Anda di halaman 1dari 5

Jawaban soal tes/evaluasi Analisi Siklus Termodinamika Pada Pembangkit

1. Diketahui =
T1 = 25 C = 298,15 K
T2 = 318 C = 591,15 K
T3 = 945 C = 1218,15 K
T4 = 500 C = 773,15 K
Ditanya = Efisiensi termal ideal siklus brayton ?
Jawab =
Berdasarkan perhitungan interpolasi
T1 = 298,15 K
H1 = 298,33 kJ/kg
T2 = 591,15 K
H2 = 597,73 kJ/kg
T3 = 1218,15 K
H3 = 1279,96 kJ/kg
T4 = 773,15 K
H4 = 792,55 kJ/kg

W comp in = h2 h1
= 597,73 298,33
= 299,4 kJ/kg
W turbin out = h3 h4
= 1279,96 792,55
= 487,41 kJ/kg
Q in = h3 h2
= 1279,96 597,73
= 682,23 kJ/kg

. th = W net / q in
= ( W turbin out w turbin in) / q in
= (487,41 299,4) / 682,23
= 0,275
= 27,5 %

2. = h5 h2 / h4 h2
0,65 = ( h5 597,73 ) / ( 792,55 597,73 )
H5 = 0,65 x 194,82 + 597,73
H5 = 724,36 kJ/kg
Q in = h3 h5
= 1279,96 724,36
= 555,59 kJ/kg
th = W net / q in
= ( W turbin out w turbin in) / q in
= (487,41 299,4) / 555,59
= 0,338
= 33,8 %

3.Upaya upaya modifikasi dari siklus Brayton :


Efisiensi siklus Brayton dapat ditingkatkan dengan menambahkan intercooler (pendingin
antara), regenerasi serta reheat (pemanasan ulang)

Dengan adanya proses intercooling dan reheating nilai backwork ratioakan meningkat. Namun hal ini
tidak berarti meningkatkan efisiensi thermal siklus. Faktanya proses intercooling dan reheating akan
menurunkan efisiensi thermal siklus Hal ini disebabkan proses intercooling akan menurunkan
temperatur fluida pada saat fluida tersebut dipanaskan. Sama halnya dengan proses reheat, yakni
akan menaikkan temperatur fluida pada saat fluida tersebut didinginkan. Oleh karena itu pada PLTG,
proses intercooling dan reheating selalu disertai dengan proses regenerasi untuk menjadikan
efisiensi siklus PLTG tetap tinggi.

4. Upaya-upaya modifikasi dari siklus Rankine

a. Menurunkan tekanan Kondensor

Gambar . Peningkatan efisiensi thermal dengan cara menurunkan tekanan kondesor


Uap yang masuk ke dalam kondensor pada fase campuran jenuh (saturated mixture)
memiliki temperatur jenuh yang juga berhubungan dengan nilai tekanan jenuhnya. Oleh
karena itu dengan menurunkan tekanan kondensor, maka secara otomatis akan
menurunkan temperatur uap, yang berarti menurunkan nilai temperatur saat kalor
dilepaskan ke kondensor.
Dengan menurunkan tekanan kondensor, maka diperoleh peningkatan efisiensi seperti ditunjukkan
gambar di atas. Daerah yang berwarna merah menunjukkan peningkatan kerja netto akibat
penurunan tekanan kondensor dari P4 ke P4. Dalam hal ini kalor input yang diberikan boiler kepada
fluida kerja juga meningkat, yang awalnya sebesar h3-h2 menjadi h3-h2, namun peningkatan ini relatif
kecil. Sehingga dapat dikatakan bahwa dengan menurunkan tekanan kondensor dapat membantu
meningkatkan efisiensi thermal PLTU.

b. Meningkatkan temperatur uap yang masuk ke turbin

Gambar . Peningkatan efisiensi thermal dengan cara menaikkan temperatur uap masuk ker turbin

