Anda di halaman 1dari 16

A.

Pengertian
a. Menurut WHO
Rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat berlindung, dimana
lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya
baik untuk kesehatan keluarga dan individu.
b. Menurut Sanropie dkk, 1991
Rumah sehat dapat diartikan sebagai tempat berlindung, bernaung dan tempat
untuk beristirahat, sehingga menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik,
rohani, maupun sosial.

Jadi, rumah sehat adalah bangunan tempat berlindung dan beristirahat serta
sebagai sarana pembinaan keluarga yang menumbuhkan kehidupan sehat secara
fisik, mental dan sosial, sehingga seluruh anggota keluarga dapat bekerja secara
produktif.

B. Syarat-Syarat

Menurut Budiman Chandra (2007), persyaratan rumah sehat yang tercantum dalam
Residential Environment dari WHO (1974) antara lain :

a. Harus dapat berlindung dari hujan, panas, dingin, dan berfungsi sebagai tempat
istrahat.
b. Mempunyai tempat-tempat untuk tidur, memasak, mandi, mencuci, kakus dan kamar
mandi.
c. Dapat melindungi bahaya kebisingan dan bebas dari pencemaran.
d. Bebas dari bahan bangunan berbahaya.
e. Terbuat dari bahan bangunan yang kokoh dan dapat melindungi penghuninya dari
gempa, keruntuhan, dan penyakit menular.
f. Memberi rasa aman dan lingkungan tetangga yang serasi.
Persyaratan rumah sehat berdasarkan pedoman teknis penilaian rumah sehat
(Depkes RI, 2007).

a. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privacy yang cukup,


komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah, adanya
ruangan khusus untuk istirahat (ruang tidur), bagi masing-maing penghuni.
b. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah
dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas
vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar
matahari pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran,
disamping pencahayaan dan penghawaan yang cukup.
c. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul
karena pengaruh luar dan dalam rumah, antara lain persyaratan garis sempadan
jalan, konstruksi bangunan rumah, bahaya kebakaran dan kecelakaan di dalam
rumah.
Persyaratan rumah sehat menurut Winslow dan APHA yang dikutip (Ircham
Machfoedz, 2008) adalah sebagai berikut :

1) Memenuhi kebutuhan fisiologis, yang meliputi :


