Anda di halaman 1dari 26

REFERAT

TERAPI CAIRAN PADA ANAK

Pembimbing:

dr.Albert Daniel, Sp.A

Disusun Oleh :

Apen Hoddor Silaban, S.Ked

1161050180

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

PERIODE 27 FEBRUARI 2017 6 MEI 2017

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

JAKARTA

2017

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Bealakang

Air merupakan pelarut(solven) terpenting dalam komposisi cairan makhluk


hidup. Metabolisme air tubuh total (ATT) dipertahankan oleh berbagai mekanisme
yang mengontrol masukan dan keluaran air, tetapi terutama diseimbangkan
melalui sekresi air oleh ginjal.

Terapi cairan yaitu bertujuan untuk menjaga dan memulihkan volume cairan
dalam tubuh agar tetap stabil. Pemberian cairan diperlukan karena terjadi
gangguan dalam keseimbangan cairan dan elektrolit. Cairan harus diberikan
dengan cara yang efisien dan aman untuk memaksimalkan kemampuan
mekanisme koreksi fisiologis normal dalam tubuh, terutama melalui system
sirkulasi, respirasi dan ginjal. Tujuannya adalah menjaga volume dan komposisi
cairan tubuh, baik ekstraseluler (CES) maupun cairan intraseluler (CIS) dalam
batas normal.

Gangguan yang terjadi akibat terganggunya keseimbangan cairan dan


elektrolit merupakan suatu keadaan kegawatdaruratan yang jika tidak ditangani
dapat menyebabkan kematian. Yang mana hal tersebut dapat terlihat misalnya
pada keadaan diare, peritonitis, ileus obstruktif, terbakar, perdarahan akibat bedah
atau pada trauma terbuka yang menyebabkan pendarahan yang banyak. 1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Cairan Tubuh

Air merupakan pelarut bagi semua zat terlarut di dalam tubuh baik dalam
bentuk suspensi maupun larutan. Air atau yang dikenal dengan (HO) merupakan
komponen utama yang paling banyak terdapat di dalam tubuh manusia yang
membentuk sekitar 60% dari total berat badan. Air beserta unsur-unsur di
dalamnya yang diperlukan untuk kesehatan sel disebut cairan tubuh dan cairan ini
sebagian berada di dalam dan sebagian di luar sel.
Cairan ditambahkan ke dalam tubuh dari dua sumber utama: (1). Berasal dari
air atau cairan dalam makanan, yang normalnya menambah cairan tubuh sekitar
2100 ml/hari, dan (2). Berasal dari sintesis di tubuh sebagai hasil oksidasi
karbohidrat, yang menambah sekitar 2300 ml/hari. Akan tetapi asupan air sangat
bervarisi pada masing-masing orang dan bahkan pada orang yang sama pada hari
yang berbeda, bergantung pada cuaca, kebiasaan, dan tingkat aktivitas fisik.
Di dalam tubuh, sel-sel yang mempunyai konsentrasi air paling tinggi antara
lain adalah sel-sel otot dan organ-organ pada rongga badan, seperti paru-paru atau
jantung, sedangkan sel-sel yang mempunyai konsentrasi air paling rendah adalah
sel-sel jaringan seprti tulang atau gigi. Konsumsi cairan yang ideal untuk
memenuhi kebutuhan harian bagi tubuh manusia adalah mengkonsumsi 1 ml air
untuk setiap 1 kkal konsumsi energi tubuh atau dapat juga diketahui berdasarkan
estimasi total jumlah air yang keluar dari dalam tubuh. Secara proposional, wanita
mengandung lebih banyak lemak dan sedikit otot dibandingkan dengan laki-laki,
sehingga kandungan airnya lebih sedikit dibandingkan dengan berat badannya.
Karena memang pada dasarnya lemak itu bebas air.1,2

B. Kehilangan Cairan Tubuh Harian

Beberapa pengeluaran cairan tidak dapat diatur secara tepat. Contohnya,


adalah kehilangan air yang berlangsung terus-menerus melalui evavorasi dari
traktus respiratorius dan difus melalui kulit, yang keduanya mengeluarkan air
sekitar 700ml/hari pada keadaan normal. Hal ini yang disebut insensible water
loss karena kita tidak menyadarinya, walaupun terjadi terus menerus pada
semua makhluk hidup.

