Anda di halaman 1dari 21

ANTI EKTOPARASIT

DAN
ANTIMIKOTIK

Disusun oleh:
RENJI MAILISA WAHYUNI
1402101010194

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2016

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, dengan limpahan

rahmat dan

karuniaNya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini, dan tidak lupa pula shalawat
dan salam saya sanjungkan kepangkuan alam nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umat
islam dari alam kebodohan kealam yang penuh ilmu pengetahuan.
Maksud dan tujuan saya menulis makalah ini adalah sebagai penunjang mata kuliah
Farmakologi veteriner II, saya menyadari bahwa dalam menyelesaikan makalah ini banyak
kekurangan di karenakan keterbatasan ilmu yang saya miliki, beberapa sumber buku, saya dapat
menyelesaikan makalah ini.
Dalam menyusun makalah ini saya menyadari penulisannya banyak terdapat kekurangan,
oleh karena itu saya mengharapkan kepada seluruh kawan agar dapat memberikan kritikan dan
saran yang bersifat positif, sehingga makalah ini dapat berhasil dengan baik sebagaimana
mestinya.
Akhirnya saya mohon maaf atas segala kekurangan, saya ucapkan banyak terima kasih.
Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan karuniaNya kepada kita semua.
Darussalam, Agustus 2016
Penyusun,

Renji Mailisa Wahyuni

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....1
DAFTAR ISI...2
BAB I. PENDAHULUAN..3
1.1. Latar Belakang....3
1.2 Tujuan ....3
1.3 Rumusan Masalah ..3
BAB II. PEMBAHASAN...4
Anti Ektoparasit4
Daftar Pustaka..9
Antimikotik..10
DAFTAR PUSTAKA....20

PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Farmakologi merupakan salah satu ilmu yang membahas mengenai obat-obatan,
khususnya untuk farmakologi veteriner membahas mengenai obat yang diberikan untuk
hewan,dalam kuliah fakultas kedokteran hewan terdapat pembahasan mengenai anti
ektoparasit yang merupka obat yang digunakan untuk mengobati atau membasmi masalah
atau penyakit yang disebabkan oleh ektoparasit atau parasit luar dan juga Antimikoti yang
merupakan obat yang digunakan untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh jamur.
Dalam kehidupan sehari-hari penyakit yang disebabkan oleh ektoparasit dan jamur
banyak menyerang pada ternak maupun hewan kesayangan maka oleh sebab itu di kuliah
farmakologi veteriner perlu membehas lebih dalam obat yang digunakan maka dari itu
saya membuat makalah ini guna menambaha wawasan mengenai anti ektoparasit dan
Antimukotik.
2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan antiektoparasit dan antimikotik
2. Apa obat yang di golongkan anti ektoparasit dan antimikotik
3. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari antiektoparasit dan antimikotik
2. Mengetahui golongkan anti ektoparasit dan antimikotik dan keterangan lainnya.

ANTI EKTOPARASIT
Anti ektoparasit adalah obat yang digunakan untuk menyembuhkan,mengobati dan menangani
ektoparasit pada hewan
Isopropil miristat (Resultz)
Isopropil miristat tidak tersedia di Amerika Serikat (saat ini dalam tahap uji klinis III), tetapi
tersedia di Kanada dan Eropa. Ini adalah obat non-insektisida berbasis berisi isopropil miristat,
bahan yang biasa digunakan dalam kosmetik. Modus kerjanya adalah proses mekanik yang
melemahkan cangkang lilin kutu, yang mengakibatkan hilangnya cairan internal dan dehidrasi.
Benzil alkohol (Ulesfia, Zilactin)
Benzil alkohol menghambat kutu dari menutup spirakel pernapasan mereka, yang
memungkinkan lotion untuk menghalangi spirakel, yang akhirnya menghasilkan sesak napas.
Tidak menimbulkan aktivitas ovicidal. Produk ini mengandung benzil alkohol 5%.
Spinosad (Natroba)
Spinosad menyebabkan eksitasi neuron pada serangga, diikuti oleh hyperexcitation,
kelumpuhan, dan kematian. Obat ini adalah pediculicide diindikasikan untuk pengobatan topikal
dari infestasi kutu. Obat ini tersedia sebagai suspensi 0,9%.
Ivermectin
a. Golongan
Ivermectin adalah antiparasit yang merupakan golongan derivat macrocyclic lactones
dari bakteri Streptomyces avermitilis
b. Indikasi