a. Rumah tersebut harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat dipelihara atau
dipertahankan temperatur lingkungannya. Sebaiknya temperatur udara dalam
ruangan harus lebih rendah paling sedikit 4C dari temperatur udara luar
untuk daerah tropis. Umumnya temperatur kamar 22C - 30C sudah cukup
segar.
b. Rumah tersebut harus terjamin pencahayaannya yang dibedakan atas cahaya
matahari (penerangan alamiah) serta penerangan dari nyala api lainnya
(penerangan buatan). Semua penerangan ini harus diatur sedemikian rupa
sehingga tidak terlalu gelap atau tidak menimbulkan rasa silau.
c. Rumah tersebut harus mempunyai ventilasi yang sempurna sehingga aliran udara
segar dapat terpelihara. Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5% dari luas lantai
ruangan, sedangkan luas lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup)
minimum 5% luas lantai sehingga jumlah keduanya menjadi 10% dari luas lantai.
d. Ruangan. Ini diatur sedemikian rupa agar udara yang masuk tidak terlalu deras
dan tidak terlalu sedikit.
e. Rumah tersebut harus dapat melindungi penghuni dari gangguan bising yang
berlebihan karena dapat menyebabkan gangguan kesehatan baik langsung
maupun dalam jangka waktu yang relatif lama. Gangguan yang dapat muncul
antara lain gangguan fisik seperti kerusakan alat pendengaran dan gangguan
mental seperti mudah marah dan apatis.
f. Rumah tersebut harus memiliki luas yang cukup untuk aktivitas dan untuk anak-
anak dapat bermain. Hal ini penting agar anak mempunyai kesempatan bergerak,
bermain dengan leluasa di rumah agar pertumbuhan badannya akan lebih baik,
juga agar anak tidak bermain di rumah tetangganya, di jalan atau tempat lain
yang membahayakan.
2) Memenuhi kebutuhan psikologis, yang meliputi :
a. Cukup aman dan nyaman bagi masing-masing penghuni. Adanya ruangan khusus
untuk istirahat bagi masing-masing penghuni, seperti kamar tidur untuk ayah
dan ibu. Anak-anak berumur di bawah 2 tahun masih diperbolehkan satu kamar
tidur dengan ayah dan ibu. Anak-anak di atas 10 tahun laki-laki dan perempuan
tidak boleh dalam satu kamar tidur. Anak-anak di atas 17 tahun mempunyai
kamar tidur sendiri.
b. Ruang duduk dapat dipakai sekaligus sebagai ruang makan keluarga, dimana
anak-anak sambil makan dapat berdialog langsung dengan orang tuannya.
c. Dalam memilih letak tempat tinggal, sebaiknya di sekitar tetangga yang memiliki
tingkat ekonomi yang relatif sama, sebab bila bertetangga dengan orang yang
lebih kaya atau lebih miskin akan menimbulkan tekanan batin. Dalam meletakkan
kursi dan meja di ruangan jangan sampai menghalangi lalu lintas dalam ruangan.
d. W.C. (Water Closet) dan kamar mandi harus ada dalam suatu rumah dan
terpelihara kebersihannya. Biasanya orang tidak senang atau gelisah bila
terasa ingin buang air besar tapi tidak mempunyai W.C. sendiri karena harus
antri di W.C. orang lain atau harus buang air besar di tempat terbuka seperti
sungai atau kebun.
e. Untuk memperindah pemandangan, perlu ditanami tanaman hias, tanaman
bunga yang kesemuanya diatur, ditata, dan dipelihara secara rapi dan bersih,
sehingga menyenangkan bila dipandang.
3) Mencegah penularan penyakit, yang meliputi:
a. Penyediaan Air Bersih yang memenuhi syarat kesehatan
b. Bebas dari kehidupan serangga dan tikus
c. Pembuagan sampah
d. Pembuangan air limbah
e. Pembuangan Tinja
f. Bebas pencemaran makanan dan minuman.
4) Mencegah terjadinya kecelakaan
Rumah harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat melindungi penghuni dari
kemungkinan terjadinya bahaya atau kecelakaan. Termasuk dalam persyaratan ini
antara lain bangunan yang kokoh, tangga yang tidak terlalu curam dan licin,
terhindar dari bahaya kebakaran, alat-alat listrik yang terlindung, tidak menyebabkan
keracunan gas bagi penghuni, terlindung dari kecelakaan lalu lintas, dan lain
sebagainya (Azwar, 1990; CDC, 2006; Sanropie, 1991).

Menurut Soedjajadi (2006), persyaratan rumah sehat harus dapat mencegah atau
mengurangi resiko kecelakaan seperti jatuh, keracunan dan kebakaran. Persyaratan
tersebut meliputi:

Membuat konstruksi rumah yang kokoh dan kuat.


Bahan rumah terbuat dari bahan tahan api.
Pertukaran udara dalam rumah baik sehingga terhindar dari bahaya racun dan gas.
Lantai terbuat dari bahan yang tidak licin sehingga bahaya jatuh dan kecelakaan
mekanis dapat dihindari.
Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan dan ruang
gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu.
Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman menurut
Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No.829/Menkes/SK/VII/ 1999 meliputi dua
aspek yaitu :
1) Lingkungan perumahan yang terdiri dari lokasi, kualitas udara, kebi singan dan getaran,
kualitas tanah, kualitas air tanah, sarana dan prasarana lingkungan, binatang penular
penyakit dan penghijauan.
2) Rumah tinggal yang terdiri dari bahan bangunan, komponen dan pena taan ruang
rumah, pencahayaan, kualitas udara, ventilasi, binatang penular penyakit, air, makanan,
limbah, dan kepadatan hunian ruang tidur.
Adapun persyaratan kesehatan lingkungan perumahan menurut Keputusan
Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No.829/Menkes/SK/VII/ 1999 sebagai berikut :