Insensible water loss yang terjadi melalui kulit tidak bergantung pada
keringat, dan bahkan tetap terjadi pada orang yang lahir tanpa kelenjar
keringat, jumlah rata-rata kehilangan air dengan cara difus melalui kulit kira-
kira 300-400 ml/hari. Kehilangan diminimalakn oleh lapisan korneum kulit
yang mengandung kolesterol, yang memberikan perlindungan terhadap
kehilangan yang berlebihan melalui difus. Bila lapisan korneum ini hilang,
seperti yang terjadi pada luka bakar yang luas, kecepatan evaporasi dapat
meningkat sampai 10 kali lipat, mencapai 3-4 liter/hari. Oleh sebab itu, korban
luka bakar harus diberi cairan dalam jumlah yang besar, biasanya secara
intravena, untuk mengimbangi kehilangan cairan.1

Asupan dan Pengeluaran Cairan Harian (dalam ml/hari)

Aktivitas Berat
Normal
yang Lama

Asupan

Cairan yang diminum 2100 ?

Dari metabolism 200 200

Total asupan 2300 ?


Pengeluaran

Insensible kulit 350 350

Insensible paru-paru 350 650

Keringat 100 5000

Tinja 100 100

Urin 1400 500

Total Pengeluaran 2300 6600

C. Kompartemen Cairan Tubuh

Semua cairan tubuh didistribusikan terutama diantara dua


kompartemen: cairan ekstrasel dan cairan intrasel. Cairan ekstrasel dibagi
menjadi cairan intersisial dan plasma darah.

Ada juga kompartemen cairan lainnya yang kecil yang disebut


sebagai cairan transelular. Kompartemen ini meliputi cairan dalam ronga
synovia, peritoneum, pericardium, dan intraocular, serta cairan
serebrospinal; cairan-cairan tersebut biasanya dianggap sebagai jenis
cairan ekstrasel khusus. Cairan transelular seluruhnya berjumlah sekitar 1
sampai 2 liter. Rata-rata orang dengan berat 70kg, memiliki total cairan
tubuh sekitar 60% berat badan, atau sekitar 42 liter. Presentase ini dapat
berubah, bergantung pada umur, jenis kelamin, dan derajat obesitas.
Seiring pertumbuhan seseorang, presentase total cairan tubuh terhadap
berat badan berangsur-angsur turun. Hal tersebut adalah sebagian akibat
dari penuaan yang biasanya berhubungan dengan peningkatan presentase
lemak tubuh, sehingga mengurangi presentase cairan dalam tubuh.
Gambar. Kompartemen cairan tubuh untuk
orang dengan berat badan rata-rata 75
kilogram

Saat lahir air tubuh total (ATT) = 75% dari berat badan (BB).
minggu pertama kehidupan, ATT berkurang sampai 65% karena diurasis
wajib. Pada usia satu tahun, ATT berkurang sampai 60% dari berat badan.
Distribusi ATT berubah pada masa remaja karena ada peningkatan lemak,
pada anak perempuan (ATT = 55%), dibandingkan dengan anak laki-laki
yang lebih berotot, (ATT = 60%).1,3,4

D. Kompartemen Cairan Intrasel


Sekitar 28 dari 42 liter cairan tubuh ada di dalam 75 triliun sel dan
secara keseluruhan disebut cairan intrasel. Jadi, cairan intrasel merupakan
40% dari berat badan total pada rata-rata orang.
Cairan masing-masing sel mengandung campurannya tersendiri
dengan berbagai zat, namun konsentrasi zat-zat ini mirip antara satu sel
dengan sel lainnya.
Komposisi dari CIS bervariasi menurut fungsi suatu sel. Namun
terdapat perbedaan umum antara CIS dan cairan interstitial. CIS
mempunyai kadar Na, Cl dan HCO3 yang lebih rendah dibanding CES dan
mengandung lebh banyak ion K dan fosfat serta protein yang merupakan
komponen utama intra seluler.1

