Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

PROGRAM PROFESI KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II


DI RUANG KEMOTERAPI RSUP FATMAWATI JAKARTA

Disusun Oleh:
MUSTAFIQOTUN NIKMAH
41151095000032

PROGRAM PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA TA 2015 /2016
I. Kasus (Masalah Utama)

Kemoterapi

II. Definisi

Kemoterapi merupakan cara pengobatan kanker dengan jalan memberikan


zat/obat yang mempunyai khasiat membunuh sel kanker atau menghambat proliferasi
sel-sel kanker dan diberikan secara sistematik (berefek pada seluruh tubuh).
Kemoterapi juga merupakan obat CCS (cell cycle specific) yang bekerja spesifik pada
sel tumor yang sedang membelah, efektif bila fraksi pertumbuhan sedang tinggi.
Selain itu juga merupakan obat CCNS (cell cycle non specific) yang membunuh tumor
pada fase proliferasi dan istirahat. Obat ini selain bersifat toksik terhadap sel tubuh
normal, juga berefek pada sel lain terutama sel yang mempunyai kemampuan
membelah dengan cepat, seperti sel darah merah, folikel rambut, mukosa
gastrointestinal dan sistem reproduksi. Pada umumnya obat anti kanker ini
mempunyai efektifitas terapi yang sangat dekat dengan efek toksik.

III. Mekanisme Kerja Kemoterapi

Untuk memahami mekanisme kerja kemoterapi, penting untuk diketahui


terlebih dahulu siklus pembentukan sel. Dalam pembentukan sel, terdapat 4 fase yang
harus dilalui untuk mencapai siklus pertumbuhan sel yang sempurna. Fase tersebut
meliputi fase G1, S, G2 dan
mitosis (M). Fase G1 yaitu fase
dimana DNA mulai dibentuk dan
menjadi sintetis protein dan
RNA. Kemudian sel memasuki
fase S dimana terjadi sintesis
DNA, isi DNA dari sel berlipat
ganda. Setelah fase S, sel masuk
ke fase G2, fase dimana terjadi sintesis RNA dan protein yang diperlukan untuk
mitosis. Fase terakhir yaitu fase M (mitosis) dimana terjadi pembelahan sel. Dalam
mitosis terdapat 4 langkah (profase, metafase, anafase, dan telofase) yang
menghasilkan dua sel sejenis yang identik. Setelah mitosis, sel memasuki fase G0
(fase istirahat). Pada fase ini, sel tidak membelah lagi, namun sel telah dapat
berfungsi. Sel kanker sulit diatasi pada fase G0 karena pada fase tersebut sel tidak
membelah. Namun diketahui bahwa sel-sel kanker mempunyai waktu siklus sel yang
singkat dan tumbuh secara cepat karena kondisi yang tidak terkontrol. Kemoterapi
bekerja dengan cara merusak DNA dari sel-sel yang membelah dengan cepat, yang
dideteksi oleh jalur p53lRb, sehingga memicu apoptosis. Merusak aparatus spindel
sel, mencegah kejadian pembelahan sel. Dan menghambat sintesis DNA.

IV. Obat Kemoterapi

Ada dua jenis obat kemoterapi atau anti kanker: obat-obat yang nonspesifik
terhadap siklus sel (NSSS), yang bekerja pada tahap mana saja dari siklus sel; dan
obat-obat yang spesifik terhadap siklus sel (SSS), yang bekerja pada fase tertentu dari
siklus sel.

Tabel 1. Kelompok Obat-obat Nonspesifik Terhadap Siklus Sel dan Spesifik


Terhadap Siklus Sel.

