KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, dan
Karunia-NYA sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Kami juga mengucapkan
terimakasih kepada Bapak/Ibu Dosen mata kuliah Keperawatan Komunitas
II yang telah memberikan bimbingan berkaitan dengan penyusunan makalah ini.
Semoga makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Kritikal pada Lansia ini
selain untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas II juga dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca
dalam pendidikan maupun profesi keperawatan.
Penulis,
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut perkiraan dari United States Bureau of Census 1993, populasi usia lanjut
di Indonesia diproyeksikan pada tahun 1990 2023 akan naik 414 %, suatu angka
tertinggi di seluruh dunia dan pada tahun 2020, Indonesia akan menempati urutan
keempat jumlah usia lanjut paling banyak sesudah Cina, India, dan Amerika
(Depkes RI, 2001). Fenomena ini akan berdampak pada semakin tingginya
masalah yang akan dihadapi baik secara biologis, psikologis dan sosiokultural.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengidentifikasi lansia sebagai
kelompok masyarakat yang mudah terserang kemunduran fisik dan mental. Dilihat
dari perspektif keperawatan dikatakan ada empat besar penderitaan geriatrik yaitu
immobilisasi, ketidakstabilan, inkontinensia, dan gangguan intelektual.
Sifat umum dari empat besar tersebut adalah 1) mempunyai masalah yang
kompleks, 2) tidak ada pengobatan yang sederhana, 3) hancurnya kemandirian,
dan 4) membutuhkan bantuan orang lain yang berkaitan erat dengan keperawatan
(Isaac, 1981).
Pada lanjut usia (lansia) yang kurang mempersiapkan diri dalam menghadapi
kematian serta perubahan fisik, psikologis, dan sosial sebagai akibat masa tuanya,
sangat mungkin timbul gangguan jiwa yaitu depresi. Hal ini bisa dikarenakan
kurangnya pemahaman agama dalam kehidupan.
Gangguan depresif merupakan suasana alam perasaan yang utama bagi orang usia
lanjut dengan penyakit fisik kronik dan kerusakan fungsi kognitif yang
disebabkan oleh adanya penderitaan, disabilitas, perhatian keluarga yang kurang
serta bertambah buruknya penyakit fisik yang banyak dialaminya.
Selain itu proses-proses sehubungan dengan ketuaan dan penyakit fisik yang
dialaminya akan mempengaruhi jalur frontostriatal, amygdala sertahypocampus,
dan meningkatkan kerentanan untuk terjadinya gangguan depresif. Begitu pula
faktor herediter bisa juga berperan sebagian.
Adanya musibah yang bersifat psikososial seperti kemiskinan, isolasi sosial, dan
lain-lain akan mengundang untuk suatu perubahan fisiologis yang selanjutnya
akan meningkatkan kerentanan untuk mengalami depresi atau untuk mencetuskan
kondisi depresi pada orang usia lanjut yang rentan akan hal tersebut.
B. Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Depresi adalah suatu jenis alam perasaan atau emosi yang disertai komponen
psikologik : rasa susah, murung, sedih, putus asa dan tidak bahagia, serta
komponen somatik: anoreksia, konstipasi, kulit lembab (rasa dingin), tekanan
darah dan denyut nadi sedikit menurun.
Depresi adalah suatu jenis keadaan perasaan atau emosi dengan komponen
psikologis seperti rasa sedih, susah, merasa tidak berguna, gagal, putus asa dan
penyesalan atau berbentuk penarikan diri, kegelisahan atau agitasi (Wahyulingsih
dan Sukamto).
Depresi dapat diartikan sebagai salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada alam
perasaan (afektif mood), yang ditandai dengan kemurungan, kelesuan,
ketidakgairahan hidup, perasaan tidak berguna, putus asa dan lain sebagainya.
Depresi merupakan reaksi yang normal bila berlangsung dalam waktu yang
pendek dengan adanya faktor pencetus yang jelas, lama dan dalamnya depresi
sesuai dengan faktor pencetusnya. Depresi merupakan gejala psikotik bila keluhan
yang bersangkutan tidak sesuai lagi dengan realitas, tidak dapat menilai realitas
dan tidak dapat dimengerti oleh orang lain.
