Pengecoran logam merupakan salah satu teknik pembentukan yang dilakukan melalui
berbagai proses, antara lain: pembuatan cetakan, pencairan logam, penuangan logam cair,
pembongkaran cetakan dan lain-lain. Proses pengecoran biasanya dipakai untuk membuat
benda yang bentuknya cukup sulit. Dengan demikian proses pengecoran logam harus
dilakukan secara berurutan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Aliran proses
Penuangan
Ladel
Tungku
Bahan baku
Rangka cetak
Pemeriksaan
Pembersihan
Pembongkaran
Pasir
Gambar 6. Aliran proses pada pembuatan coran
Sebelum dilakukan proses manufaktur terlebih dahulu akan melewati tahapan proses
1. Engineering
yang meliputi gambar dari produk dan pemilihan material yang digunakan untuk bahan
Bahan-bahan teknik yang terdiri atas bahan alam, bahan tiruan, bahan logam
dan bahan non-logam, logam ferro dan logan non-ferro dari berbagai sifat dan
karakteritiknya yang dapat dipilih dan digunakan sebagai bahan pembuat cetakan
model (pattern) melalui pencetakan pasir (sand-cast), cetakan logam (die-cast), serta
sebagai bahan baku produk pengecoran, antara lain sifat mekanik secara umum, berat
jenis, dan titik cair (melting point) dari berbagai jenis logam. Bahan teknik yang
digunakan untuk membentuk sebuah produk dikelompokkan dan dapat dilihat pada
gambar 7.
b. Gambar
Dalam proses pembentukan logam maupun pembentukan benda kerja secara
umum membaca dan menggunakan gambar kerja ini merupakan bagian dari proses
pekerjaan yang tidak dapat ditawar lagi. Kemampuan membaca gambar menjadi
syarat utama bagi berbagai pelaku yang melayani kebutuhan produk teknologi atau
Quality Control, Operator dan lain-lain dimana di dalam gambar kerja akan dimuat
berbagai informasi dari benda pekerjaan yang dikehendaki seperti kualitas mekanis,
bentuk dimensional dan ukuran, Toleransi umum dan Toleransi khusus, Tanda
pengerjaan (Kekasaran permukaan) dan lain-lain, hal ini akan mengarahkan kepada
kita, dengan mesin apakah benda ini harus dikerjakan, bagaimana cara dan dengan
alat ukur apakah pengukuran dimensinya harus dilakukan, jenis bahan apakah yang
seberapa besarkah allowance yang harus diberikan jika akan dilakukan pekerjaan
finishing dan lain-lain, semua pertanyaan ini terdapat di dalam gambar kerja. Terdapat
2. Pola (pattern)
Menurut sudjana (2008:145) Pola, mal atau model (pattern), yaitu sebuah bentuk
dan ukuran benda yang sama dengan bentuk asli benda yang dikehendaki. Pada intinya,
pola harus mudah dikeluarkan dari cetakan. Maka dari itu, kebanyakan industri saat ini
menggunakan permukaan pisah daripada satu bidang dan pada dasar cope (bagian atas
cetakan) dibuat agak dangkal. Selain itu, hal yang perlu diperhatikan pada pembuatan
pola adalah penyusutan logam cair, penambahan untuk proses permesinan, kemiringan
Faktor penting untuk menetapkan macam pola adalah proses pembuatan cetakan
dimana pola tersebut dipakai dan yang lebih penting lagi pertimbangan ekonomi yang
sesuai dari jumlah dari biaya pembuatan cetakan dan biaya pembuatan pola.
a. Pola kayu
Material ini paling sering digunakan sebagai pola, dan kayu yang biasanya digunakan
adalah kayu jati, mahoni, atau cemara. Pola dari kayu ini mudah dibentuk, ringan,
mudah didapat, serta harganya murah. Tetapi kelemahannya adalah sensitif terhadap
Selain itu kekuatannya rendah dan ketahanan terhadap aus juga rendah. Adakalanya
untuk meningkatkan kekuatan pola, kayu dilapisi dengan logam tertentu, misalnya
Pola ini bersifat ekonomis jika kapasitas produksinya besar. Bahan pola biasanya
Dari berbagai macam resin sintetis, hanya resin epoksi-lah yang banyak dipakai. Ia
mempunyai sifat-sifat: penyusutan yang kecil pada waktu mengeras, tahan aus yang
tinggi, memberikan pengaruh yang lebih baik dengan menambah pengencer, zat
berbusa) dipakai sebagai bahan untuk pola yang dibuang setelah dipakai dalam cara
pembuatan cetakan yang lengkap. Pola dibuat dengan menambahkan zat pembuat
busa pada polistirena untuk membuat berbutir, bentuk dan membuat busa. Berat
jenisnya sangat kecil yaitu 0,02-0,04 dan resin ini mudah dikerjakan, tetapi tidak
dapat menahan penggunaan yang berulang-ulang sebagai pola. Resin epoksi dipakai
untuk coran yang kecil-kecil dari satu massa produksi. Terutama sangat memudahkan
bahwa rangkapnya dapat diperoleh dari pola kayu atau pola plester. Berikut adalah
jenis-jenis pola:
3. Pasir Cetak
Pasir cetak yang biasa digunakan adalah pasir gunung, pasir pantai, pasir sungai,
dan pasir silica (SiO2) yang telah disediakan oleh alam. Khusus untuk pasir silica yang
diperoleh dengan cara mengambil dari gunung dan ada juga yang didapatkan setelah
memecah batu kwarsit. Untuk pasir gunung, dapat dipakai setelah dicampur air.
