Anda di halaman 1dari 24

ACARA II

REAKSI-REAKSI KIMIA

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum : a. Untuk mengenal berbagai reaksi kimia.
b. Untuk menentukan stoikiometri reaksi.
2. Waktu Praktikum : Senin, 10 November 2014
3. Tempat Praktikum : Laboratorium Kimia Dasar, Lantai III, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Mataram.

B. LANDASAN TEORI
Reaksi kimia bergerak menuju kesetimbangan dinamis, dimana terdapat reaktan
dan produk tetapi keduanya tidak lagi mempunyai kecendrungan untuk berubah. Kadang-
kadang konsentrasi produk jauh lebih besar daripada konsentrasi reaktan yang belum
bereaksi di dalam campuran kesetimbangan, sehingga untuk tujuan praktisnya, reaksi
dikatakan sempurna. Walaupun demikian, dalam beberapa kasus penting, campuran
kesetimbangan mempunyai konsentrasi reaktan dan produk yang berarti (Kartohadiprojo,
1999: 226)
Stoikiometri adalah kajian massa spesi kimia pada suatu reaksi kimia secara
kuantitatif. Stoikiometri berdasarkan pada 3 hukum kimia, yaitu; a) Hukum kekekalan
massa: Massa zat sebelum bereaksi sama dengan massa zat sesudah reaksi. b) Hukum
perbandingan tetap: Pada suatu senyawa kimia, perbandingan massa setiap unsur
pembentuk senyawa tersebut tetap. c) Hukum perbandingan berganda: Jika dua unsur
membentuk dua senyawa, maka perbandingan massa setiap unsur pembentuk senyawa
tersebut merupakan angka sederhana (Onggo, 2013: 3)
Konsep keasaman dan kebasaaan dalam kimia sangat beragam sehingga asam dan
basa didefinisikan berulang kali dengan berbgai cara. Salah satu definisi yang mungkin
paling tua sangatlah sempit karena hanya meliputi air sebagai pelarut. Menurut definisi
tersebut sam dan basa masing-masing sumber H + dan OH-. Definisi yang lebih luas tapi
masih mendekati definisi lama, ialah definisi Brnsted-Lowry yang dapat diterapkan
pada semua pelarut berproton. Asam adalah zat yang menyediakan proton, dan basa
penerima proton. Jadi dalam air, setiap zat yang meninggikan konsentrasi proton
terhidrasi (H3O+) yang disebabkan oleh otodisosiasi air adalah asam, dan setiap zat yang
menurunkan konsentrasi tersebut adalah basa, karena itu ion tersebut bergabung dengan
16
proton mengurangi konsentrasi H3O+. Namun zat lain sepeti sulfide, oksida, atau anion
asam lemah (misal F-, CN-) juga basa (Cotton, 2013: 193)
Telah diketahui bahwa air adalah elektrolit sangat lemah dengan pKw = 14. Itulah
sebabnya asam dan basa selalu bereaksi menjadi garam dan air, sebagai contoh HCl
dengan NaOH,
H+Cl- + Na+OH- Na+ Cl- + H2O
Pada hakikatnya reaksi ini adalah reaksi pembentukan air yang disebut
netralisasi.
H+ + OH- H2O
Karena Na+ dan Cl- tidak mengalami perubahan dan tetap dalam larutan sebagai
ion. Reaksi netralisasi dapat dipakai untuk menentukan knsentrasi larutan asam atau basa.
Caranya dengan menambahkan setetes demi setetes larutan basa kepada larutan asam.
Setiap basa yang diteteskan bereaksi dengan asam, dan penetesannya dihentikan pada
saat jumlah mol H+ setara dengan mol OH-. Pada saat itu larutan bersifat titrasi, yaitu
analisis dengan mengukur jumlah larutan yang diperlukan untuk bereaksi tepat sama
dengan larutan lain. Analisis ini disebut juga analisis volumetri, karena yang diukur
adalah volume lrutan basa yang terpakai dengan volume tertentu larutan asam (Syukri,
1999: 427).
Reaksi kimia yang melibatkan proses oksidasi dan reduksi (reaksi redoks)
merupakan inti dari metabolism. Energy yang berasal dari oksidasi karbohidrat
digabungkan untuk sintesis ATP melalui serangkaian reaksi redoks, yakni rantai transport
electron mitokondria. Lebih dari itu, besarnya kehidupan dibumi sebagiannya tergantung
pada serangkaian reaksi redoks, yakni proses penggunaan energy matahari untuk
menghasilkan ATP dan O2, serta mensintesis karbohidrat dari CO2. a) Reaksi oksidasi:
reaksi suatu zat kehilangan elektronnya. b) reaksi reduksi: reaksi suatu zat menerima
electron. c) Setengah reaksi: langkah oksidasi atau reduksi dalam reaksi redoks (Ngili,
2009: 13).
Istilah oksidasi mengacu pada setiap perubahan kimia dimana terjadi kenaikan
bilangan oksidasi, sedangkan reduksi digunakan untuk setiap penurunan bilangan
oksidasi. Berarti proses oksidasi disertai dengan hilangnya electron sedangkan reduksi
memperoleh electron. oksidator adalah senyawa dimana atom yang terkandung
mengalami penurunan bilangan oksidasi. Sebaliknya pada reduktor, atom yang
terkandung mengalami kenaikan bilangan oksidasi. Oksidasi-reduksi harus selalu

17
berlangsung bersama dan saling mengkompensasi satu sama lain. Istilah oksidator
reduktor mengacu kepada suatu senyawa, tidak kepada atomnya saja. Jika suatu reagen
berperan baik sebagai reduktor dan oksidator, maka dikatakan zat tersebut mengalami
autooksidasi atau disproporsionasi (Khopkar, 2008: 52).

C. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM


1. Alat-alat Praktikum
a. Gelas kimia 100 mL
b. Gelas kimia 250 mL
c. Gelas ukur 50 mL
d. Kertas label
e. Lap kain
f. Pipet tetes
g. Rak tabung reaksi
h. Spatula
i. Tabung reaksi
j. Thermometer 100 0C
k. Tissue
2. Bahan-bahan Praktikum
a. Aquades (H2O) (l)
b. Larutan aluminium sulfat (Al2(SO4)3) 0,1 M
c. Larutan ammonium hidroksida (NH4OH) 0,1 M
d. Larutan asam asetat (CH3COOH) 0,05 M
e. Larutan asam klorida (HCl) 0,05 M
f. Larutan asam klorida (HCl) 1 M

18
g. Larutan indikator fenolftalein (PP)
h. Larutan kalium dikromat (K2Cr2O7) 0,1 M
i. Larutan kalium kromat (K2CrO4) 0,1 M
j. Larutan natrium hidroksida (NaOH) 0,05 M
k. Larutan natrium hidroksida (NaOH) 1 M
l. Larutan natrium hidroksida (NaOH) 2 M
m. Larutan tembaga (II) sulfat (CuSO4) 1 M

D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Reaksi Kimia
a. Ke dalam 2 tabung reaksi, dimasukkan masing-masing dengan tepat 10 tetes
larutan HCl 0,05 M dan larutan CH 3COOH 0,05 M. Ditambahkan masing-
masing 3 tetes larutan indikator fenolftalein (PP). Diamati warna larutan-
larutan tersebut.
b. Ke dalam 2 tabung reaksi lain dimasukkan larutan NaOH 0,05 M masing-
masing 10 tetes. Ditambahkan pada keduanya 3 tetes larutan indikator
fenolftalein (PP).
c. Dicampurkan kedua asam (tabung a) dengan basa (tabung b). Diamati
perubahan yang terjadi.
d. Dimasukkan ke dalam 2 tabung reaksi masing-masing 10 tetes larutan kalium
kromat (K2CrO4) 0,1 M. Ke dalam tabung pertama ditambahkan larutan HCl 1
M sebanyak 10 tetes. Dikocok dan diamati. Ke dalam tabung lainnya
ditambahkan larutan NaOH 1 M sebanyak 10 tetets. Disimpan larutan dan
dibandingkan dengan percobaan e.
e. Dimasukkan ke dalam 2 tabung reaksi masing-masing 10 tetes larutan kalium
dikromat (K2Cr2O7) 0,1 M. Diperlakukan seperti percobaan di atas.
Dibandingkan larutan d dan e.
f. Dimasukkan 10 tetes larutan Al2(SO4)3 0,1 M ke dalam tabung reaksi.
Ditambahkan tetes demi tetes larutan NaOH 1 M dan diperhatikan apa yang
terjadi.
g. Dimasukkan 10 tetes larutan Al2(SO4)3 0,1 M ke dalam tabung reaksi.
Ditambahkan 5 tetes larutan NH4OH 1 M. Ditambahkan lagi tetes demi tetes
larutan NH4OH dan diamati. Dibandingkan dengan larutan pada percobaan f.

19
2. Variasi Kontinu
a. Stoikiometri system CuSO4 NaOH
Digunakan larutan CuSO4 1 M dan NaOH 2 M. Dimasukkan 15 mL larutan
NaOH 2 M ke dalam gelas kimia dan dicatat suhunya. Sementara diaduk,
ditambahkan 5 mL larutan CuSO4 1 M yang diketahui suhu awalnya, diukur
temperature campuran (diusahakan suhu awal CuSO4 sama dengan NaOH di
dalam gelas kimia). Diulangi percobaan dengan menggunakan 10 mL NaOH
dan 10 mL CuSO4, 5 mL NaOH dan 15 mL CuSO 4. Dicatat hasil pengamatan
pada table pengamatan.
b. Stoikiometri Asam Basa
Ke dalam 5 buah gelas piala dimasukkan berturut-turut 1, 2, 3, 4, 5 mLlarutan
NaOH 1 M dan ke dalam 5 buah gelas piala yang lain dimasukkan berturut-
turut 1, 2, 3, 4, 5 mL larutan HCl 1 M. Diukur suhu awal masing-masing
larutan dan diambil ratanya. Dicampurkan larutan tersebut sesuai dengan data
pada table pengamatan. Dicatat hasil pengamatan pada table pengamatan.

E. HASIL PENGAMATAN

1. Reaksi Kimia

No Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan


.

a. Disiapkan 2 buah tabung reaksi, Warna HCl mula-mula bening


dimasukkan masing-masing 10 tetes larutan setelah ditambahkan indikator
HCl 0,05 M kedalam tabung reaksi pertama pp menjadi keruh. Warna
dan 10 tetes larutan CH3COOH 0,05 M CH3COOH mula-mula bening
kedalam tabung kedua secara terpisah. setelah ditambahkan indikator
Ditetesi masing-masing 3 tetes larutan pp menjadi keruh dan ada
indikator pp ke masing-masing tabung endapan.
reaksi tersebut. Diamati perubahan yang
terjadi.

b. Disiapkan 2 tabung reaksi lain, yang telah Warna NaOH ditambahkan


diisi dengan masing-masing 10 tetes larutan indikator menjadi ungu.

