Anda di halaman 1dari 69

JILID 1

Himpunan Mahasiswa Profesi Ruminansia


Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor
PENDAHULUAN

Dunia peternakan yang sedang


berkembang di Indonesia ini tidak dapat
dipisahkan dari dunia kedokteran hewan, yang
tidak hanya menangani kesehatan hewan tetapi
juga pencegahan penularan penyakit,
penyebaran penyakit, pengobatan, serta
rehabilitasi. Atas dasar itu, mahasiswa
kedokteran hewan sebagai calon generasi
penerus di dunia kesehatan hewan merupakan
bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dari
pengembangan peternakan di Indonesia.
Mahasiswa kedokteran hewan yang nantinya
akan terjun langsung dalam dunia kesehatan
hewan dan salah satunya dalam bidang
peternakan, dituntut berbagai kesiapan untuk
dapat berperan secara aktif, yang memerlukan
kemampuan hardskill maupun softskill.

Sekretariat Ormawa FKH (Ex-Vetshop),


Jl. Agatis, FKH
Kampus IPB Darmaga – Bogor 16680
Divisi Eksternal Himpro Ruminansia
Fakultas Kedokteran Hewan IPB
Fakultas Kedokteran Hewan IPB
merupakan salah satu wadah pembentuk
sumber daya manusia yang kompeten dalam
dunia kesehatan hewan. Untuk menjadi dokter
hewan yang profesional, ilmu dan keterampilan
yang didapat di bangku kuliah harus mampu
diterapkan dalam kehidupan nyata. Oleh karena
itu, mahasiswa memerlukan beberapa praktik
kerja lapang (magang) dengan tujuan
menambah pengalaman dan kemampuan
bekerja nyata, serta meningkatkan pemahaman
tentang dunia peternakan.
Himpunan Mahasiswa Profesi (Himpro)
Ruminansia sebagai salah satu fasilitas
pengembangan skill keprofesian mahasiswa
kedokteran hewan, memandang perlu untuk
memfasilitasi mahasiswa yang tergabung
dalam Himpro Ruminansia dalam kegiatan Get
Closer to Our Profession (GCTP)–Ruminansia.
GCTP merupakan rangkaian kegiatan
yang diharapkan menjadi salah satu rangkaian
proses pendidikan yang dapat ditempuh oleh
mahasiswa sebagai salah satu sumber
pengalaman kerja di dunia peternakan
Buku Praktis Panduan Magang Dokter Hewan
ii di
Lapangan
ruminansia. Kegiatan ini juga diharapkan
menjadi salah satu solusi dari minimnya
kegiatan lapang secara akademik karena
keterbatasan waktu dan materi. Melalui “Buku
Praktis Panduan Magang Dokter Hewan di
Lapangan” ini diharapkan dapat menjadi
pedoman dan penuntun saat mengabdi di
lapangan demi memperluas pengetahuan yang
dapat diajdikan sebagai sumber peningkatan
kompetensi peserta kegiatan ini terutama dalam
hal teknologi reproduksi.

Tim Penulis

Sekretariat Ormawa FKH (Ex-Vetshop),


Jl. Agatis, FKH
Kampus IPB Darmaga – Bogor 16680
Divisi Eksternal Himpro Ruminansia
Fakultas Kedokteran Hewan IPB
DAFTAR ISI

PENDAHULUAN ............................... i
Penurunan Libido ................................ 1
Abses ................................................... 2
Scabies ................................................. 5
Ektoparasit ........................................... 9
Kesulitan Partus ................................... 13
Terhimpit ............................................. 17
Pink Eye .............................................. 19
Diare .................................................... 24
Bovine Ephemeral Fever ..................... 28
Anoreksia ............................................. 31
Gertak Birahi Inseminasi Buatan ......... 32
Kepincangan ........................................ 34
Mastitis ................................................ 35
Digestive Problem ............................... 38
Left Displacement Abomasum ............ 41
Metritis ................................................ 42
Sapi Freemartin.................................... 44
Prolaps Cerviks .................................... 45
Tympani atau Kembung ...................... 46
Retensi Plasenta ................................... 50
Infeksi Tali Pusar ................................. 51
Buku Praktis Panduan Magang Dokter Hewan
iv di
Lapangan
Balanopostitis ...................................... 52
Footrot ................................................. 58
DAFTAR PUSTAKA .......................... 61
Catatan

Sekretariat Ormawa FKH (Ex-Vetshop),


Jl. Agatis, FKH
Kampus IPB Darmaga – Bogor 16680
Divisi Eksternal Himpro Ruminansia
Fakultas Kedokteran Hewan IPB

PENURUNAN LIBIDO
Libido merupakan nafsu birahi yang
bersifat naluri. Faktor-faktor yang
mempengaruhi libido adalah kadar hormon
testosteron dalam tubuh, kondisi fisik, diet,
exercise, stress, dan penyakit kardiovaskular.
Sebagai evaluasi atas kejadian ini, secara
rutin dilakukan pengecekan libido. Libido
seekor pejantan dapat dicek melalui frekuensi
berkopulasi ataupun berejakulasi secara normal
dalam satuan waktu tertentu. Frekuensi
berkopulasi ataupun berejakulasi bervariasi
antara spesies dan bangsa ternak, perbandingan
jantan dan betina, periode istirahat kelamin,
iklim dan rangsangan seksual alami. Treatment
yang dilakukan berupa:

Buku Praktis Panduan Magang Dokter Hewan


vi di
Lapangan
1.Physical examination 2. Exercise

3. Perbaikan diet

Sekretariat Ormawa FKH (Ex-Vetshop),


Jl. Agatis, FKH
Kampus IPB Darmaga – Bogor 16680
Divisi Eksternal Himpro Ruminansia
Fakultas Kedokteran Hewan IPB
ABSES
Abses adalah penumpukkan nanah pada
suatu daerah tubuh. Nanah adalah

cairan yang kaya dengan protein dan


mengandung sel darah putih yang telah mati
dan dapat berwarna kuning atau putih.
Berdasarkan hasil analisa faktor resiko, kasus
abses terjadi karena persembuhan luka yang
kurang maksimal diikuti dengan infeksi bakteri
pada lokasi perlukaan. Faktor-faktor lain yang
dapat mempengaruhi tingkat keparahan abses
diantaranya yaitu kotoran atau benda asing di
daerah terjadinya infeksi, daerah yang
terinfeksi mendapatkan aliran darah yang
kurang serta terdapat gangguan pada sistem
kekebalan hewan.
Pilihan pengobatan untuk abses adalah
sebagai berikut:
1. Antibiotik – Tujuan utama dari antibiotik
adalah untuk membantu mengontrol dan
akhirnya menghilangkan bakteri yang
dapat menyebabkan infeksi pada abses.

Buku Praktis Panduan Magang Dokter Hewan


viii di
Lapangan
2. Penghilang rasa sakit (Analgesik) – Obat
ini bertujuan untuk mengurangi
pembengkakan, kemerahan, nyeri, dan
rasa sakit yang terkait dengan abses.
3. Drainase – Drainase mengacu pada
proses pembuatan sayatan kecil pada
abses untuk memungkinkan nanah atau
cairan mengalir, yang secara signifikan
dapat mengurangi rasa sakit.
4. Operasi – Tindakan ini lebih cocok ketika
drainase biasa tidak mungkin dilakukan
atau ketika abses memiliki risiko.

Pengobatan abses

SCABIES
Scabies adalah penyakit kulit yang sering
dijumpai pada ternak di Indonesia dan
cenderung sulit disembuhkan. Penyakit ini
disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei, yang
Sekretariat Ormawa FKH (Ex-Vetshop),
Jl. Agatis, FKH
Kampus IPB Darmaga – Bogor 16680
Divisi Eksternal Himpro Ruminansia
Fakultas Kedokteran Hewan IPB
menyerang hewan terutama pada bagian kulit
yang dapat menurunkan produksi daging,
kualitas kulit, dan mengganggu kesehatan
masyarakat. Penyakit ini lebih banyak dijumpai
pada kambing dibandingkan pada domba.

