Anda di halaman 1dari 17

1.

KONSEP DASAR
a) ANATOMI FISIOLOGI

Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai


anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima
makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat
gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat
dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.

Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),


kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem
pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran
pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.

a. Mulut

Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air.


Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal
dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus.

Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah


oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang
lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus
bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan
dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim
(misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara
langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara
otomatis.

1
b. Tenggorokan ( Faring)

Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan.


Berasal dari bahasa yunani yaitu Pharynk. Skema melintang mulut,
hidung, faring, dan laring

c. Laring

Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar


limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan
pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan
nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga
hidung, didepan ruas tulang belakang

d. Kerongkongan (Esofagus)

Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang


dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung.
Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses
peristaltik. Sering juga disebut esofagus(dari bahasa Yunani: oeso
membawa, dan phagus memakan)

Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang


belakang. Menurut histologi. Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:

a) bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)


b) bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
c) serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).
e. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti
kandang keledai. Terdiri dari 3 bagian yaitu:
a) Kardia

2
b) Fundus
c) Antrum.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi
secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel
yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting :

a) Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam
lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan
kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.
b) Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang
diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung
yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi
dengan cara membunuh berbagai bakteri.
c) Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
f. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan
yang terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan
pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui
vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus)
dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang
dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang
mencerna protein, gula dan lemak.
Lapisan usus halus ; lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot
melingkar ( M sirkuler ), lapisan otot memanjang ( M Longitidinal ) dan
lapisan serosa ( Sebelah Luar )
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari
(duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
g. Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus
buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari
feses. Usus besar terdiri dari :
a) Kolon asendens (kanan)

3
b) Kolon transversum
c) Kolon desendens (kiri)
d) Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi
mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.
Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting,
seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus.
Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada
bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa
menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.
h. Usus Buntu (sekum)
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, buta) dalam istilah
anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan
serta bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada
mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivora
memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki
sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai
cacing.
i. Umbai Cacing (Appendix)
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu.
Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing.
Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan
membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi
rongga abdomen)
Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam
orang dewasa, Umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa
bervariasi dari 2 sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu tetap,
lokasi ujung umbai cacing bisa berbeda bisa di retrocaecal atau di
pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum.
j. Rektum dan anus
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar
(setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai
tempat penyimpanan sementara feses.

4
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan
limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh
(kulit) dan sebagian lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus
diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses
defekasi (buang air besar BAB), yang merupakan fungsi utama anus.
k. Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua
fungsi utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa
hormon penting seperti insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior
perut dan berhubungan erat dengan duodenum (usus dua belas jari).
l. Hati
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia
dan memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan
pencernaan.
Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme dan
memiliki beberapa fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen,
sintesis protein plasma, dan penetralan obat. Dia juga memproduksi bile,
yang penting dalam pencernaan.
m. Kandung empedu
Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ
berbentuk buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang
dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Pada manusia, panjang
kandung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap
bukan karena warna jaringannya, melainkan karena warna cairan empedu
yang dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan hati dan usus dua
belas jari melalui saluran empedu. Empedu memiliki 2 fungsi penting
yaitu:
a) Membantu pencernaan dan penyerapan lemak
b) Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama
haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah merah
dan kelebihan kolesterol.
b) PENGERTIAN
Racun adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorbsi, menempel
pada kulit, atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relatif kecil
menyebabkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia. Keracunan