E. Kompartemen Cairan Ekstrasel


Semua cairan di luar sel secara keseluruhan disebut cairan
ekstrasel. Cairan ini merupakan 20% dari berat badan 70kg. Dua
kompartemen terbesar dari cairan ekstrasel adalah cairan intersisial, yang
berjumlah lebih dari bagian cairan ekstrasel, dan plasma yang
berjumlah yang berjumlah hampir cairan ekstrasel, atau sekitar 3 liter.
Plasma adalah bagian darah yang tidak mengandung sel; plasma
terus-menerus menukar zat dengan cairan interstisial melalui pori-pori
membrane kapiler. Pori-pori ini bersifat sangat permeable untuk hampir
semua zat terlarut dalam cairan ekstrasel, kecuali protein. Oleh karena itu,
cairan ekstrasel secara konstan terus tercampur, sehingga plasma dan
cairan intersisial mempunyai komposisi yang hampir sama kecuali untuk
protein yang konsentrasinya lebih tinggi di dalam plasma. 1
Cairan transeluler merupakan cairan yang disekresikan dalam
tubuh terpisah dari plasma oleh lapisan epithelial serta peranannya tidak
terlalu berarti dalam keseimbangan cairan tubuh, akan tetapi pada
beberapa keadaan dimana terjadi pengeluaran jumlah cairan transeluler
secara berlebihan maka akan tetap mempengaruhi keseimbangan cairan
dan elektrolit tubuh. Cairan yang termasuk cairan transeluler yaitu : Cairan
serebrospinal, cairan dalam kelenjar limfe, cairan intra okular, cairan
gastrointestinal dan empedu, cairan pleura, peritoneal, dan perikardial.

Gambar. Kation dan Anion utama


F. Kebutuhan Air dan Elektrolit

Rumatan Cairan menurut rumus Hollyday-Segar

Berat Badan Kebutuhan cairan

Sampai 10 kg 100ml/kgBB

11-20 kg 1000ml + 50 ml/kgBB (untuk tiap kg diatas 10 kg)

>20 kg 1500 ml + 20 ml/kgBB (unutk tiap diatas 20kg)

Kebutuhan kalium yaitu 2,5 mEq/kgBB/hari

Kebutuhan natrium 2-4 mEq/kgBB/hari

Banyak factor yang dapat mempengaruhi kebutuhan cairan harian


seseorang. Yaitu adanya suatu peningkatan terhadap kebutuhan cairan
harian maupun penuru terhadap kebutuhan cairan harian.1,3

Kondisi peningkatan kebutuhan cairan Kondisi penurunan kebutuhan cairan


harian harian
G.
Demam (setiap kenaikan 1C Hipotermi (kebutuhan menurun 12% G.
kebutuhan meningkat 12%, jika suhu setiap 1C, jika suhu <37C G.
>37,5C) G.

Hiperventilasi Kelembaban lingkungan yang tinggi G.


G.
Suhu lingkungan yang tinggi Oliguria atau anuria
G.
Aktvitas berat/berlebih Hampir tidak ada aktivitas
G.
Diare atau poliuria Retensi cairan (gagal jantung) G.
Pengaturan Pertukaran Cairan antara Cairan Ekstrasel dan Intrasel

Air melintasi membran sel dengan mudah, tetapi zat-zat lain sulit atau
diperlukan proses khusus supaya dapat melintasinya, karena itu komposisi
elektrolit di dalam dan di luar sel berbeda. Cairan intraselular banyak
mengandung ion K, ion Mg dan ion fosfat, sedangkan ekstraselular banyak
mengandung ion Na dan ion Cl.

Proses pergerakan cairan tubuh antar kompartemen dapat berlangsung secara :

1. Osmosis

Molekul yang menyebrangi membran permeable selektif dari tempat yang


konsentrasi rendah ke tempat yang konsentrasi airnya lebih tinggi. Membran
semipermeabel ialah membran yang dapat dilalui air (pelarut), namun tidak dapat
dilalui zat terlarut misalnya protein. Tekanan osmotik plasma darah ialah 285 5
mOsm/L. Larutan dengan tekanan osmotik kira-kira sama disebut isotonik (NaCl
0,9%, Dekstrosa 5%, Ringer-laktat).

2. Difusi

Difusi ialah proses bergeraknya molekul lewat pori-pori. Larutan akan


bergerak dari konsentrasi tinggi ke arah larutan berkonsentrasi rendah. Tekanan
hidrostatik pembuluh darah juga mendorong air masuk berdifusi melewati pori-
pori tersebut. Jadi difusi tergantung kepada perbedaan konsentrasi dan tekanan
hidrostatik.

3. Pompa Na - K

Pompa natrium kalium merupakan suatu proses transport yang memompa


ion natrium keluar melalui membran sel dan pada saat bersamaan memompa ion
kalium dari luar ke dalam. Tujuan dari pompa natrium kalium adalah untuk
mencegah keadaan hiperosmolar di dalam sel. Besar tekanan yang dibutuhkan
untuk mencegah osmosis disebut tekanan osmotic. Karenanya, tekanan osmotic
adalah pengukuran tak langsung air dan konsentrasi zat terlarut pada larutan.
Semakin tinggi tekanan osmotic suatu larutan, semakin rendah konsentrasi air dan
konsentrasi zat terlarut semakin tinggi.
Dengan kata lain, makin banyak partikel yang larut maka makin tinggi
tekanan osmotik yang ditimbulkannya. Jadi, tekanan osmotik ditentukan oleh
banyaknya partikel yang larut bukan tergantung pada besar molekul yang terlarut.
Perbedaan komposisi ion antara cairan intraseluler dan ekstraseluler
dipertahankan oleh dinding yang bersifat semipermeabel. 1,3