Sedangkan untuk yang lainnya, dapat dipakai setelah ditambahkan pengikat untuk
mengikat butir-butirnya satu sama lain dan baru dipakai setelah pencampuran.
Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh pasir cetak sebagai bahan dasar
Brons 1100-1250
Kuningan 950-1100
e. Butir pasir dan pengikat harus mempunyai derajat tahan api tertentu terhadap
temperatur tinggi, kalau logam cair dengan temperatur tinggi ini dituang
kedalam cetakan.
f. Komposisi yang cocok. Butir pasir bersentuhan dengan logam yang dituang
mengalami peristiwa kimia dan fisika karena logam cair mempunyai
temperatur yang tinggi. Bahan-bahan yang tercampur, yang mungkin
menghasilkan gas atau larut dalam logam adalah yang tidak dikehendaki.
g. Mampu dipakai lagi. Pasir harus dapat dipakai berulang kali supaya ekonomis.
h. Pasir harus murah.
4. Inti
Core atau inti adalah bagian yang terbuat dari pasir atau logam yang dimasukkan
kedalam cetakan untuk membentuk suatu rongga pada cetakan, atau bagian dari cetakan
yang tidak dapat dibentuk oleh pola (pattern). Misalnya lubang untuk baut. Karkteristik
a. Core harus keras dan memiliki kekuatan pada keadaan kering dan lembab. tanpa
keadaan diatas core tidak dapat dipakai dan tidak dapat bertahan terhadap logam cair.
b. Core harus memiliki permeabilitas yang baik supaya gas yang terdapat didalamnya
c. Core harus dapat bertahan pada temperatur logam cair yang tinggi.
d. Inti pasir seharusnya memproduksi gas yang minimum ketika bersentuhan dengan
logam cair, sehingga sifat permeabilitas yang sangat tinggi tidak diperlukan dan
e. Pada waktu penyiapan core seharusnya core tersebut mudah dihancurkan sehingga
setelah logam cair menjadi padat core dapat dihancurkan dengan mudah. Apabila core
tidak dapat dihancurkan maka akan sangat sulit dikeluarkan dari cetakan.
Inti merupakan bagian dari pola atau dipasang setelah pola dikeluarkan. Inti bisa
dibagai atas: inti pasir basah dan inti pasir kering. Inti basah adalah bagian dari pola dan
terbuat dari bahan yang sama dengan cetakan. Inti pasir kering dibuat secara terpisah dan
dipasang setelah pola dikeluarkan. Gambar di bawah ini adalah jenis-jenis inti:
Gambar 15. Pola dengan Inti Pasir Basah (Sumber: Artikel Asyari Daryus)
Gambar 16. Inti Pasir Kering yang Disangga pada Kedua Ujungnya
2) Drag telah dibalik dan pasangan belahan pola diletakkan diatasnya. Kup siap untuk
diisi pasir.
bila pasir mengering terbentuk permukaan yang keras. Bagian lainnya terdiri dari
bersinggungan dengan pola disemprot atau dilapisi bahan yang mengeras bila
dipanaskan. Pelapis terdiri dari minyak cat, molas, sagu atau bahan sejenis.
Cetakan dibuat dari pasir yang kasar dengan menggunakan material untuk pengikat.
Tempat cetakan terbuat dari bahan logam. Cetakan pasir kering tidak menyusut
cetakan terbuat dari batu bata atau besi yang dilapis dengan lempung kemudian
lama.
