebut korion frondosum. Yang
berhubungan dengan desidua kapsularis kurang mendapat makanan, karena hasil
konsepsi bertumbuh ke arah kavum uteri sehingga lambat-laun menghilang; korion yang
gundul ini disebut korion leave.

Dalam tingkat nidasi trofoblas antara lain menghasilkan hormon human cborionic
gonadotropin. Produksi human chorionic gonadotropin meningkat sampai kurang lebih
hari ke 60 kehamilan untuk kemudian turun lagi. Diduga bahwa fungsinya ialah
mempengaruhi korpus luteurn untuk tumbuh terus, dan menghasilkan terus progesteron,
sampai plasenta dapat membuat cukup progesteron sendiri. Hormon korionik
gonadotropin inilah yang khas untuk menentukan ada tidaknya kehamilan. Hormon
tersebut dapat ditemukan di dalarn air kencing wanita yang menjadi hamil.

Pertumbuhan embrio terjadi dari embryonal plate yang selanjutnya terdiri atas tiga unsur
lapisan, yakni sel-sel ektoderm, mesoderm, dan entoderm. Sementara itu ruang amnion
tumbuh dengan cepat dan mendesak eksoselom; akhirnya dinding ruang amnion
mendekati korion. Mesoblas antara ruang amnion dan embrio menjadi padat, dinamakan
body stalk, dan merupakan hubungan antara embrio dan dinding trofoblas. Body stalk,
menjadi tali pusat. Yolk-sac dan allantois pada manusia tidak tumbuh terus, dan
sisa-sisanya dapat ditemukan dalam tali-pusat.

Di tali-pusat sendiri yang berasal darl body stalk, terdapat pembuluh-pembuluh darah
sehingga ada yang menamakannya vascular stalk. Dari perkembangan ruang amnion
dapat dilihat bahwa bagian luar tali pusat berasal dari lapisan amnion. Didalamnya
terdapat jaringan lembek, selai Wharton, yang berfungsi melindungi arteria umbilikales
dan 1 vena umbilikalis yang berada di tali-pusat. Kedua arteri dari satu vena tersebut
menghubungkan satu sistern kardiovaskuler janin dengan plasenta

Adapun sistem kardiovaskuler janin dibentuk pada kira-kira minggu ke 10

Organogenesis diperkirakan selesai pada minggu ke 12, dan disusul oleh masa fetal dan
perinatal.

Ciri-cirl tersebut di atas perlu diketahul jika pada abortus ingin diketahui tuanya
kehamilan.

Seperti telah dijelaskan, trofoblas mempunyal sifat menghancurkan desidua termasuk


spiral arteri serta vena-vena di dalamnya. Akibatnya terbentuklah ruangan-ruangan yang
terisi oleh perdarahan dari pembuluh-pembuluh darah yang ikut dihancurkan.
Pertumbuhan ini berjalan terus, sehingga timbul ruangan-ruangan intervillair di mana
villi koriales seolah-olah terapung-apung di antara ruangan ruangan tersebut sampai
terbentuknya plasenta. Sebagian dari villi koriales tetap melekat pada desidua. Lagi pula,
desidua yang tidak dihancurkan oleh trofoblas membentuk septa plasenta, yang dapat
dilihat di bagian maternal plasenta.

Septa plasenta ini mernbagi plasenta dalam beberapa maternal cotyledon,umumnya


ditemukan 15 sampal 20 buah maternal cotyledon. Foetal cotyledon adalah suatu
kelompok besar villi koriales yang bercabang-cabang seperti pohon. Pada plasenta aterm
diperkirakan terdapat 200 foetal cotyledon. Dari tiap-tiap cabang Vili koriales terdapat
sistern vena serta arteria yang menuju ke vena umbilikalis dan arteria umbilikalis.
Sebagian besar cabang-cabang pohon itu tergenang di dalam ruangan intrviiler yang
berisii darah ibu yang mengandung banyak zat makanan dan zat asarn bagi janin.

Darah ibu dan darah janin dipisahkan oleh dinding pembuluh darah janin dan lapisan
korion. Plasenta yang dernikian dinamakan plasenta jenis hemokorial. Di sini jelas tidak
ada percampuran darah antara janin dan ibu. Ada juga sel-sel desidua yang tidak dapat
dihancurkan oleh trofoblas dan sel-sel ini akhirnya membentuk lapisan fibrinoid yang
disebut lapisan Nitabuch. Ketika melahirkan, plasenta terlepas dari endometrium pada
lapisan Nitabuch ini. Bila oleh sesuatu sebab umpama pada abortus dikuret terlalu dalarn,
maka jonjot-jonjot plasenta tumbuh di antara otot-otot miometrium (plasenta akreta) atau
dapat pula dijumpai plasenta perkreta yang dapat menimbulkan ruptura uteri spontan.

Anda mungkin juga menyukai