Gejala Klinis :
Kambing penderita skabies
memperlihatkan gejala gatal-gatal pada kulit,
kemudian kulit akan melepuh terutama di
daerah muka dan punggung, akhirnya cepat
meluas ke seluruh tubuh. Kambing yang
terinfeksi penyakit skabies menunjukkan gejala
kekurusan, penurunan

kualitas kulit, di samping itu dapat


menimbulkan kematian. Jika daerah muka
terutama sudut mulut terserang maka akan
terjadi kesulitan dalam mengambil dan
mengunyah pakan sehingga menjadi hewan
kurus, serta dapat menurunkan produksi
daging. Skabies menyebabkan kualitas kulit
menurun dan dapat menimbulkan kematian.

Buku Praktis Panduan Magang Dokter Hewan


x di
Lapangan
Pengobatan dan Pencegahan :
Kambing yang terserang skabies dapat
diobati dengan :
1. Ivermectin dengan dosis 0,2 mg/kg berat
badan secara subkutan dengan ulangan 2
kali setiap 21 hari.
2. Asuntol 0,1% dalam air dengan cara
dimandikan sebanyak 5 kali dengan
selang waktu 10 hari. Pengobatan
alternatif pada kambing dapat
menggunakan salep belerang,

campuran bawang merah, cuka dan oli


bekas, biasa digunakan peternak.
3. Heyne (1987) melaporkan campuran
daun delima dan jeruk nipis digunakan
peternak mengobati skabies pada
kambing.
Dalam melakukan pencegahan dan
pengendalian penyakit skabies perlu
diperhatikan pola hidup, sanitasi, pemindahan
hewan, karantina, dan pengobatan. Pola dan
kebiasaan hidup yang kurang bersih dan kurang

Sekretariat Ormawa FKH (Ex-Vetshop),


Jl. Agatis, FKH
Kampus IPB Darmaga – Bogor 16680
Divisi Eksternal Himpro Ruminansia
Fakultas Kedokteran Hewan IPB
benar memungkinkan berlangsungnya siklus
hidup skabies dengan baik. Sanitasi termasuk
kualitas penyediaan air yang kurang dan jumlah
ternak yang terlalu padat dalam suatu kandang
perlu dihindari. Pemindahan hewan dari satu
tempat ke tempat lain perlu penanganan yang
serius. Mengingat masa inkubasi yang lama,
maka semua ternak yang sudah berkontak

dengan hewan penderita perlu diobati meskipun


tidak ada gejala klinis atau hewan penderita
sudah diisolasi. Skabies yang disertai infeksi
sekunder dapat diterapi dengan antibiotika
(Hill, 1995).

Treatment scabies

Hal-hal yang mungkin dapat menjadi


penyebab kegagalan pengobatan adalah:

Buku Praktis Panduan Magang Dokter Hewan


xii di
Lapangan
1. Adanya reinfeksi.
2. Pengobatan tidak dilakukan dengan
baik.
3. Adanya resistensi tungau terhadap
obat, adanya imunosupresi.

EKTOPARASIT
1. Kutu
Jenis kutu yang biasa terdapat pada
kambing yaitu kutu penggigit dan kutu
pengisap. Kutu penggigit memakan sel-sel kulit
mati pada kambing dan membuat gatal.
Sedangkan kutu pengisap tidak hanya
menyebabkan gatal, tetapi juga mengisap darah
yang dapat menyebabkan anemia.
Kutu cenderung hinggap di kambing pada
bulan musim dingin (bisa musim hujan atau
daerah dengan suhu yang cukup dingin).
Kemungkinan keberadaan kutu dapat diketahui
dengan memperhatikan kambing yang
menunjukkan tanda-tanda gatal. Bulu-bulu
yang mungkin mulai terlihat kasar, dan

Sekretariat Ormawa FKH (Ex-Vetshop),


Jl. Agatis, FKH
Kampus IPB Darmaga – Bogor 16680
Divisi Eksternal Himpro Ruminansia
Fakultas Kedokteran Hewan IPB
kambing akan gosokkan pada pagar atau
dinding kandang (lebih dari biasanya),
memiliki ketombe,

kehilangan rambut, dan mengunyah bulu pada


dirinya sendiri.
Kita dapat melihat kutu atau telur keabu-
abuan (disebut nits) dengan memeriksa bagian
atas punggung kambing (dapat menggunakan
kaca pembesar supaya lebih jelas). Sedangkan
untuk menentukan kutu penghisap atau
penggigit, diperlukan pemeriksaan
mikroskopis. Kutu pengisap memiliki kepala
besar, dan kutu penggigit memiliki kepala kecil.
Kepala kutu penggigit lebih kecil
dibandingkan dengan kutu pengisap.
Keberadaan kutu dapat dikontrol dengan teratur
menyikat kambing atau menjemur kambing
ketika cuaca lebih hangat. Jika kutu kambing
tidak parah - mengalami rasa gatal dan rambut
rontok - bahkan tanpa perawatan, kutu akan
pergi sendiri ketika cuaca hangat dan kambing
menghabiskan
Buku Praktis Panduan Magang Dokter Hewan
xiv di
Lapangan
lebih banyak waktu di bawah sinar matahari.
Untuk kasus yang lebih parah, kambing dapat
diobati denganproduk yang
mengandung paramethrin.

Gambaran klinis terkena kutu


2. Tungau
Seperti kutu, tungau kambing hinggap
terutama selama bulan-bulan dingin. Lapisan
kulit berkerak dan rambut rontok dapat terlihat
pada kambing saat tungau menyerang. Salah
satu contohnya adalah Sarcoptes scabiei dapat
menyebabkan terjadinya skabies sebagaimana
telah dijelaskan diatas.

3. Keds

Sekretariat Ormawa FKH (Ex-Vetshop),


Jl. Agatis, FKH
Kampus IPB Darmaga – Bogor 16680
Divisi Eksternal Himpro Ruminansia
Fakultas Kedokteran Hewan IPB
Keds (juga disebut kutu lalat) adalah kutu
yang bersayap, serangga melompat yang dapat
mendiami kambing, biasanya pada musim semi
atau musim panas. Semua dari mereka adalah
pengisap darah, dan bisa menyebabkan masalah
yang serius. Untuk mengetahui jenis kutu
apakah itu, dapat dilakukan pengambilan kutu
lalu dimasukkan ke dalam botol berisi alkohol
untuk nantinya diperiksa agar dapat diketahui
jenis obat yang tepat. Pour-on atau semprot
yang berisi insektisida permethrin alami dapat
dilakukan untuk mengusir ektoparasit ini.

Treatment Kutu dan Caplak

KESULITAN PARTUS
Terkadang di lapangan ditemukan kasus
betina yang mengalami kejadian kelahiran yang
tidak normal dikarenakan posisi fetus yang
salah. Kaki depan fetus tidak berada pada ujung

Buku Praktis Panduan Magang Dokter Hewan


xvi di
Lapangan
uterus sehingga perlu bantuan untuk
mengeluarkan fetus karena induk sudah tidak
kuat untuk merejang.
Posisi kelahiran normal pada kambing
yaitu posisi anterior (ke depan) dan posisi
posterior (ke belakang). Posisi anterior (ke
depan) yaitu posisi kepala diletakkan pada kaki
depan. Posisi posterior (ke belakang) yaitu
kedua kaki belakang masuk dalam saluran
peranakan dan bagian punggungnya mengarah
ke punggung induk. Pada posisi ini biasanya
memerlukan waktu lebih lama.
Langkah-langkah dalam membantu
kelahiran adalah sebagai berikut:

1. Bersihkan vulva (bibir kemaluan induk)


dan daerah sekitarnya dengan sabun dan
air.
2. Cucilah tangan dan lengan anda lulur
dengan sabun yang lunak sebagai pelicin.
3. Masukkan tangan pelan-pelan dengan
posisi menguncup ke dalam lubang
kelahiran.

Sekretariat Ormawa FKH (Ex-Vetshop),


Jl. Agatis, FKH
Kampus IPB Darmaga – Bogor 16680
Divisi Eksternal Himpro Ruminansia
Fakultas Kedokteran Hewan IPB
4. Rasakan dan pastikan bagian-bagian
tubuh anak seperti kaki, kepala, dan
bagian lainnya dari satu atau dua anak
(kembar).
5. Jika posisi anterior (ke depan) harus
merasakan kaki depan dan kepala, bila
salah satu kaki belum ketemu maka harus
dicari yang satunya lagi, kemudian tarik
dengan lembut dan hati-hati ke posisi
yang normal untuk mengeluarkan
anaknya.