20
NaOH 0,05 M dan diteteskan masing-
masing 3 tetes larutan indikator pp.

c. Dicampurkan kedua asam (tabung a) NaOH + HCl warnanya tetap


dengan basa (tabung b). Diamati perubahan keruh.
yang terjadi.
Sedangkan NaOH +
CH3COOH warnanya ungu.

d. Disiapkan larutan K2CrO4 sebanyak 10 tetes Warna awal K2CrO4 adalah


kedalam 2 tabung. Pada tabung pertama kuning setelah ditambahkan
ditambahkan 10 tetes larutan HCl 1 M, HCl warnanya menjadi
kemudian dikocok dan diamati. Pada orange bening.
tabung kedua ditambahkan 10 tetes larutan
Sedangkan K2CrO4 + NaOH
NaOH 1M.Diamati perubahannya dan
warnanya menjadi kuning
dibandingkan dengan percobaan e.
bening.

e. Dimasukkan kedalam 2 tabung reaksi Warna K2Cr2O7 awalnya


masing-masing 10 tetes larutan K2Cr2O7 orange, setelah ditambahkan
0,1 M. Tabung pertama dimasukan 10 tetes HCl menjadi orange
larutan HCl sambil dikocok. Dan tabung Sedangkan K2Cr2O7 + NaOH
kedua dimasukkan 10 tetes larutan NaOH 1 warnanya menjadi kuning
M. Diamati perubahannya dan pekat
dibandingkan percobaan d dan e.

f. Dimasukkan 10 tetes larutan Al2(SO4)3 0,1 Warna awal Al2(SO4)3 adalah


M kedalam tabung reaksi. Ditambahkan bening, setelah ditambahkan
tetes demi tetes larutan NaOH 1M sampai tetes demi tetes NaOH sampai
terjadi perubahan.Diamati perubahannya. tetes ke 5 warnanya menjadi
keruh

g. Dimasukkan 10 tetes larutan Al2(SO4)3 0,1 Warna awal Al2(SO4)3 adalah


M kedalam tabung reaksi. Ditambahkan 5 bening. Setelah ditambahkan
tetes NH4OH 1 M. Kemudian ditambahkan 5 tetes NH4OH warnanya
lagi tetes demi tetes NH4OH 1 M sampai menjadi putih keruh ada
terjadi perubahan dan diamati. endapan.

21
Dibandingkan dengan larutan pada Jadi perbedaan larutan f dan
percobaan f. g, larutan g terdapat endapan.

2. Variasi Kontinu

a. Stoikiometri Sistem CuSO4 NaOH

No Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan


.

1. Digunakan larutan CuSO4- Warna CuSO4 : biru


NaOH.
Warna NaOH : bening

2. Dimasukkan 15 ml larutan
NaOH kedalam gelas ukur dan
dicatat suhunya.

3. Dimasukkan 5 ml larutan
CuSO4 kedalam gelas ukur dan
dicatat suhunya.

4. Dicampur kedua larutan


kedalam gelas kimia, diaduk
dan diukur suhunya.

CuSO4 5 ml+NaOH 15 ml: warnanya


5. Diulang percobaan dengan
biru tua, banyak endapan.
menggunakan 10 ml NaOH dan CuSO4 10 ml+NaOH 10 ml:
10 ml CuSO4, 5 ml NaOH dan warnanya biru tua, sangat banyak
15 ml CuSO4. endapan.
CuSO4 15 ml+NaOH 5 ml: warnanya
biru tua, sedikit endapan.

b. Stoikiometri Asam Basa

No Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan

22
1. Dimasukkan berturut-turut 1 ml, 2 Warna NaOH bening.
ml, 3 ml, 4 ml, 5 ml larutan NaOH
Warna HCl bening.
1M kedalam 5 tabung reaksi.

Warna campurn bening.

2. Dimasukkan kedalam 5 buah


tabung reaksi lain 5 ml, 4 ml, 3 ml,
2 ml, dan 1 ml larutan HCL 1 M.

3. Diukur suhu suhu awal masing-


masing larutan.

4. Dicampurkan kedua larutan HCl


dan NaOH sehingga berjumlah 6
ml.

5. Diukur dan dicatat masing-masing


suhu campurannya.

F. ANALISIS DATA
1. Reaksi-reaksi Kimia
a. HCl (aq) + NaOH (aq) NaCl (aq) + H2O (l)
b. CH3COOH (aq) + NaOH(aq) CH3COONa (aq) + H2O(l)
c. K2CrO4 (aq) + 2HCl (aq) 2KCl (aq) + H2CrO4 (aq)
d. K2CrO4 (aq) + 2NaOH (aq) 2KOH (aq) + Na2CrO4 (aq)
e. K2Cr2O7 (aq) + 2HCl (aq) 2KCl (aq) + H2Cr2O7 (aq)
f. K2Cr2O7 (aq) + 2 NaOH (aq) 2KOH (aq) + Na2Cr2O7 (aq)
g. Al2(SO4)3 (aq) + 6NaOH (aq) 2Al(OH)3 (s) + 3Na2SO4 (s)
h. Al2(SO4)3 (aq) + 6NH4OH (aq) 2Al(OH)3 (s) + 3(NH4)2SO4 (s)
2. Variasi Kontinu

23
a. Stoikiometri Sistem CuSO4 NaOH
Perhitungan mol larutan CuSO4 1 M
o Untuk 0 mL CuSO4 1 M