5
melalui inhalasi dan menelan materi toksik, baik kecelakaan dan karena
kesengajaan, merupakan kondisi bahaya yang mengganggu kesehatan
bahkan dapat menimbulkan kematian. Sekitar 7% dari semua pengunjung
departemen kedaruratan datang karena masalah toksik (Sartono, 2012).
Keracunan atau intoksikasi adalah keadaan patologik yang disebabkan
oleh obat, serum, alkohol, bahan serta senyawa kimia toksik, dan lain-lain.
Keracunan dapat diakibatkan oleh kecelakaan atau tindakan tidak disengaja,
tindakan yang disengaja seperti usaha bunuh diri atau dengan maksud
tertentu yang merupakan tindakan kriminal. Keracunan yang tidak disengaja
dapat disebabkan oleh faktor lingkungan, baik lingkungan rumah tangga
maupun lingkungan kerja (Brunner and Suddarth, 2010)
c) ETIOLIGI
Keracunan dapat terjadi karena berbagai macam penyebab yang
mengandung bahan berbahaya dan potensial dapat menjadi racun. Penyebab-
penyebab tersebut antara lain:

1. Makanan
Proses pembusukan merupakan proses awal dari akibat aktivitas
mikroorganisme yang mempengaruhi langsung kepada nilai bahan makanan
tersebut untuk kepentingan manusia. Selain itu, keracunan bahan makanan
dapat juga disebabkan oleh bahan makanannya sendiri yang beracun,
terkontaminasi oleh protozoa, parasit, bakteri yang patogen dan juga bahan
kimia yang bersifat racun.
Di Indonesia ada beberapa jenis makanan yang sering mengakibatkan
keracunan, antara lain:
a. Keracunan botolinum
Clostridium botolinum adalah kuman yang hidup secara anaerobik,
yaitu di tempat-tempat yang tidak ada udaranya. Kuman ini mampu
melindungi dirinya dari suhu yang agak tinggi dengan jalan membentuk
spora. Karena cara hidupnya yang demikian itu, kuman ini banyak
dijumpai pada makanan kaleng yang diolah secara kurang sempurna.

6
Gejala keracunan botolinum muncul secara mendadak, 18-36 jam
sesudah memakan makanan yang tercemar. Gejala itu berupa lemah
badan yang kemudian disusul dengan penglihatan yang kabur dan
ganda. Kelumpuhan saraf mata itu diikuti oleh kelumpuhan saraf-saraf
otak lainnya, sehingga penderita mengalami kesulitan berbicara dan
susah menelan.Pengobatan hanya dapat diberikan di rumah sakit dengan
penyuntikan serum antitoksin yang khas untuk botulinum. Oleh karena
itu dalam hal ini yang penting ialah pencegahan.
Pencegahan: sebelum dihidangkan, makanan kaleng dibuka dan
kemudian direbus bersama kalengnya di dalam air sampai mendidih.
b. Keracunan jamur
Gejala muncul dalam jarak bebarapa menit sampai 2 jam sesudah
makan jamur yang beracun (Amanita sp). Gejala tersebut berupa sakit
perut yang hebat, muntah, mencret, haus, berkeringat banyak, kekacauan
mental, pingsan.
c. Keracunan jengkol
Keracunan jengkol terjadi karena terbentuknya kristal asam jengkol
dalam saluran kencing. Ada beberapa hal yang diduga mempengaruhi
timbulnya keracunan, yaitu: jumlah yang dimakan, cara penghidangan
dan makanan penyerta lainnya.
Gejala klinisnya seperti: sakit pinggang yang disertai dengan sakit
perut, nyeri sewaktu kencing, dan kristal-kristal asam jengkol yang
berwarna putih nampak keluar bersama air kencing, kadang-kadang
disertai darah.
d. Keracunan ikan laut
Beberapa jenis ikan laut dapat menyebabkan keracunan. Diduga
racun tersebut terbawa dari ganggang yang dimakan oleh ikan itu.
Gejala-gejala keracunan berbagai binatang laut tersebut muncul kira-kira
20 menit sesudah memakannya.Gejala itu berupa: mual, muntah,
kesemutan di sekitar mulut, lemah badan dan susah bernafas..
2. Baygon

