KERCUNAN MAKANAN
TOKSIKOLOGI VETERINER
Disusun oleh:
RENJI MAILISA WAHYUNI 1402101010194
KELAS 04 RUANG 04
b. Bakteri
Bakteri dapat menyebabkan terjadinya keracunan makanan melalui 2 cara.
Beberapa bakteri dapat menginfeksi usus, yang menyebabkan terjadinya peradangan &
kesulitan untuk menyerap nutrisi & air, sehingga timbul diare. Bakteri jenis lain dapat
menghasilkan senyawa kimia dalam makanan (sering disebut dengan toksin) yang
berbahaya bagi sistem pencernaan manusia. Saat termakan, senyawa kimia tersebut dapat
menimbulkan mual, muntah, kegagalan ginjal bahkan kematian.
1. Salmonella
Salmonella adalah bakteri yang dapat menyebabkan terjadinya keracunan
makanan dengan gejala mual, muntah, diare berat & sakit kepala serta nyeri
persendian (beberapa minggu kemudian). Pada orang dengan kekebalan tubuh
yang bermasalah (seperti pada penderita gagal ginjal, penderita HIV/AIDS atau
mereka yang menjalani kemoterapi), salmonella dapat menyebabkan penyakit
yang membahayakan jiwa. Bakteri tersebut biasanya masuk kedalam tubuh
melalui makanan yang tidak dimasak hingga matang (seperti pada telur, unggas,
makanan laut ataupun produk susu).
Salmonellosis mengacu pada sejumlah penyakit yang disebabkan oleh bakteri
salmonella. Salah satu penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini adalah demam
tifoid. Bentuk umum salmonellosis adalah gastroenteritis yang disebabkan oleh
bakteri salmonella gastro. Bakteri ini dapat menyebar dari orang ke orang dan
dari hewan ke orang. Makanan yang biasanya mengandung salmonella adalah
daging, daging unggas, susu dan telur. Salmonella sering ditularkan melalui
kontak dengan kotoran atau pakan ternak atau melalui makanan yang
terkontaminasi kotoran hewan. Buah dan sayuran yang tidak dicuci dengan bersih
juga dapat menyebarkan bakteri ini.
Gejala gastroenteritis yang disebabkan oleh salmonella termasuk mual, kram
perut dan diare. Pada kasus yang parah, ada lendir dan darah pada tinja. Gejala
awal biasanya muncul 12 sampai 24 jam setelah menelan makanan yang
terkontaminasi. Keracunan ini biasanya tidak serius dan berlangsung selama dua
sampai lima hari. Namun, salmonellosis bisa berakibat fatal pada bayi, lansia dan
pasien yang sakit parah. Pada kasus yang sangat jarang, salmonella bisa
menembus aliran darah sehingga menyebabkan artritis, penyakit jantung, infeksi
tulang dan masalah perut jangka panjang.
Perawatan infeksi yang disebabkan oleh salmonella melibatkan banyak
minum untuk mengganti cairan yang hilang karena diare. Jika korban kehilangan
terlalu banyak cairan, dia harus dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan infus.
Antibiotik dan obat anti-diare mungkin diberikan untuk mengontrol gejala yang
parah.
2. Campylobacter
Dapat menyebabkan gangguan kesehatan dengan gejala demam, diare cair,
sakit kepala & sakit pada otot. Campylobacter merupakan bakteri penyebab
keracunan makanan yang paling sering ditemui di dunia. Biasanya masuk
kedalam tubuh melalui konsumsi unggas mentah, susu mentah ataupun air yang
terkontaminasi oleh kotoran hewan.
5. Listeria monocytogenes
Listeriosis adalah gangguan kesehatan yang ditandai dengan mual & muntah.
Pada beberapa orang yang terinfeksi dapat berkembang menjadi meningitis dari
bakteri ini. Biasanya masuk kedalam tubuh melalui makanan yang tidak dimasak,
seperti daging, sayuran, keju lembut & susu yang tidak dipasteurisasi. Wanita
hamil & bayi yang baru lahir mempunyai resiko yang lebih besar untuk menderita
infeksi yang serius.
7. Vibrio cholera
Dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang ditandai dengan kram perut,
mual, muntah & demam menggigil. Biasanya masuk kedalam tubuh melalui
daging atau makanan laut yang tidak dimasak dengan sempurna (mentah).
8. Vibrio parahaemolyticus
Dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang ditandai dengan kram perut,
mual, muntah & demam. Biasanya masuk kedalam tubuh melalui memakan
makanan laut yang mentah atau kurang matang, terutama tiram.
9. Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus termasuk bakteri gram positif, non motil, berbentuk
kokus yang anaerob fakultatif dan tidak membentuk spora. Suhu pertumbuhannya
berkisar antara 7C- 48C dengan pertumbuhan optimal terjadi pada suhu 35-
40C. Bakteri ini tumbuh pada kisaran pH 4,0-9,3. Nilai pH optimalnnya 7,0-7,5.
Kisaran nilai pH untuk pembentukan enterotoksin lebih sempit dan toksin yang
diproduksi lebih sedikit pada pH di bawah 6,0. Habitat bakteri ini adalah di kulit
dan pernapasan (WHO, 2006). Staphylococcus aureus menyebabkan infeksi pada
luka, menyebabkan rasa panas dan bisul-bisul. Bakteri ini juga salah satu
penyebab umum pada keracunan makanan. Sumber bakteri Staphylococcus
aureus dapat berasal dari tangan, rongga hidung, mulut dan tenggorokan pekerja.
Hal ini menjadi kritis jika pekerja yang sedang sakit tenggorokan dibiarkan
bekerja.
Keracunan makanan yang disebabkan oleh mikroorganisme ini, disebabkan oleh :
a. Orang yang menangani atau mengolah makanan
Staphyloccocus aureus, Salmonella, dan Clostridium perfringens semua
dapat dibawa oleh orang yang terlibat dalam penyiapan makanan.
b. Lingkungan atau area dan peralatan
Spora Clostridium perfringens dan Bacillus cereus dapat dijumpai pada
debu di ruangan tempat menyimpan bahan makanan. Juga, semua bakteri
penyebab keracunan makan dapat menyebar dengan kontaminasi silang.
c. Bahan makanan
Bahan makanan sendiri juga mengandung bakteri penyebab keracunan
pada saat dibawa ke dapur, atau bakteri dapat masuk ke bahan makanan
karena kegagalan pengolahan selama persiapan.