6. Jika posisi posterior (ke belakang), kedua


kaki belakang harus sejajar. Perbedaan
kaki depan dan belakang adalah arah
telapak kaki. Kaki depan mengarah ke
bawah, sedangkan kaki belakang
mengarah ke atas.
7. Apabila sebagian tubuh anak tidak
terletak pada posisi yang normal maka
harus dibetulkan ke posisi yang benar
(reposisi), kemudian tariklah dengan
lembut untuk mengeluarkan anaknya.
Buku Praktis Panduan Magang Dokter Hewan
xviii di
Lapangan
8. Untuk membantu pernafasan setelah anak
keluar, maka bersihkanlah lendir yang
terdapat di dalam hidung dengan cara
menggelitik bagian dalam hidung dengan
seutas jerami atau mengayunkam
tubuhnya ke atas dan ke bawah dengan
hati-hati.
9. Terakhir, jika anak sudah bisa bernafas,
dekatkanlah dengan

induknya untuk dijilati sampai kering dan


disusui. Jaga sampai anak kambing bias
berdiri sendiri selama 3-6 jam.

Membantu kesulitan partus pada kambing

Kelahiran sapi bisa normal, tetapi untuk


beberapa kasus seperti oversize maka harus
diberi perlakuan yang berbeda. Fetus ditarik

Sekretariat Ormawa FKH (Ex-Vetshop),


Jl. Agatis, FKH
Kampus IPB Darmaga – Bogor 16680
Divisi Eksternal Himpro Ruminansia
Fakultas Kedokteran Hewan IPB
keluar, jika perlu liang vagina diinsisi.
Kesusahan dalam melahirkan disebut distokia.
Situs habitus ada dua yaitu posterior dan
anterior. Habitus adalah bagian tubuh selain
kaki yang terpegang seperti perut atau organ
lain saat palpasi. Untuk itu, dilakukan retropulsi

yaitu tindakan pengembalian kondisi organ


secara normal.

Membantu Partus pada Sapi

TERHIMPIT
Cukup banyak kasus kambing yang
kakinya terhimpit alas kandang yang rusak.

Penanggulangan :
Penanganan kasus ini cukup mudah yaitu
dengan mengangkat bagian yang terhimpit.

Buku Praktis Panduan Magang Dokter Hewan


xx di
Lapangan
Namun bila kasus ini terjadi terjadi terus-
menerus dikhawatirkan meningkatkan angka
kematian pada

kambing sehingga dapat menimbulkan


kerugian ekonomi. Controlling dalam setiap
kandang perlu dilakukan selama 24 jam untuk
mencegah kejadian ini terulang kembali dan
perbaikan fasilitas kandang segera dilakukan
untuk menghindari kejadian tersebut. Kambing
akan mengalami shock beberapa menit apabila
terhimpit alas kandang ataupun tali tambang.
Aliran darah terhenti sesaat karena tercekik
tersebut dan memungkinkan terjadi kelemahan
pada kambing yang menyebabkan kambing
lemah hingga ambruk. Penanggulangan
kambing yang tercekik dilakukan dengan cara
melakukan pijatan pada seluruh badan kambing
untuk mengurangi shock serta memberikan air
minum melalui mulut secukupnya
menggunakan spoit karena kambing tersebut
mengalami kelelahan dan dehidrasi. Kambing
akan berdiri

Sekretariat Ormawa FKH (Ex-Vetshop),


Jl. Agatis, FKH
Kampus IPB Darmaga – Bogor 16680
Divisi Eksternal Himpro Ruminansia
Fakultas Kedokteran Hewan IPB

kembali beberapa menit ataupun jam setelah


kondisi tubuh kembali normal.

PINK EYE (Keratitis Infeksius pada Sapi,


Blight)
Penyakit ini biasanya ditemukan pada
sapi perah dan kambing, juga dapat menyerang
semua jenis ternak pada semua tingkat umur,
tetapi hewan muda lebih peka dibandingkan
dengan hewan tua. Penyakit ini
menggambarkan lesio yang terbentuk yaitu
kemerahan pada mata yang disebabkan oleh
bakteri.

Penularan :
Pink eye disebut juga penyakit endemik,
karena ditempat yang telah terinfeksi dapat
berjangkit kembali setiap tahunnya. Penyakit
ini sering timbul dengan tiba-tiba terutama pada
hewan

Buku Praktis Panduan Magang Dokter Hewan


xxii di
Lapangan
dalam keadaan lelah. Faktor-faktor yang
mempengaruhi timbulnya infeksi pink eye yaitu
lalat, debu, kelembaban, musim, iklim,
kepadatan hewan di dalam kandang, serta
kualitas makanan. Infeksi pink eye lebih
banyak berjangkit pada peralihan musim
kemarau dibandingkan dengan musim
penghujan. Tetapi pada kasus yang kronis dapat
berlangsung sepanjang tahun.

Gejala Klinis :
 Pada tahap awal : satu atau dua dapat
terkena infeksi, dengan masa inkubasi 2
– 3 hari, terjadi pembesaran pembuluh
darah vena cornea, odema konjungtiva,
mata kotor disertai discharge
(keluaran), bleparospasmus dan takut
pada sinar matahari.

 Demam ringan, kurang nafsu makan,


produksi susu kadang-kadang turun.
Sekretariat Ormawa FKH (Ex-Vetshop),
Jl. Agatis, FKH
Kampus IPB Darmaga – Bogor 16680
Divisi Eksternal Himpro Ruminansia
Fakultas Kedokteran Hewan IPB
 Saat hari ketiga, beberapa hewan yang
terkena dapat sembuh spontan, luka
menyebar ke daerah kornea, terbentuk
lapisan bulat berwarna putih
kekuningan dapat sembuh secara
sempurna dalam waktu 3 – 5 minggu.
 Pada tahap selanjutnya, luka mengering
berwarna putih di bagian pusat mata,
kemudian mata berkembang menjadi
lebih runcing (mengecil) oleh karena
pengumpulan nanah berwarna kuning
di bagian konjungtiva, aliran darah
menjadi lebih aktif, terjadi arytrema di
sekitar lesio, ulserasi pada pusat lesio
dapat

diikuti dengan kesobekan pada bagian


mata.

Pengobatan :
 Pada kasus akut segera diobati dengan
salap mata atau larutan yang dimasukan
ke bagian atas dan bawah dari selaput

Buku Praktis Panduan Magang Dokter Hewan


xxiv di
Lapangan
mata (conjunctiva), obat-obatan
tersebut mengandung furazolidone,
oxytetracycline, peniciline
streptomycin, dan benzanthene
cloxacilin. Pengobatan sekali sehari, 3
kali sehari jauh lebih baik, pindahkan
sapi dari kandang yang gelap dan
lembab.
 Apabila penderita mengalami
peningkatan vaskularisasi, suntikkan
langsung pada bagian conjunctiva
dengan Dexamethazone 1 mg,
peniciline

streptomycin atau preparat yang sama.


 Kesembuhan dapat terjadi 3 – 4 minggu
kemudian, penyuntikan diulangi bila
diperlukan.
 Pemberian obat secara sistemik
diperlukan antara lain dengan :
R/sulfamidine 100 mg/kg BB/hari,
selama 3 hari untuk infeksi tunggal

Sekretariat Ormawa FKH (Ex-Vetshop),


Jl. Agatis, FKH
Kampus IPB Darmaga – Bogor 16680
Divisi Eksternal Himpro Ruminansia
Fakultas Kedokteran Hewan IPB
dapat diberikan R/oxytetracycline 20
mg/kg BB.