7
Baygon adalah insektisida kelas karbamat, yaitu insektisida yang
berada dalam golongan propuxur. Penanganan keracunan Baygon dan
golongan propuxur lainnya adalah sama. Contoh golongan karbamat lain
adalah carbaryl (sevin), pirimicarb (rapid, aphox), timethacarb (landrin)
dan lainnya.
Gejala keracunan sangat mudah dikenali yaitu diare, inkontinensia
urin, miosis, fasikulasi otot, cemas dan kejang. Miosis, salvias, lakrimasi,
bronkospasme, keram otot perut, muntah, hiperperistaltik dan letargi
biasanya terlihat sejak awal. Kematian biasanya karena depresi
pernafasan.
a. Efek muskarinik (parasimpatik) berupa: miosis (pinpoint),
Hipersalivasi, lakrimasi, Hipersekresi bronchial, Bronkospasme,
Hiperperistaltik : mual, muntah, diare, kram perut., Inkontinensia
urin, Pandangan kabur, Bradikardi
b. Efek nikotinik berupa: fasikulasi otot, kejang, kelumahan otot,
paralysis, ataksia, takikardi (hipertensi).
c. Efek SSP berupa: sakit kepala, bicara ngawur, bingung, kejang,
koma, dan depresi pernafasan.
d. Efek pada kardiovaskular bergantung pada reseptor mana yang lebih
dominan.
3. Bahan Kimia
Keracunan bahan kimia biasanya melibatkan bahan-bahan kimia
biasa seperti bahan kimia rumah, produk pertanian, produk tumbuhan
atau produk industri. Beberapa jenis bahan kimia yang harus
diperhatikan karena berbahaya adalah:

Bahan Penjelasan Potensi Bahaya Kesehatan


Kimia

8
AgNO3 Senyawa ini beracun dan korosif. Dapat menyebabkan luka
Simpanlah dalam botol berwarna bakar dan kulit melepuh.
dan ruang yang gelap serta Gas/uapnya juga
jauhkan dari bahan-bahan yang menebabkan hal yang sama.
mudah terbakar.
HCl Senyawa ini beracun dan bersifat Dapat menyebabkan luka
korosif terutama dengan bakar dan kulit melepuh.
kepekatan tinggi. Gas/uapnya juga
menebabkan hal yang sama.
H2S Senyawa ini mudah terbakar dan Menghirup bahan ini dapat
beracun menyebabkan pingsan,
gangguan pernafasan,
bahkan kematian.
H2SO4 Senyawa ini sangat korosif, Jangan menghirup uap asam
higroskopis, bersifat membakar sulfat pekat karena dapat
bahan organik dan dapat merusak menyebabkan kerusakan
jaringan tubuh paru-paru, kontak dengan
Gunakan ruang asam untuk proses kulit menyebabkan
pengenceran dan hidupkan kipas dermatitis, sedangkan
penghisapnya. kontak dengan mata
menyebabkan kebutaan.
NaOH Senyawa ini bersifat higroskopis Dapat merusak jaringan
dan menyerap gas CO2. tubuh.
NH3 Senyawa ini mempunyai bau yang Menghirup senyawa ini
khas. pada konsentrasi tinggi
dapat menyebabkan
pembengkakan saluran
pernafasan dan sesak nafas.
Terkena amonia pada
konsentrasi 0.5% (v/v)
selama 30 menit dapat
menyebabkan kebutaan.
HCN Senyawa ini sangat beracun. Hindarkan kontak dengan

