Anda di halaman 1dari 4

III.

ALAT DAN BAHAN

A. Alat
Spuit Injeksi dengan jarumnya (steril)
Stopwatch
Timbangan
Senter

B. Bahan
Baygon Cair
Hewan Coba : Mencit (Mus musculus)

IV. CARA KERJA

1) Masing-masing kelompok bekerja dengan 1 ekor hewan coba yaitu mencit.


2) Berat badan hewan coba ditimbang terlebih dahulu kemudian dicatat.
3) Diamati sikap hewan coba yaitu aktivitasnya (hiperaktif, aktif, hipoaktif), adanya saliva
atau tidak, respirasi (frekuensi pernafasan), denyut jantung, diameter pupil mata, dan
ada/tidaknya respon nyeri.
4) Disuntikan toksikan (larutan baygon cair) pada hewan coba secara intramuskular.
Pengambilan harus tepat dan pada saat menyuntikan harus dengan hati-hati.
5) Kemudian diamati gejala yang dialami setelah pemberian toksikan.
6) Dicatat semua gejala yang ditimbulkan.

V. HASIL
5.1 Hasil Perhitungan Dosis

0,1 % 275 ml
0,1
x 275 ml = 0,275 gr = 275 mg
100
100
= 25
1000

1000 = 2500
= 2,5 mg

275 2,5
=
275
1 2,5
=
1

= 2,5 ml

Konversi Tikus ke Mencit = 0,14 x 2,5 ml


= 0,35 ml
Jadi, dosis yang diberikan pada hewan coba (mencit) sebanyak 0,35 ml.

5.2 Tabel Pengamatan Sebelum dan Sesudah Pemberian Baygon Cair

No Pengamatan Sebelum Sesudah


1 Aktivitas Aktif Negatif
2 Saliva Negatif Negatif
3 Respirasi 73/menit Negatif
4 Denyut Jantung 78/menit Negatif
5 Pupil Normal Negatif
(Gelap = Midriasis, (Tidak ada respon
Terang = Miosis) terhadap cahaya)
6 Nyeri Timbul rasa nyeri Negatif

Setelah diberikan toksikan (larutan Baygon Cair) sebanyak 0,35 ml ternyata mencit mati
tepat setelah disuntikan toksikan dan juga mencit sampai mengeluarkan feses.
VI. Pembahasan

Pada praktikum kali ini, yaitu praktikum mengenai toksikologi dengan menggunakan hewan
coba mencit (Mus musculus) yang bertujuan untuk mengetahui dosis lethal 50 (LD50) pada hewan coba
serta pengaruh toksikan terhadap hewan coba. Bahan yang digunakan sebagai toksikan pada praktikum
ini adalah Baygon Cair, dimana zat yang terkandung di dalam baygon cair adalah propoxur dan
transflutrin yang diinjeksikan melalui intramuscular pada hewan coba. LD50 didefinisikan sebagai
dosis tunggal suatu zat yang secara statistik diharapkan akan membunuh 50% hewan coba, juga dapat
menunjukkan organ sasaran yang mungkin dirusak dan efek toksik spesifiknya, serta memberikan
petunjuk dosis yang sebaiknya digunakan dalam pengujian yang lebih lama.

Sebelum bahan diinjeksikan, diamati terlebih dahulu baik dari sikap hewan coba yaitu
aktivitasnya (hiperaktif, aktif, hipoaktif), adanya saliva atau tidak, respirasi (frekuensi pernafasan),
denyut jantung, diameter pupil mata, dan ada/tidaknya respon nyeri. Berdasarkan hasil pengamatan
tabel sebelum pemberian toksikan, diperoleh hasil yang normal, yaitu
Aktivitas Aktif
Saliva Negatif
Respirasi 73/menit
Denyut Jantung 78/menit
Pupil Normal
(Gelap = Midriasis, Terang = Miosis)
Nyeri Timbul rasa nyeri
Kemudian bahan / toksikan diinjeksikan pada hewan coba sebanyak 0,35 ml, ternyata dengan
dosis sebanyak 0,35 ml dapat menyebabkan hewan coba mengalami penurunan aktivitas yang sangat
cepat, yaitu setelah diinjeksikan hewan coba langsung kejang dan kemudian mati. Setelah diinjeksikan
dan sampai menyebabkan kematian pada hewan coba, hasil pengamatan sesudah pemberian toksikan
semua negative atau seperti pada tabel hasil pengamatan di atas. Hal ini mungkin terjadi karena pada
saat penyuntikan ada kesalahan, kemungkinan adanya luka pada jaringan otot mencit yang langsung
berdampak pada system saraf pusatnya dan menimbulkan kejang serta kematian. Selain itu mungkin
karena adanya pengaruh dari toksikan yang memang dalam dosis 0,35 ml dapat membunuh mencit
yang tanpa diberikan antidotum.
Padahal, sesuai literature propoxur bekerja dengan cara menghambat enzim asetil kolinesterase
dimana enzim tersebut berfungsi untuk menguraikan asetilkolin (Ach) menjadi asetat dan kolin agar
keseimbangan antara produksi dan degradasi Ach tetap terjaga. Karena terhambat maka konsentrasi
asetil kolin akan meningkat, efek meningkatnya asetilkolin berpengaruh terhadap sistem saraf otonom
yakni sistem saraf parasimpatis dimana salah satu efeknya berupa bronkokontriksi yang akan
menyebabkan frekuensi pernapasan menjadi melambat atau terhenti seketika. Tetapi hal tersebut tidak
dapat dipastikan secara signifikan karena kami tidak dapat melakukan pengamatan secara berlanjut
yaitu setelah pemberian bahan toksikan pada mencit, dimana semua hasil perlakuan negative atau
seperti pada tabel di atas. Selain itu juga karena mencit mengalami kejang dan kematian yang sangat
cepat dan langsung setelah pemberian toksikan.

VII. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Dengan dosis sebanyak 0,35 ml dapat menyebabkan penurunan aktivitas yang sangat cepat
dan langsung setelah pemberian / penginjeksian pada hewan coba / mencit dan sampai
menyebabkan kejang dan kematian pada mencit.
2. Kemungkinan yang menyebabkan kematian secara langsung setelah penginjeksian adalah
kesalahan dalam penyuntikan yang menyebabkan luka pada jaringan otot mencit sehingga
hal tersebut berpengaruh terhadap system saraf pusatnya.
3. LD50 tidak bisa dipastikan, karena kematian mencit tersebut dipengaruhi oleh dosis yang
diinjeksikan atau memang karena kesalahan pada saat penyuntikan.

Anda mungkin juga menyukai