Jenis Obat Kelompok Obat Efek Terhadap Siklus Sel


NSSS Obat-obat alkilas Semua tahap. Bekerja lebih efektif dalam tahap
G1 dan S.
Antibiotik Semua tahap. Bleomisin lebih efektif pada tahap
antitumor G2. Daunorubisin dan doksorubisin lebih efektif
pada tahap S, dan mitomisin lebih efektif pada
tahap G1 dan S.
Nitrosurea Semua tahap
Steroid Semua tahap. Bekerja lebih efektif pada tahap S
(kortikosteroid, dan M
astrogen,
androgen)
SSS Antimetabolit Efektif pada tahap S
Alkaloid vinka Efektif pada tahap M
Antibiotik Lihat antibiotik anti tumor NSSS
antitumor

V. Pola Pemberian Kemoterapi


1) Kemoterapi Induksi - Ditujukan untuk secepat mungkin mengecilkan masa tumor
atau jumlah sel kanker. Disebut juga pengobatan penyelamatan.
2) Kemoterapi Adjuvan - Biasanya diberikan sesudah pengobatan yang lain seperti
pembedahan atau radiasi, tujuannya adalah untuk memusnahkan sel-sel kanker
yang masih tersisa atau metastase kecil yang ada.
3) Kemoterapi Primer Dimaksudkan sebagai pengobatan utama pada tumor ganas,
diberikan pada kanker yang bersifat kemosensitif, biasanya diberikan dahulu
sebelum pengobatan yang lain misalnya bedah atau radiasi.
4) Kemoterapi Neo Adjuvan Diberikan mendahului/sebelum pengobatan/tindakan
yang lain seperti pembedahan atau penyinaran kemudian dilanjutkan dengan
kemoterapi lagi. Tujuannya adalah untuk mengecilkan masa tumor yang besar
sehingga operasi atau radiasi akan lebih berhasil.

VI. Cara Pemberian Obat Kemoterapi


1) Intra vena (IV) kebanyakan sitostatika diberikan dengan ini, dapat berupa bolus
IV pelan-pelan sekitar 2 menit, dapat pula per drip IV sekitar 30-120 menit, atau
dengan continous drip sekitar 24 jam dengan infusion pump upaya lebih akurat
tetesannya.
2) Intra tekal (IT) diberikan ke dalam kanalis medula spinalis untuk memusnahkan
tumor dalam cairan otak (liquor cerebrospinalis).
3) Radiosensitizer yaitu jenis kemoterapi yang diberikan sebelum radiasi,
tujuannya untuk memperkuat efek radiasi.
4) Oral
5) Subkutan dan intramuskular
6) Topikal
7) Intra arterial
8) Intracavity
9) Intraperitoneal/Intrapleura intraperitoneal diberikan bila produksi cairan acites
hemoragis yang yang banyak pada kanker ganas intra-abdomen. Pemberian
intrapleura yaitu diberikan ke dalam cavum pleuralis untuk memusnahkan sel-sel
kanker dalam cairan pleura atau untuk menghentikan produksi efusi pleura
hemoragis yang amat banyak.

VII. Tujuan Pemberian Kemoterapi

Secara umum tujuan pemberian kemoterapi adalah untuk:

1) Pengobatan
2) Mengurangi masa tumor selain pembedahan atau radiasi
3) Meningkatkan kelangsungan hidup dan memperbaiki kualitas hidup
4) Mengurangi komplikasi akibat metastase

VIII. Persiapan dan Syarat Kemoterapi


1) Persiapan
Sebelum pengobatan dimulai, maka terlebih dahulu dilakukan
pemeriksaan yang meliputi:

a) Darah tepi: Hb, leuko, hitung jenis, trombosit


b) Fungsi hepar: bilirubin, SGOT, SGPT, alkali phosphat
c) Fungsi ginjal: ureum, kreatinin dan kreatinin clearance test bila serum
kreatinin meningkat
d) Audiogram (terutama pada pemberian Cis-plastinum)
e) EKG (terutama pemberian Adriamycin, Epirubicin)
2) Syarat
a) Kedaan umum cukup baik
b) Penderita mengerti tujuan dan efek samping yang akan terjadi informed
concent
c) Fungsi ginjal dan hati baik
d) Diagnosi patologik
e) Jenis kanker diketahui cukup sensitif terhadap kemoterapi
f) Riwayat pengobatan (radioterapi/kemoterapi) sebelumnya
g) Pemerikasaan laboratorium menunjukkan Hb > 10 gram %, leukosit >
5000 /mm3 , trombosit > 150.000/mm3

IX. Efek Samping Kemoterapi

Sel kanker pada organ tubuh manusia terdiri dari jaringan dan sel tubuh yang
berubah atau mutasi menjadi ganas dan membelah terus tidak terkendali dan menjadi
besar mendobrak, merusak jaringan sekitarnya dan akhirnya menyebar, bersarang di
organ lain dan mengulangi pertumbuhan seperti tempat semula. Sel kanker inilah
yang menjadi target obat kemoterapi.