Pengendalian :
 Kontrol terhadap serangan lalat.
 Vaksinasi dapat dilakukan, namun
masih kurang efektif.
 Lakukan surveilance dan pengobatan
secara dini.
 Hewan yang dianggap sebagai sumber
infeksi segera diisolasi dari kawanan
ternak untuk

menghindari kontak dengan hewan


yang sehat baik secara langsung atau
tidak langsung melalui dinding
kandang dan air minum.
 Sanitasi yaitu dengan menjaga
kebersihan kandang serta lingkungan
yang bersih.
 Mengurangi jumlah hewan di dalam
kandang. Akibat terlalu padat hewan

Buku Praktis Panduan Magang Dokter Hewan


xxvi di
Lapangan
didalam kandang dapat menyebabkan
kontaminasi sesama.
 Pemberian makanan yang cukup
mengandung vitamin A atau
pengembalaan yang baik sehingga
dapat terhindar timbulnya infeksi.

DIARE
Diare adalah gejala abnormalitas sistem
pencernaan dan sering terjadi pada anak
kambing. Gejala ini tidak hanya

menyebabkan kekurangan penyerapan sari-sari


makanan, tetapi ternak juga akan mengalami
kehilangan cairan dalan jumlah banyak. Diare
yang terjadi pada anak kambing (minggu-
minggu pertama kelahiran) dapat menyebabkan
dehidrasi dan kematian (Thompson 2004).
Secara garis besar, penyebab diare dapat
digolongkan menjadi dua bentuk, yaitu non
infeksi dan agen infeksi (bakteri, protozoa atau
virus). Umumnya kejadian non infeksi
dikarenakan pakan pengganti air susu yang

Sekretariat Ormawa FKH (Ex-Vetshop),


Jl. Agatis, FKH
Kampus IPB Darmaga – Bogor 16680
Divisi Eksternal Himpro Ruminansia
Fakultas Kedokteran Hewan IPB
berlebihan atau konsentrasi pakan yang tidak
tepat, daun-daun dengan kadar protein yang
tinggi dan kualitas pakan yang rendah. Pada
kejadian infeksi, biasanya disebabkan oleh
Escherichia coli, Cryptospridia, Eimerria sp.
dan cacing. Colibacillosis (E. coli) biasanya
terjadi pada minggu pertama, terutama pada
anak kambing yang tidak cukup menerima

kolostrum. Cryptosporidiasis dapat


menyebabkan diare pada anak kambing umur 2-
3 minggu. Beberapa penyebab kasus diare yang
menyebutkan bahwa Cryptosporidia, E. coli
dan virus mampu menyerang secara bersama-
sama sehingga menyebabkan diare yang hebat.
Pada umur 1 bulan, biasanya diare yang terjadi
akibat infeksi Eimerria sp. (koksidiosis) dan
infestasi cacing nematoda. Walaupun infeksi
bekteri sangat jarang terjadi pada umur 1 bulan,
tetapi infeksi Yersinia dapat menyebabkan
diare yang berakhir kematian. Yersiniosis
sering sekali terjadi dan berhubungan dengan
koksidiosis dan infestasi parasit lainnya.

Buku Praktis Panduan Magang Dokter Hewan


xxviii di
Lapangan
Pencegahan :
Pencegahan dapat dilakukan dengan cara
:

1. Memisahkan ternak yang diare


unntuk menghindari terjadinya
kontaminasi lingkungan dengan agen
penyakit (bakter, parasit dan virus).
2. Kandang selalu diusahakan dalam
keadaan kering dan hangat.
3. Antibiotika tidak dianjurkan untuk
diberikan pada anak kambing karena
dapat mematikan bakteri normal yang
terdapat di dalam saluran pencernaan.
4. Jika anak kambing dikandangkan
maka diusahakan agar kandang selalu
bersih, kering dan hangat dengan
ventilasi udara yang baik.

Sekretariat Ormawa FKH (Ex-Vetshop),


Jl. Agatis, FKH
Kampus IPB Darmaga – Bogor 16680
Divisi Eksternal Himpro Ruminansia
Fakultas Kedokteran Hewan IPB
5. Pakan disediakan dalam kontainer
yang tidak terkontaminasi oleh feses.
6. Anak-anak kambing harus dijaga
agar tidak masuk ke dalam
lingkungan yang terkontaminan oleh
Cryptosporidia dan Eimerria sp.
Stadium infektif Cryptosporidia
sangat resisten, tetapi dapat dirusak
dengan 10% formalin atau 5-10%
ammonia.

BOVINE EPHEMERAL FEVER (BEF)


Bovine Ephemeral Fever (BEF) adalah
salah satu penyakit virus arbo pada sapi dan
kerbau, seperti Bos taurus, Bos indicus dan Bos
javanicus. Pada ruminansia lainnya infeksi
BEF biasanya tidak menimbulkan gejala klinis.
Penyakit BEF sering juga disebut `three days
sickness', stiff sickness, dengue fever of

cattle, bovine epizootic fever dan lazy man's


disease.

Gejala Klinis :
Buku Praktis Panduan Magang Dokter Hewan
xxx di
Lapangan
Penyakit ini ditandai dengan demam
selama tiga hari, kekakuan dan kelumpuhan,
namun demikian dapat sembuh spontan dalam
waktu tiga hari. Oleh karena itu, nama BEF atau
demam tiga hari lebih sering digunakan.

Diagnosis :
Diagnosis BEF dapat dilakukan dengan
melihat gejala klinis, uji serologis, virologist
dan pemeriksaan patologis. Beberapa uji
serologis yang dapat dilakukan antara lain uji
serum netralisasi, ELISA dan Complemen
fiksasi. Selain uji serologis, isolasi virus atau
deteksi virus BEF sering dilakukan. Beberapa
macam uji deteksi virus dapat dilakukan

diantaranya uji Real-time PCR (q-PCR), loop-


mediated isothermal amplification (RTLAMP).

Pengendalian :
Pemberian vaksin BEF dapat mengurangi
kasus yang ada, namun perlu dipelajari
epidemiologi daerah setempat. Pengobatan

Sekretariat Ormawa FKH (Ex-Vetshop),


Jl. Agatis, FKH
Kampus IPB Darmaga – Bogor 16680
Divisi Eksternal Himpro Ruminansia
Fakultas Kedokteran Hewan IPB
tidak efektif, namun pemberian antibiotik,
antiinflamasi, pemberian cairan dinilai cukup
efektif untuk mengurangi terjadinya infeksi
sekunder, yang dapat memperparah kondisi
hewan, dan dapat berakibat fatal. Selain
pemberian vaksin BEF, manajemen yang baik
perlu diterapkan dimana sanitasi kandang dan
lingkungan perlu diperhatikan.

ANOREKSIA
Anoreksia adalah tidak adanya selera
makan atau hewan tidak tertarik untuk menelan
pakan. Pada istilah klinik, anoreksia total
adalah hilangnya rasa lapar yang patologik.
Anoreksia berkaitan dengan banyak proses
penyakit yang secara langsung menghambat
atau menekan aktivitas pusat lapar atau
merangsang aktivitas pusat kenyang. Anoreksia
bisa bersifat parsial atau total, patologik,
fisiologik, atau psikologik. Oleh karena
anoreksia berkaitan dengan banyak proses
Buku Praktis Panduan Magang Dokter Hewan
xxxii di
Lapangan
penyakit, maka tugas utama seorang klinikus
adalah menentukan apakah anoreksia yang
terjadi pada pasiennya bersifat patologik atau
fisiologik/psikologik, dan mengoreksi
penyebab utamanya. Banyak penyakit atau
gangguan mengakibatkan anoreksia. Pada
gangguan tertentu, misalnya kanker,

mekanisme sesungguhnya tidak diketahui


secara keseluruhan. Untuk tujuan diagnosis,
anoreksia dikatagorikan menjadi: primer,
skunder, atau semu (pseudo).