Depresi biasanya dicetuskan oleh trauma fisik seperti penyakit infeksi,
pembedahan, kecelakaan, persalinan dan sebagainya, serta faktor psikik seperti
kehilangan kasih sayang atau harga diri dan akibat kerja keras.
Salah satu gejala depresi adalah pikiran dan gerakan motorik yang serba lamban
(retardasi psikomotor), fungsi kognitif terganggu. Jadi depresi mencakup dua hal
kesadaran yaitu menurunnya aktifitas dan perubahan suasana hati. Perubahan
perilaku orang yang depresi berbeda - beda dari yang ringan sampai pada
kesulitan - kesulitan yang mendalam disertai dengan tangisan, ekspresi kesedihan,
tubuh lunglai dan gaya gerak lambat
Depresi adalah suatu jenis keadaan perasaan atau emosi dengan komponen
psikologis seperti rasa sedih, rasa tidak berguna, gagal, kehilangan, putus asa, dan
penyesalan yang patologis. Depresi juga disertai dengan komponen somatik
seperti anorexia, konstipasi, tekanan darah dan nadi menurun. Dengan kondisi
yang demikian, depresi dapat menyebabkan individu tidak mampu lagi berfungsi
secara wajar dalam hidupnya.
Beck (dalam Nanik Afida dkk, 2000 :181) menjelaskan depresi memiliki beberapa
aspek emosional, kognitif, motivasional, dan fisik.
Perasaan ini menggambarkan keadaan sedih, bosan dan kesepian yang dialami
individu. Keadaan ini bervariasi dari kesedihan sesaat hingga kesedihan yang
terus - menerus.
Perasaan ini mungkin berhubungan dengan perasaan sedih yang dijelaskan di atas,
hanya bedanya perasaan ini khusus ditujukan kepada diri sendiri.
3) Hilangnya rasa puas ; maksudnya ialah kehilangan kepuasan atas apa yang
dilakukan. Perasaan ini dapat terjadi pada setiap kegiatan yang dilakukan
termasuk hubungan psikososial, seperti aktivitas yang menuntut adanya suatu
tanggung jawab.
4) Hilangnya keterlibatan emosional dalam melakukan pekerjaan atau
hubungan dengan orang lain ; keadaan ini biasanya disertai dengan hilangnya
kepuasan diatas. Hal ini dimanifestasikan dalam aktivitas tertentu, kurangnya
perhatian atau rasa keterlibatan emosi terhadap orang lain.
6) Hilangnya respon terhadap humor ; dalam hal ini penderita tidak kehilangan
kemampuan untuk mempersepsi lelucon, namun kesulitannya terletak pada
kemampuan penderita untuk merespon humor tersebut dengan cara yang wajar.
Penderita tidak terhibur, tertawa atau puas apabila mendengar lelucon.
2) Citra tubuh yang terdistorsi ; hal ini lebih sering terjadi pada wanita. Mereka
merasa dirinya jelek dan tidak menarik.
3) Harapan yang negatif ; penderita mengharapkan hal - hal yang terburuk dan
menolak uasaha terapi yang dilakukan.
4) Menyalahkan dan mengkritik diri sendiri ; hal ini muncul dalam bentuk
anggapan penderita bahwa dirinya sebagai penyebab segala kesalahan dan
cenderung mengkritik dirinya untuk segala kekurangannya.
Meliputi pengalaman yang disadari penderita, yaitu tentang usaha, dorongan, dan
keinginan. Ciri utamanya adalah sifat regresif motivasi penderita, penderita
tampaknya menarik diri dari aktifitas yang menuntut adanya suatu tanggung
jawab, inisiatif bertindak atau adanya energi yang kuat.
