TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penyuluhan
sedangkan penerangan lebih menitikberatkan pada apa. Penyuluhan memiliki arti lebih
luas dan menyeluruh. Penyuluhan merupakan upaya perubahan perilaku manusia yang
kegiatan yang dilakukan secara sistematik, terencana, dan terarah dengan peran serta aktif
proses komunikasi antar penyuluh dan masyarakat. Dari proses komunikasi ini ingin
Sesuai dengan pengertian yang dijelaskan tersebut, maka penyuluhan gizi adalah
suatu pendekatan edukatif untuk menghasilkan perilaku individu atau masyarakat yang
diperlukan dalam peningkatan dan mempertahankan gizi yang baik (Suhardjo, 2003).
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Menurut Rogers yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa sebelum
seseorang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang
berurutan, yaitu awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu, interest (tertarik), yakni orang tersebut
mulai tertarik kepada stimulus, evaluation (evaluasi), yakni orang tersebut mulai
menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya. Hal ini berarti sikap
responden sudah lebih baik lagi, trial (mencoba), yakni orang tersebut telah mulai
mencoba perilaku baru, adoption (adopsi), yakni orang tersebut telah berperilaku baru
Menurut Van deb Ban dan Hawkins yang dikutip oleh Lucie (2005), pilihan
seorang agen penyuluhan terhadap suatu metode atau teknik penyuluhan sangat
Dalam metode ini, penyuluh berhubungan secara langsung maupun tidak langsung
dengan sasarannya secara perorangan. Metode ini sangat efektif karena sasaran dapat
kelompok. Metode ini cukup efektif karena sasaran dibimbing dan diarahkan untuk
melakukan suatu kegiatan yang lebih produktif atas dasar kerjasama. Dalam pendekatan
kelompok ini dapat terjadi pertukaran informasi dan pertukaran pendapat serta
pengalaman antara sasaran penyuluhan dalam kelompok yang bersangkutan. Selain itu,
memungkinkan adanya umpan balik dan interaksi kelompok yang memberi kesempatan
Metode ini dapat menjangkau sasaran dengan jumlah banyak. Dipandang dari segi
penyampaian informasi, metode ini cukup baik, namun terbatas hanya dapat
bahwa metode pendekatan massa dapat mempercepat proses perubahan, tetapi jarang
dapat mewujudkan perubahan dalam perilaku. Adapun yang termasuk dalam metode ini
sebagainya.
antara lain:
1. Leaflet
dilipat. Adapun keuntungan menggunakan leaflet antara lain sasaran dapat menyesuaikan
dan belajar mandiri serta praktis karena mengurangi kebutuhan mencatat. Sasaran dapat
melihat isinya di saat santai dan sangat ekonomis. Berbagai informasi dapat diberikan
atau dibaca oleh anggota kelompok sasaran sehingga bisa didiskusikan dan dapat
memberikan informasi yang detail yang mana tidak dapat diberikan secara lisan, mudah
dibuat, diperbanyak, dan diperbaiki serta mudah disesuaikan dengan kelompok sasaran.
dalam bentuk buku dimana tiap lembar berisi gambar peragaan dan lembaran baliknya
Keuntungan penyuluhan dengan media ini adalah dapat memberikan realita yang
mungkin sulit direkam kembali oleh mata dan pikiran sasaran, dapat memacu diskusi
mengenai sikap dan perilaku, efektif untuk sasaran yang jumlahnya relatif kecil dan
dihentikan ataupun dihidupkan kembali, serta setiap episode yang dianggap penting dapat
diulang kembali, mudah digunakan dan tidak memerlukan ruangan yang gelap.
4. Slide
Keuntungan media ini antara lain dapat memberikan berbagai realita walaupun
terbatas, cocok untuk sasaran yang jumlahnya relatif besar, dan pembuatannya relatif
5. Transparansi OHP
mencatat point-point penting saat diskusi sedang berjalan, murah dan efisien karena
alatnya mudah didapat dan dibuat, serta tidak memerlukan ruangan yang gelap, dapat
digunakan untuk sasaran yang kecil maupun besar, peralatannya mudah digunakan dan
dipelihara.