GERTAK BIRAHI INSEMINASI BUATAN


Inseminasi buatan atau disebut juga
dengan kawin suntik adalah memasukkan
sperma jantan ke dalam organ reproduksi betina
yang sedang birahi dengan alat bantu. Alat yang
dibutuhkan adalah gun, plastic sheat, straw,
gloves, air hangat, termos dan gunting.
Inseminasi buatan dilakukan dengan
pendekatan palpasi rektal dan vagina. Cara
melakukan IB adalah pertama, straw

Sekretariat Ormawa FKH (Ex-Vetshop),


Jl. Agatis, FKH
Kampus IPB Darmaga – Bogor 16680
Divisi Eksternal Himpro Ruminansia
Fakultas Kedokteran Hewan IPB
dikeluarkan dari termos nitrogen cair.
Kemudian, straw dimasukkan ke dalam air
hangat (thawing) sekitar 36 derajat Celsius
selama 10-20

detik. Setelah itu, straw dimasukkan dalam gun,


ujungnya dipotong dan dimasukkan kedalam
plastic sheat. Shoot gun telah siap digunakan
untuk menginseminasi. Palpasi rektal
digunakan untuk memandu shoot gun, jika ada
kotoran maka dikeluarkan terlebih dahulu.
Palpasi serviks hingga menemukan cincin ke
empat. Shoot gun dimasukkan melalui vagina
dipandu dengan palpasi rektal oleh tangan
kanan atau tangan kiri. Sapi minimal 20 bulan
boleh diinseminasi buatan. Handling sapi
dengan badan menyamping.
Prostaglandin disuntik untuk merangsag
birahi. Gertak birahi dapat dilakukan dengan
penyuntikan hormone PGF2-alfa. Jika dalam
jangka waktu dua minggu, hewan tidak
mengalami birahi maka hewan diduga
mengalami gangguan reproduksi yang

Buku Praktis Panduan Magang Dokter Hewan


xxxiv di
Lapangan
berhubungan dengan keadaan ovarium.
Ovarium dapat

mengalami hipofungsi sehingga folikel tidak


dapat diproduksi.

Gertak Birahi Inseminasi Buatan

KEPINCANGAN (POTONG KUKU


LOCOMOTION CONDITION SCORE)
Locomotion Condition Score berfungsi
sebagai deteksi dini kepincangan pada Sapi.
Parameter untuk melihat kesehatan kuku, yaitu:
1. Ketika sapi berdiri, tulang punggung
masih lurus. Tetapi ketika berjalan agak
melengkung.
2. Ketika sapi berdiri agak melengkung

Sekretariat Ormawa FKH (Ex-Vetshop),


Jl. Agatis, FKH
Kampus IPB Darmaga – Bogor 16680
Divisi Eksternal Himpro Ruminansia
Fakultas Kedokteran Hewan IPB
3. Ketika sapi berdiri sudah sangat
melengkung.
Alat pemotong kuku disebut rennet.
Bagian terluar kaki disebut white line yang
berguna untuk menapak. Ketika sapi
mengalami kepincangan, hal pertama yang
dilakukan yaitu memotong kuku dan lihat
apakah ada infeksi atau tidak. Jika setelah
pemotongan ditemukan luka maka pengobatan
dilakukan dengan cara memberikan “Gusanex”
yaitu obat anti larva agar luka tersebut tidak
dihinggapi lalat dan ditumbuhi larva yang akan
mengakibatkan myasis.

MASTITIS
Mastitis adalah suatu peradangan dari
kelenjar susu yang dapat mengakibatkan
kerusakan-kerusakan pada jaringan kelenjar
susu, air susu menjadi kental atau bisa seperti
kental bercampur

nanah ataupun bercampur darah. Mastitis


umumnya terdapat pada sapi dewasa dan yang
sedang laktasi. Pemicu mastitis yang disebakan
Buku Praktis Panduan Magang Dokter Hewan
xxxvi di
Lapangan
oleh bakteri berada di alveol kelenjar ambing.
Mastitis pada satu ambing dapat menular ke
ambing yang lain. Faktor yang dapat
merangsang penyebaran mastitis adalah
higienitas dan pemerasan susu yang tidak
tuntas. Tingkatan mastitis adalah T1, T2, T3,
change, dan watery. Tingkatan keparahan
mastitis bisa gabungan dari beberapa tingkatan.

Gejala Klinis :
Gejala klinis dari mastitis adalah puting
bengkak, merah, ambing keras, susu
menggumpal berwarna kuning.

Pengobatan :
Pengobatan mastitis dapat dilakukan
ketika masih terlihat gejala subklinis dengan
pemberian antibiotic, umumnya digunakan
penicillin streptomycin. Sedangkan,
pengobatan dengan gejala klinis bisa diobati

Sekretariat Ormawa FKH (Ex-Vetshop),


Jl. Agatis, FKH
Kampus IPB Darmaga – Bogor 16680
Divisi Eksternal Himpro Ruminansia
Fakultas Kedokteran Hewan IPB
dengan obat mastitis. Ketika gejala
menunjukkan ambing keras, dapat diberikan
obat analgesic yang dapat meringankan rasa
nyeri dan ambing cepat terasa empuk.
Pengobatan dapat dilakukan dengan
intramuscular dan intramammae.

Kasus Mastitis

DIGESTIVE PROBLEM
Indigesti merupakan sindrom gangguan
pencernaan yang berasal dari rumen atau
retikulum, ditandai dengan menurun atau
hilangnya gerak rumen, lemahnya tonus kedua
lambung tersebut, hingga ingesta tertimbun
didalamnya dan disertai pula dengan sembelit.
Indigesti sederhana merupakan gangguan

Buku Praktis Panduan Magang Dokter Hewan


xxxviiidi
Lapangan
minor yang terjadi pada gastrointestinal
ruminansia terutama pada sapi. Hal ini biasanya
berhubungan dengan perubahan kualitas
ataupun kuantitas pakan. Penyebab indigesti
sederhana antara lain perubahan pakan tiba-
tiba, pemberian pakan beku atau masak,
pengenalan pada ransum yang mengandung
urea, pemberian konsentrat setelah lama tidak
diberikan, dan pengenalan sapi dengan ransum
tinggi konsentrat. Selain itu, indigesti
sederhana

dapat disebabkan oleh sapi memakan plasenta


post partus.

Gejala Klinis :
Gejala klinis yang terlihat tergantung
pada penyebab dari gangguan pencernaan
tersebut. Pemberian silase yang berlebihan
akan menyebabkan sapi perah mengalami
anoreksia dan penurunan produksi susu. Pada
saat palpasi rumen terasa penuh dan padat,

Sekretariat Ormawa FKH (Ex-Vetshop),


Jl. Agatis, FKH
Kampus IPB Darmaga – Bogor 16680
Divisi Eksternal Himpro Ruminansia
Fakultas Kedokteran Hewan IPB
motilitas rumen pada kejadian ini akan
menurun. Temperatur, frekuensi jantung, dan
frekuensi pernafasan tetap normal. Feses
berbentuk normal namun berkurang.
Persembuhan dapat terjadi secara spontan
dalam waktu 24-48 jam. Sedangkan indigesti
yang disebabkan oleh pemberian konsentrat
yang berlebihan akan menunjukkan keadaan
anoreksia dan stasis rumen. Saat palpasi rumen
tidak terlalu penuh dan mungkin saja

mengandung cairan yang berlebihan. Feses


akan tampak lembek dengan bau yang sangat
khas.

Pengendalian :
Pemberian makanan penguat atau
makanan kasar perlu dihentikan. Sebaiknya,
pakan hijauan yang segar akan lebih menarik
bagi penderita. Air minum harus disediakan
secara berlebih (ad libitum), bila perlu dapat
diberikan garam dapur.

Buku Praktis Panduan Magang Dokter Hewan


xl di
Lapangan
Obstruksi adalah penyumbatan.
Obstruksi pada sapi terjadi karena tali, kain, dan
tampar termakan secara tidak sengaja.
Sehingga, menghambat pergerakan pada organ
pencernaan terutama reticulum. Gejala klinis
obstruksi yaitu nafsu makan sapi berkurang,
feses sedikit, dan terkadang demam.
Pengobatan

pada obstruksi dapat dilakukann dengan


operasi.

LEFT DISPLACEMENT ABOMASUM


Left displacement abomasum pada
umumnya terjadi pada hewan produksi tinggi.
Left displacement abomasum adalah dislokasi
abomasum dalam rongga pencernaan.