Kandungan air dalam tiap organ

Organs Water Prensentasion (%)

Brain 85

Kidney 83

Skin 72

Liver 68
Dehidrasi adalah kurangnya
cairan tubuh dari jumlah normal akibat
Bones 22
kehilangan, asupan yang tidak memadai
atau kombinasi. Kehilangan cairan dan
Lipid 10
natrium besarnya relatif sama dalam
kompartemen intravascular maupun kompartemen ekstravaskular. Jenis dehidrasi
terdiri dari dehidrasi hipotonik, dehidrasi isotonik, dehidrasi hipertoni serta
dengan berbagai gejala klinis yang dipaparkan yaitu; 3,5

Dehidrasi Hipotonik Dehidrasi Hipertonik

Pada anak yang diare yang banyak Biasa terjadi setelah intake cairan
minum air atau cairan hipotonik atau hipertonik ( natrium, laktosa ) selama diare
diberi infus glukosa 5%

Kehilangan Na >> kehilangan air Kehilangan air >> kehilangan Na


Kadar natrium rendah ( <130 mEq/L) Konsentrasi natrium > 150 mmol/ L

Letargi, kadang- kadang kejang


Haus, irritable

Bila natrium serum mencapai 165 mmol/L


dapat terjadi kejang

Gejala Hipotonik Isotonik Hipertonik

Rasa Haus - + +

Menurun
Berat Badan Menurun Menurun
Sekali

Turgor Kulit Menurun sekali Menurun Tidak Jelas

Kulit/Selaput Lendir Basah Kering Kering Sekali

Irriitable, kejang-
Gejala SSP Apatis Koma kejang,
hiperefleksi

Sirkulasi Jelek Sekali Jelek Relatif masih baik

Nadi Sangat Lemah Cepat & Lemah Cepat & Keras

Tekanan Darah Sangat Rendah Rendah Rendah


H. Terapi Cairan

Terapi Rumatan

Kebutuhan cairan dan elektrolit berhubungan langsung dengan laju


metabolisme. Meskipun berbagai system telah digunakan untuk memperkirakan
kebutuhan cairan dan elektrolit rumatan, skema Holliday-Segar yang dapat
digunakan untuk berbagai variasi berat-badan atau dewasa. Hal ini
menguntungkan bila dibandingkan dengan pendekatan lain, serta memfokuskan
perhatian pada kebutuhan cairan dan elektrolitnya. Hal ini sangat penting pada
penderita dengan katabolisme tinggi atau anak yang memerlukan manejemen
parentral jangka panjang.
Karena kehilangan dari tinja biasanya tak berarti, kebutuhan cairan 100
mL/100 kalori terutama berasal dari kehilangan cairan ginjal dan insensible.
Sekitar 1/3 bagian kebutuhan adalah untuk kehilangan cairan insensible,
sedangkan 2/3 bagian yang lain adalah untuk kehilangan cairan dari ginjal.
Kehilangan cairan insensible terjadi melalui kulit dan paru-paru. Dari kulit sekitar
2/3 bagian, sedangkan dari paru-paru sekitar 1/3 bagian dari seluruh kehilangan
cairan insensible. Kondisi yang dapat menurunkan atau meningkatkan kebutuhan
cairan insensible untuk memodulasi pembuangan panas tubuh.

Kehilangan cairan insensible meningkat pada peningkatan aktivitas


(30%), pada demam (yaitu peningkatan 12% untuk setiap peningkatan 1C suhu
tubuh) dan pada penurunan penguapan lingkungan. Sebaliknya, kehilangan cairan
insensible turun pada penurunan aktivitas, seperti pada keadaan koma dan
hipotermi, 12% tiap 1C penurunan suhu tubuh. Kehilangan cairan insensible
paru-paru meningkat dengan hipereventilasi, seperti pada asma atau ketoasidosis
diabetes, dan turun pada atmosfir pada kelembaban yang tinggi atau system
ventilasi yan lembab.