Mol CuSO4 =MxV


=1x0
= 0 mmol
o Untuk 5 mL CuSO4 1 M
Mol CuSO4 =MxV
=1x5
= 5 mmol
o Untuk 10 mL CuSO4 1 M
Mol CuSO4 =MxV
= 1 x 10
= 10 mmol
o Untuk 15 mL CuSO4 1 M
Mol CuSO4 =MxV
= 1 x 15
= 15 mmol
o Untuk 20 mL CuSO4 1 M
Mol CuSO4 =MxV
= 1 x 20
= 20 mmol
Perhitungan mol larutan NaOH 1 M
o Untuk 20 mL larutan NaOH 2 M
Mol NaOH =MxV
= 2 x 20
= 40 mmol
o Untuk 15 mL larutan NaOH 2 M
Mol NaOH =MxV
= 2 x 15
= 30 mmol
o Untuk 10 mL larutan NaOH 2 M
24
Mol NaOH =MxV
= 2 x 10
= 20 mmol
o Untuk 5 mL larutan NaOH 2 M
Mol NaOH =MxV
=2x5
= 10 mmol
o Untuk 0 mL larutan NaOH 2 M
Mol NaOH =MxV
=2x0
= 0 mmol
Mencari suhu mula-mula (Tm)
o Percobaan 1 (20 mL NaOH 2 M dan 0 mL CuSO4 1 M)
Tm1 = Tm pencampuran antara 20 mL NaOH 2 M
dengan 0 mL CuSO4 1 M
= 30,5 0C
o Percobaan 2 (15 mL NaOH 2 M dan 5 mL CuSO4 1 M)
T NaOH+T CuSO 4
Tm2 =
2
305, +325,
=
2
63
= 2

= 31,5 0C
o Percobaan 3 (10 mL NaOH 2 M dan 10 mL CuSO4 1 M)
T NaOH+T CuSO 4
Tm3 =
2
30 +31
=
2
61
= 2

= 30,5 0C
o Percobaan 2 (5 mL NaOH 2 M dan 15 mL CuSO4 1 M)
T NaOH+T CuSO 4
Tm4 =
2
25
30 +30
=
2
60
= 2

= 30 0C

o Percobaan 2 (0 mL NaOH 2 M dan 20 mL CuSO4 1 M)


Tm5 = Tm pencampuran antara 0 mL NaOH 2 M
dengan 20 mL CuSO4 1 M
= 30 0C
Mencari T
T = TA (suhu akhir) - Tm (suhu awal)
o T1 = TA1 - Tm1
= 30,5 0C - 30,5 0C
= 0 0C
o T2 = TA2 - Tm2
= 32 0C 31,5 0C
= 0,5 0C
o T3 = TA3 - Tm3
= 33 0C - 30,5 0C
= 2,5 0C
o T4 = TA4 - Tm4
= 32,5 0C 30 0C
= 2,5 0C
o T5 = TA5 - Tm5
= 30 0C 30 0C
= 00C
Tabel Stoikiometri Sistem CuSO4 dan NaOH
V NaOH V CuSO4 T NaOH T Tm TA T mmol mmol
(mL) (mL) (0C) CuSO4 (0C) (0C) (0C) NaOH CuSO4
(0C)
20 0 30,5 - 0 30,5 0 40 0
15 5 30,5 32,5 31,5 32 0,5 30 5
10 10 30 31 30,5 33 2,5 20 10

26
5 15 30 30 30 32,5 2,5 10 15
0 20 - 30 0 30 0 0 20
Grafik Hubungan antara mmol CuSO4 dan NaOH dengan T
3

2.5

1.5

0.5

0
0 5 10 15 20

o Reaksi antara CuSO4 dan NaOH


CuSO4 (aq) + 2NaOH (aq) Cu (OH)2 (s) + Na2SO4 (aq)
o Perbandingan titik puncak antara CuSO4 dan NaOH
15 : 10
3:2
b. Stoikiometri Asam Basa
Perhitungan mol larutan HCl 1 M
o Untuk 6 mL HCl 1 M
Mol HCl =MxV
=1x6
= 6 mmol
o Untuk 5 mL HCl 1 M
Mol HCl =MxV
=1x5
= 5 mmol
o Untuk 4 mL HCl 1 M

27
Mol HCl =MxV
=1x4
= 4 mmol
o Untuk 3 mL HCl 1 M
Mol HCl =MxV
=1x3
= 3 mmol
o Untuk 2 mL HCl 1 M
Mol HCl =MxV
=1x2
= 2 mmol
o Untuk 1 mL HCl 1 M
Mol HCl =MxV
=1x1
= 1 mmol
o Untuk 0 mL HCl 1 M
Mol HCl =MxV
=1x0
= 0 mmol
Perhitungan mol larutan NaOH 1 M
o Untuk 0 mL NaOH 1M
Mol NaOH =MxV
=1x0
= 0 mmol
o Untuk 1 mL NaOH 1M
Mol NaOH =MxV
=1x1
= 1 mmol
o Untuk 2 mL NaOH 1M
Mol NaOH =MxV
=1x2
= 2 mmol
o Untuk 3 mL NaOH 1M
28
Mol NaOH =MxV
=1x3
= 3 mmol
o Untuk 4 mL NaOH 1M
Mol NaOH =MxV
=1x4
= 4 mmol
o Untuk 5 mL NaOH 1M
Mol NaOH =MxV
=1x5
= 5 mmol
o Untuk 6 mL NaOH 1M
Mol NaOH =MxV
=1x6
= 6 mmol
Mencari suhu mula-mula (Tm)
o 0 mL NaOH 1 M dan 6 mL HCl 1 M
Tm1 = Tm pencampuran antara 0 mL NaOH dan 6 Ml
HCl
= 31 0C
o 1 mL NaOH 1 M dan 5 mL HCl 1 M
T NaOH+T HCl
Tm2 =
2
31 +31
=
2
62
= 2