Broad spectrum anti-parasite (endo dan ekto)


Mencegah dan melawan infeksi heartworm, membersihkan larva heartworm,

strongyloidiasis, ascariasis, trichuriasis, filariasis, enterobiasi.


Perawatan mite pada telingga
Perawatan untuk sarcoptic, notoedric atau demodectic mange dan beberapa kutu, lalat,
flies dan fleas

Cacing pada saluran pencernaan, cacing paru paru,cacing hidung, kutu dan caplak pada
sapi, kambing , domba, babi, anjing dan kucing.

c.

Aplikasi

Obat ini bekerja dengan mengikat dan mengaktifkan glutamate-gated chloride

channels (GluCls) yang merupakan ligan ion channels neurons and myocytes.
Dapat digunakan pada induk laktasi dan bunting
Pada anjing dapat digunakan dosis tinggi untuk treatment demodectic dan sarcoptic
Digunakan untuk mengatasi ascariasis pada reptil secara injeksi dan spray
Pada kucing dewasa untuk pencegahan cacing & kutu suntikan ivermectin dapat

dilakukan 2-4 kali setiap tahunnya.


Pengunaan :
Sapi : 1 ml per 50 kg berat badan
Kambing,domba : 0,5 ml per 25 kg berat badan
Babi : 1 ml per 33 kg berat badan
Anjing dan kucing :0,2 ml per 10 kg berat badan
d.

Keterangan

Efek samping : dilatasi pupil, sempoyongan (unkordinasi), paralysa, depresi,

muntal, diare, tidak nafsu makan, hipersaliva dan kematian


Hati-hati penggunaan pada kura-kura dan muncul kontraindikasi
Berisiko terjadi keracunan pada turunan Collies, Shetland sheepdogs, Australian

shepherds, Merle colored Pomeranians and Old English sheepdogs.


Ivermectin tidak dianjurkan pada anak kucing berumur kurang dari 2 bulan, karena
dapat menyebabkan keracunan dan mengganggu perkembangan ginjal.

Cyromazin
a.

Golongan
Cyromazin merupakan ectoparasitida dari golongan triazine

b.

Indikasi
Treatment larva lalat terutama Musca domestica

c.

Aplikasi
Bentuk bubuk putih diberikan secara oral dicampur pada pakan. Digunakan pada
kelinci dan kambing

d.

Keterangan

Menyebabkan moulting dan pupation, dan sintesis chitin

Fipronil
a.

Golongan

Fipronil merupakan anti-ektoparasit dari golongan phenylpyrazole


b.

Indikasi

Perawatan dan pencegahan kutu, tick, mite, ants, beetles, cockroaches, fleas,
ticks, termites, mole crickets, thrips, rootworms, weevils, dan serangga lain

pada anjing dan kucing.


Fipronil menganggu jalan Cl- mencapai reseptor gamma amino butyric
acidpada (GABA) membran sel syaraf sehingga menghasilkan terminal syaraf
malfungsi

c.

Aplikasi

Diberikan secara topical atau disemprotkan pada anjing dan kucing


Kucing atau anjing: 1-2 pompa pon BB pada penggunaan botol ukuran 250 ml
atau 3-6 pompa untuk botol 100ml

d.

Keterangan

Menyebabkan gatal dan merah pada daerah yang disemprot


Tidak boleh digunakan pada hewan yang hipersensitif
Hanya untuk bagian luar (kulit)
Tidak boleh diberikan pada kelinci.
Tidak boleh mengenai mata dan mulut (berbahaya bila terjilat)
Tidak boleh dikombinasikan dengan pestisida lain

FRONTLIN
a.