Faktor penyebab timbulnya gangguan depresif pada orang usia lanjut bisa berupa:
Hal ini bisa berupa faktor genetis, gangguan pada otak terutama sistem
cerebrovaskular, gangguan neurotransmitter terutama aktivitas serotonin,
perubahan endokrin dll.
a) Faktor Genetis:
Dari segi aspek faktor genetis, menurut suatu penelitian dinyatakan bahwa gen-
gen yang berhubungan dengan risiko yang meningkatkan untuk lesi
kardiovaskular dapat meningkatkan kerentanan untuk timbulnya gangguan
depresif.
Antara lain yang termasuk dalam gangguan pada otak sebagai salah satu penyebab
timbulnya gangguan depresif pada orang usia lanjut adalah penyakit
cerebrovaskular, yang mana gangguan ini dapat sebagai faktor predisposisi,
presipitasi atau mempertahankan gejala-gejala gangguan depresif pada orang usia
lanjut.
c) Gangguan Neurotransmitter:
Pada suatu penelitian yang dilakukan oleh Robinson, dkk., mendapatkan bahwa
konsentrasi norepinephrin dan serotonin berkurang sesuai dengan bertambahnya
usia, tetapi metabolit 5-HIAA dan enzim monoamineoksidase meningkat sesuai
pertambahan usia.
d) Perubahan Endokrin:
Dalam hal ini terutama adalah keterlibatan penurunan kadar hormon estrogen
pada wanita, testosteron pada pria, dan hormon pertumbuhan pada pria dan
wanita.
a) Teori Perilaku:
Dari konsep teori perilaku terjadinya gangguan depresif pada individu usia lanjut
oleh karena orang-orang usia lanjut cukup banyak mengalami peristiwa-peristiwa
kehidupan yang tidak menyenangkan atau yang cukup berat sehingga terjadinya
gangguan depresif tersebut sebagai respons perilaku terhadap stressor-
stressor kehidupan yang dialaminya tersebut. Penelitian lain melaporkan bahwa
ada kaitan terjadinya gangguan depresif pada orang usia lanjut dengan sejumlah
peristiwa kehidupan yang negatif yang dialami individu usia lanjut.
b) Teori Psikodinamis:
c) Teori Kognitif:
Salah satu teori psikologis tentang terjadinya gangguan depresif adalah terjadinya
distorsi kognitif. Dalam hal ini berkaitan dengan bagaimana interpretasi seseorang
terhadap peristiwa-peristiwa kehidupan yang dialaminya.
Terjadinya distorsi kognitif pada orang usia lanjut oleh karena pada individu usia
lanjut tersebut memiliki harapan-harapan yang tidak realistis dan membuat
generalisasi yang berlebih-lebihan terhadap peristiwa kehidupan tertentu yang
tidak menyenangkan individu tersebut.
Hal ini bisa berupa hilangnya status peranan sosialnya atau hilangnya sokongan
sosial yang selama ini dimilikinya.
2.4 Patofisiologi
Pada orang usia lanjut, gambaran klinik dari gangguan depresifnya bisa dijumpai
sebagai berikut:
Pada pasien ini bisa dijumpai: pasien menjadi gugup waktu berkomunikasi
dengan seseorang, mudah tersinggung atau tingkah laku yang mengganggu
bersama-sama dengan gejala-gejala ansietasnya. Dan hal ini bisa dijumpai pada
sekitar 80% dari pasien usia lanjut yang mengalami gangguan depresif.
e) Anhedoni
f) Retardasi fisik
Hal ini sering terlihat pada orang usia lanjut yang mengalami gangguan
depresif dan kadang-kadang bisa mencapai suatu level yang parah sehingga
diduga sedang mengalami pseudodementia. Bahkan dari suatu penelitian yang
pernah dilakukan oleh Kral & Emery pada tahun 1999, dari pasien sampel
penelitiannya tersebut berkembang menjadi penyakit Alzheimer.
h) Somatisasi
i) Hypokhondriasis
j) Insight
Menurut suatu penelitian telah dinyatakan bahwa bunuh diri lebih sering
terjadi pada usia lanjut dibandingkan dengan populasi umur lainnya. Dan dari segi
jenis kelamin didapati bahwa pria usia lanjut lebih sering melakukan tindakan
bunuh diri dibandingkan dengan wanita yang usia lanjut.