a. Lokasi
Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai, aliran
lahar, tanah longsor, gelombang tsunami, daerah gempa, dan sebagainya;
Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir (TPA) sampah atau
bekas tambang;
Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran seperti alur
pendaratan penerbangan.
b. Kualitas udara
Kualitas udara ambien di lingkungan perumahan harus bebas dari gangguan gas
beracun dan memenuhi syarat baku mutu lingkungan sebagai berikut :
- Gas H2S dan NH3 secara biologis tidak terdeteksi g/m3 ;g maksimum 150
Debu dengan diameter kurang dari 10
- Gas SO2 maksimum 0,10 ppm;
- Debu maksimum 350 mm3 /m2 per hari.
c. Kebisingan dan getaran
Kebisingan dianjurkan 45 dB.A, maksimum 55 dB.A;
Tingkat getaran maksimum 10 mm/detik.
d. Kualitas tanah di daerah perumahan dan pemukiman
Kandungan Timah hitam (Pb) maksimum 300 mg/kg
Kandungan Arsenik (As) total maksimum 100 mg/kg
Kandungan Cadmium (Cd) maksimum 20 mg/kg
Kandungan Benzopyrene maksimum 1 mg/kg
e. Prasarana dan sarana lingkungan
Memiliki taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluarga dengan konstruksi
yang aman dari kecelakaan;
Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vektor penyakit;
Memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan konstruksi jalan tidak
mengganggu kesehatan, konstruksi trotoar tidak membahayakan pejalan kaki dan
penyandang cacat, jembatan harus memiliki pagar pengaman, lampu penerangan,
jalan tidak menyilaukan mata;
Tersedia cukup air bersih sepanjang waktu dengan kualitas air yang memenuhi
persyaratan kesehatan;
Pengelolaan pembuangan tinja dan limbah rumah tangga harus memenuhi
persyaratan kesehatan;
Pengelolaan pembuangan sampah rumah tangga harus memenuhi syarat
kesehatan;
Memiliki akses terhadap sarana pelayanan kesehatan, komunikasi, tempat kerja,
tempat hiburan, tempat pendidikan, kesenian, dan lain sebagainya;
Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan penghuninya;
Tempat pengelolaan makanan (TPM) harus menjamin tidak terjadi kontaminasi
makanan yang dapat menimbulkan keracunan.
f. Vektor penyakit
Indeks lalat harus memenuhi syarat.
Indeks jentik nyamuk dibawah 5%.
g. Penghijauan
Pepohonan untuk penghijauan lingkungan pemukiman merupakan pelindung dan juga
berfungsi untuk kesejukan, keindahan dan kelestarian alam.
Adapun ketentuan persyaratan kesehatan rumah tinggal menurut Kepmenkes No.
829/Menkes/SK/VII/1999 adalah sebagai berikut :

1) Bahan bangunan
Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan bahan yang dapat
membahayakan kesehatan, antara lain : debu total kurang dari 150 mg/m2 ,
asbestos kurang dari 0,5 serat/m3 per 24 jam, plumbum (Pb) kurang dari 300
mg/kg bahan;
Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya
mikroorganisme patogen.
2) Komponen dan penataan ruangan
Lantai kedap air dan mudah dibersihkan;
Dinding rumah memiliki ventilasi, di kamar mandi dan kamar cuci kedap air dan
mudah dibersihkan;
Langit-langit rumah mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan;
Bumbungan rumah 10 m dan ada penangkal petir;
Ruang ditata sesuai dengan fungsi dan peruntukannya;
Dapur harus memiliki sarana pembuangan asap.
3) Pencahayaan
Pencahayaan alam dan/atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi
seluruh ruangan dengan intensitas penerangan minimal 60 lux dan tidak menyilaukan
mata.