Komposisi
mengandung Fipronil 10%.

b. Indikasi
Untuk pengobatan dan pengendalian kutu (pinjal) pada anjing dan kucing, serta investasi
caplak pada anjing.
c.

Dosis dan Cara Pemakaian


kucing 0.5 ml. anjing dengan berat dibawah 10 kg 0.67 ml (S). Pada Anjing dengan berat
11 - 20 kg 1,34 ml (M). Anjing dengan berat diatas 20 kg 2.68 ml (L). Cara pemakaian
dengan diteteskan pada daerah tengkuk anjing.

d. Kemasan 1 kotak berisi 3 pipet @ ukuran S 0.67 ml, M 1.34 ml, L 2.68 ml untuk anjing,
dan 0.5 ml untuk kucing Deptan RI No. I. 0012816 PKC. Obat keras.
Permetrin.
Permetrin adalah obat pilihan yang direkomendasikan oleh pihak yang paling sebagai baris
pertama pengobatan di kepala, kemaluan, dan kutu tubuh kutu parah, terutama untuk bayi berusia
lebih dari 2 bulan dan anak-anak. Obat ini adalah racun saraf yang menyebabkan kelumpuhan
dan kematian pada ektoparasit. Hal ini lebih efektif daripada crotamiton dalam mengobati gejala
dan mengurangi kemungkinan infeksi bakteri sekunder. Satu keuntungan dari permetrin adalah
efek residu pada rambut untuk siklus mencuci rambut beberapa.Perlawanan mungkin telah
dikembangkan di banyak daerah, namun. Dokter di beberapa negara memilih pediculicides
berbeda secara bergiliran untuk mencegah perkembangan resistensi.Permetrin sangat efektif
dalam membunuh kutu dewasa dan nimfa tetapi tidak efektif dalam membunuh kutu (telur).
Sebuah sisir bergigi halus adalah tambahan penting untuk menghilangkan kutu. Pasien harus
mencuci rambut dengan sampo nonmedicated.Sebuah over-the-counter (OTC) konsentrasi 1%
(Nix) mungkin tidak cukup untuk pengobatan kutu kemaluan dan untuk beberapa kasus kutu.
Persiapan resep 5% dipasarkan untuk kudis (Elimite) mungkin lebih efektif dalam beberapa
kasus. Ketaatan pada rejimen pengobatan sangat penting.Pyrethrins dan butoksida piperonyl
(Kekuatan Maksimum RID, Pronto, R & C, A200 Kekuatan Maksimum) Pyrethrins adalah
pengobatan lini pertama di kepala, kemaluan, dan kutu tubuh kutu parah. Agen ini merangsang

sistem saraf parasit, menyebabkan kejang dan kematian parasit. Ini adalah agen OTC yang lebih
tua yang masih muncul untuk menjadi efektif. Ini tidak memiliki tindakan residu permetrin dan
lebih cenderung memerlukan aplikasi berulang-ulang. Produk pyrethrin dikontraindikasikan
untuk pasien dengan alergi kontak untuk ragweed, terpentin, atau krisan.
2.6.Malathion (Ovide)
Malathion disetujui oleh FDA untuk pengobatan kutu. Ini adalah penghambat kolinesterase
ireversibel yang dihidrolisis dan karena itu didetoksifikasi cepat oleh mamalia tetapi tidak oleh
serangga, melainkan baik ovicidal dan pediculicidal. Ia mengikat rambut dan menyediakan
beberapa perlindungan sisa setelah terapi. Malathion tersedia sebagai 0,5% dan 1% air
berbasis lotion.Lihatinformasi obat penuhIvermectin topikal (Sklice) Ivermectin topikal
menyebabkan kematian parasit dengan selektif, afinitas tinggi mengikat glutamat-gated saluran
klorida terletak di saraf invertebrata dan sel otot. Ini adalah pediculicide topikal yang
memperlakukan kutu dengan aplikasi 10-menit tunggal tanpa nit menyisir pada orang dewasa
dan anak usia 6 bulan atau lebih.
2.7.Lindane
Lindane merangsang sistem saraf parasit, menyebabkan kejang dan kematian. Ini adalah
insektisida diklorinasi tersedia sebagai lotion 1%, krim, dan sampo. Ini adalah pengobatan lini
kedua jika agen lain gagal atau tidak ditoleransi.Lindane sangat tidak aman pada anak karena
penyerapan transkutan yang mengarah ke neurotoksisitas. Pada bulan Maret 2003, FDA
mengeluarkan penasihat peringatan kesehatan masyarakat peningkatan risiko efek samping
pengobatan lindane pada orang yang masih muda, kecil, atau lanjut usia. Semakin tingginya hatihati harus dilakukan jika lindane digunakan pada pasien tersebut. Secara keseluruhan, permetrin
adalah pilihan yang lebih aman.