6. Papan Tulis
Keunggulan menggunakan papan tulis antara lain murah dan efisien, baik untuk
menjelaskan sesuatu, mudah dibersihkan dan digunakan kembali, tidak perlu ruangan
yang gelap.
Makanan Pendamping ASI (MP ASI) adalah makanan yang diberikan kepada bayi
yang telah berusia enam bulan atau lebih karena ASI tidak lagi memenuhi kebutuhan gizi
bayi. Pemberian MP ASI ini diberikan pada anak yang berusia 6 sampai 24 bulan secara
serta menerima macam-macam makanan dengan berbagai tekstur dan rasa. Pemberian
MP ASI harus bertahap dan bervariasi, mulai dari bentuk bubur cair ke bentuk bubur
kental, sari buah, buah segar, makanan lumat, makanan lembik dan akhirnya makanan
Dalam pemberian makanan yang diberikan pada bayi dan anak balita harus
memenuhi syarat-syarat berikut (Asad, 2002) yaitu memenuhi kecukupan energi dan
semua zat gizi sesuai umur, susunan hidangan disesuaikan dengan pola menu seimbang,
bahan makanan yang tersedia di daerah setempat, kebiasaan makan, dan selera makan,
bentuk dan porsi makanan disesuaikan dengan daya terima, toleransi, dan keadaan faali
Selain itu, menurut Muchtadi (2004), MP ASI untuk bayi sebaiknya memenuhi
persyaratan antara lain nilai energi dan kandungan proteinnya cukup tinggi, dapat
diterima dengan baik, harganya relatif murah, dan dapat diproduksi dari bahan-bahan
yang tersedia secara lokal. MP ASI bagi bayi hendaknya bersifat padat gizi dan
mengandung serat kasar serta bahan lain yang sukar dicerna sedikit mungkin karena serat
diberikan terlalu dini akan menurunkan konsumsi ASI dan bayi dapat mengalami
gangguan pencernaan atau bisa diare. Risiko pemberian MP ASI sebelum usia enam
bulan adalah kenaikan berat badan yang terlalu cepat (risiko obesitas), alergi terhadap
salah satu zat gizi yang terdapat dalam makanan tersebut, mendapat zat-zat tambahan
seperti garam dan nitrat yang dapat merugikan, mungkin saja dalam makanan padat yang
dipasarkan terdapat zat pewarna maupun zat pengawet, dan kemungkinan terjadinya
MP ASI akan menghambat pertumbuhan bayi karena energi dan zat-zat gizi yang
dihasilkan ASI tidak mencukupi kebutuhan lagi sehingga akan mengakibatkan kurang
Memasuki usia enam bulan bayi telah siap menerima makanan bukan cair, karena
gigi telah tumbuh dan lidah tidak lagi menolak makanan setengah padat. Di samping itu,
lambung juga telah lebih baik mencerna zat tepung. Menjelang usia sembilan bulan bayi
telah pandai menggunakan tangan untuk memasukkan benda ke dalam mulut. Karena itu
jelaslah bahwa pada saat tersebut bayi siap mengkonsumsi makanan (setengah padat)
(Arisman, 2004). Selain itu, saat bayi berusia enam bulan ke atas, sistem pencernaannya
juga sudah relatif sempurna dan siap menerima MP ASI. MP ASI sebaiknya diberikan
secara bertahap, sedikit demi sedikit dalam bentuk encer secara berangsur-angsur ke
dan sikap mental sehingga seseorang tahu, mau, dan mampu melaksanakan perubahan-
Titik berat penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku adalah penyuluhan yang
berkesinambungan. Dalam proses perubahan perilaku dituntut agar sasaran berubah tidak
adanya perubahan pada keterampilan sekaligus sikap mantap yang menjurus kepada
tersebut menuntut suatu persiapan yang panjang dan pengetahuan yang memadai bagi
(attitude), dan praktik (practice). Dalam hal ini, penyuluhan berperan sebagai salah satu
Menurut Notoatmodjo (2003), penyuluhan kesehatan tidak dapat lepas dari media,
pesan-pesan disampaikan dengan mudah dipahami, dan lebih menarik. Media juga dapat
Dalam hal pemberian MP ASI, ternyata masih banyak ibu yang sudah
memberikan MP ASI pada bayinya sebelum berusia enam bulan. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Carnoto (2000) tentang hubungan antara pola pemberian
MP ASI dengan status gizi bayi usia 6-12 bulan di Desa Gunan Kabupaten Wonogiri,
yang menyebutkan bahwa sebesar 52,1% bayi diberikan MP ASI oleh ibunya di bawah
usia enam bulan. Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Mariastuti (2010) mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam pemberian MP ASI pada bayi usia 3-6 bulan
27 ibu yang sudah memberikan MP-ASI kepada bayinya saat berumur di bawah 6 bulan.
