Pembimbing:
Disusun Oleh :
1161050180
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Bealakang
Terapi cairan yaitu bertujuan untuk menjaga dan memulihkan volume cairan
dalam tubuh agar tetap stabil. Pemberian cairan diperlukan karena terjadi
gangguan dalam keseimbangan cairan dan elektrolit. Cairan harus diberikan
dengan cara yang efisien dan aman untuk memaksimalkan kemampuan
mekanisme koreksi fisiologis normal dalam tubuh, terutama melalui system
sirkulasi, respirasi dan ginjal. Tujuannya adalah menjaga volume dan komposisi
cairan tubuh, baik ekstraseluler (CES) maupun cairan intraseluler (CIS) dalam
batas normal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Cairan Tubuh
Air merupakan pelarut bagi semua zat terlarut di dalam tubuh baik dalam
bentuk suspensi maupun larutan. Air atau yang dikenal dengan (HO) merupakan
komponen utama yang paling banyak terdapat di dalam tubuh manusia yang
membentuk sekitar 60% dari total berat badan. Air beserta unsur-unsur di
dalamnya yang diperlukan untuk kesehatan sel disebut cairan tubuh dan cairan ini
sebagian berada di dalam dan sebagian di luar sel.
Cairan ditambahkan ke dalam tubuh dari dua sumber utama: (1). Berasal dari
air atau cairan dalam makanan, yang normalnya menambah cairan tubuh sekitar
2100 ml/hari, dan (2). Berasal dari sintesis di tubuh sebagai hasil oksidasi
karbohidrat, yang menambah sekitar 2300 ml/hari. Akan tetapi asupan air sangat
bervarisi pada masing-masing orang dan bahkan pada orang yang sama pada hari
yang berbeda, bergantung pada cuaca, kebiasaan, dan tingkat aktivitas fisik.
Di dalam tubuh, sel-sel yang mempunyai konsentrasi air paling tinggi antara
lain adalah sel-sel otot dan organ-organ pada rongga badan, seperti paru-paru atau
jantung, sedangkan sel-sel yang mempunyai konsentrasi air paling rendah adalah
sel-sel jaringan seprti tulang atau gigi. Konsumsi cairan yang ideal untuk
memenuhi kebutuhan harian bagi tubuh manusia adalah mengkonsumsi 1 ml air
untuk setiap 1 kkal konsumsi energi tubuh atau dapat juga diketahui berdasarkan
estimasi total jumlah air yang keluar dari dalam tubuh. Secara proposional, wanita
mengandung lebih banyak lemak dan sedikit otot dibandingkan dengan laki-laki,
sehingga kandungan airnya lebih sedikit dibandingkan dengan berat badannya.
Karena memang pada dasarnya lemak itu bebas air.1,2
Insensible water loss yang terjadi melalui kulit tidak bergantung pada
keringat, dan bahkan tetap terjadi pada orang yang lahir tanpa kelenjar
keringat, jumlah rata-rata kehilangan air dengan cara difus melalui kulit kira-
kira 300-400 ml/hari. Kehilangan diminimalakn oleh lapisan korneum kulit
yang mengandung kolesterol, yang memberikan perlindungan terhadap
kehilangan yang berlebihan melalui difus. Bila lapisan korneum ini hilang,
seperti yang terjadi pada luka bakar yang luas, kecepatan evaporasi dapat
meningkat sampai 10 kali lipat, mencapai 3-4 liter/hari. Oleh sebab itu, korban
luka bakar harus diberi cairan dalam jumlah yang besar, biasanya secara
intravena, untuk mengimbangi kehilangan cairan.1
Aktivitas Berat
Normal
yang Lama
Asupan
Saat lahir air tubuh total (ATT) = 75% dari berat badan (BB).
minggu pertama kehidupan, ATT berkurang sampai 65% karena diurasis
wajib. Pada usia satu tahun, ATT berkurang sampai 60% dari berat badan.