Pasir yang kering dan tajam dicampur dengan asam fosfor yang dalam hal ini
diaduk hingga resin merata. Pasir dibentuk dan dibiarkan mengeras yaitu sekitar 1
atau 2 jam.
f) Cetakan CO2
Pasir yang bersih dicampur dengan natrium silikat dan campuran dipadatkan di
sekitar pola, kemudian dialirkan gas CO2 dan campuran akan mengeras. Cetakan CO2
g) Cetakan logam
Cetakan ini banyak digunakan pada cetakan die-casting (cetak tekan) logam dengan
h) Cetakan khusus
Cetakan khusus adalah cetakan yang terbuat dari plastik, kertas, kayu, semen, plaster
atau karet.
Proses pembuatan cetakan dibedakan atas:
Digunakan untuk benda cor yang besar. Benda cor dituang dalam sumuran. Sumuran
terdiri dari drag dan kup. Sisi sumuran diperkuat dengan bata dan alas ditutupi
lapisan sinteryang tebal yang dihubungkan dengan pipa-pipa pelepas gas ke lantai
dilakukan dengan mesin sehingga pekerjaan menjadi lebih cepat dan efisien.
Pertama-tama, belahan pola diletakkan diatas papan kayu yang rata. Kemudian
rangka cetak bawah (drag) diletakkan diatas kayu (lihat gambar 1). Drag diisi penuh
dengan pasir kemudian dimampatkan dengan cara manual atau mesin. Setelah selesai
bawah tersebut kemudian dibalik, dengan demikian cope (cetakan atas) bisa dipasang.
Sebelum dibalik, ditaburkan pasir kering dan diatasnya diletakkan papan. Drag
dibalik dan permukaan pasir diratakan dan ditaburi pasir kering. Pasir kering yang
ditaburkan adalah pasir silika kering yang halus dan tidak ada kekuatannya. Pasir ini
mencegah melekatnya pasir dari kedua cetakan. Setelah itu kup diletakkan diatas drag
(gambar 1), pasak pin dipasang supaya tidak terjadi pergeseran. Pada cetakan atas
perlu dibuat saluran turun (sprue) yang merupakan saluran pengalir logam cair, suatu
pin tirus (sprue pin) ditempatkan lebih kurang 25 mm di kiri - kanan pola. Kemudian
cope diisi pasir, dipadatkan dan diberi lubang pelepasan gas. Untuk mengambil pola,
pertama-tama saluran turun dicabut, kemudian dibuat cawan tuang pada ujung saluran
turun sehingga memudahkan penuangan logam cair. Cope kemudian dilepas dan
dibalik. Sebelum belahan pola dilepas, pasir disekitar rongga cetakan diseka dengan
kain lembab untuk menjaga supaya pinggiran rongga cetakan tidak rontok. Belahan
pola kemudian dilepaskan. Sebelum cetakan ditutup, perlu dibuat saluran masuk
Selain itu cetakan pola sekali pakai juga sering digunakan pada beberapa
perusahaan. Pola sekali pakai biasanya terdiri dari satu bagian. Umumnya cetakan
dibuat dari pasir basah, namun pasir jenis lainnya juga banyak digunakan. Saluran
turun dan bagian dari sistem saluran masuk merupakan bagian dari pola. Pola
termasuk saluran turun dan saluran tuangnya ditinggalkan dalam cetakan. Pada saat
proses pencetakan dimana logam cair dialirkan ke dalam cetakan, pola yang
umumnya terbuat dari polistiren akan menguap dan logam cair akan mengisi rongga
cetakan. Proses pengecoran pola sekali pakai bisa dilihat pada gambar 22.
d) Permukaan halus.
Selain itu, cetakan pola sekali pakai juga memiliki beberapa kerugian antara lain:
Saluran masuk pada cetakan bertujuan mengalirkan logam cair ke dalam rongga
cetakan. Saluran masuk terdiri dari cawan tuang, pengalir dan saluran masuk tempat
logam mengalir memasuki rongga cetakan. Hal-hal yang perlu diperhatiakan adalah:
a) Aliran logam cair hendaknya memasuki rongga cetakan pada bagian dasar atau
d) Usahakan agar kotoran, slag, atau partikel lainnya tidak masuk ke rongga cetakan.
Gambar 23. Pengaliran logam cair ke rongga cetakan
Cawan tuang dibuat untuk memudahkan ketika menuang logam cair dan untuk
masuknya terak atau partikel lainnya masuk ke dalam saluran turun kedua.
Penambah (riser) digunakan sebagai cadangan logam cair untuk menutup rongga
karena penyusutan. Penyusutan selalu terjadi jika logam membeku dan apabila
penyusutan tidak diatur dengan baik maka bisa menimbulkan rongga penyusutan yang
besar. Umumnya rongga penyusutan terjadi pada daerah dengan temperatur paling tinggi
http://www.buchin.co.cc/2010/06/pembentukan-logam-panas.html