= 31 0C
o 2 mL NaOH 1 M dan 4 mL HCl 1 M
T NaOH+T HCl
Tm3 =
2
31 +30
=
2

29
61
= 2

= 30,5 0C
o 3 mL NaOH 1 M dan 3 mL HCl 1 M
T NaOH+T HCl
Tm4 =
2
30 +315,
=
2
61,5
= 2

= 30,75 0C
o 4 mL NaOH 1 M dan 2 mL HCl 1 M
T NaOH+T HCl
Tm5 =
2
305, +30
=
2
60,5
= 2

= 30,25 0C
o 5 mL NaOH 1 M dan 1 mL HCl 1 M
T NaOH+T HCl
Tm6 =
2
31 +30
=
2
61
= 2

= 30,5 0C
o 6 mL NaOH 1 M dan 0 mL HCl 1 M
Tm7 = Tm pencampuran antara 6 mL NaOH dan 0 mL
HCl
= 30 0C
Mencari T
o T1 = TA1 Tm1
= 31 0C 31 0C
= 0 0C

30
o T2 = TA2 Tm2
= 32 0C 31 0C
= 1 0C
o T3 = TA3 Tm3
= 33 0C 30,5 0C
= 2,5 0C
o T4 = TA4 Tm4
= 32 0C 30,75 0C
= 1,25 0C
o T5 = TA5 Tm5
= 32 0C 30,25 0C
= 1,75 0C
o T6 = TA6 Tm6
= 31,5 0C 30,5 0C
= 1 0C
o T7 = TA7 Tm7
= 30 0C 30 0C
= 0 0C
Table Stoikiometri Sistem NaOH dan HCl
V NaOH V HCl T NaOH T HCl Tm TA T mmol mmol
(mL) (mL) (0C) (0C) (0C) (0C) (0C) NaOH HCl
0 6 - 31 31 31 0 0 6
1 5 31 31 31 32 1 1 5
2 4 31 30 30,5 33 2,5 2 4
3 3 30 31,5 30,7 32 1,25 3 3
5
4 2 30,5 30 30,2 32 1,75 4 2
5
5 1 31 30 30,5 31,5 1 5 1
6 0 30 - 30 30 0 6 0

Grafik Hubungan antara NaOH dan HCl dengan T

31
6

0
0 1 2 3 4 5 6

o Reaksi antara HCl dan NaOH


HCl (aq) + NaOH (aq) NaCl (aq) + H2O (l)
o Perbandingan titik puncak antara NaOH dan HCl
2:4
1:2

G. PEMBAHASAN
Untuk mengenal dan mengetahui apa saja reaksi kimia yang terjadi perlu
dilakukan sebuah eksperimen di laboratorium. Seperti yang telah diketahui, reaksi kimia
adalah perubahan unsur-unsur atau senyawa kimia sehingga terjadi dan terbentuk
senyawa lain karena adanya unsur yang lepas. Reaksi kimia selalu melibatkan terbentuk
atau terputusnya ikatan kimia. Ada beberapa jenis reaksi kimia yaitu pengisomeran,
sintesis, penguraian kimia atau analisis, pergantian tunggal, metatesis atau penggantian
ganda, reaksi air hujan, reaksi asam-basa, reaksi redoks, pembakaran, dan reaksi organic.
Pengisomeran yaitu ketika senyawa kimia menjadi penataan kembali struktur tanpa
perubahan komposisi atom (stereoisomerisme). Sintesi yaitu ketika dua atau lebih unsur
atau senyawa kimia bergabung membentuk hasil yang lebih rumit dan sulit dimengerti:
N2 + 3H2 2NH3

32
Pengurai kimia atau analisis yaitu ketika senyawa kimia itu terurai menjadi suatu
senyawa atau unsur yang lebih kecil:
2H2O 2H2 + O2
Penggantian tunggal yaitu unsur yang digantikan keluar dari senyawa oleh unsur reaktif:
2Na (p) + 2HCl (ak) 2NaCl (ak) + H2 (g)
Reaksi penggantian ganda yaitu dua senyawa mengganti ion atau ikatan untuk
membentuk senyawa lain. Reaksi air hujan adalah ketika bahan dalam larutan bergabung
membentuk padatan. Reaksi asam adalah reaksi yang berperan dalam penerima pasangan
electron sedangkan basa adalah donor pasangan electron. Reaksi redoks yaitu perubahan
dalam nomor oksidasi atom. Pembakaran sejenis redoks yang atas senyawa mampu
terbakar bergabung dengan unsur yang mengoksidasi, biasanya oksigen, untuk
menghasilkan energy dan mengeluarkan hasil yang teroksidasi. Reaksi organic
mencakup pengasingan luas yang melibatkan senyawa organic yang kebanyakan
memiliki karbon sebagai unsur utama dalam struktur molekul. Reaksi kimia yang terjadi
pada umumnya memiliki tanda-tanda yaitu perubahan warna pada reaksi kimia, reaktan
diubah menjadi produk. Perubahan yang terjadi dapat disebabkan adanya pemutusan
ikatan-ikatan antara reaktan dan pembentukan ion-ion baru yang membentuk produk.
Terjadi perubahan suhu reaksi kimia yang menghasilkan enegi dalam bentuk panas
disebut reaksi eksotermis, sedangkan reaksi yang menyerap energy panas disebut reaksi
endotermis. Terjadi pembentukan endapan. Pada percobaan ini dikenal juga istilah variasi
kontinu yaitu metode untuk mempermudah mempelajari sistem stoikiometri dan
mempelajari kuantitatif dan komposisi zat-zat kimia dan reaksi-reaksi kimia. Selain itu,
pada percobaan ini kita dihrapkan dapat mengenal berbagai macam reaksi kimia serta
dapat menentukan stoikiometri reaksi.
Percobaan pertama yaitu reaksi kimia anatara larutan HCl 0,05 M dan larutan
CH3COOH 0,05 M yang ditambahkan larutan indicator PP (fenolftalein). Larutan
indicator PP memiliki trayek PH antara 8,3 10,0. Pada larutan asam atau netral
fenolftalein tidak berwarna. Sehingga pada percobaan ini, larutan HCl 0,05 M yang
merupakan larutan asam kuat dan awalnya berwarna bening, jika ditambahkan
fenolftalein akan berubah menjadi keruh. Fenolftalein ini biasanya digunakan untuk
menguji keasaman zat atau membuktikan apakah larutan itu bersifat asam atau basa.
Sehingga fenolftalein digunakan sebagai penetral dalam suatu larutan. Selain itu, pada
percobaan, jika fenolftalein ditambahkan dengan larutan asam lemah seperti CH 3COOH