9
kulit. Jangan menghirup gas
ini karena dapat
menyebabkan pingsan dan
kematian.
HF Gas/uap maupun larutannya Dapat menyebabkan iritasi
sangat beracun. kulit, mata, dan saluran
pernafasan.
HNO3 Senyawa ini bersifat korosif. Dapat menyebabkan luka
bakar, menghirup uapnya
dapat menyebabkan
kematian.
4. Asidosis metabolic
Disebabkan oleh:
a. peningkatan produksi asam atau mengkonsumsi makanan atau
zatyang dapat dikonversi menjadi asam
b. Hilangnya bikarbonat
c. Akumulasi Asam laktat terjadi karena tidak tersedianya cukup
oksigen untuk melakukan metabolism karbohidrat.
d. Kelainan metabolic
5. Racun yang dihasilkan oleh makluk hidup ( Biological toxicants ) mis :
sengatan serangga,gigitan ular berbisa Gigitan ular berbisa ( Gigitan ular
yang berbisa, biasanya hanya meninggalkan bekas gigitan yang lebih
sedikit, dan yang paling menonjol adalah bekas gigi taring yang runcing
dan lebih besar dari gigi lainnya, Sedangkan bekas gigitan ular yang
tidak berbisa, biasanya akan meninggalkan bekas gigitan berupa dua
baris bekas gigi yang kecil-kecil, tetapi tidak ada bekas gigi taring dan ,
anjing dll (Djoko Widodo, 2013).
d) TANDA DAN GEJALA
1. Rasa terbakar di tenggorokan dan lambung.
2. Pernafasan yang cepat dan dalam, hilang selera makan, anak terlihat
lemah.
3. Mual, muntah, haus, buang air besar cair.

10
4. Sakit kepala, telinga berdenging, sukar mendengar, dan pandangan
kabur.
5. Bingung.
6. Koma yang dalam dan kematian karena kegagalan pernafasan
7. Reaksi lain yang kadang bisa terjadi : demam tinggi, haus, banyak
berkeringat bintik merah kecil di kulit dan membran mukosa (Noer
Syaifoellah,2006).
e) KOMPLIKASI

1. Kejang
2. Koma
3. Henti jantung
4. Henti napas (Apneu)
5. Syok
f) PATHOFISIOLOGI (NARASI DAN SKEMA)
a. Narasi
Penyebab terbanyak keracunan adalah pada sistem saraf pusat
dengan akibat penurunan tingkat kesadaran dan depresi pernapasan.
Fungsi kardiovaskuler mungkin juga terganggu,sebagian karena efek
toksik langsung pada miokard dan pembuluh darah perifer,dan sebagian
lagi karena depresi pusat kardiovaskular diotak.Hipotensi yang terjadi
mungkin berat dan bila berlangsung lama dapat menyebabkan kerusakan
ginjal,hipotermia terjadi bila ada depresi mekanisme pengaturan suhu
tubuh. Gambaran khas syok mungkin tidak tampak karena adanya
depresi sistem saraf pusat dan hipotermia, Hipotermia yang terjadi akan
memperberat syok,asidemia,dan hipoksia (Brunner and Suddarth, 2010)
b. Skema

11
g) PENATALAKSANAAN
1. Tindakan Emergenci

12
Airway : Bebaskan jalan nafas, kalau perlu lakukan intubasi.
Breathing : Berikan pernafasan buatan bila penderita tidak bernafas
spontan atau pernapasan tidak adekuat.
Circulation : Pasang infus bila keadaan penderita gawat dan perbaiki
perfusi jaringan.
2. Identifikasi Penyebab Keracunan
Bila mungkin lakukan identifikasi penyebab keracunan, tapi
hendaknya usaha mencari penyebab keracunan ini tidak sampai
menunda usaha-usaha penyelamatan penderita yang harus segera
dilakukan.
3. Eliminasi
Emesis, merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang
sadar atau dengan pemberian sirup ipecac 15 - 30 ml. Dapat diulang
setelah 20 menit bila tidak berhasil. Katarsis, ( intestinal lavage ),
dengan pemberian laksan bila diduga racun telah sampai diusus halus
dan besar. Kumbah lambung atau gastric lavage, pada penderita yang
kesadarannya menurun,atau pada penderita yang tidak kooperatif. Hasil
paling efektif bila kumbah lambung dikerjakan dalam 4 jam setelah
keracunan.
Keramas rambut dan memandikan seluruh tubuh dengan
sabun. Emesis,katarsis dan kumbah lambung sebaiknya hanya dilakukan
bila keracunan terjadi kurang dari 4 6 jam. Pada koma derajat sedang
hingga berat tindakankumbah lambung sebaiknya dukerjakan dengan
bantuan pemasangan pipa endotrakeal berbalon untuk mencegah aspirasi
pnemonia.
4. Anti dotum (Penawar Racun)
Atropin sulfat ( SA ) bekerja dengan menghambat efek akumulasi
Akh pada tempat penumpukan.