4) Kualitas udara
Suhu udara nyaman antara 18 30 o C;
Kelembaban udara 40 70 %;
Gas SO2 kurang dari 0,10 ppm/24 jam;
Pertukaran udara 5 kaki 3 /menit/penghuni;
Gas CO kurang dari 100 ppm/8 jam;
Gas formaldehid kurang dari 120 mg/m3
5) Ventilasi : Luas lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% luas lantai.
6) Vektor penyakit : Tidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus yang bersarang di dalam
rumah.

7) Penyediaan air
Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter/ orang/hari;
Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan/atau air minum
menurut Permenkes 416 tahun 1990 dan Kepmenkes 907 tahun 2002.
8) Pembuangan Limbah
Limbah cair yang berasal rumah tangga tidak mencemari sumber air, tidak
menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah;
Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan bau, tidak
mencemari permukaan tanah dan air tanah.
9) Sarana Penyimpanan Makanan
Tersedia sarana penyimpanan makanan yang aman.

10) Kepadatan hunian Luas kamar tidur minimal 8 m2 dan dianjurkan tidak untuk lebih dari
2 orang tidur.

Persyaratan tersebut diatas berlaku juga terhadap kondominium,


rumah susun (rusun), rumah toko (ruko), rumah kantor (rukan) pada zona pemukiman.
Pelaksanaan ketentuan mengenai persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan
pemukiman menjadi tanggung jawab pengembang atau penyelenggara
pembangunan perumahan, dan pemilik atau penghuni rumah tinggal untuk rumah.

C. Komponen
1. Langit-langit
Di bawah kerangka atap atau kuda-kuda biasanya dipasang penutup yang disebut
langit-langit yang tujuannya antara lain
a. untuk menutup seluruh konstruksi atap dan kuda-kuda penyangga, agar tidak
terlihat dari bawah, sehingga ruangan terlihat rapi dan bersih
b. untuk menahan debu yang jatuh dan kotoran yang lain juga menahan tetesan air
hujan yang menembus melalui celah-celah atap
c. untuk membuat ruangan antara yang berguna sebagai penyekat sehingga panas
atas tidak mudah menjalar kedalam ruangan dibawahnya.

2. Dinding
Adapun syarat-syarat untuk dinding antara lain :
a. Dinding harus tegak lurus agar dapat memikul berat sendiri, beban tekanan angin
dan bila sebagai dinding pemikul harus pula dapat memikul beban diatasnya,
b. Dinding harus terpisah dari pondasi oleh suatu lapisan air rapat air sekurang-
kurangnya 15 cm dibawah permukaan tanah sampai 20 cm di atas lantai
bangunan, agar air tanah tidak dapat meresap naik keatas, sehingga dinding
tembok terhindar dari basah dan lembab dan tampak bersih tidak berlumut, dan
c. Lubang jendela dan pintu pada dinding, bila lebarnya kurang dari 1 m dapat
diberi susunan batu tersusun tegak di atas batu, batu tersusun tegak di atas
lubang harus di pasang balok lantai dari beton bertulang atau kayu awet.
d. Untuk memperkuat berdirinya tembok bata digunakan rangka pengkaku yang
terdiri dari plester-plester atau balok beton bertulang setiap luas 12 meter.

3. Lantai
Lantai harus cukup kuat untuk menahan beban diatasnya. Bahan untuk lantai
biasanya digunakan ubin, kayu plesteran, atau bambu dengan syarat-syarat tidak
licin, stabil tidak lentur waktu diinjak, tidak mudah aus, permukaan lantai harus rata
dan mudah dibersihkan. Macam-macam lantai :
a. Lantai tanah stabilitas.
b. Lantai tanah stabilitas terdiri dari tanah, pasir, semen, dan kapur. Contoh : tanah
tercampur kapur dan semen. Untuk mencegah masuknya air kedalam rumah
sebaiknya lantai dinaikkan 20 cm dari permukaan tanah
c. Lantai papan
Pada umumnya lantai papan dipakai di daerah basah/rawa. Yang perlu
diperhatikan dalam pemasangan lantai adalah :
Sekurang-kurangnya 60 cm di atas tanah dan ruang bawah tanah harus ada
aliran tanah yang baik.
Lantai harus disusun dengan rapid an rapat satu sama lain, sehingga tidak
ada lubang-lubang ataupun lekukan dimana debu bisa bertepuk. Lebih baik
jika lantai seperti ini dilapisi dengan perlak atau kampal plastik ini juga
berfungsi sebagai penahan kelembaban yang naik dari di kolong rumah.
Untuk kayu-kayu yang tertanam dalam air harus yang tahan air dan rayap
serta untuk konstruksi di atasnya agar lantai kayu yang telah dikeringkan dan
diawetkan.
Lantai ubin
Lantai ubin adalah lantai yang terbanyak digunakan pada bangunan
perumahan karena lantai ubin murah/tahan lama, dapat mudah dibersihkan
dan tidak dapat mudah dirusak rayap.

