F. Patofisiologi
Mioma uteri merupakan tumor yang terdiri atas serabut-serabut otot polos yang
diselingi dengan untaian jaringan ikat dan dikelilingi oleh kapsul yang tipis. Mioma uteri
dapat berasal dari duktus Muller maupun miometrium. Mioma uteri dapat berkembang secara
progesif menjadi massa uterus dengan ukuran yang besar. Mioma uteri ini dapat mengganggu
fungsi otot pada miometrium yang sangat penting dalam proses kontraksi uterus. Pada wanita
normal, uterus akan berkontraksi setelah terjadi pelepasan lapisan endometrium pada saat
menstruasi yang bertujuan untuk menghentikan perdarahan dengan cara mengkontraksi
miometrium sehingga sumber perdarahan berupa arteri spiralis akan mengalami konstriksi.
Namun pada wanita dengan mioma uteri, miometrium tidak dapat berkontraksi secara
maksimal dikarenakan adanya massa sehingga terjadi gangguan konstriksi arteri spiralis dan
perdarahan tidak berhenti. Hal ini akan menimbulkan menorhagia, yaitu menstruasi dengan
lama menstruasi yang lebih dari tujuh hari dan jumlah perdarahan yang lebih dari 80 cc atau
mengganti pembalut lebih dari 6 kali dalam sehari. Perdarahan yang banyak saat menstruasi
ini dapat menyebabkan anemia (Parker, 2012).
Mioma uteri dapat berkembang menjadi massa intrauterus yang besar sehingga akan
menekan organ-organ disekitarnya. Massa mioma uterus ini akan mengganggu sirkulasi darah
dan akan menekan saraf sehingga timbul nyeri pada perut bagian bawah. Selain itu, massa
mioma ini juga akan menekan organ-organ disekitarnya seperti vesika urinaria sehingga
timbul keluhan sering kencing; uretra sehingga timbul keluhan retensio urin; ureter yang akan
menyebabkan hidronefrosis; dan rectum yang akan menimbulkan keluhan obstipasi dan
tenesmus (Parker, 2012).
Dafpus :
Parker, Williams., 2012. Etiology, Symptomatology and Diagnosis of Uterine Myomas. Journal
of American Society for Reproductive Medicine Volume 87: 123-149.