Kebutuhan natrium dan kalium mungkin dimodifikasi pada kasus-kasus


tertentu. Kebutuhan natrium mungkin lebih tinggi pada penderita dengan
peningkatan kehilangan melalui kulit akibat kistik fibrosis; melalui urin pada
nefritis, uropati obstruktif, pielonefritis kronis; penderita melalui saluran cerna,
seperti fistula, penyakit inflamasi usus. Kebutuhan natrium berkurang pada
keadaan udem akibat penyakit hati, jantung atau ginjal karena udem menunjukan
kelebihan natrium tubuh.

Kebutuhan kalium mungkin juga lebih tinggi pada penderita dengan


kehilangan cairan gastrointestinal atau genitourinarius abnormal yang terus
berlangsung. Keadaan kehilangan kalium biasanya paralel dengan natrium.2

Cairan dan elektrolit rumatan dapat diberikan secara peroral atau parental.
Meskipun kebutuhan air, natrium dan kalium dapat dengan mudah dipenuhi
dengan regimen ini, persediaan kalori tidak cukup untuk memertahankan balans
nitrogen positif. Larutan Dekstrose 5% dapat memberikan cukup kalori untuk
membantu menghindari katabolisme protein, tetapi pada penderita-penderita
dengan sedikit simpanan glikogen dan lemak, atau pada penderita-pendertia yang
mendapat terapi parental selama lebih dari beberapa hari, nutrisi tambahan perlu
diberikan dengan Dekstrose 5% atau lebih tinggi, dengan atau tanpa asam amino.

Terapi Defisit

Kehilangan cairan tubuh patologis atau kehilangan cairan tubuh fisiologis,


termasuk usaha koreksi untuk menyesuaikan volume dan komposisi kehilangan
melauli jalur normal. Beratnya deficit menggabarkan berat dan kecepata
perubahan, tetapi jenis deficit menggambarkan kehilangan relative cairan dan
elektrolit terutama natrium.

Beratnya deficit cairan digambarkan oleh presentase penurunan berat


badan penurunan berat badan lebih menggambarkan kehilangan cairan dan
elektrolit, daripada massa tubuh tanpa lemak. Pada anak yang lebih besar atau
dewasa, presentase cairan tubuh total terhadap berat badan lebih kecil, maka
dehidrasi ringan, sedang dan berat masing-masing menggambarkan 5%, 7%, dan
10%.

Jenis dehidrasi menggabarkan kehilangan relative cairan dan elektrolit dan


berdasarkan pada kadar natrium serum atau osmolaritas plasma. Jenis dehidrasi ini
sering terjadi bergantian, karena osmolalitas ekstraselular terutama oleh
konsentrasi natrium, kation ekstraselular terbanyak yang berhubungan erat dengan
natrium.

Dehidrasi hipotonik atau hiponatremik terjadi bila kadar natrium serum


lebih serum <130 mEq/L, dehidrasi isotonic atau isonatremik terjadi bila kadar
natrium serum 130-150 mEq/L, dehidrasi hipertonik atau hipernatremik bila kadar
natrium serum >150 mEq/L.2

Pada dehidrasi hipotonik, CES relative hipotonik terhadapa cairan CIS,


sehingga air bergerak dari kompartemen ekstraselular ke intraselualar. Kehilangan
volume akibat kehilangan eksternal dalam bentuk dehidrasi ini akan diperberat
dengan perpindahan cairan ekstraseluler ke kompartemen intraseluler. Pada
penderita hipertonik terjadi sebaliknya, air berpindah dari intraselualr ke
ekstraselular untuk mengembalikan osmolalitas antar kompartemen.

I. Prinsip-prinsip Terapi Cairan

1. Terapi Inisial

Tujuannya terapi ini adalah untuk mengembalikan volume CES, terutama


volume plasma, untuk mencegah atau mengobati syok. Harus digunakan larutan
elektrloit isotonic yang menyerupai komposisi plasma. Salin isotonic (mis NaCl
0,9% keduanya 154 mEq/L) mengandung glukosa (5 g/dL) sangat bermanfaat,
terutama pada pendertia dehidrasi dengan alkalosis metabolic. Kontraindikasi
pada penderita asidosis metabolic berat.2

Pada fase inisial, 20-30 ml/kgBB larutan isotonic harus diberikan secara
bolus dan diulang 2-3 kali sampai penderita secara hemodinamik stabil. Terapi
inisial ini digunakan untuk dehidrasi hipernatremi, hiponatremi, dan isonatremi.
Pada kasus-kasus hipernatremi, mungkin diberikan natrium berlebihan, tetapi
pengaruhnya pada kadar natrium biasanya minimal.