Gejala Klinis :
Gejala dari reposisi abomasum yaitu
hilangnya nafsu makan dan produksi menurun.
Disposisi abomasum pada abomasum
menimbulkan rasa sakit yang luar biasa

Sekretariat Ormawa FKH (Ex-Vetshop),


Jl. Agatis, FKH
Kampus IPB Darmaga – Bogor 16680
Divisi Eksternal Himpro Ruminansia
Fakultas Kedokteran Hewan IPB
sehingga hewan terbaring dan enggan berdiri.
Diagnosa kelainan ini akan terdengar “ping
ping ping” di daerah legok lapar hewan ketika
diauskultasi. Berbeda jika terjadi infeksi karena
masuknya benda

asing seperti kawat, ketika aukultasi denyut


jantung terdengar “sorr..sorr..”.

METRITIS
Metritis merupakan peradangan pada
endometrium (dinding rahim). Uterus (rahim)
sapi biasanya terkontaminasi dengan berbagai
mikroorganisme (bakteri) selama masa
puerpurium (masa nifas).
Gejala Klinis :
Gejalanya meliputi : leleran berwarna
jernih keputihan sampai purulen(kekuningan)
yang berlebihan, uterus mengalami pembesaran
(peningkatan ukuran). Penderita bisa nampak
sehat, walaupun dengan leleran vulva purulen
dan dalam uterusnya tertimbun cairan.
Pengaruh endometritis terhadap fertilitas
(pembuahan) adalah dalam jangka pendek,
Buku Praktis Panduan Magang Dokter Hewan
xlii di
Lapangan
menurunkan kesuburan, Calving Interval dan
S/C naik,

sedangkan jangka panjang menyebabkan


sterilitas(kemajiran) karena terjadi perubahan
saluran reproduksi. Faktor predisposisi
(pendukung) terjadinya endometritis adalah
distokia, retensi plasenta, musim, kelahiran
kembar, infeksi bakteri serta penyakit
metabolit.

Penanganan dan Pengobatan :


Penanganannya dengan injeksi antibiotik,
hormon (PGF2α) dan irigasi/ pemasukan
antiseptik intra uterina.
Pengobatan yang dilakukan paramedik di
lapang dilakukan dengan cara intramuscular
dan intrauterina. Obat yang diberikan secara
intrauterina yaitu, alamycin yang digunakan
untuk irigasi uterus dan colibact. Sedangkan
obat yang diberikan secara intramuscular yaitu,
biosan yang berfungsi meningkatkan ATP
sehingga dapat memperkuat otot, vetadril

Sekretariat Ormawa FKH (Ex-Vetshop),


Jl. Agatis, FKH
Kampus IPB Darmaga – Bogor 16680
Divisi Eksternal Himpro Ruminansia
Fakultas Kedokteran Hewan IPB

untuk merangsang nafsu makan, dan anoldon


sebagai antihistamin analgesik.

SAPI FREEMARTIN
Kelahiran kembar pedet jantan dan betina
pada umumnya (lebih dari 92%) mengalami
abnormalitas yang disebut dengan freemartin.
Abnormalitas ini terjadi pada fase
organogenesis (pembentukan organ dari embrio
di dalam kandungan), kemungkinan hal ini
disebabkan oleh adanya migrasi hormon jantan
melalui anastomosis vascular(hubungan
pembuluh darah) ke pedet betina dan karena
adanya intersexuality (kelainan kromosom).
Organ betina sapi freemartin tidak berkembang
(ovaria hipoplastik) dan ditemukan juga organ
jantan (glandula vesikularis). Sapi betina
nampak kejantanan seperti tumbuh rambut
kasar di

sekitar vulva, pinggul ramping dengan hymen


persisten.

Buku Praktis Panduan Magang Dokter Hewan


xliv di
Lapangan
PROLAPS VAGINA CERVIKS
Merupakan pembalikan uterus, vagina
dan servik, menggantung keluar melalui vulva.
Penyebabnya adalah hewan selalu
dikandangkan, tingginya estrogen, tekanan
intra abdominal saat berbaring maupun genetik.
Pada keadaan prolaps partial, organ masuk ke
saluran reproduksi seperti semula saat berdiri
namun bila terjadi secara total maka organ akan
tetap menggantung keluar meskipun dalam
keadaan berdiri.

Penanggulangan :
Penanggulangan secara teknis yaitu
dengan ditempatkan di kandang dengan
kemiringan 5 –15 cm lebih tinggi di bagian
belakang. Secara medis dapat dilakukan

dengan reposisi ke posisi semula, irigasi


(pemasukan dilanjutkan dengan pengeluaran)
antiseptik (povidon iodine) dan injeksi dengan
antibiotika spektrum luas (oxytetracycline).

Sekretariat Ormawa FKH (Ex-Vetshop),


Jl. Agatis, FKH
Kampus IPB Darmaga – Bogor 16680
Divisi Eksternal Himpro Ruminansia
Fakultas Kedokteran Hewan IPB

Prolaps Vagina Cerviks

TYMPANI ATAU KEMBUNG


Bloat atau tympani merupakan penyakit
alat pencernaan yang disertai penimbunan gas
dalam lambung akibat proses fermentasi
berjalan cepat. Pembesaran rumenoretikulum
oleh gas yang terbentuk, bisa dalam bentuk
busa persisten yang bercampur isi rumen
(kembung primer) dan gas bebas yang

terpisah dari ingesta (kembung sekunder).


Bloat atau kembung perut yang diderita sapi,
dapat menyebabkan kematian, dimana pada
sapi, jantungnya terletak disebelah kanan perut,
bukan dibagian dada seperti halnya manusia.
Hal tersebut akhirnya menyebabkan jantung
sapi terhimpit oleh angin dan asam lambung
saat menderita kembung. Karena kembung

Buku Praktis Panduan Magang Dokter Hewan


xlvi di
Lapangan
yang terjadi, mendesak dan mengakibatkan
perut sapi membesar kesamping.
Kembung (bloat) adalah akumulai gas
pada organ pencernaan, sehingga volume organ
membesar dan tidak berfungsi sebagaimana
mestinya. Penyebabnya antara lain ; memakan
banyak tanaman polong-polongan, rumput
muda, atau rumput yang dipupuk dengan
nitrogen secara intensif, pergantian pakan
secara tiba-tiba, memakan banyak pakan

yang mudah terfermentasi, memakan tanaman


beracun atau mengandung sisa bahan kimia,
serta kelumpuhan syaraf dan infeksi (Hemoragi
Septicemia).

Gejala Klinis :
Gejala sapi yang mengalami kembung
yaitu nafsu makan menurun, rumen membesar,
air liur mengental dan berbusa, napas cepat,
gelisah, dan bila diuskultasi akan terdenngar
“bung bung bung”.

Sekretariat Ormawa FKH (Ex-Vetshop),


Jl. Agatis, FKH
Kampus IPB Darmaga – Bogor 16680
Divisi Eksternal Himpro Ruminansia
Fakultas Kedokteran Hewan IPB
Pengendalian :
Pertolongan pertama untuk kembung
pada ruminansia adalah pemberian soda dan
minyak goreng (300-500 ml) sekali sehari
selama 2 – 3 hari, dan ulangi pengobatan sekali
setelah kembung hilang. Selanjutnya dapat pula
dilakukan dengan memberikan obat-obatan
seperti Anti Bloat

(bahan aktif: Dimethicone), dosis sapi/ kerbau:


100 ml obat diencerkan dengan 500 ml air,
sedang untuk kambing/ domba: 25 ml obat
diencerkan dengan 250 ml air, kemudian
diminumkan. Wonder Athympanicum, dosis:
sapi/ kerbau: 20 – 50 gram, sedang untuk
kambing/ domba: 5 – 20 gram, dicampur air
secukupnya, kemudian diminumkan. Apabila
keadaan ternak sudah parah maka upaya
pengeluaran gas dengan cara menusuk perut
ternak sebelah kiri dengan trocoar dan cannula.

Buku Praktis Panduan Magang Dokter Hewan


xlviii di
Lapangan
Pencegahan :
 Jangan memberikan air minum pada hewan
sebelum atau sesudah digembalakan di
padang rumput yang basah.
 Jemur rumput yang basah di bawah sinar
matahari 2 – 3 jam sebelum diberikan.
 Jika ingin mengganti pakan,campur dan
beri pakan separuhnya dengan
perbandingan pakan lama dan separuh lagi
pakan yang baru.