DAFTAR PUSTAKA

Mycek,M.J dan richard.A.H dan pemela,CC.2001.Farmakologi edisi ke 2.Widya medika :


Jakarta.
Kee,J.L dan Hayes,E.R.1996.Farmakologi.Penerbit buku kedokteran EGC: Jakarta.
Striner,J.L.2009.Konsep dasar farmakologi.Penerbit Buku Kedokteran EGC :Jakarta.

ANTIMIKOTIK
Dari Segi terapeutik infeksi jamur dapat dibedakan atas infeksi sistemik, dermatofit, dan
mukokutan.Infeksi sistemik dapat lagi dibagi atas infeksi dalam dan infeksi subkutan. Dasar
farmakologis dari pengobatan infeksi jamur belum sepenuhnya dimengerti. Secara umum infeksi
jamur dibedakan atas infeksi sistemik dan infeksi jamur topical. Dalam pengobatan beberapa anti
jamur dapat digunakan untuk kedua bentuk infeksi tersebut. Ada infeksi jamur topical yang dapat
diobati secara sistemik ataupun topical. Obat- obat anti jamur sistemik sebagai berikut :
OBAT-OBAT ANTI JAMUR SISTEMIK
1.AMFOTERISIN B
Amfoterisin A dan B merupakan hasil fermentasi streptomyces nodosus.Sembilan
puluh delapan persen campuran ini terdiri dari amfoterisin B yang mempunyai aktivitas
antijamur.Kristal seperti jarum atau prisma bewarna kuning jingga, tidak berbau dan tidak
berasa ini merupakan antibiotik polien yang bersifat basa amfoter lemah, tidak larut dalam
air,tidak stabil,tidak tahan suhu diatas 37o C tetapi dapat stabil sampai berminggu-minggu
pada suhu 4o C.
Aktivitas Obat
Amfoterisin B menyerang sel yang sedang tumbuh dansel matang. Aktivitas anti
jamur nyata pada pH 6,0-7,5: berkurang pada pH yang lebihrendah. Antibiotik ini bersifat
fungistatik atau fungisidal tergantung pada dosis dansensitivitas jamur yang dipengaruhi.
Dengan kadar 0,3-1,0 g/mL antibiotik ini dapatmenchambat aktivitas Histoplasma
capsulaium, Cryptococcus neoformans,Coccidioides immitis, dan beberapa spesies
Candida, Tondopsis glabrata, Rhodotorula, Blastomyces dermatitidis, Paracoccidioides
braziliensis, Beberapa spesies Aspergillus, Sporotrichum schenckii, Microsporum audiouini
dan spesiesTrichophyton. Secara in vitrobila rifampisin atau minosiklin diberikan
bersamaamfoterisin B terjadi sinergisme terhadap beberapa jamur tertentu.

Mekanisme kerja
Amfoterisin B berikatan kuat dengan sterol yang terdapat pada membran sel jamur
sehingga membran sel bocor dan kehilangan beberapa bahan intrasel dan menyebabkan
kerusakan yang tetap pada sel. Salah satu penyebab efek toksik yang ditimbulkan
disebabkan oleh pengikatan kolesterol pada membran sel hewan dan manusia. Resistensi
terhadap amfoterisin B mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan reseptor sterol pada
membran sel.
Farmakokinetik

Absorbsi : sedikit sekali diserap melalui saluran cerna.