2. Koreksi Defisit

- Dehidrasi Hiponatremik

Keahilangan natrium yang relative lebih besar daripada air mengakibatkan


dehidrasi hiponatremik. Kelebihan kehilangan natrium dapat dihitung dari rumus:

Deficit Natrium (mEq) = (135 Na serum terukur) x 0,6 x BB (kg)

Konsentrasi natrium serum tidak perlu mendadak ditingkatkan dengan


pemberian larutan salin hipertonis, kecuali tmbul kejang. Timbulnya kejang
berhubungan erat denga kecepatan perubahan natrium serum maupun kadar
absolutnya, dan sangat jarang kecuali bila kadar Na turun < 120 mEq/L.
hiponatremi simtomatik biasanya diobati dengan pemebrian NaCl 3% IV dengan
kecepatan 1 mL/menit sampai maksimum 12 mL/kgBB.

- Dehidrasi Hipernatremik

Karena deficit Na dehidrasi hipernatremi relative kecil, sedangkan volume


CES relative dipertahankan, maka jumlah air dan natrium yang harus dimasukkan
pada fase terapi ini lebih rendah daripada dehidrasi hiponatremi atau isonatremi.
Regimen yang sesuai adalah larutan dekstrose 5% mengandung 25 mEq/L
Na sebagai kombinasi bikarbonat dan klorida. Ada yang menyarankan
penggunaan cairan dengan konsentrasi Na yang lebih tinggi. Meskipun cairan ini
mengakibatkan kelebihan pemebrian Na pada penderita ini, cairan ini dapat
meringankan, terhadapa penurunan cepat Na serum.2

Bila terjadi kejang, baisanya dapat dikontrol dengan anti kejang,


pemberian 3-5 mL/kg larutan NaCl 3% IV, atau usaha-usaha untuk menurunkan
TIK yang tinggi, seperti manitol.

Cairan rumatan diberikan untuk mengkompensasi kerugian yang


berkelanjutan. Cairan rumatan sering diberikan melalui jalur intravena, tetapi juga
dapat diberikan secara oral jika pasien mampu mentoleransi terapi oral. Teknik
yang paling umum digunakan untuk perhitungannya cairan rumatan untuk anak-
anak adalah metode Holliday-Segar.

Prinsip pemilihan cairan dimaksudkan untuk :


Mengganti kehilangan air dan elektrolit yang normal melaui urine, IWL,
dan feses
Membuat agar hemodinamik agar tetap dalam keadaan stabil. 5

Cairan Resusitasi
Terapi resusitasi ditunjukan untuk menggantikan kehilangan akut cairan
tubuh yang sering sekali menyebabkan syok dan paling mudah terjadi pada
anak. Dapat dilakukan dengan penginfusan NS atau RA/RL 20 ml/kg selama
30-60 menit. Dan jika pada syok hemoragik bias diberikan 2-3L dalam 10
menit.

Jika terjadi syok, segera berikan Oksigen dan berikan cairan IV


isotonic RA/RL atau NS. Dosis bias mencapai 20ml/kg. dan jika respon tidak
membaik dosis dapat diulang.

Apabila pada luka bakar, untuk 24 jam pertama 2-4 ml RL/RA per
KgBB tiap % luka bakar. Setengah dosis diberikan 8 jam pertama, dan
setengah dosis berikutnya 16 jam kemudian. Jika respon membaik, laju infus
diturunkan secara bertahap.

Kristaloid

Cairan kristaloid yang paling banyak digunakan adalah normal saline dan
ringer laktat. Cairan kristaloid memiliki komposisi yang mirip cairan
ekstraselular. Karena perbedaan sifat antara kristaloid dan koloid, dimana
kristaloid akan lebih banyak menyebar ke ruang interstitial dibandingkan dengan
koloid maka kristaloid sebaiknya dipilih untuk resusitasi defisit cairan di ruang
intersisial.

Penggunaan cairan normal salin dalam jumlah yang besar dapat


menyebabkan timbulnya asidosis hiperkloremik, sedangkan penggunaan cairan
ringer laktat dengan jumlah besar dapat menyebabkan alkalosis metabolik yang
disebabkan adanya peningkatan produksi bikarbonat akibat metabolisme laktat.