4. Jendela kamar tidur, jendela ruang keluarga dan ruang tamu


Jendela dibuka pada siang hari agar cahaya matahari dapat masuk dan udara
dapat berputar sehingga akan memperkecil resiko penularan penyakit infeksi. Untuk
memperoleh jumlah cahaya matahari pada pagi hari secara optimal sebaiknya
jendela kamar tidur menghadap ke timur. Luas jendela yang baik paling sedikit
mempunyai luas 10-20% dari luas lantai. Apabila luas jendela melebihi 20% dapat
menimbulkan kesilauan dan panas, sedangkan sebaliknya kalau terlalu kecil dapat
menimbulkan suasana gelap dan pengap.
Dalam ruang kediaman, sekurang-kurangnya terdapat satu atau lebih banyak
jendela/lubang yang langsung berhubungan dengan udara dan bebas dari rintangan-
rintangan, jumlah luas bersih jendela/lubang itu harus sekurang-kurangya sama 1/10
dari luas lantai ruangan, dan setengah dari jumlah luas jendela/lubang itu harus
dapat dibuka. Jendela/lubang angin itu harus meluas kearah atas sampai setinggi
minimal 1,95 di atas permukaan lantai. Diberi lubang hawa atau saluran angin pada
ban atau dekat permukaan langit-langit ( ceiling ) yang luas bersihnya sekurang-
kurangnya 5% dari luas lantai yang bersangkutan. Pemberian lubang hawa/saluran
angin dekat dengan langit-langit beguna sekali untuk mengeluarkan udara panas
dibagian atas dalam ruangan.
Ketentuan luas jendela/lubang angin tersebut hanya sebagai pedoman yang
umum dan untuk daerah tertentu hanya sebagai pedoman yang umum dan untuk
daerah tertentu, harus disesuaikan dengan keadaan iklim daerah tersebut. Untuk
daerah pegunungan yang berhawa dingin dan banyak angin, maka luas
jendela/lubang angin dapat dikurangi sampai dengan 1/20 dari luas ruangan.
Sedangkan untuk daerah pantai laut dan daerah rendah yang berhawa panas dan
basah, maka jumlah luas bersih jendela, lubang angin harus diperbesar dan dapat
mencapai 1/5 dari luas lantai ruangan.
5. Ventilasi
Ventilasi adalah proses penyediaan udara segar kedalam suatu ruangan dan
pengeluaran udara kotoran suatu ruangan tertutup baik alamiah maupun secara
buatan. Ventilasi harus lancar diperlukan untuk menghindari pengaruh buruk yang
dapat merugikan kesehatan manusia pada suatu ruangan kediaman yang tertutup
atau kurang ventilasi.
Pengaruh-pengaruh buruk itu adalah ( Sanropie, 1989 ) :
a. Berkurangnya kadar oksigen diudara dalam ruangan kediaman,
b. Bertambahnya kadar asam karbon ( CO2 ) dari pernafasan manusia,
c. Bau pengap yang dikeluarkan oleh kulit, pakaian dan mulut manusia
d. Suhu udara dalam ruang ketajaman naik karena panas yang dikeluarkan oleh
badan manusia dan
e. Kelembaban udara dalam ruang kediaman bertambah karena penguapan air dan
kulit pernafasan manusia.