Temperatur rata-rata pada saat kalor diberikan oleh boiler ke fluida kerja dapat ditingkatkan
dengan cara memanaskan uap sehingga temperaturnya menjadi lebih tinggi lagi tanpa harus
meningkatkan tekanan kerja dari boiler. Daerah yang berwarna merah menunjukkan peningkatan
kerja netto akibat peningkatan temperatur uap yang masuk ke turbin dari T3 ke T3. Dengan
peningkatan temperatur ini, maka kalor yang dibutuhkan untuk menghasilkan uap menjadi lebih
besar. Dengan meningkatkan temperatur uap maka dapat mengurangi kandungan moisture pada
outlet turbin. Seperti ditunjukkan pada gambar, kualitas uap pada titik 4 lebih kering daripada uap
pada titik 4. Namun dari segi metalurgi, temperatur uap yang diijinkan masuk ke turbin mempunyai
keterbatasan.

c. Meningkatkan tekanan boiler


Dengan meningkatkan tekanan kerja boiler, maka secara otomatis akan meningkatkan temperatur
rata-rata pada saat penambahan kalor ke fluida kerja. Efek dari penigkatan tekanan boiler terhadap
kinerja siklus Rankine dapat dilihat pada gambar di bawah.

Gambar . Peningkatan efisiensi thermal dengan cara menaikkan tekanan kerja boiler

Pada gambar terlihat bahwa dengan meningkatkan tekanan boiler dapat menurunkan kulaitas uap
pada oultet turbin, dimana tingkat kebasahan uap yang keluar dari turbin menjadi lebih besar.
Namun seiring berkembangnya teknologi, permasalahan tersebut dapat diatasi dengan
menambahkan pemanas ulang (reheater).

5. Berdasarkan proses pengolahan fluida panas bumi, sistem pembangkit listrik tenaga panas bumi
dapat dibagi menjadi beberapa macam siklus , diantaranya adalah :
a. Siklus Uap Kering (Dry Steam Cycle)

Teknologi ini bekerja pada suhu uap reservoir yang sangat panas (lebih dari 235 oC), dan jumlah
air yang tersedia di reservoir sangat sedikit. Cara kerja nya adalah uap dari sumber panas bumi
langsung masuk ke turbin melalui pipa. kemudian turbin akan memutar generator untuk menghasil
listrik. Teknologi ini merupakan teknologi yang tertua yang telah digunakan pada Lardarello, Italia
pada tahun 1904. PLTP Jenis ini cocok untuk PLTP kapasitas kecil dan untuk kandungan gas yang
tinggi.

b. Siklus Uap Cetus Tunggal (Single Flash Steam Cycle)

Siklus ini paling banyak digunakan untuk kondisi sumur produksi yang didominasi oleh fasa cair.
Zat cair tersebut diekspansi dengan katup (sistem flash), sehingga tekanannya akan turun dan
terbentuk fasa campuran uap dan cair. Campuran tersebut kemudian dimasukkan dalam separator
untuk dipisahkan, fasa uap digunakan untuk menggerakan turbin uap dan sisa zat cairnya (brine)
disuntikkan kembali ke dalam sumur injeksi.

c. Siklus Biner (Binary Cycle)

Siklus ini digunakan apabila sumur produksi memiliki temperatur yang tidak terlalu tinggi (125-
225 oC), sehingga kurang efektif dan ekonomis bila digunakan untuk temperatur sumber yang tinggi.
Dengan memanfaatkan temperatur yang tidak terlalu tinggi, diperlukan fluida kerja lain yang
memiliki titik didih di bawah titik didih air, sehingga fluida kerja yang tepat untuk digunakan adalah
fluida kerja organik. Fluida kerja organik memiliki temperatur didih yang rendah, sehingga panas
yang tidak terlalu tinggi dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan uap. Uap tersebut digunakan untuk
menggerakan turbin yang ada di PLTP, yang umum disebut sebagai siklus biner. Prinsip kerja siklus
biner dengan memanfaatkan adanya penukar panas (heat exchanger), panas yang dimiliki oleh brine
dapat dimanfaatkan oleh fluida kerja organik untuk menggerakkan turbin dan pada akhirnya dapat
menghasilkan listrik.

Anda mungkin juga menyukai