Distribusi ATT berubah pada masa remaja karena ada peningkatan lemak,
pada anak perempuan (ATT = 55%), dibandingkan dengan anak laki-laki
yang lebih berotot, (ATT = 60%).1,3,4
Sampai 10 kg 100ml/kgBB
Air melintasi membran sel dengan mudah, tetapi zat-zat lain sulit atau
diperlukan proses khusus supaya dapat melintasinya, karena itu komposisi
elektrolit di dalam dan di luar sel berbeda. Cairan intraselular banyak
mengandung ion K, ion Mg dan ion fosfat, sedangkan ekstraselular banyak
mengandung ion Na dan ion Cl.
1. Osmosis
2. Difusi
3. Pompa Na - K
Brain 85
Kidney 83
Skin 72
Liver 68
Dehidrasi adalah kurangnya
cairan tubuh dari jumlah normal akibat
Bones 22
kehilangan, asupan yang tidak memadai
atau kombinasi. Kehilangan cairan dan
Lipid 10
natrium besarnya relatif sama dalam
kompartemen intravascular maupun kompartemen ekstravaskular. Jenis dehidrasi
terdiri dari dehidrasi hipotonik, dehidrasi isotonik, dehidrasi hipertoni serta
dengan berbagai gejala klinis yang dipaparkan yaitu; 3,5
Pada anak yang diare yang banyak Biasa terjadi setelah intake cairan
minum air atau cairan hipotonik atau hipertonik ( natrium, laktosa ) selama diare
diberi infus glukosa 5%
Rasa Haus - + +
Menurun
Berat Badan Menurun Menurun
Sekali
Irriitable, kejang-
Gejala SSP Apatis Koma kejang,
hiperefleksi
Terapi Rumatan
Cairan dan elektrolit rumatan dapat diberikan secara peroral atau parental.
Meskipun kebutuhan air, natrium dan kalium dapat dengan mudah dipenuhi
dengan regimen ini, persediaan kalori tidak cukup untuk memertahankan balans
nitrogen positif. Larutan Dekstrose 5% dapat memberikan cukup kalori untuk
membantu menghindari katabolisme protein, tetapi pada penderita-penderita
dengan sedikit simpanan glikogen dan lemak, atau pada penderita-pendertia yang
mendapat terapi parental selama lebih dari beberapa hari, nutrisi tambahan perlu
diberikan dengan Dekstrose 5% atau lebih tinggi, dengan atau tanpa asam amino.
Terapi Defisit
1. Terapi Inisial
Pada fase inisial, 20-30 ml/kgBB larutan isotonic harus diberikan secara
bolus dan diulang 2-3 kali sampai penderita secara hemodinamik stabil. Terapi
inisial ini digunakan untuk dehidrasi hipernatremi, hiponatremi, dan isonatremi.
Pada kasus-kasus hipernatremi, mungkin diberikan natrium berlebihan, tetapi
pengaruhnya pada kadar natrium biasanya minimal.
2. Koreksi Defisit
- Dehidrasi Hiponatremik
- Dehidrasi Hipernatremik
Cairan Resusitasi
Terapi resusitasi ditunjukan untuk menggantikan kehilangan akut cairan
tubuh yang sering sekali menyebabkan syok dan paling mudah terjadi pada
anak. Dapat dilakukan dengan penginfusan NS atau RA/RL 20 ml/kg selama
30-60 menit. Dan jika pada syok hemoragik bias diberikan 2-3L dalam 10
menit.
Apabila pada luka bakar, untuk 24 jam pertama 2-4 ml RL/RA per
KgBB tiap % luka bakar. Setengah dosis diberikan 8 jam pertama, dan
setengah dosis berikutnya 16 jam kemudian. Jika respon membaik, laju infus
diturunkan secara bertahap.