Waktu paruh kira-kira 24-48 jam pada dosis awal yang diikuti oleh eliminasi fase kedua
dengan waktu paruh kira-kira 15 hari, sehingga kadar mantapnya akan tercapai setelah

beberapa bulan setelah pemberian.


Ekskresi : obat ini melalui ginjal berlangsung lambat sekali, hanya 3 % dari jumlah
yang diberikan.

Efek samping

Infus : kulit panas, keringatan, sakit kepala, demam, menggigil, lesu, anoreksia, nyeri

otot, flebitis, kejang dan penurunan faal ginjal.


50% penderita yang mendapat dosis awal secara IV akan mengalami demam dan

menggigil.
Flebitis (-) menambahkan heparin 1000 unit ke dalam infus.
Asidosis tubuler ringan dan hipokalemia sering dijumpai pemberian kalium.
Efek toksik terhadap ginjal dapat ditekan bila amfoterisin B diberikan bersama
flusitosin.

Indikasi

Untuk

kromoblastomikosis dan kandidosis.


Amfoterisin B merupakan obat terpilih untuk blastomikosis.
Amfoterisin B secara topikal efektif terhadap keratitis mikotik.

Sediaan

pengobatan

infeksi

jamur

seperti

koksidioidomikosis,

aspergilosis,

Amfoterisin B injeksi tersedia dalam vial yang mengandung 50 mg bubuk


Dosis

Pada umumnya dimulai dengan dosis yang kecil (kurang dari 0,25 mg/kgBB) yang
dilarutkan dalam dekstrose 5 % dan ditingkatkan bertahap sampai 0,4-0,6 mg/kgBB

sebagai dosis pemeliharaan.


Secara umum dosis 0,3-0,5 mg/kgBB cukup efektif untuk berbagai infeksi jamur,
pemberian dilakukan selama 6 minggu dan bila perlu dapat dilanjutkan sampai 3-4 bulan

2.FLUSITOSIN
Flusitosin (5-fluorositosin; 5FC) merupakan antijamur sintetik yang berasal dari
fluorinasi pirimidin, dan mempunyai persamaan struktur denganfluorourasil dan floksuridin.
Obat ini berbentuk kristal putih tidak berbau, sedikit larutdalam air tapi mudah larut dalam
alkohol.
Aktivitas Obat
Spektrum antijamur flusitosin agak sempit. Obat iniefektif untuk pengobatan
kriptokokosis, kandidiasis, kromomikosis, torulopsis danaspergilosis. Cryptococcus dan
Candida dapat menjadi resisten selama pengobatan denganflusitosin. Empat puluh sampai
50% Candida sudah resisten sejak semula pada kadar 100 g/mL flusitosin. Infeksi saluran
kemih bagian bawah oleh Candida yang sensitif dapat diobati dengan flusitosin saja karena
kadar obat ini dalam urin sangat tinggi. Invitro pemberian flusitosin bersama amfoterisin B
akan menghasilkan efek supraaditif terhadap C. neoformans, C. tropicalis dan C. albicans
yang sensitif.
Mekanisme kerja
Flusitosin masuk ke dalam sel jamur dengan bantuan sitosin deaminase dan dalam
sitoplasma akan bergabung dengan RNA setelah mengalami deaminasi menjadi 5Fluorourasil. Sintesis protein sel jamur terganggu akibat penghambatan langsung sintesis
DNA oleh metabolit fluorourasil.

Farmakokinetik

Absorbsi : diserap dengan cepat dan baik melalui saluran cerna.Pemberian bersama
makanan memperlambat penyerapan tapi jumlah yang diserap tidak
berkurang. Penyerapan juga diperlambat pada pemberian bersama suspensi alumunium

hidroksida/magnesium hidroksida dan dengan neomisin.