Dengan adanya ventilasi silang ( cross ventilation ) akan terjamin adanya gerak
udara yang lancar dalam ruang kediaman. Caranya ialah dengan memasukkan
kedalam ruangan udara yang bersih dan segar melalui jendela atau lubang angin di
dinding, sedangkan udara kotor dikeluarkan melalui jendela/lubang angin di dinding
yang berhadapan. Tetapi gerak udara ini harus dijaga jangan sampai terlalu besar dan
keras karena gerak angina atau udara angin yang berlebihan meniup badan
seseorang, akan mengakibatkan penurunan suhu badan secara mendadak dan
menyebabkan jaringan selaput lendir kan berkurang sehingga mengurangi daya
tahan pada jaringan dan memberikan kesempatan kepada bakteri-bakteri penyakit
berkembang biak, dan selanjutnya menyebabkan gangguan kesehatan, yang antara
lain : masuk angin, pilek atau kompilasi radang saluran pernafasan. Gejala ini
terutama terjadi pada orang yang peka terhadap udara dingin. Untuk menghindari
akibat buruk ini, maka jendela atau lubang ventilasi jangan terlalu besar/banyak,
tetapi jangan pula terlalu sedikit.
Jika ventilasi alamiah untuk pertukaran udara dalam ruangan kurang memenuhi
syarat, sehingga udara dalam ruangankyrang memenuhi syarat, sehingga udara
dalam ruangan akan berbau pengap, maka diperlukan suatu sistem pembaharuan
mekanis. Untuk memperbaiki keadaan ruang dalam ruangan, system mekanis ini
harus bekerja terus menerus selama ruangan yang dimaksud digunakan. Alat
mekanis yang biasa digunakan/dipakai untuk sistem pembaharuan udara mekanis
adalah kipas angin ( ventilating, fan atau exhauster ), atau air conditioning.
6. Pencahayaan
Sanropie ( 1989 ) menyatakan bahwa cahaya yang cukup kuat untuk penerangan di
dalam rumah merupakan kebutuhan manusia. Penerangan ini dapat diperoleh
dengan pengaturan cahay buatan dan cahaya alam.
a. Pencahayaan alamiah
Pencahayaan alamiah diperoleh dengan masuknya sinar matahari ke dalam
ruanagn melalui jendela celah-celah atau bagian ruangan yang terbuka. Sinar
sebaiknya tidak terhalang oleh bangunan, pohon-pohon maupun tembok pagar
yang tinggi. Kebutuhan standar cahaya lami yang memenuhi syarat kesehatan
untuk kamar keluarga dan kamar tidur menurut WHO 60-120 Lux. Suatu cara
untuk menilai baik tau tidaknya penerangan alam yang terdapat dalam rumah,
adalah sebagai berikut :
baik, bila jelas membaca koran dengan huruf kecil;
cukup, bila samar-samar bila membac huruf kecil ;
buruk, bila sukar membaca huruf besar.

Pemenuhan kebutuhan cahaya untuk penerangan alamiah sangat ditentukan oleh


letak dan lebar jendela.

b. Pencahayaan buatan
Untuk penerangan pada rumah tinggal dapat diatur dengan memilih
sistem penerangan dengan suatu pertimbangan hendaknya penerangan tersebut
dapat menumbuhkan suasana rumah yang lebih menyenangkan. Lampu
Flouresen ( neon ) sebagai sumber cahaya dapat memenuhi kebutuhan
penerangan karena pada kuat penerangan yang relative rendah mampu
menghasilkan cahaya yang bila dibandingkan dengan penggunaan lampu pijar.
Bila ingin menggunakan lampu pijar sebaiknya dipilih yang warna putih dengan
dikombinasikan beberapa lampu neon.
Untuk penerangan malam hari dala ruangan terutama untuk ruang baca
dan ruang kerja, penerangan minimum adalah 150 Lux sama dengan 10 wat
lampu TL, atau 40 wat dengan lampu pijar.