Intensitas efek samping tergantung dari karakteristik obat, dosis pada setiap
pemberian, maupun dosis kumulatif, selain itu efek samping yang timbul pada setiap
penderita berbeda walaupun dengan dosis dan obat yang sama, faktor nutrisi dan
psikologis juga mempunyai pengaruh bermakna.

Kemoterapi anti kanker akan menyebabkan sel kanker serta beberapa jenis sel
sehat yang juga sedang membelah atau tumbuh mengalami kerusakan. Namun sel
kanker akan mengalami kerusakan lebih parah dibanding kerusakan pada sel sehat.
Setelah beberapa periode 1-3 minggu sel sehat pulih dan sel kanker akan pulih
kembali namun mengalami kerusakan berarti, sehingga atas dasar inilah obat kanker
dipergunakan.
Untuk mencegah kerusakan permanen dari sel sehat, obat kanker tidak bisa
diberikan sekaligus 4-8 siklus. Hal ini dimaksud untuk memulihkan sel sehat. Dilain
pihak berangsur mengecilkan kanker sehingga akhirnya sel kanker menjadi sangat
kecil untuk tidak terlihat lagi dan bisa dihancurkan dengan sinar atau dihilangkan
dengan operasi. Secara umum obat anti kanker mempunyai akibat terhadap sel kanker
yang sedang cepat membelah itu, namun sel sehat yang cepat membelah pun termasuk
kena akibat anti kanker tersebut.

Umumnya efek samping kemoterapi terbagi atas:

1) Efek samping segera terjadi (Immediate Side Effects) yang timbul dalam 24 jam
pertama pemberian, misalnya mual muntah.
2) Efek samping yang awal terjadi (Early Side Effects) yang timbul dalam beberapa
hari sampai beberapa minggu kemudian, misalnya netripenia dan stomatitis.
3) Efek samping yang terjadi belakangan (Delayed Side Effects) yang timbul dalam
beberapa hari sampai beberapa bulan, misalnya neuropati perifer, neuropati.
4) Efek samping yang terjadi kemudian (Late Side Effects) yang timbul dalam
beberapa bulan sampai tahun, misalnya keganasan sekunder.

Efek samping yang mungkin terjadi dan penanganannya, diantaranya:

1) Perubahan indra pengecap

Penanganannya:

Hindari makanan yang pahit


Makan makanan yang lunak berprotein
Tes pengecapan
Tambahkan bumbu

2) Infeksi mulut dan lambung


Penanganannya:
Pemeriksaan gigi 14 sebelum kemoterapi pertama dan setelah kemoterapi
Jaga bibir tidak kering
Hindari rokok dan alkohol
Hindari makanan yang terlalu panas, terlalu dingin, banyak mengandung zat
kimia
Bersihkan gusi dan gigi dengan sikat yang lembut untuk menghindari
perdarahhan gusi, sedikitnya 4x sehari
Gunakan pasta gigi yang mengandung flouride tapi tidak mengandung zat-zat
yang bersifat abrasi

3) Mual dan muntah


Penanganannya:
Makanlah makanan yang agak tawar, seperti roti panggag/kering
Jika mual hanya terjadi di antara waktu makan, makanlah lebih sering dalam
porsi kecil
Makanlah makanan yang anda sukai, tetapi tetap pertimbangkan kandungan
gizinya
Hindari makanan panas, untuk mengurangi aromanya. Hindari juga makanan
berlemak, terlalu banyak bumbu, atau terlalu manis
Makan buah
Istirahatlah setelah makan
Jika sedang mual, bersikaplah rileks dan tarik napas dalam
Mintalah obat anti mual kepada dokter. Minumlah obat itu begitu mulai merasa
mual, supaya tidak sampai muntah

4) Susah buang air besar


Penanganannya:
BAB secara teratur
Minum jus buah atau makan jus buah
Minum 3 liter air
Makan yang mengandung serat
Hindari makanan yang banyak mengandung tepung
Tingkatkan aktivitas fisik