Distribusi : didistribusikan dengan baik ke seluruh jaringan dengan volume distribusi

mendekati total cairan tubuh.


Ekskresi : 90% flusitosin akan dikeluarkan bersama melalui filtrasi glomerulu dalam

bentuk utuh, kadar dalam urin berkisar antara 200-500g/ml.


Kadar puncak dalam darah setelah pemberian per-oral dicapai 1-2 jam. Kadar ini lebih

tinggi pada penderita infusiensi ginjal.


Masa paruh obat ini dalam serum pada orang normal antara 2,4-4.8 jam dan sedikit
memanjang pada bayi prematur tetapi dapat sangat memanjang pada penderita
insufisiensi ginjal.

Efek samping

Dapat menimbulkan anemia, leukopenia, dan trombositopenia, terutama pada penderita


dengan kelainan hematologik, yang sedang mendapat pengobatan radiasi atau obat yang

menekan fungsi tulang, dan penderita dengan riwayat pemakaian obat tersebut.
Mual,muntah, diare dan enterokolitis yang hebat.
Kira-kira 5% penderita mengalami peninggian enzim SGPT dan SGOT, hepatomegali.
Terjadi sakit kepala, kebingungan, pusing, mengantuk dan halusinasi.

Indikasi

infeksi sistemik, karena selain kurang toksik obat ini dapat diberikan per oral.
Penggunaannya sebagai obat tunggal hanya diindikasikan pada kromoblastomikosis

Sediaan dan dosis

Flusitosin tersedia dalam bentuk kapsul 250 dan 500 mg


Dosis yang biasanya digunakan ialah 50-150 mg/kgBB sehari yang dibagi dalam 4
dosis.

3.Ketokonazol
Ketokonazol merupakan turunan imidazol sintetik denganstruktur mirip mikonazol dan
klotrimazol. Obat ini bersifat liofilik dan larut dalam air pada pH asam.
Aktivitas Obat
Ketokonazol aktif sebagai antijamur baik sistemik maupun nonsistemik efektif
terhadap Candida, Coccidioides immitis, Cryptococcusneoformans, H. capsulatum, B.
dermatitidis, Aspergillus dan Sporot hrix spp.
Mekanisme kerja
Seperti azole jenis yang lain, ketoconazole berinterferensi dengan biosintesis ergosterol,
sehingga menyebabkan perubahan sejumlah fungsi sel yang berhubungan dengan
membran.
Farmakokinetik

Absorbsi : diserap baik melalui saluran cerna dan menghasilkan kadar plasma yang
cukup untuk menekan aktivitas berbagai jenis jamur. Penyerapan melalui saluran
cerna akan berkurang pada penderita dengan pH lambung yang tinggi,pada pemberian

bersama antasid.
Distribusi : ketokonazol setelah diserap belum banyak diketahui.
Ekskresi : Diduga ketokonazol diekskresikan bersama cairan empedu ke lumen
usus dan hanya sebagian kecil saja yang dikeluarkan bersama urin, semuanya dalam
bentuk metabolit yang tidak aktif.

Efek samping

Efek toksik lebih ringan daripada Amfoterisin B.


Mual dan muntah merupakan ESO paling sering dijumpai
ESO jarang : sakit kepala, vertigo, nyeri epigastrik, fotofobia, parestesia, gusi
berdarah, erupsi kulit, dan trombositopenia.

