JUDUL
Diusulkan oleh :
Triyani D1121131002
Basilia Fakarrisa D1121141009
Yovita Venny Sara D1121141028
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2017
i
DAFTAR ISI
BAB 4 PENUTUP................................................................................................ 8
ii
1
Olefin terdiri dari gugus alkena (CnH2n) dan siklo parapin, kelompok
senyawa olefin atau juga disebut etilen terdiri dari senyawa rantai lurus yang tak
jenuh yang mempunyai ikatan rangkap menghubungkan dua atom karbon.
Kelompok senyawa olefin antara lain etena, propena, butena, pentena dan lain-
lain. Olefin yang paling penting yang di gunakan dalam pembuatan bahan
petrokimia adalah etilena, propilena, butilena, dan butadiene. Kebanyakan olefin
dan butadiene di hasilkan dari hidrokarbon melalui perengkahan kukus. Pada
makalah kami ini, kami akan membahas proses pembuatan karet sintetis dari
proses perengkahan olefin yang berbahan baku naphtha.
Bab 2. Pembahasan
Propena dan 1-butena, secara berurutan, akan dihasilkan dari reaksi radikal
bebas ini. Hidrokarbon lebih berat yang didapati dalam produk perengkahan
kukus kemungkinan terbentuk melalui reaksi serupa. Bila hidrokarbon cair seperti
fraksi nafta atau solardigunakan untuk memroduksi olefin, maka makin banyak
reaksi lain terjadi. Reaksi utamanya, reaksi perengkahan, terjadi melalui satu
radikal bebas dan pengguntingan beta ikatan CC. Ini dapat dituliskan sebagai:
Variabel Proses
5
Variabel proses penting adalah temperatur reaktor, waktu tinggal, dan rasio
kukus/ hidrokarbon. Karakteristik umpan juga harus diperhitungkan, karena
mempengaruhi severitas prosesnya.
Temperatur
Reaksi perengkahan kukus sangat endotermik. Kenaikan temperatur akan
menaikkan pembentukan olefin, olefin berberat molekul tinggi, dan aromatik.
Temperatur optimum biasanya dipilih untuk memaksimalkan produksi olefin dan
meminimalkan pembentukan endapan karbon.
Temperatur reaktor juga merupakan fungsi bahanbaku yang dipakai.
Hidrokarbon berberat molekul lebih tinggi umumnya terengkahkan pada
temperatur lebih rendah daripada senyawa berberat molekul lebih rendah. Sebagai
contoh, temperatur keluaran untuk perengkahan etana mendekati 800oC,
sedangkan temperatur perengkahan nafta atau minyak solar adalah sekitar 675-
700oC.
Waktu Tinggal
Pada proses perengkahan kukus, olefin merupakan produk utamanya.
Senyawa aromatik dan hidrokarbon lebih tinggi merupakan hasil dari reaksi
sekunder pembentukan olefin. Jadi, waktu tinggal singkat diperlukan untuk
mendapatkan hasil olefin tinggi. Bila gas etana dan hidrokarbon ringan digunakan
sebagai umpan, waktu tinggal singkat digunakan untuk memaksimalkan produksi
olefin dan meminimalkan hasil BTX dan cairan; biasanya waktu tinggal adalah
0,5-1,2 detik. Perengkahan bahan baku cair untuk fungsi ganda yaitu memroduksi
olefin ditambah aromatik BTX memerlukan waktu tinggal relatif lebih lama
daripada untuk etana. Namun, waktu tinggal harus berkompromi dengan
temperatur reaksi dan variabel lainnya.