RETENSI PLASENTA
Merupakan suatu kondisi selaput fetus
menetap lebih lama dari 8 –12 jam di dalam
uterus setelah kelahiran. Pada dasarnya retensi
Sekretariat Ormawa FKH (Ex-Vetshop),
Jl. Agatis, FKH
Kampus IPB Darmaga – Bogor 16680
Divisi Eksternal Himpro Ruminansia
Fakultas Kedokteran Hewan IPB
plasenta adalah kegagalan pelepasan plasenta
anak (vili kotiledon) dan plasenta induk (krypta
caruncula).

Penyebabnya adalah infeksi (yang


menyebabkan uterus lemah untuk
berkontraksi), pakan (kekurangan karotin,
vitamin A) dan kurangnya exercise (sapi
diumbar) sehingga otot uterus tidak kuat untuk
bekontraksi.

Penanganan :
Penanganan yang dapat dilakukan dengan
pelepasan selaput fetus secara manual,
pemberian preparat antibiotika spektrum luas
(oxytetracyclin, Chlortetracyclin atau
Tetracyclin). Pengobatan secara tradisional
dapat dilakukan dengan pemberian daun waru
dan bambu dengan cara diberikan langsung
lewat pakan.

INFEKSI TALI PUSAR

Buku Praktis Panduan Magang Dokter Hewan


l di
Lapangan
Penyakit ini biasanya disebabkan karena
alat pemotong pusar yang d

digunakan tidak steril atau tali pusar tercemar


oleh bakteri. Biasanya penyakit ini menyerang
ternak umur 2 sampai 7 bulan.

Gejala Klinis :
Gejala yang terjadi antara lain terjadinya
pembengkakan dan jika disentuh akan terasa
keras.

Pengobatan :
Pengobatan dilakukan dengan cara
pemberian antibiotik.

BALANOPOSTITIS
Balanitis merupakan radang pada gland
penis. Postitis merupakan radang pada
preputium. Penyakit ini disebabkan oleh virus
IBR (Infectious Bovine Rhinotracheitis) atau
IPV (Infectious Pustular Vulvovaginitis).

Sekretariat Ormawa FKH (Ex-Vetshop),


Jl. Agatis, FKH
Kampus IPB Darmaga – Bogor 16680
Divisi Eksternal Himpro Ruminansia
Fakultas Kedokteran Hewan IPB
Virion beramplop berdiameter 120-200 nm.
Kapsid ikosaheral dengan 162
kapsomer.Genom DNA dibungkus oleh inti
fibrosa serupa kumparan yang berbentuk busur
dan tampak dikelilingi oleh serabut berpangkal
pada bagian dalam dari kapsid yang
mengelilinginya dan melewati lubang dari
busur.

Patogenesis :
Pada keadaan yang berat balanopostitis
dapat diikuti oleh perlekatan antara
penisdengan preputium sehingga berakibat
ereksi tidak sempurna khususnya pada sapi
pejantan muda.Infeksi yang terjadi pada penis
dan preputium dapat disebabkan oleh trauma
dan gangguan mekanis lainnya. Pada
kebanyakan kasus prognosa
balanopostitisadalah fausta, akan tetapi
kesembuhan secara sempurna tidak mungkin
terjadi.

Kerusakan yang berat menyebabkan sikatrik


pada lapisan mukosa preputium maupun
Buku Praktis Panduan Magang Dokter Hewan
lii di
Lapangan
penis.Perlekatan penis dengan preputium yang
ditimbulkan oleh keadaan ini barakibat pada
hilangnya kemampuan pejantan untuk
berkopulasi.Pada kejadian kasus yang berat
preputium disayat sehingga nanah dan urin
yang menumpuk dapat dikeluarkan.

Gejala Klinis :
Terdapat cairan mukopurulen dari
preputium. Dua sampai tiga hari pasca
penularan timbul banyak lepuh (pustule)
berwarna putih keabu-abuan di permukaan
penis. Permukaan tersebut akan mengelupas,
mengalami erosi, kemudian menghilang.
Kesembuhan terjadi setelah 5-6 hari pasca
penularan. Secara mikroskopis, lepuh yang
ditimbulkan menghasilkan reruntuhan dari
lapisan

epitel dari permukaan penis dan preputium,


serta akumulasi dari sel-sel radang dengan
kumpulan partikel virus (inclusion body) dari

Sekretariat Ormawa FKH (Ex-Vetshop),


Jl. Agatis, FKH
Kampus IPB Darmaga – Bogor 16680
Divisi Eksternal Himpro Ruminansia
Fakultas Kedokteran Hewan IPB
jaringan di sekitarnya.Pada infeksi kronis,
lepuh jarang ditemukan.
Infeksi penis oleh kuman campylobacter
tidak mengakibatkan perubahan yang spesifik
pada mukosanya, sedangkan infeksi
trichomonas fetus pada hewan jantan dapat
menimbulkan abses ringan pada epitel mukosa
penis. Balanopostitis akibat penyakit
tuberkulosa bersifat spesifik karena adanya
tuberkel-tuberkel yang berdiameter 1-2 mm,
berwarna cokelat kemerahandi dalam lapisan
epitel dan subkutan yang mengelilingi
permukaan glans penis.
Dari lepuh yang serupa pernah dapat
diisolasi Corinebacterium renale. Dua bentuk
balanopostitis ulcerative sudah

lama dikenal pada domba-domba di Australia.


Bentuk eksternal biasanya terjadi lebih dahulu
dan selanjutnya bentuk-bentuk ini akan
menyebabkan penyempitan pada mulut
preputium. Bentuk eksternal biasanya lebih
ringan dan terjadi pada ujung penis dan di
sekitar lubang preputium.Bentuk interna dari
Buku Praktis Panduan Magang Dokter Hewan
liv di
Lapangan
balanopostitis adalah bila bagian yang terkena
terjadi pada permukaan dalam preputium dan
seluruh permukaan penis. Pada kasus ini
diameter serta panjang penis dan preputium
dapat bertambah,dan mulut preputium dapat
mengalami luka bernanah disertai
adanyakumpulan yang terdiri dari jaringan
nekrotik, nanah, sperma, urine dan kotoran
yang menumpuk dalam rongga preputium.

Diagnosa :
Diagnosa dilakukan berdasarkan gejala
klinis yang terjadi.

Terapi :
Dilakukan pencucian penis dan
preputium secara berkala dengan cairan
antiseptic ringan 2-3 kali sehari. Pemberian
antibiotik secara lokal umumnya memberikan
kesembuhan karena balanopostitis seringkali

Sekretariat Ormawa FKH (Ex-Vetshop),


Jl. Agatis, FKH
Kampus IPB Darmaga – Bogor 16680
Divisi Eksternal Himpro Ruminansia
Fakultas Kedokteran Hewan IPB
disebabkan oleh infeksi lebih dari satu
mikroorganisme.

Pencegahan dan pengendalian :


Dapat dilakukan dengan menjaga sanitasi
kandang, kebersihan alat dan bahan yang
digunakan, kualitas air minum, nutrisi
seimbang, desinfeksi kandang, pencegahan
penularan agen

penyakit saat pengkoleksian semen dan


inseminasi buatan.

FOOTROT

Penyakit Footrot sering disebut


dengan penyakit busuk kuku atau busuk jari.
Penyakit ini disebabkan oleh infeksi

Buku Praktis Panduan Magang Dokter Hewan


lvi di
Lapangan
bakteri Fusobacterium necro-phorum
atau Fusiformisnecrophorus atau
Sphaerophorus necrophorus. Bakteri ini
muncul akibat terjadi luka pada kaki ternak.
Luka tersebut umumnya karena permukaan
atau lantai kandang yang terlalu kasar atau
terlalu basah. Penyakit ini pada umumnya
menyerang pada semua ternak ruminansia.

Morbiditas penyakit footrot rendah, tetapi


kejadiannya tinggi pada kawanan ternak di
daerah dengan tanah permukaan kasar, berbatu,
lumpur dan kotoran yang tergenang air.
Umumnya lesi terjadi kira-kira lima hari setelah
infeksi, tetapi kejadiannya dipengaruhi oleh
integritas jaringan.