33
0,05 M akan berubah warnanya dari bening menjadi keruh. Penggunaan fenolftalein pada
larutan yang memiliki tingkat PH sekitar 8 atau kurang, biasanya larutan tersebut akan
berwarna bening. Penggunaan fenolftalein pada percobaan ini bertujuan untuk
membedakan suatu larutan asam kuat dan asam lemah yang dilihat dari hasil
pengamatan. Perubahan warna yang terjadipada larutan ini karena fenolftalein yang
dilarutkan dengan larutan asam yang PHnya lebih dari biasanya.
Pada percobaan kedua yaitu reaksi kimia NaOH 0,05 M yang ditambahkan
larutan indicator PP (fenolftalein). Pada percobaan ini, NaOH merupakan larutan basa
kuat. Warna awal larutan NaOH adalah bening, setelah ditambahkan indicator PP
warnanya menjadi ungu karena fenolftalein akan berwarna merah muda dalam larutan
basa. Namun, dalam percobaan ini, larutan basa yang digunakan adalah basa kuat
sehingga jika ditmbahkan fenolftalein lama-kelamaan akan berubah warna menjadi ungu.
Hal ini membuktikan bahwa larutan indicator fenolftalein dapat membuktikan larutan
tersebut bersifat asam atau basa.
Percobaan selanjutnya adalah reaksi kimia NaOH 0,05 M ditambahkan larutan
HCl 0,05 M dan larutan CH3COOH 0,05 M yang sudah ditambahkan larutan indicator
fenolftalein pada percobaan pertama. Pada penambahan HCl 0,05 M ke dalam larutan
NaOH 0,05 M warnanya tetap keruh. Hal ini karena HCl adalah asam kuat, dan NaOH
juga merupakan basa kuat sehingga kedua larutan ini akan mempertahankan warna
awalnya setelh ditambahkan larutan indicator fenolftalein. Sedangkan pada larutan
NaOH 0,05 M yang ditambahkan larutan CH3COOH 0,05 M akan berwarna ungu. Hal
ini terjadi karena NaOH merupakan larutan basa kuat, sedangkan CH3COOH merupakan
larutan asam lemah. Dalam hal ini, NaOH yang mulanya berwarna bening tetapi
ditambahkan larutan indicator fenolftalein akan berubah menjadi ungu sehingga larutan
yang lebih kuat akan mempertahankan warnanya. Oleh karena itu, pada percobaan ini
dihasilkan larutan berwarna keruh dan larutan berwarna ungu. Pada percobaan ini juga
terjadi reaksi hidrolisis, yaitu pencampuran larutan asam dengan larutan basa akan
menghasilkan garam dan ir dan kemudian akan larut. Garam yang terbentuk dapat
bersifat asam, basa, maupun netral, tergantung pada jenis komponen asam dan basanya.
Pada pencampuran larutan NaOH dan HCl jika bereaksi makan akan terbentuk garam
dan air. Karena kation dan anion garam berasal dari elektrolit kuat yang tidak
terhidrolisis, sehingga larutan ini bersifat netral, PH larutan sama dengan 7. Reaksinya
dapat ditulis:

34
NaOH (aq) + HCl (aq) NaCl (aq) + H2O (l)
Garam yang terbentuk adalah NaCl (aq) yang bersifat netral karena merupakan
pencampuran dari larutan asam kuat dan basa kuat. Sedangkan pada larutan NaOH yang
ditambahkan larutan CH3COOH akan menglami hidrolisis parsial dalam air. Garam
yang terbentuk mengandung anion basa yang mengalami hidrolisis. Larutan garam ini
bersifat basa dengan PH > 7. Reaksinya dapat ditulis:
NaOH (aq) + CH3COOH (aq) CH3COONa (aq) + H2O (l)
Garam yang terbentuk adalah CH3COONa (aq) yang bersifat basa karena berasal dari
pencampuran larutan basa kuat dengan asam lemah.
Percobaak keempat yaitu reaksi kimia antara K2CrO4 (aq) 0,1 M ditambahkan larutan
HCl 1 M dan larutan NaOH 1 M. Pada percobaan ini larutan K 2CrO4 0,1 M awalnya
berwarna kuning, namun setelah ditambahkan larutan HCl 1 M maka warnanya akan
berubah menjadi orange bening. Sedangkan jika K 2CrO4 (aq) 0,1 M ditambahkan larutan
NaOH 1 M maka akan berwarna kuning bening. Pada percobaan ini terjadi reaksi
redoks, yaitu reaksi kimia disertai perubahan bilangan oksidasi atau reaksi yang di
dalamnya terjadi serah terima electron antar zat. Selain itu, pada percobaan ini juga
terjadi kesetimbangan kimia, yaitu reaksi yang berlangsung bolak balik, ada saat dimana
laju terbentuknya produk sama dengan laju terurainya kembali produk menjadi reaktan.
Sedangkan pada percobaan kelima yaitu reaksi kimia antara K 2Cr2O7 (aq) 0,1 M dengan
larutan HCl 1 M dan larutan NaOH 1 M. K2Cr2O7 (aq) 0,1 M memiliki warna awal orange.
Namun, setelah ditambahkan larutan HCl 1 M warnanya berubah menjadi orange pekat.
Sedngkan jika K2Cr2O7 (aq) 0,1 M ditambahkan larutan NaOH 1 M maka warnanya akan
menjadi kuning pekat. Pada percobaan ini juga terjadi reaksi redoks dan reaksi
kesetimbangan kimia karena penyetaraan reaksi sehingga reaksi yang dikiri sama
dengan reaksi yang dikanan.
Percobaan selanjutnya adalah reaksi kimia antara larutan Al 2(SO4) 0,1 M
ditambahkan larutan NaOH 1 M. Pada percobaan ini Al2(SO4) awalnya berwarna bening.
Namun, setelah ditambahkan tetes demi tetes larutan NaOH 1 M sampai tetes kelima
warnanya berubah menjadi keruh. Sedangkan pada percobaan ketujuh yaitu reaksi kimia
antara larutan Al2(SO4) 0,1 M dengan larutan NH4OH 1 M. Warna awalnya adalah
bening, ketika ditambahkan lima tetes larutan NH4OH 1 M warnanya masih bening.
Kemudian ditambahkan lagi tetes demi tetes larutan NH 4OH 1 M sampai tetes kelima
warnanya berubah menjadi putih keruh dan terbentuk endapan. Jadi, perbedaannya

35
dengan percobaan sebelumnya yaitu terbentuknya endapan. Endapan ini terbentuk
karena larutan terlalu jenuh. Endapan ini akan memisahkan diri sebagai suatu fase padat
keluar dari larutan.
Percobaan selanjutnya mengenai variasi kontinu tentang stoikiometri system
CuSO4 1 M dengan NaOH 2 M. Pada percobaan ini 15 mL CuSO 4 1 M memiliki suhu
awal 30 0C dan untuk 5 mL NaOH 2 M suhu awalnya adalah 30 0C. Setelah kedua
larutan ini dicampur didapat suhu campuran 32,5 0C dan perubahan suhunya 2,5 0C. 10
mL CuSO4 1 M memiliki suhu awal 31 0C dan suhu awal untuk 10 mL NaOH 2 M
adalah 30 0C. Setelah kedua larutan dengan volume yang sama ini dicampur maka
didapat suhu campuran 33 0C dan perubahan suhunya adalah 2,5 0C. Sedangkan 5 mL
CuSO4 1 M dan 15 mL NaOH 2 M masing-masing memiliki suhu awl 32,5 0C dan 30,5
0
C dan suhu campurannya adalah 32 0C. Sehingga didapat perubahan suhu untuk larutan
ini adalah 0,5 0C. Pada percobaan ini didapat mol CuSO4 1 M sebanyak 5 mL adalah 5
mmol karena molaritasnya adalah 1. Molaritas adalah jumlah mol zat terlarut dalam satu
liter larutan. Sehingga untuk setiap pelarut larutan CuSO4 1 M molnya adalah 10 mmol
untuk 10 mL dan 15 mmol untuk 15 mL. sedangkan pada larutan NaOH 2 M. Volume
larutan dikalikan dengan molaritasnya sehingga didapa 30 mmol untuk 15 mL NaOH,
20 mmol untuk 10 mL NaOH, dan 10 mmol untuk 5 mL NaOH. Hal ini menunjukkan
bahwa mol larutan bergantung pada konsentrasi dan volume larutan. Selain itu, pada
percobaan ini warna campuran kedua larutan berbeda dari warna awalnya. Warna awal
CuSO4 adalah biru sedangkan NaOH adalah bening. CuSO4 5 mL ditambahkan NaOH
15 mL akan berwarna biru tua dan terdapan banyak endapan. CuSO 4 10 mL
ditambahkan NaOH 10 mL akan berwarna biru dan terdapat endapan yang sangat
banyak. Dan terakhir CuSO4 15 mL ditambahkan NaOH 5 mL warnanya menjadi biru
muda dan terdapat sedikit endapan. Hal ini menunjukkan bahwa endapan akan sangat
banyak jika volume larutan sama. Selain itu, factor terjadinya endapan adalah kenaikan
suhu. Konsentrasi larutan berair dan encer umumnya dinyatakan dalam molar, karena
pada percobaan ini akan lebih mudah melakukan perhitungan karena konsentrasinya
dinyatakan dalam jumlah mol (sebanding dengan jumlah partikel yang sebenarnya).
Namun pada larutan yang tidak begitu encer seperti pada percobaan yang dilakukan,
volume molar dari zat itu sendiri merupakan fungsi dari konsentrasi sehingga
hubungannya tidak linear dan mempengaruhi temperature suatu larutan. Pada percobaan
ini didapat titik puncak dengan perbandingan 15 : 10 atau 3 : 2 pada 15 mmol CuSO4