5) Diare
Penanganannya:
Hindari makanan yang mengiritasi lambung, banyak mengandung gas, dan
minum yang mengandung kafein
Minum 3 liter/hari
Makan sedikit tapi sering
Hindari susu atau produk susu

6) Kerontokan rambut
Penanganannya:
Selama periode terapi sebaiknya kenakan topi lebar yang lembut atau kerudung
dari bahan katun. Jika ingin menggunakkan wig, pastikan bagian tepinya tidak
menggesek kulit anda
Gunakakan sampo yang lembut setiap kali keramas
Minimalkan penggunaan hair dryer
Hentikan penggunaan mesin dengan listrik, roll rambut
Hindari menggosok dan menyisir rambut terlalu keras
Gunakan bantal yang lembut
Konsumsi makanan yang mengandung tinggi karbohidrat, tinggi protein dan
mengkonsumsi suplemen/vitamin nutrisi

7) Jumlah sel darah putih menurun (Lekopenia)


Penanganannya:
Mungkin terjadi kerentanan terhadap infeksi, kerabat atau keluarga yang
menderita infeksi harus berhati-hati (mis, memakai masker) atau jangan
mengunjungi klien
Demam, mengigil, atau nyeri tenggorokan harus dilaporkan

8) Jumlah platelet menurun (trombositopenia)


Penanganannya:
Petekie, ekimosis, perdarahan gusi, dan mimisan merupakan tanda-tanda
menurunnya jumlah platelet dan harus dipalorkan

9) Ekstravasasi

Ekstravasasi adalah kebocoran obat atau cairan ke jaringan subkutaneus


yang dapat merusak jaringan dan nekrosis kulit. Secara klinis menimbulkan rasa
nyeri lokal, panas, edema, eritema, dan menimbulkan ulku. Penanganan dengan
menghentikan pemberian obat/intravenous, memasang tourniquet untuk konstriksi,
dan memakai kompres hangat/dingin, serta ketersediaan antidotum yang spesifik.

X. Prosedur Pelaksanaan Kemoterapi


1) Persiapan
a. Sebelum diberikan kemoterapi maka harus dipersiapkan TB, BB, luas badan,
darah lengkap, fungsi ginjal, fungsi liver, gula darahh, urin lengkap, EKG, foto
thorax AP/lateral, Ekokardiografi, BMP.
b. Periksa protokol dan program terapi yang digunakan, serta waktu pemberian
obat sebelumnya
c. Periksa nama pasien, dosis obat, jenis obat, cara pemberian
d. Periksa adanya inform concernt baik dari pasien maupun dari keluarga
e. Siapkan obat sitostatika
f. Siapkan NaCL 0,9%, D5%, atau intralit
g. Pengalas plastik, dengan kertas absorbsi atau kain diatasnya
h. Gaun lengan panjang, masker, topi, kaca mata, sarung tangan, sepatu
i. Spuit disposible 5cc, 10cc, 20cc, 50cc
j. Infus set dan vena kateter kecil
k. Alkohol 70% dengan kapas steril
l. Bak spuit besar
m. Label obat
n. Plastik tempat pembuangan bekas
o. Kardex (catatan khusus)

2) Cara Pemberian
a. Periksa pasien, jenis obat, dosis obat, jenis cairan, volume cairan, cara
pemberian, waktu pemberian, dan akhir pemberian
b. Pakai proteksi: gaun lengan panjang, topi, masker, kaca mata, sarung tangan dan
sepatu
c. Lakukan teknik aseptik dan antiseptik
d. Pasang pengalas plastik yang dilapisi kertas absorbsi dibawah daerah tusukan
infuse
e. Berikan anti mual jam sebelum pemberian anti neoplastik ( primperan,
zofran, kitril secara intravena)
f. Lakukan aspirasi dengan NaCl 0,9%
g. Beri obat kanker secara perlahan-lahan sesuai program
h. Bila selesai bilas kembali dengan NaCl 0,9%
i. Semua alat yang sudah dipakai dimasukkan ke dalam kantong plastik dan diikat
serta diberi etiket
j. Buka gaun, topi, masker, kaca mata, kemudian rendam dengan deterjen. Bila
disposible masukkan dalam kantong plastik kemudian diikat dan diberi etiket,
kirim ke incinerator
k. Catat semua prosedur
l. Awasi keadaan umum pasien, monitor tensi, nadi, RR tiap setengah jam dan
awasi adanya tanda-tanda ekstravasasi