Berkaitan dengan suicide ini, selain oleh adanya mood yang depresif,
gejalasuicide pada orang usia lanjut bisa terkait dengan beberapa hal antara lain:
belum kawin, kesehatan fisik yang memburuk yang bersifat subyektif, disabilitas,
rasa sakit, gangguan sensory, tinggal di rumah perawatan atau panti. Walaupun
demikian ide suicide berhubungan erat dengan keparahan depresi yang dideritanya
l) Gejala-gejala psikoti
Ini bisa dalam bentuk gejala waham atau halusinasi. Isi wahamnya bisa
berupa rasa bersalah, cemburu atau persekutorik.
m) Gangguan Perilaku
Hal ini bisa dalam bentuk gejala-gejala sebagai berikut yaitu: penolakan
untuk makan, buang air besar dan buang air kecil yang tak terkontrol, menjerit-
jerit, dan jatuh teatrikalitas, tingkah laku merusak, menggigit, menggaruk-garuk
atau bertengkar dengan orang lain atau pasien-pasien lainnya.
Selain gejala-gejala yang saya sebutkan di atas tadi dapat dikatakan bahwa
pasien gangguan depresif usia lanjut sering dijumpai co-morbiditas dengan
penyakit-penyakit lain, yaitu:
penurunan energi dan konsentrasi, gangguan tidur terutama terbangun dini hari
dan sering terbangun malam hari, penurunan nafsu makan, penurunan berat badan
dan keluhan somatik.
1. Suasana Hati
Sedih
Kecewa
Murung
Putus Asa
Menangis
Mudah tersinggung
2. Fisik
Pegal-pegal
Sakit
Gangguan tidur
Agitasi
Konstipasi
b) Merasa kesepian, atau anggota keluarga terlalu sibuk, perhaulan kurang dan
rekreasi terbatas
c) Ada duka cita saat ini, atau peristiwa kehidupan buruk yang lain.
d) Gangguan pendengaran.
f) Dementia dini.
g) Penghasilan menurun
Selain itu, dari penelitian yang telah dilakukan didapati bahwa: penyebab yang
paling sering terjadinya kematian pada pasien gangguan depresif usia lanjut
adalah oleh karena kondisi kardiovaskular yang bisa berupa: stroke,myocard
infarct, dan sebagainya. Kemudian kanker merupakan penyebab kedua yang
paling sering sebagai penyebab kematian pada penderita gangguan depresif pada
usia lanjut.
3) Depresi berat tanpa gejala manik. Biasanya Gelisah, kehilangan harga diri
dan perasaan tidak berguna, keinginan bunuh diri
2) Gastritis
3) Vertigo
4) Migrain
5) Kanker
6) Stroke
7) Penyakit Jantung
8) Dimensia
9) Reumatik
Berfikir positif
Optimis
Rajin beribadah
Latihan relaksasi
2. Keluarga
Support group
BAB III
A. Pengkajian
3. Riwayat Keluarga
Kaji ulang riwayat klien dan pemeriksaan fisik untuk adanya tanda dan gejala
karakteristik yang berkaitan dengan gangguan tertentu yang didiagnosis.
Perilaku.
Apakah klien menunjukkan perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial?
Apakah klien sering mengluyur danmondar - mandir?
Afek
Labilitas emosi?
Depresi atauapatis?
lritabilitas?
Curiga?
Tidak berdaya?
Frustasi?
3. Respon kognitif
2. ldentifikasi sistem pendukung yang ada bagi pemberi asuhan dan anggota
keluarga yang lain.
Jelaskan tujuan saudara merawat pasien dan aktivitas yang akan dilakukan.
Jelaskan pula kapan aktivitas akan dilaksanakan dan berapa lama aktivitas
tersebut.