D. Sarana Sanitasi

Menurut laporan MDGs tahun 2007 terdapat beberapa kendala


yangmenyebabkan masih tingginya jumlah orang yang belum terlayani fasilitas air bersih
dan sanitasi dasar. Di antaranya adalah cakupan pembangunan yang sangat besar,
sebaran penduduk yang tak merata dan beragamnya wilayah Indonesia, keterbatasan
sumber pendanaan. Pemerintah selama ini belum menempatkan perbaikan fasilitas
sanitasi sebagai prioritas dalam pembangunan. Faktor lain yang juga menjadi kendala
adalah kualitas dan kuantitas sumber air baku sendiri terus menurun akibat perubahan
tata guna lahan (termasuk hutan) yang mengganggu sistem siklus air. Selain itu,
meningkatnya kepadatan dan jumlah penduduk di perkotaan akibat urbanisasi.

Penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan yang tidak memenuhi syarat dapat
menjadi faktor resiko terhadap penyakit diare dan kecacingan. Diare merupakan
penyebab kematian nomor 4 sedangkan kecacingan dapat mengakibatkan produktifitas
kerja dan dapat menurunkan kecerdasan anak sekolah, disamping itu masih tingginya
penyakit yang dibawa vektor seperti DBD, malaria, pes, dan filariasis .
a. Sarana Air Bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air minum
adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung
diminum.
Syarat-syarat Kualitas Air Bersih diantaranya adalah sebagai berikut :
Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna
Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l, Kesadahan
(maks 500 mg/l)
Syarat Mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per 100 ml air)

b. Jamban dan Pembuangan Tinja


Angka kesakitan penyakit diare di Indonesia masih tinggi. Salah satu penyebab
tingginya angka kejadian diare adalah rendahnya cakupan penduduk yang
memanfaatkan sarana air bersih dan jamban serta PHBS yang belum memadai.
Menurut data dari 200.000 anak balita yang meninggal karena diare setiap tahun di
Asia, separuh di antaranya adalah di Indonesia.
Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan syarat antara lain
sebagai berikut :
Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi
Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki mata
air atau sumur, jarak jamban > 10 m dari sumur dan bila membuat lubang
jamban jangan sampai dalam lubang tersebut mencapai sumber air.
Tidak boleh terkontaminasi air permukaan
Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain. Kotoran manusia yang
dibuang harus tertutup rapat.
Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar atau bila memang benarbenar
diperlukan, harus dibatasi seminimal mungkin.
Jamban harus bebas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang.
Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal.

Ada 4 cara pembuangan tinja yaitu:


a. Pembuangan tinja di atas tanah, pada cara ini tinja dibuang begitu saja di atas
permuakaan tanah, halaman rumah, di kebun, di tepi sungai dan sebagainya.
Cara demikian tentu sama sekali tidak dianjurkan, karena dapat mengganggu
kesehatan.
b. Kakus lubang gali (pit pravy), cara ini merupakan salah satu yang paling
mendekati persyaratan yang harus dipenuhi. Tinja dikumpulkan di dalam tanah
dan lubang di bawah tanah, umumnya langsung terletak di bawah 90 cm =
kedalaman sekitar 2,5 m. Dinidngnya diperkuat dengan batu, dapat ditembok
ataupun tidak, macam kakus ini hanya baik digunakan di tempat di mana air
tanah letaknya dalam.
c. Kakus air (aqua privy), cara ini hampir mirip dengan kakus lubang gali, hanya
lubang kakus dibuat dari tangki yang kedap air yang berisi air, terletak langsung
di bawah tempat jongkok. Cara kerjanya merupakan peralihan antara lubang
kakus dengan septic tank. Fungsi dari tank adalah untuk menerima, menyimpan,
mencernakan tinja serta melindunginya dari lalat dan serangga lainnya. Bentuk
bulat, bujur sangkar atau empat persegi panjang diletakkan vertikal dengan
diameter antara 90 120 cm.
d. Septic Tank, merupakan cara yang paling memuaskan dan dianjurkan diantara
pembuangan tinja dan dari buangan rumah tangga. Terdiri dari tangki
sedimentasi yang kedap air dimana tinja dan air ruangan masuk dan mengalami
proses dekomposisi. Di dalam tangki, tinja akan berada selama 1-3 minggu
tergantung kapasitas tangki.