Indikasi
Ketokonazol terutama efektif untuk histoplasmosis paru, tulang, sendi dan jaringan lemak.
Kehamilan dan laktasi
Obat ini sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil karena pada tikus, dosis 80
mg/kgBB/hari menimbulkan cacat pada jari hewan coba tersebut.
4. ITRAKONAZOL
Antijamur sistemik turunan triazol ini erat hubungannya dengan ketokonazol.Obat ini
dapat diberikan per oral dan IV. Aktivitas antijamurnya lebih lebar sedangkan efek samping
yang ditimbulkan lebih kecil dibandingkan dengan ketokonazol.Itrakonazol diserap lebih
sempuma melalui saluran cerna bila diberikan bersamamakanan. Itrakonazol, seperti golongan
azol lainnya, juga berinteraksi dengan enzimmikrosom hati, tetapi tidak sebanyak
ketokonazol. Rifampisin akan mengurarangi kadar plasmaitrakonazol.Itrakonazol memberikan
hasil mernuaskan untuk indikasi yang sama denganketokonazol antara lain terhadap
blastomikosis, histoplasmosis, koksidioidomikosis,sariawan pada mulut dan tenggorokan serta
tinea versikolor. Berbeda dariketokonazol, itrakonazol juga memberikan efek terapi terhadap
aspergilosis di luar SSP.Itrakonazol suspensi diberkan dalam keadaan lambung kosong dengan
dosis duakali 100 mg sehari, dan sebaiknya dikumur dahulu sebelum ditelan untuk mengoptimalken efek topikalnya. Lamanya pengobatan biasanya 2-4 mirggu. Itrakonazol IV
diberikan untuk infeksi berat melalui infus dengan dosis muat dua kali 200 mgsehari, diikuti
satu kali 200 mg sehari selama 12 hari. Infus diberikan dalam waktu satu jam.

Mekanisme kerja
Seperti halnya azole yang lain, itraconazole berinterferensi dengan enzim yang
dipengaruhi oleh cytochrome P-450, 14(-demethylase. Interferensi ini menyebabkan
akumulasi 14-methylsterol dan menguraikan ergosterol di dalam sel-sel jamur dan kemudian
mengganti sejumlah fungsi sel yang berhubungan dengan membran

Farmakokinetik

Itrakonazol akan diserap lebih sempurna melalui saluran cerna, bila diberikan bersama
dengan makanan. Dosis 100 mg/hari selama 15 hari akan menghasilkan kadar puncak

sebesar 0,5 g/ml.


Waktu paruh eliminasi obat ini 36 jam (setelah 15 hari pemakaian).

Sediaan dan dosis

Itrakonazol tersedia dalam kapsul 100 mg.


Untuk dermatofitosis diberikan dosis 1 x 100mg/hari selama 2-8 minggu
Kandidiasis vaginal diobati dengan dosis 1 x 200 mg/hari selama 3 hari.
Pitiriasis versikolor memerlukan dosis 1 x 200 mg/hari selama 5 hari.
Infeksi berat mungkin memerlukan dosis hingga 400 mg sehari.

Efek samping

Kemerahan,
pruritus,
lesu,
pusing,
edema,
parestesia
10-15% penderita mengeluh mual atau muntah tapi pengobatan tidak perlu dihentikan

Indikasi
Itrakonazol memberikan hasil memuaskan untuk indikasi yang sama dengan ketokonazol
antara

lain

terhadap

blastomikosis,

histoplasmosis,

koksidiodimikosis,

parakoksidioidomikosis, kandidiasis mulut dan tenggorokan serta tinea versikolor.

5.FLUKONAZOL
Ini adalah suatu

fluorinated bis-triazol dengan khasiat farmakologis yang

baru.Obat ini diserap sempuma melalul saluran cema tanpa dipengaruhi adanya

makananataupun keasaman lambung. Kadar plasma setelah pemberian per oral sama
dengankadar plasma setelah pemberian IV. Flukonazol tersebar rata ke dalam cairan
tubuh juga dalam sputum dan Gangguan saluran cerna merupakan efek samping yang
paling banyak ditemukan. Pada pasien AIDS ditemukan urtikaria, eosinofilia, sindrome
Stevens-Johnson, gangguan fungsi hati yang terspmbunyi dan trombositopenia. Flukonazol
berguna untuk mencegah relaps meningitis yang disebabkan oleh Cryptococcus pada pasien
AIDS setelah pengobatan dengan amfoterisin B. Jugaefektif untuk pengobatan kandidiasis
mulut dan tenggorokan pada pasien AIDS.
Farmakokinetik

Obat ini diserap sempurna melalui saluran cerna tanpa dipengaruhi adanya makanan

ataupun keasaman lambung.