XI. Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul:

1) Gangguan rasa nyaman b.d efek samping terkait terapi

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


NOC: NIC
- Anxiety Anxiety reduction
- Fear level
- Gunakan pendekatan yang
- Sleep deprivation
- Comfort, readines for enchanced menenangkan
- Nyatakan dengan jelas harapan
Kriteria Hasil:
terhadap pelaku pasien
- Mampu mengontrol kecemasan
- Jelaskan semua prosedur dan apa
- Status lingkungan yang nyaman
- Mengontrol nyeri yang dirasakan selama prosedur
- Kualitas tidur dan istirahat - Pahami prespektif pasien terhadap
adekuat situasi pasien
- Agresi pengendalian diri - Temani pasien untuk memberikan
- Respon terhadap pengobatan
keamanan dan mengurangi takut
- Control gejala
- Dorong keluarga untuk menemani
- Status kenyamanan meningkat
- Dengarkan dengan penuh
- Dapat mengontrol ketakutan
- Support social perhatian
- Identifikasi tingkat kecemasan
- Bantu pasien mengenai situasi
yang menimbulkan kecemasan
- Instruksikan pasien menggunakan
teknik relaksasi
Environment management confort
Pain management

2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor biologis

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


NOC: NIC:
- Nutritional status: food and fluid Nutrition Management
intake - Kaji adanya alergi makanan
- Nutritional status: nutrient intake - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
- Weight control
menentukan jumlah kalori dann
Kriteria Hasil:
nutrisi yang dibutuhkan pasien
- Adanya peningkatan berat badan - Anjurkan pasien untuk
sesuai dengan tujuan meningkatkan intake Fe
- Berat badan ideal sesuai dengan - Anjurkan pasien untuk
tinggi badan meningkatkan protein dan vit. C
- Mampu mengidentifikasi - Berikan substansi gula
- Yakinkan diet yang dimakan
kebutuhan nutrisi
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi mengandung tinggi serat untuk
- Menunjukkan fungsi pengecapan
mencegah konstipasi
dari menelan - Berikan makanan yang terpilih
- Tidak terjadi penurunan berat - Monitoring jumlah nutrisi dan
badan yang berarti kalori
- Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
Nutrition Monitoring
- BB pasien dalam batas normal
- Monitor adanya penurunan berat
badan
- Monitor tipe dan jumlah aktivitas
yang biasa dilakukan
- Monitor linkungan selama makan
- Monitor turgor kulit
- Monitor mual muntah
- Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht
- Monitor kalori dan intake nutrisi

DAFTAR PUSTAKA

Bongard, dkk. (1994). Current Critical, Care Diagnosis and Treatment, first Edition. Los
Angeles: Paramount Publishing Bussiness and Group.

Davey, P. (2006). At a Glance Medicine. Jakarta: Erlangga.

Instalasi Diklat RS Kanker Darmais. (2003). Kumpulan Makalah Pelatihan Perawatan Kanker
Dengan Kemoterapi Di RSS Kanker Darmais. Jakarta.

Kee, J. L. & Hayes, E. R. (1996). Farmakologi Pendekatam Proses Keperawatan. Jakarta:


EGC.

Maurytania, A. R. (2003). Buku Saku Ilmu Bedah. Yoyakarta: Widya Medika.

Nurarif, A. H. & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis dan Nanda Nic-Noc. Jogjakarta: Mediaction Jogja.

National Cancer Institute. (2015). Chemotherapy Drugs: How They Work. American Cancer
Society. (www.cancer.gov)

Price, Sylvia A. (2012). Patofisiolgi: konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta: EGC.
Rosdiana, N. (2009). Tatalaksana Ekstravasasi karena Pemakaian Kemoterapi. Indonesian
Journal of Cancer, Vol III, No. 2.

Anda mungkin juga menyukai