berhubungan dengan pola pemberian ASI di Kelurahan Tiga Balata Kecamatan Jorlang
Hataran Kabupaten Simalungun tahun 2007, menyebutkan bahwa dari 43 responden, pola
pemberian ASI dengan kategori baik tidak ada dijumpai, kategori kurang baik sebanyak 7
orang (16,68%) sedangkan kategori tidak baik sebanyak 36 orang (83,72%). Hal tersebut
menunjukkan bahwa terdapat ibu yang memberikan MP ASI sebelum bayi berusia enam
bulan. Hasil penelitian ini juga membuktikan terdapat hubungan antara pengetahuan ibu
kurang, memiliki pola pemberian ASI kategori tidak baik dari total 33 responden yang
berpengetahuan kurang. Oleh karena itu, pengetahuan ibu tentang pemberian MP ASI
Berbagai penelitian telah dilakukan dengan media untuk mengubah perilaku dan
makanan pendamping ASI yang tepat dan pertumbuhan fisik pada bayi dan anak-anak di
Rural Haryana India menunjukkan bahwa intervensi yang bersifat edukasi melalui
Selain itu, penelitian yang dilakukan Rajagukguk (2007) tentang pengaruh promosi
konsumsi sayur dan buah terhadap perilaku ibu rumah tangga di Kelurahan Padang Bulan
pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu terhadap konsumsi sayur dan buah dalam keluarga.
Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Khairunnisak (2008) tentang pengaruh
penyuluhan sayur dan buah terhadap pengetahuan remaja putri SMAN 1 Julok Kabupaten
Aceh Timur juga menyimpulkan bahwa penyuluhan dalam bentuk ceramah dengan
memperlihatkan contoh sayur dan buah serta pemberian leaflet mampu meningkatkan
Penelitian Tampubolon (2009) tentang pengaruh media visual poster dan leaflet
makanan sehat terhadap perilaku konsumsi makanan jajanan pelajar kelas khusus SMA
pelajar tersebut. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan Rahmawati, dkk (2006)
tentang efektifitas leaflet diabetes melitus modifikasi terhadap pengendalian kadar gula
penyuluhan Kadarzi terhadap pengetahuan dan sikap tentang Kadarzi serta tentang pola
konsumsi pangan pada ibu hamil di Nagari Cupak Kecamatan Gunung Talang Kabupaten
Solok menyimpulkan bahwa penyuluhan yang disertai dengan pemberian leaflet dapat
Penelitian yang juga dilakukan oleh Mulyati, dkk (2004) tentang pengaruh
pendidikan gizi pada ibu tentang konsumsi makanan dan status gizi anak yang terinfeksi
mampu meningkatkan konsumsi protein pada anak di bawah usia 5 tahun yang terinfeksi
Penyuluhan dengan media juga dilakukan oleh Rapiasih, dkk (2009) tentang
penjamah makanan, dan kelaikan hygiene sanitasi di instalasi gizi RSUP Sanglah
perilaku penjamah makanan dan kelayakan hygiene sanitasi setelah dilakukan pelatihan
metode ceramah dan leaflet terhadap pengetahuan dan sikap ibu dapat dilihat pada
Pengetahuan Ibu
Penyuluhan Pola Pemberian
MP ASI dengan metode
ceramah dan leaflet
Sikap Ibu
Ho: tidak ada perbedaan pengetahuan dan sikap ibu tentang pola pemberian MP ASI pada
Ha: ada perbedaan pengetahuan dan sikap ibu tentang pola pemberian MP ASI pada anak