Kadar puncak 4-8 g dicapai setelah beberapa kali pemberian 100 mg.
Waktu paruh eliminasi 25 jam sedangkan ekskresi melalui ginjal melebihi 90%
bersihan ginjal.

Sediaan dan dosis

Flukonazol tersedia untuk pemakaian per oral dalam kapsul yang mengandung 50 dan

150mg.
Dosis yang disarankan 100-400 mg per hari.
Kandisiasis vaginal dapat diobati dengan dosis tunggal 150 mg.

Efek samping

Gangguan saluran cerna merupakan ESO paling banyak


Reaksi alergi pada kulit, eosinofilia, sindrom stevensJohnson.

Indikasi

Flukonazol dapat mencegah relaps meningitis oleh kriptokokus pada penderita AIDS

setelah pengobatan dengan Amfoterisin B. Obat ini juga efektif untuk pengobatan kandidiasis
mulut dan tenggorokan pada penderita AIDS.
6.VORIKONAZOL

Obat ini adalah antijamur baru golongan triazol yang diindikasika, untuk aspergiiosis
sistemik danInfeksi jamur berat yang disebabkan oleh Scedosporium apiosperrnun dan
Fusarium sp. Obat ini juga mempunyai efektivitas yang baik terhadap Candida
sp,Cryptococcus sp dan

Dermatoph yte sp ,termasuk untuk infeksi kandida yang

resistenterhadap flukonazol.
Farmakokinetik obat ini tidak linier akibat terjadinya saturasi metabolisme.Vorikonazol
dimetabolisme oleh sitokrom P450 di hati dan metabolit utamanya adalah N-oksida yang tidak
aktif.
Sekitar 80% vorikonazol diekskresikan dalam urine. Pengurangan dosis diperlukan
pada pasien dengan gangguan fungsi hati. Pengobatan yang dimulai dengan pemberian IV ini,
secepatnya harus dialihkanke pemberian oral. Dosis muat oral untuk pasien dengan berat badan
>40 kg ialah 400mg dan untuk pasien yang berate nya < 40 kg diberikan 200 mg. Dosis must oral
irat juga diberikan hanya 2 kali dengan interval 12 jam. Pengobatan lalu dilanjutkandengan
pemberian oral 200 mg tiap 12 jam bagi pasien dengan berat badan > 40 kg.Untuk pasien
dengan berat badan kurang dari 40 kg diberikan dosis pemeliharaan 2kali 100 mg sehari.
Efek samping terpenting dari obat ini ialah gangguan pengelihatan sementara berupa
pengelihatan kabur atau fotofobia yang terjadi pada sekitar 30% pasien. Efek samping lainnya
ialah reaksi fotosensitivitas dan kenaikkan kadar transaminase serum yang bersifat sementara.

7.KALIUM IODIDA
Kalium Iodida adalah obat terpilih untuk Cutaneous lymphatic sporotrichosis
Efek samping

mual
rinitis
salivasi
lakrimasi
rasa terbakar pada mulut dan tenggorok
iritasi pada mata
sialodenitis dan akne pustularis pada bagian atas bahu

DOSIS

Kalium iodida diberikan dengan dosis 3 kali sehari 1 ml larutan penuh (1g/ml).
Dosis ditingkatkan 1 ml sehari sampai maksimal 12-15 ml.
Penyembuhan terjadi dalam 6-8 minggu, namun terapi masih dilanjutkan sampai
sedikitnya 4 minggu setelah lesi menghilang atau tidak aktif lagi

Daftar Pustaka
Gunawan, Sulistia Gan. 2009. Farmakologi dan Terapi edisi 5. FK-UI. Jakarta
Kee, Joyce L., & Evelyn R. Hayes (1993). Farmakologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Obat-Obat Antijamur, Antivirus, dan Antimalaria hlm. 357-360.
Neal, M. J (2006). Farmakologi Medis Ed. 5. Penerbit Erlangga. Obat Antijamur dan
Antivirus hlm. 86-87.

Anda mungkin juga menyukai