36
dan 10 mmol NaOH. Seharusnya titik puncak pada percobaan ini adalah 10 : 20 atau 1 :
2 pada 10 mmol CuSO4 dan 20 mmol NaOH, namun pada percobaan ini terjadi
kesalahan karena kurang teliti dalam pembacaan termometer, saat menggunakan
termometer, ujung termometer menyentuh dasar gelas sehingga mempengaruhi
pengukuran suhu. Selain itu karena pengaruh suhu ruangan, dan pada saat melakukan
pengukuran temperature tangan menyentuh bagian termometer sehingga suhu badan
juga terbaca oleh termometer.
Percobaan terakhir tentang variasi kontinu yaitu stoikiometri asam-basa. Larutan
yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan NaOH 1 M dan larutan HCl 1 M.
Hasil campuran kedua larutan adalah bening dan kedua larutan ini sama-sama
mempertahankan warnanya yang berawal dari warna bening juga karena NaOH adalah
basa kuat dan HCl adalah asam kuat. Suhu kedua larutan ini juga berbeda-beda karena
volumenya juga berbeda. Pada percoban ini suhu tertinggi adalah pada 2 mL NaOH 1 M
dan dan 4 mL HCl 1 M yaitu 2,5 0C. Sedangkan untuk campuran 1 mL NaOH dan 5 mL
HCl peribahan suhunya adalah 1 0C. Untuk 3 mL NaOH dan 3 mL HCl perubahan
suhunya adalah 1,25 0C. Sedangkan untuk 4 mL NaOH dan 2 mL HCl perubahan
suhunya adalah 1,75 0C. Dan terakhir 5 mL NaOH dan 1 mL HCl perubahan suhunya
adalah 1 0C. Mol NaOH 1 M dan HCl 1 M juga bergantung pada volume dan
konsentrasi larutan sehingga mol larutan adalah hasil kali volume dengan konsentrasi.
Karena kedua larutan memiliki konsentrasi yang sama yaitu 1 maka molnya adalah
volume dari masing-masing larutan. Dalam percobaan ini terbentuk reaksi penetralan
antara asam kuat dengan basa kuat. Jika kedua larutan ini direaksikan maka akan
terbentuk garam dan air. Jika HCl dicampurkan dengan NaOH, maka ion H + dari HCl
akan bereaksi dengan ion OH- dari NaOH membentuk air (H2O). Sementara Cl - dari
HCl akan bereaksi dengan ion Na+ dari NaOH membentuk garam NaCl. Persamaan
reaksinya dapat ditulis:
HCl (aq) + NaOH (aq) NaCl (aq) + H2O (l)
Grafik titik puncak pada percobaan ini adalah pada 2 mmol NaOH dan 4 mmol HCl
sehingga didapat perbandingan 2 : 4 atau 1 : 2. Pada percobaan ini juga terjadi kesalahan
yang seharusnya titik puncaknya berada pada 3 mmol NaOH dan 3 mmol HCl dengan
perbandingan 3 : 3 atau 1 : 1. Kesalahan ini terjadi karena hal-hal pada percobaan
sebelumnya yaitu stoikiometri system CuSO4 dan NaOH. Oleh karena itu, ketika

37
melakukan pengukuran temperature diharapkan dilakukan dengan hati-hati dan
dibutuhkan ketelitian dalam membaca skala termometer.

H. KESIMPLAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:


a. Reaksi kimia suatu larutan dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti
pengisomeran, sintesis, penguraian kimia atau analisis, pergantian tunggal, metatesis
atau penggantian ganda, reaksi air hujan, reaksi asam-basa, reaksi redoks,
pembakaran, dan reaksi organic. Namun, dalam praktikum ini dibahas tentang reaksi
asam-basa dan reaksi redoks. Selain itu, dalam pembahasannya dibahas tentang
reaksi hidrolisis dan reaksi pengendapan serta reaksi kesetimbangan. Oleh karena
itu, reaksi kimia dapat dilakukan berdasarkan eksperimen di laboratorium.
b. Stoikiometri larutan dapat dilakukan dengan pencampuran larutan baik yang bersifat
asam ataupun basa. Dengan pencampuran ini akan didapat warna yang berbeda dari
sebelumnya, terbentuk reaksi pengendapan, perubahan suhu dari kedua larutan yang
memiliki sifat yang berbeda, perbandingan titik puncak suatu larutan berdasarkan
mol larutan yang diperoleh dari volume larutan dan molaritas larutan serta
berdasarkan hasil pengukuran temperature larutan. Perbandingan titik puncak untuk
variasi kontinu tentang stoikiometri system CuSO4 1 M dengan NaOH 2 M adalah
15 : 10 atau 3 : 2. Sedangkan untuk variasi kontinu tentang stoikiometri asam-basa
dengan larutan HCl 1 M dan larutan NaOH 1 M didapat perbandingan titik puncak 2
: 4 atau 1 : 2.

38
DAFTAR PUSTAKA

Cotton, Albert dan Geoffrey, Wilkinson. 2013. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: UI-Press.
Kartohadiprojo, I.I. 1999. Kimia Fisika. Bandung: Erlangga.
Khopkar. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press.
Ngili, Yohanis. 2009. Biokimia Metabolisme dan Bioenergitika. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Onggo, Djulia. 2013. Intisari Konsep Kimia Dasar. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Syukri. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung: Penerbit ITB.

39

Anda mungkin juga menyukai