Pembuangan tinja yang buruk sekali berhubungan dengan kurangnya penyediaan air
bersih dan fasilitas kesehatan lainnya. Kondisi-kondisi demikian ini akan berakibat
terhadap serta mempersukar penilaian peranan masing-masing komponen dalam
transmisi penyakit namun sudah diketahui bahwa terhadap hubungan antara tinja
dengan status kesehatan. Hubungan keduanya dapat bersifat langsung ataupun tak
langsung. Efek langsung misalnya dapat mengurangi insiden penyakit tertentu yang
dapat ditularkan karena kontaminasi dengan tinja, misalnya thypus abdominalis,
kolera dan lain-lain, sedanngkan hubungan tak langsung dari pembuangan tinja ini
bermacam-macam, tetapi umumnya berkaitan dengan komponen-komponen lain
dalam sanitasi lingkungan.

c. Sarana Pembuangan Air Limbah


Buruknya kualitas sanitasi juga tercermin dari rendahnya persentase penduduk yang
terkoneksi dengan sistem pembuangan limbah (sewerag system). Pegolahan air limbah
dimaksudkan untuk melindungi lingkungan hidup terhadap pencemaran air limbah
tersebut. Secara ilmiah sebenarnya lingkungan mempunyai daya dukung yang cukup
besar terhadap gangguan yang timbul karena pencemaraan air limbah tersebut. Namun
demikian, alam tersebut mempunyai kemampuan yang terbatas dalam daya dukungnya,
sehingga air limbah perlu dibuang.
Beberapa cara sederhana pengolahan air buangan antara lain sebagai berikut:
Pengenceran
Air limbah diencerkan sampai mencapai konsentrasi yang cukup rendah, kemudian
baru dibuang ke badan-badan air. Tetapi, dengan makin bertambahnya penduduk,
yang berarti makin meningkatnya kegiatan manusia, maka jumlah air limbah yang
harus dibuang terlalu banyak, dan diperluka air pengenceran terlalu banyak pula,
maka cara ini tidak dapat dipertahankan lagi. Disamping itu, cara ini menimbulkan
kerugian lain, diantaranya : bahaya kontaminasi terhadap badan-badan air masih
tetap ada, pengendapan yang akhirnya menimbulkan pendangkalan terhadap
badan-badan air, seperti selokan, sungai, danau, dan sebagainya. Selanjutnnya dapat
menimbulkan banjir.
Kolam Oksidasi
Pada prinsipnya cara pengolahan ini adalah pemanfaatan sinar matahari, ganggang
(algae), bakteri dan oksigen dalam proses pembersihan alamiah. Air limbah dialirkan
kedalam kolam berbentuk segi empat dengan kedalaman antara 1-2 meter. Dinding
dan dasar kolam tidak perlu diberi lapisan apapun. Lokasi kolam harus jauh dari
daerah pemukiman, dan didaerah yang terbuka, sehingga memungkinkan
memungkinkan sirkulasi angin dengan baik.

Irigasi
Air limbah dialirkan ke parit-parit terbuka yang digali, dan air akan merembes masuk
kedalam tanah melalui dasar dan dindindg parit tersebut. Dalam keadaan tertentu
air buangan dapat digunakan untuk pengairan ladang pertanian atau perkebunan
dan sekaligus berfungsi untuk pemupukan. Hal ini terutama dapat dilakukan untuk
air limbah dari rumah tangga, perusahaan susu sapi, rumah potong hewan, dan lain-
lainya dimana kandungan zat-zat organik dan protein cukup tinggi yang diperlukan
oleh tanam-tanaman.

Anda mungkin juga menyukai