Asering: diindikasikan untuk dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada


kondisi: gastroenteritis akut, demam berdarah dengue (DHF), luka bakar, syok
hemoragik, dehidrasi berat, trauma. Dengan komposisi, setiap liter asering
mengandung, Na 130 meq, K 4 mEq, Cl 109 mEq, Ca 3 mEq dan Asetat (garam)
28 mEq. Dengan keunggulan yaitu:
1. Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang
mengalami gangguan hati
2. Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis laktat lebih
baik dibanding RL pada neonatus
3. Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh sentral pada
anestesi dengan isofluran
4. Mempunyai efek vasodilator

Contoh cairan kristaloid adalah Otsu-NS dan Otsu-RL. Otsu NS


diindikasikan untuk pasien dengan kehilangan Cl >>, misalnya muntah-muntah,
sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium ; asidosis diabetikum,
insufisiensi adrenokortikal, luka bakar. Sedangkan Otsu RL memiliki kegunaan
sebagai suplai ion bikarbonat dan asidosis metabolik. 6

Kalsium
Glucose Sodium Chloride Potassium Lactate
Solution (mEq/L (mOsmol/L)
(mg/dL) (mEq/L) (mEq/L) (mEq/L) (mEq/L)
)

5% Dextrose
5000 - - - - - 253
in water

D5 12 NS 5000 77 77 - - - 406

D5 NS 5000 154 154 - - - 561

0,9% NaCl - 154 154 - - - 308

Ringer
- 130 109 4.0 3.0 28 273
Laktat

D5 RL 5000 130 109 4.0 3.0 28 525


5% NaCl - 855 855 - - - 1171

Koloid

Cairan koloid disebut juga sebagai cairan pengganti plasma atau biasa disebut
plasma expander. Di dalam cairan koloid terdapat zat/bahan yang mempunyai
berat molekul tinggi dengan aktivitas osmotik yang menyebabkan cairan ini
cenderung bertahan agak lama dalam ruang intravaskuler.

Koloid dapat mengembalikan volume plasma secara lebih efektif dan efisien
daripada kristaloid, karena larutan koloid mengekspansikan volume vaskuler
dengan lebih sedikit cairan dari pada larutan kristaloid. Sedangkan larutan
kristaloid akan keluar dari pembuluh darah dan hanya 1/4 bagian tetap tinggal
dalam plasma pada akhir infus. Koloid adalah cairan yang mengandung partikel
onkotik dan karenanya menghasilkan tekanan onkotik. Bila diberikan intravena,
sebagian besar akan menetap dalam ruang intravaskular. 2,6

1. Dekstran

Dekstran untuk pemakaian klinis tersedia dalam dekstran 70 (BM 70.000) dan
dekstran 40 (BM 40.000) dicampur dengan garam faal, dekstrosa atau Ringer
laktat. Dekstran 70% digunakan pada syok hipovolemik dan untuk profilaksis
tromboembolisme dan mempunyai waktu paruh intravaskular sekitar 6 jam.
Pemakaian dekstran untuk mengganti volume darah atau plasma hendaknya
dibatasi sampai 1 liter (1,5 gr/kgBB) karena risiko terjadi perdarahan abnormal.
Batas dosis dekstran yaitu 20 ml/kgBB/hari.

Volume dekstran melebihi 1 L dapat mengganggu hemostasis. Disfungsi trombosit


dan penurunan fibrinogen dan faktor VIII merupakan alasan timbulnya perdarahan
yang meningkat. Reaksi alergi terhadap dekstran telah dilaporkan, tetapi
kekerapan reaksi anafilaktoid mungkin kurang dari 0,02 %. Dekstran 40
hendaknya jangan dipakai pada syok hipovolemik karena dapat menyumbat
tubulus ginjal dan mengakibatkan gagal ginjal akut.

2. Gelatin

Pemberian gelatin agaknya lebih sering menimbulkan reaksi alergik daripada


koloid yang lain. Berkisar dari kemerahan kulit dan pireksia sampai anafilaksis
yang mengancam nyawa. Reaksi-reaksi tersebut berkaitan dengan pelepasan
histamine yang mungkin sebagai akibat efek langsung gelatin pada sel mast.
Gelatin tidak menarik air dari ruang ekstravaskular sehingga bukan termasuk
ekspander plasma seperti dekstran. Larutan gelatin terutama diekskresikan lewat
ginjal dalam urin, sementara itu gelatin dapat menghasilkan diuresis yang bagus.

Sebagian kecil dieliminasikan lewat usus. Karena gelatin tidak berpengaruh


pada sistem koagulasi, maka tidak ada pembatasan dosis. Namun, bila terlalu
banyak infus, pertimbangkan adanya efek dilusi. Gelatin dapat diberikan pada
pasien dengan gangguan fungsi ginjal bahkan pada pasien yang menjalani
hemodialisis. Indikasi gelatin : Penggantian volume primer pada hipovolemia,
stabilisasi sirkulasi perioperatif. Sedangkan kontraindikasi adalah infark miokard
yang masih baru terjadi, gagal jantung kongestif dan syok normovolemik.