1. Mula-mula diberikan bolus IV 1 - 2,5 mg


2. Dilanjutkan dengan 0,5 1 mg setiap 5 - 10 - 15 menitsamapi
timbulk gejala gejala atropinisasi ( muka merah,mulut
kering,takikardi,midriasis,febris dan psikosis).
3. Kemudian interval diperpanjang setiap 15 30 - 60 menit
selanjutnya setiap 2 4 6 8 dan 12 jam.

13
4. Pemberian SA dihentikan minimal setelaj 2 x 24 jam. Penghentian
yang mendadak dapat menimbulkan rebound effect berupa edema
paru dan kegagalan pernafasan akut yang sering fatal. (Suzanne C.
Brenda G.2011)
Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium toksikologi
2. uji darah, urin, isi lambung, atau muntah.
3. foto sinar X abdomen (Noer Syaifoellah,2006).
2. KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Data Subyektif
a. Pengkajian difokuskan pada masalah yang mendesak seperti jalan
nafas dan sirkulasi yang mengancam jiwa, adanya gangguan asam
basa, keadaan status jantung dan status kesadaran.
b. Riwayat kesadaran : riwayat keracunan, bahan racun yang digunakan,
berapa lama diketahui setelah keracunan, ada masalah lain sebagai
pencetus keracunan dan sindroma toksis yang ditimbulkan dan kapan
terjadinya.
2. Data Obyektif
a. Saluran pencernaan : mual, muntah, nyeri perut, dehidrasi dan
perdarahan saluran pencernaan.
b. Susunan saraf pusat : pernafasan cepat dan dalam tinnitus,
disorientasi, delirium, kejang sampai koma.
c. BMR meningkat : tachipnea, tachikardi, panas dan berkeringat.
d. Gangguan metabolisme karbohidrat : ekskresi asam organic dalam
jumlah besar, hipoglikemi atau hiperglikemi dan ketosis.
e. Gangguan koagulasi : gangguan aggregasi trombosit dan
trombositopenia.
f. Gangguan elektrolit : hiponatremia, hipernatremia, hipokalsemia atau
hipokalsemia (Mansjoer Arif,2009).
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : Kesadaran menurun
2. Pernafasan : Nafas tidak teratur
3. Kardiovaskuler : Hipertensi, nadi aritmia
4. Persarafan : Kejang, miosis, vasikulasi, penurunan kesadaran,
kelemahan, paralise
5. Gastrointestinal : Muntah, diare
6. Integumen : Berkeringat
7. Muskuloskeletal : Kelelahan, kelemahan