Penanganan :
Pada beberapa kasus, footrot dapat
sembuh sendiri, tetapi kebanyakan tidak dapat
sembuh sendiri dan kejadiannya sering terulang
kembali. Penanganan penyakit ini harus
dilakukan dengan teliti, yaitu kaki yang

Sekretariat Ormawa FKH (Ex-Vetshop),


Jl. Agatis, FKH
Kampus IPB Darmaga – Bogor 16680
Divisi Eksternal Himpro Ruminansia
Fakultas Kedokteran Hewan IPB
terinfekasi dibersihkan dengan air. Kulit yang
telah mati dikelupas dan dibersihkan. Secara
tradisional dapat dilakukan dengan cara
menggunakan kapur barus dan minyak tanah
atau air tembakau.

Untuk menghindari lalat, dapat dispray


menggunakan obat anti lalat. Pemberian
suntikan antibiotika dapat dilakukan selama 3-
5 hari. Ternak penderita sebaiknya dipindahkan
ke tempat yang kering. Penyakit footrot dapat
dicegah dengan selalu memperhatikan kondisi
kandang. Ternak diusahakan selalu berada di
lantai yang kering dan dilakukan pemotongan
kuku. Lumpur dan kotoran sebagai pemicu
penyakit ini, selalu dibersihkan agar tidak
terselip diantara kuku. Untuk pencegahan dapat
dilakukan dengan menjaga kebersihan
kandang, gunakan alas lantai kandang yang
lunak. Di area kandang harus ada saluran
pembuangan kotoran atau drainase agar kotoran
dan air kencingnya dapat langsung teraliri.

Buku Praktis Panduan Magang Dokter Hewan


lviii di
Lapangan
DAFTAR PUSTAKA
Affandhy L. 2001. Pengobatan Alternatif pada
Ternak Ruminansia dengan
Pemanfaatan Tanaman Keluarga dan
Jamu Tradisional. Jurnal
Pengembangan Peternakan Tropis
(Journal of Tropical Animal
Development): 286-296.
Boden E. 2005. Black’s Veterinary Dictionary
21st. London: A&C Black.
Braverman Y, Rechtman S, Frish A, Braverman
R. 2003. Dynamics of biting activity

Sekretariat Ormawa FKH (Ex-Vetshop),


Jl. Agatis, FKH
Kampus IPB Darmaga – Bogor 16680
Divisi Eksternal Himpro Ruminansia
Fakultas Kedokteran Hewan IPB
Ettinger, S. J. dan E. C. Feldman. 2005.
Textbook of Veterinary Internal
Medicine Vol. 1. 6Th Ed. St. Louis,
Missouri: Elsevier Inc.
Iskandar T. 1982. Invasi ulang skabies
(Sarcoptes scabiei) pada kerbau

lumpur (Bos bubalus) dengan pengobatan


salep asuntol 50 WP konsentrasi 2%
dan perubahan patologik kulit. Penyakit
Hewan. 23: 2123.
Iskandar T. 1989. Pemeriksaan penyakit
(tinjauan patologi) pada domba dan
kambing di Rumah Potong Hewan
Klender, Tanah Abang dan Bogor. Pros.
Pertemuan Ilmiah Ruminansia Kecil.
Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan. Departemen Pertanian.
Bogor. hal. 135-139.
Manurung J, Beriajaya, S Partoutomo, dan
Knox. 1986. Pengobatan kudis kambing
yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes

Buku Praktis Panduan Magang Dokter Hewan


lx di
Lapangan
scabiei dengan ivermectin dan asuntol.
Penyakit Hewan. 18(31): 59-62.

Manurung J, P Stevenson, Beriajaya, dan Knox.


1990. Use of ivermectin to control
sarcoptic mange in goats in Indonesia.
Trop. Anim. Health Prod. 22: 206-210.
Manurung J, T Iskandar, dan Beriajaya. 1999.
Penanggulangan kudis pada kambing di
Kecamatan Cigudeg, Tenjo dan Parung
Panjang Kabupaten Bogor. Pros.
Seminar Nasional Peternakan dan
Veteriner. Pusat Penelitian dan
Pengebangan Peternakan. Departemen
Pertanian. hal. 999-1003.
Momtaz H, Nejat S, Moazeni M, Riahi M.
2012. Molecular epidemiology of
Bovine Ephemeral Fever virus in

Sekretariat Ormawa FKH (Ex-Vetshop),


Jl. Agatis, FKH
Kampus IPB Darmaga – Bogor 16680
Divisi Eksternal Himpro Ruminansia
Fakultas Kedokteran Hewan IPB
cattle and buffaloes in Iran. Revue Méd Vét.
163:415-418.
Pamungkas FA. 2006. Respon Fisiologi Tiga
Jenis Kambing Boer Di Musim
Kemarau Pada Dataran
Rendah.LokaPenelitian Kambing
Potong Sei Putih. Sumatra Utara.
Plumb DC. 2005. Veterinary Drug Handbook
5thedition. USA: Blackwell Publishing.
Ratnawati D, Pratiwi WC, Affandhy SL. 2007.
Petunjuk Teknis Penanganan
Gangguan Reproduksi Pada Sapi
Potong. Bogor (ID): Pusat Penelitian
dan Pengembangan Peternakan.
Saleh E. 2004. Dasar pengolahan susu dan hasil
ikutan ternak [artikel]. Medan (ID):
Universitas Sumatera Utara.

Saputro. 2015. Penyakit Bloat. [internet].


[diunduh pada 2016 Okt 07]. Tersedia
pada:
http://www.ilmuternak.com/2015/01/p

Buku Praktis Panduan Magang Dokter Hewan


lxii di
Lapangan
enyakit-bloat-tympani-kembung
perut.html.
Sitepoe, M. 2008. Cara Memelihara Domba
dan Kambing Organik. Jakarta (ID):
Indeks.
Thomson K. 2004. Goat Health And
Management. Boer Briefs: 1-2.
Tomaszewska, M. W., I. M. Mastika., A.
Djajanegara., S.Gardiner Dan T.
R.Wiradarya. 1993. Produksi Kambing
Dan Domba Di Indonesia. Surakarta
(ID) : Sebelas Maret University Press.
Yeruham I, Gur Y, Braverman Y. 2007.
Retrospective epidemiological
investigation of an outbreak of

bovine ephemeral fever in 1991


affecting dairy cattle herds on the
Mediterranean coastal plain. Vet
J.173:190-193.
Zaghloul AH, Mahmoud A, Hassan HY,
Hameida AA, Nayel MA, Zaghawa
Sekretariat Ormawa FKH (Ex-Vetshop),
Jl. Agatis, FKH
Kampus IPB Darmaga – Bogor 16680
Divisi Eksternal Himpro Ruminansia
Fakultas Kedokteran Hewan IPB
AA. 2012. Establishement of dot-blot
hybridization for diagnosis of Bovine
Ephemeral Fever virus in Egypt. Int J
Virol. 8:271-278.
Zheng FY, Lin GZ, Zhou JZ, Wang GH, Cao
XA, Gong XW, Qiu CQ. 2011. A
reverse-transcription, loop-mediated
isothermal amplification assay for
detection of Bovine Ephemeral Fever
virus in the blood ofinfected cattle. J
Virol Methods. 171:306-309.

Catatan :

Buku Praktis Panduan Magang Dokter Hewan


lxiv di
Lapangan
Catatan :

Sekretariat Ormawa FKH (Ex-Vetshop),


Jl. Agatis, FKH
Kampus IPB Darmaga – Bogor 16680
Divisi Eksternal Himpro Ruminansia
Fakultas Kedokteran Hewan IPB

Catatan :

Buku Praktis Panduan Magang Dokter Hewan


lxvi di
Lapangan
Catatan :

Sekretariat Ormawa FKH (Ex-Vetshop),


Jl. Agatis, FKH
Kampus IPB Darmaga – Bogor 16680
Divisi Eksternal Himpro Ruminansia
Fakultas Kedokteran Hewan IPB

Buku Praktis Panduan Magang Dokter Hewan


lxviii di
Lapangan

Anda mungkin juga menyukai