Cairan Rumatan

Bertujuan untuk memelihara keseimbangan cairan tubuh dan nutrisi.


Elektrolit
1. KA-EN 1B

Digunakan sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum


diketahui misal pada kasus emergensi. Kasus-kasus seperti dehidrasi
dengan kandungan elektrolit dan kadar yang belum diketahui, demam,
penyakit infeksi, asma dan < 24 jam pasca bedah. Dengan dosis lazim 500-
1000ml untuk sekali pemberian secara intravena. Kecepatan sebaiknya
300-500ml/jam (dewasa) dan 50-100ml/jam (anak-anak). Bila bayi
prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih dari
100ml/jam. Cairan ini direkomendasikan untuk usia 3 tahun atau pasien
dengan berat badan 15 kg.

2. KA-EN 3A dan KA-EN 3B

Direkomedasikan untuk usia 3 tahun atau berat badan 15kg.


Larutan rumatan rasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan
elektrolit dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi
harian, pada keadaan asupan oral terbatas. Kasus-kasus non-bedah yang
membutuhkan kalium yaitu: diare, muntah, DKA, asma, dan hipertensi.
Dan diberikan pasca bedah (>24-48 jam)

3. KA-EN 4A Paed

Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak. Tanpa


kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada pasien dengan berbagai
kadar konsentrasi kalium serum normal. Tepat digunakan untuk dehidrasi
hipertonik dan kandungan elektrolit serta kadar gula yang belum diketahui.
Indikasi untuk anak < 3 tahun dan berat badan <15 kg.

4. KA-EN 4B Paed
Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga meminimalkan risiko
hypokalemia. Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik.
Direkomendasikan untuk usia < 3 tahun atau berat badan < 15 kg. 6

Dekstros
C Lacta e Kalori
Na K Cl
Osmolarita a t kcal/L
Cairan
s mOsm/L g/L

Elektrolit (mEq/L)

KAE 38, 38,


2 - - - 27,5 150
N 1B 5 5

KAE 1
290 60 50 - 20 27.0 108
N 3A 0

KAE 2
290 50 50 - 20 27.0 108
N 3B 0

KAE
N 4A 248 30 - 20 - 10 40 160
Paed

KAE
N 4B 284 30 8 28 - 10 37,5 150
Paed

BAB III

KESIMPULAN

Cairan tubuh merupakan saran untuk transpor zat makanan maupun sisa-
sisa metabolisme, membawa nutrien (komponen makanan) mulai dari proses
absorbsi, mendistribusikan, sampai ke tingkat intraselular tempat nutrien
mengalami proses metabolisme. Hasil metabolisme akan didistribusikan ke
seluruh tubuh dan ekskresinya akan dikeluarkan dari tubuh.

Terapi cairan ialah tindakan untuk memelihara, mengganti cairan tubuh


dalam batas-batas fisiologis dengan cairan infus kristaloid (elektrolit) atau koloid
(plasma ekspander) secara intravena. Tujuan dari terapi cairan dibagi atas
resusitasi untuk mengganti kehilangan cairan akut dan rumatan untuk mengganti
kebutuhan harian.

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA
1. Guyton, A. Kompartemen Cairan Tubuh: Cairan Ekstraseluler dan
Intraseluler. Dalam: Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 11. Jakarta:
EGC; 1997; Hal 307-10.

2. Nelson, Behrman, Kliegman, dkk. Ilmu Kesehatan Anak Nelson edisi 15


vol 1. Jakarta : EGC, 2000. Hal 258-65.

3. Latief, AS, dkk. Petunjuk Praktis Anestesiologi : Terapi Cairan Pada


Pembedahan. Edisi Kedua. Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif,
FKUI; 2002.

4. Arshaf D, Malik D, Ahmad D, Bashir D, Shah D. Fluid Therapy In


Children: A Review. India. 2010;:1-7.

5. Meyers R, D P. Pediatric Fluid and Electrolyte Therapy. J Pediatr


Pharmacol Ther [Internet]. 2009 [cited 18 March 2017];14(4):204-211.
Available from:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3460795/pdf/i1551-6776-
14-4-204.pdf

6. Anonim. Kebutuhan Harian Air dan Elektrolit, Gangguan Keseimbangan


Air dan Elektrolit, dan Terapi Cairan. Dalam: Pedoman Cairan Infus: edisi
VIII. Jakarta: PT. Otsuka Indonesia; 2003. Hal;16-33.

Anda mungkin juga menyukai