Perkembangan agak baru pada perengkahan umpan cairdengan
tujuanmemperbaiki hasil etilenanya adalah tungku milidetik, yang beroperasi
antara 0,03-0,2 detik dengan temperatur keluaran 870-925oC. Tungku milidetik
mungkin merupakan tahap terakhir yang bisa dilakukan berkaitan dengan variabel
kritis ini karena waktu kontak dibawah rentang ,01 detikakan mengarah ke
produksiasetilena dalam jumlah besar
Rasio Kukus/Hidrokarbon
Rasio kukus/hidrokarbon lebih tinggi lebih disukai untuk pembentukan
olefin. Kukus mengurangi tekanan parsial campuran hidrokarbon dan menaikkan
hasil olefinnya. Umpan hidrokarbon lebih berat memerlukan lebih banyak kukus
daripada umpan gas untuk lebih mengurangi pengendapan kokas dalam buluh
tungku. Umpan cair seperti solardan residu petroleum memiliki senyawa aromatik
polinuklir rumit, yang merupakan pemicu kokas. Rasio berat kukus terhadap
6
hidrokarbonberada pada rentang 0,2-1 untuk etana dan hampir 1-1,2 untuk umpan
cair.
Bahan baku
Umpan untuk unit perengkahan kukus sangat bervariasi, dari gas-gas
hidrokarbon ringan hingga residu petroleum. Karena perbedaan pada laju
perengkahan berbagai hidrokarbon maka temperatur dan waktu tinggal reaktor
juga berbeda. Seperti disebutkan sebelumnya, hidrokarbon rantai panjang lebih
mudah terengkahkan daripada senyawa rantai lebih pendek sehingga
memerlukan temperatur perengkahan lebih rendah. Sebagai contoh, telah
diketahui bahwa temperatur dan waktu tinggal yang memberikan konversi
60% untuk etana akan menghasilkan konversi 90% untuk propana
Komposisi bahan baku juga menentukan parameter operasi. Laju
perengkahan hidrokarbon berbeda mengikuti strukturnya Hidrokarbon parafinik
akan lebih mudah terengkahkan dari pada sikloparafin, sedangkan aromatic
cenderung lewat tanpa terpengaruh. Isoparafin seperti isobutanadan isopentana
memberikan hasil propilena yang tinggi. Ini bisa diduga karena perengkahan
pada karbon tersier adalah lebih gampang :
Dengan berubahnya bahan baku mulai dari etana hingga fraksi-fraksi lebih
berat dengan rasio H/C lebih rendah, maka hasil etilenanya menurun, dan
perbandingan umpan per kilogram produk etilena akan meningkat.
Butadiena (CH2=CH-CH=CH2)
Bab 3. Penutup
Pada makalah ini maka di simpulkan bahwa nafta yang merupakan produk
turunan bahan dari proses perengkahan menjadi olefin dapat di hasil kan
butadiene yaitu bahan baku karet sintetis.
Butadiena dapat juga dihasilkan dari reaksi asetilena dan formaldehida pada
fasa uap dengan katalis asetelida tembaga. 1,4-Butinadiol yang dihasilkan
dihidrogenasi menjadi 1,4-butanadiol. Dehidrasi 1,4 - butanadiol menghasilkan
butadiena. Karet sintetik adalah jenis karet buatan (tiruan) yang dibuat dari bahan
polimer yang memiliki sifat sebagai elastomer. Elastomer adalah suatu material
dengan sifat mekanis yang dapat mengalami deformasi elastis akibat tegangan dan
dapat kembali ke bentuk semula tanpa mengalami deformasi permanen. Dalam
berbagai aplikasi industri karet sintetik dijadikan sebagai pengganti karet alam.
Keunggulan karet sintetik dibandingkan karet alam adalah lebih tahan terhadap
abrasi dan oksidasi.
Karet sintetik diperoleh dari hasil poli merisasi berbagai jenis monomer,
antara lain isoprene (2-methyl-1,3-butadiene), 1,3-butadiene, chloroprene (2-
chloro-1,3-butadiene) dan isobutylene (methylpropene). Lebih lanjut monomer-
monomer tersebut dapat dikombinasikan dalam berbagai komposisi untuk
memperoleh sifat fisik, mekanis dan kimia yang diinginkan (wikipedia.org, 2007).
Salah satu jenis karet sintetik yang paling banyak digunakan saat ini adalah
styrene butadiene rubber (SBR) yang merupakan kopolimer elastomerik yang
terdiri dari styrene dan butadiene .