Kristaloid
Cairan kristaloid yang paling banyak digunakan adalah normal saline dan
ringer laktat. Cairan kristaloid memiliki komposisi yang mirip cairan
ekstraselular. Karena perbedaan sifat antara kristaloid dan koloid, dimana
kristaloid akan lebih banyak menyebar ke ruang interstitial dibandingkan dengan
koloid maka kristaloid sebaiknya dipilih untuk resusitasi defisit cairan di ruang
intersisial.
Kalsium
Glucose Sodium Chloride Potassium Lactate
Solution (mEq/L (mOsmol/L)
(mg/dL) (mEq/L) (mEq/L) (mEq/L) (mEq/L)
)
5% Dextrose
5000 - - - - - 253
in water
D5 12 NS 5000 77 77 - - - 406
Ringer
- 130 109 4.0 3.0 28 273
Laktat
Koloid
Cairan koloid disebut juga sebagai cairan pengganti plasma atau biasa disebut
plasma expander. Di dalam cairan koloid terdapat zat/bahan yang mempunyai
berat molekul tinggi dengan aktivitas osmotik yang menyebabkan cairan ini
cenderung bertahan agak lama dalam ruang intravaskuler.
Koloid dapat mengembalikan volume plasma secara lebih efektif dan efisien
daripada kristaloid, karena larutan koloid mengekspansikan volume vaskuler
dengan lebih sedikit cairan dari pada larutan kristaloid. Sedangkan larutan
kristaloid akan keluar dari pembuluh darah dan hanya 1/4 bagian tetap tinggal
dalam plasma pada akhir infus. Koloid adalah cairan yang mengandung partikel
onkotik dan karenanya menghasilkan tekanan onkotik. Bila diberikan intravena,
sebagian besar akan menetap dalam ruang intravaskular. 2,6
1. Dekstran
Dekstran untuk pemakaian klinis tersedia dalam dekstran 70 (BM 70.000) dan
dekstran 40 (BM 40.000) dicampur dengan garam faal, dekstrosa atau Ringer
laktat. Dekstran 70% digunakan pada syok hipovolemik dan untuk profilaksis
tromboembolisme dan mempunyai waktu paruh intravaskular sekitar 6 jam.
Pemakaian dekstran untuk mengganti volume darah atau plasma hendaknya
dibatasi sampai 1 liter (1,5 gr/kgBB) karena risiko terjadi perdarahan abnormal.
Batas dosis dekstran yaitu 20 ml/kgBB/hari.
2. Gelatin
Cairan Rumatan
3. KA-EN 4A Paed
4. KA-EN 4B Paed
Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga meminimalkan risiko
hypokalemia. Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik.
Direkomendasikan untuk usia < 3 tahun atau berat badan < 15 kg. 6
Dekstros
C Lacta e Kalori
Na K Cl
Osmolarita a t kcal/L
Cairan
s mOsm/L g/L
Elektrolit (mEq/L)
KAE 1
290 60 50 - 20 27.0 108
N 3A 0
KAE 2
290 50 50 - 20 27.0 108
N 3B 0
KAE
N 4A 248 30 - 20 - 10 40 160
Paed
KAE
N 4B 284 30 8 28 - 10 37,5 150
Paed
BAB III
KESIMPULAN
Cairan tubuh merupakan saran untuk transpor zat makanan maupun sisa-
sisa metabolisme, membawa nutrien (komponen makanan) mulai dari proses
absorbsi, mendistribusikan, sampai ke tingkat intraselular tempat nutrien
mengalami proses metabolisme. Hasil metabolisme akan didistribusikan ke
seluruh tubuh dan ekskresinya akan dikeluarkan dari tubuh.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1. Guyton, A. Kompartemen Cairan Tubuh: Cairan Ekstraseluler dan
Intraseluler. Dalam: Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 11. Jakarta:
EGC; 1997; Hal 307-10.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3460795/pdf/i1551-6776-
14-4-204.pdf