14
8. Integritas Ego : Gelisah, pucat
9. Eliminasi : Diare
10. Selaput lendir : Hipersaliva
11. Sensori : Mata mengecil/membesar, pupil miosis(Mansjoer
Arif,2009)
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium dengan pemeriksaan lengkap ( urin, gula
darah, cairan lambung, analisa gas darah, darah lengkap, osmolalitas
serum, elektrolit, urea N, kreatinin, glukosa, transaminase hati ), EKG,
Foto toraks/ abdomen, Skrining toksikologi untuk kelebihan dosis obat,
Tes toksikologi kuantitatif (Mansjoer Arif,2009).
D. DIANGNOSA KEPERAWATAN
1) Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan distress pernapasan
2) Resiko kekurangan cairan tubuh.
3) Penurunan kesadaran berhubungan dengan depresi sistem saraf
pusat
4) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual,muntah
5) Perubahan perfusi berhubungan dengan efek toksik pada miokard
6) Perubahan suhu tubuh berhubungan dengan depresi mekanisme suhu
tubuh
7) Cemas berhubungan dengan Tidak efektifnya koping
individu (Doengoes, 2014).
E. INTERVENSI DAN RASIONAL
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan efek toksik pada
mioakrd
Tujuan : Mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat
Intervensi :
a. Kaji adanya perubahan tanda-tanda vital.
Rasional : Data tersebut berguna dalam menentukan
perubahan perfusi
b. Kaji daerah ekstremitas dingin,lembab,dan sianosis
Rasional : Ekstremitas yang dingin,sianosis menunjukan
penurunan perfusi jaringan
c. Berikan kenyamanan dan istirahat
Rasional : Kenyamanan fisik memperbaiki kesejahteraan
pasien istirahat mengurangi komsumsi oksigen
d. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi antidotum

15
Rasional : Obat antidot (penawar) dapat mengakumulasi
penumpukan racun.
2. Tidak efektifnya pola napas berhubungan dengan depresi
pernapasan
Tujuan : Mempertahankan pola napas tetap efektif
Intervensi :
a. Observasi tanda-tanda vital.
Rasional : Untuk mengetahui keadaan umum pasien dalam
menentukan tindakan selanjutnya
b. Berikan O2 sesuai anjuran dokter
Rasional : Terapi oksigen meningkatkan suplai oksigen ke
jantung
c. Jika pernafasan depresi ,berikan oksigen(ventilator) dan
lakukan suction.
Rasional : Ventilator bisa membantu memperbaiki depresi
jalan napas
d. Berikan kenyamanan dan istirahat pada pasien dengan
memberikan asuhan keperawatan individual
Rasional : Kenyamanan fisik akan memperbaiki
kesejahteraan pasien dan mengurangi kecemasan,istirahat
mengurangi komsumsi oksigen miokard
3. Penurunan kesadaran berhubungan dengan depresi sistem saraf
pusat
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan
dapat mempertahankan tingkat kesadaran klien (komposmentis)
Intervensi :
a. Monitor vital sign tiap 15 menit
Rasional : bila ada perubahan yang bermakna merupakan
indikasi penurunan kesadaran
b. Catat tingkat kesadaran pasien
Rasional : Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan
aliran darah otak.
c. Kaji adanya tanda-tanda distress pernapasan,nadi
cepat,sianosis dan kolapsnya pembuluh darah
Rasional : Gejala tersebut merupakan manifestasi dari
perubahan pada otak, ginjal, jantung dan paru.
d. Monitor adanya perubahan tingkat kesadaran

16
Rasioanal : Tindakan umum yang bertujuan untuk
keselamatan hidup, meliputi resusitasi : Airway, breathing,
sirkulasi
e. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti dotum
Rasional : Anti dotum (penawar racun) dapat membantu
mengakumulasi penumpukan racun
4. Cemas berhubungan dengan koping yang tidak efektif
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan kecemasan
berkurang
Intervensi :
a. Kaji tingkat kecemasan pasien
b. Rasional : Tingkat kecemasan ringan dan sedang bisa
ditoleransi dengan pemberian pengertian sedangkan yang
berat diperlukan tindakan medikamentosa
c. Jelaskan mekanisme pengobatan
d. Rasional : Pengetahuan terhadap mekanisme pengobatan
diharapkan dapat mengurangi kecemasan pasien
e. Tingkatkan mekanisme koping yang efektif
f. Rasional : Kecemasan akan dapat teratasi jika mekanisme
koping yang dimiliki efektif
g. Jika keracunan sebagai usaha untuk bunuh diri maka lakukan
safety precautions.
h. Rasional : Konsultasi psikiatri atau perawat psikiatri klinis
dapat membantu proses pengobatan

17

Anda mungkin juga menyukai