Bersikap empati dengan cara:
2) Bicara lambat, sederhana dan beri waktu klien untuk berpikir dan menjawab
Untuk mengkaji pasien lansia dengan depresi, saudara dapat menggunakan tehnik
mengobservasi prilaku pasien dan wawancara langsung kepada pasien dan
keluarganya. Observasi yang saudara lakukan terutama untuk mengkaji data
objective depresi. Ketika mengobservasi prilaku pasien untuk tanda-tanda seperti:
Penampilan tidak rapi, kusut dan dandanan tidak rapi, kulit kotor
(kebersihan diri kurang)
Berikut ini adalah aspek psikososial yang perlu dikaji oleh perawat : apakah lansia
mengalami kebingungan, kecemasan, menunjukkan afek yang labil, datar atau
tidak sesuai, apakah lansia mempunyai ide untuk bunuh diri.
Bila data tersebut saudara peroleh, data subjective didapatkan melalui wawancara
dengan menggunakan skala depresi pada lansia (Depresion Geriatric Scale)
B. Klasifikasi Data
Data Subyektif
1) Lansia Tidak mampu mengutarakan pendapat dan malas berbicara.
3) Merasa dirinya sudah tidak berguna lagi, tidak berarti, tidak ada tujuan hidup,
merasa putus asa dan cenderung bunuh diri.
Data Obyektif
1) Gerakan tubuh yang terhambat, tubuh yang melengkung dan bila duduk
dengan sikap yang merosot.
2) Ekspresi wajah murung, gaya jalan yang lambat dengan langkah yang diseret.
4) Pasien tampak malas, lelah, tidak ada nafsu makan, sukar tidur dan sering
menangis.
Pada pasien psikosa depresif terdapat perasaan bersalah yang mendalam, tidak
masuk akal (irasional), waham dosa, depersonalisasi dan halusinasi. Kadang-
kadang pasien suka menunjukkan sikap bermusuhan (hostility), mudah
tersinggung (irritable) dan tidak suka diganggu. Pada pasien depresi juga
mengalami kebersihan diri kurang dan keterbelakangan psikomotor.
C. Diagnosa Keperawatan
3. Ketidak berdayaan
Kriteria Hasil:
No Intervensi Rasional
Kriteria Hasil :
No Intervensi Rasional
1 Bantu untuk memahami bahwa klien dapat Membangun motivasi
mengatasi keputusasaannya. pada lansia
Untuk memberi
pemahaman kepada lansia
tentang obat
3. Dx 3 :Ketidakberdayaan
Tujuan :
Tujuan :
b) Bersama keluarga memilih kemampuan yang bisa dilakukan pasien saat ini
Tujuan
e) Bantu pasien untuk memilih cara yang palin tepat untuk menyelesaikan
masalah secara konstruktif.
f) Beri pujian terhadap pilihan yang telah dibuat pasien dengan tepat.
Tindakan
a. Diskusikan dengan keluarga tentang tanda-tanda perilaku klien saat muncul ide
bunuh diri
Tujuan :
Tindakan
Tindakan
a. Diskusikan dengan keluarga tentang tanda dan gejala gangguan pola tidur pada
pasien
E. Evaluasi
1. Ketidakberdayaan,
Kemampuan pasien:
Kemampuan keluarga
Kemampuan pasien:
Kemampuan keluarga:
a. Keluarga dapat mengenali tanda dan gejala awal perilaku bunuh diri
Kemampuan klien:
b. Klien mampu menetapkan cara yang tepat untuk memenuhi kebutuhan tidur
Kemampuan keluarga:
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
http://abiums.blogspot.com/2007/05/askep-lansia-depresi.html
http://tenreng.wordpress.com/2009/02/19/asuhan-keperawatan-dengan-
pasien-depresi
http://pinkersaya.wordpress.com/2012/11/24/askep-lansia-dengan-
gangguan-psikologis-depresi
http://mklh12depresi.blogpot.com
http://id.wikipedia.org/wiki.Depresi
http://duniapsikologi.dagdigdug.com/2009/05/15/Depresi-pada-lansia