Anda di halaman 1dari 59

PENGOPERASIAN UNIT PLTG

I. PERENCANAAN PENGOPERASIAN PLTG.


1

I.1.Keuntungan dan Kerugian Menggunakan Turbine Gas.


Selain ada keuntungan, didalam pemakaian Turbine Gas ada pula
kerugiannya. Pemilihan/ pertimbangan penggunaan Turbine Gas disesuaikan
dengan kondisi atau fungsi Turbine Gas itu sendiri.
Keuntungannya :
1. Waktu pemasangan relative singkat karena PLTG dibuat berupa
package sehingga mudah untuk dipindah-pindahkan.
2. Waktu start dan pembebanan lebih cepat dibanding mesin pembangkit
lain.
3. Tidak memerlukan air pendingin yang banyak seperti PLTU/ PLTD.
4. Dapat beroperasi sendiri tanpa bantuan listrik dari luar (Black Start).
Kerugiannya :
1.
2.
3.
4.

Efesiensinya rendah.
Spare part mahal.
Umur (lifer time)nya pendek.
Biaya operasi Rp/ kWH nya relative lebih tinggi dibanding pembangkit
lain.

I.2. Fungsi PLTG.


Pada umumnya fungsi PLTG di system ketenaga listrikan atau pada jaringan
listrik adalah untuk memberikan suplai tenaga listrik pada saat2 beban
puncak, dan pada saat-saat terjadi gangguan total pada jaringan tenaga
listrik. Pada saat2 tersebut diperlukan waktu pemberian suplai tenaga listrik
yang cepat, oleh karena itu PLTG yang mempunyai waktu start yang lebih
cepat dibanding dengan pembangkit yang lain
( 5 menit) sangat
diperlukan.
Pada tahun 1975, PLTG Unit IV Tambak Lorok dibangun untuk tujuan
utamanya yaitu memberikan suplai tenaga listrik secara cepat pada saat2
terjadi black out pada seluruh system tenaga listrik di Semarang. Suplai
tenaga listrik tersebut diperlukan untuk peralatan bantu Unit III PLTU Tambak
Lorok. Disamping itu, tenaga listrik dari PLTG ini dapat pula dipergunakan
untuk suplai PLTU Unit I dan Unit II di Tambak Lorok Semarang.
Di PLTU Suralaya dibangun pula sebuah PLTG yang tujuannya adalah untuk
memback up power supply auxiliary system pada saat terjadi black out. Akan
2

tetapi keberhasilan dari pemasangan tersebut harus diperhitungkan dengan


berapa jumlah daya yang diperlukan secara tepat agar auxiliary system yang
mensupport pengoperasian suatu PLTU secara mandiri (Island Mode).
I.3. Merencanakan Pengoperasian Turbine Gas.
Dengan mengetahui karakteristik turbine gas tentunya untuk rencana
operasi harus disesuaikan dengan kondisi dari pada system kelistrikan
dimana PLTG atau turbine gas tersebut akan disalurkan.
I.3.1.Operation Mode PLTG Pada Jaringan Tenaga Listrik.
Untuk di System Kelistrikan Jawa dan Bali umumnya PLTU, PLTA yang besar
dijadikan beban dasar sedangkan PLTG hanya dioperasikan pada saat beban
puncak saja. Sebagai contoh pada tahun 1975 untuk system Jawa Barat dan
Jawa Tengah dibangun PLTG Sunyaragi untuk memperbaiki tegangan pada
system Jawa Barat Jawa Tengah yang hanya dioperasikan pada saat beban
puncak saja. Selain di jawa Barat di Jawa Tengah dioperasikan juga PLTG
Tambak Lorok untuk keperluan emergency power PLTU Unit #3 dan dapat
juga untuk Unit PLTU #1 dan #2 Tambak Lorok, sedangkan pada saat itu
masih ada PLTG Pandean Lamper yang dioperasikan pada beban puncak.
Tidak selamanya PLTG dioperasikan pada saat beban puncak. Untuk di Lokasi
yang mudah mendapatkan bahan bakar gas, PLTG bisa dioperasikan sebagai
beban dasar. Di PLTGU Sengkang, Kab. Wajo, Provinsi Sulawesi Selatan yang
PLTGnya combine sycle, Gas Turbine dioperasikan terus menerus karena
bahan bakar (Natural Gas) diproduksi sendiri oleh Perusahaan yang
mempunyai PLTG dan exhaust gasnya dimanfaatkan untuk Steam Turbine
Generator.
Di Batamindo, Gas Turbine hanya digunakan untuk Emergency Power saja.
Daya listrik majoritas disalurkan untuk kepentingan di Kawasan Industri
Batamindo saja hanya sedikit (selebihnya saja) disalurkan ke PLN. Untuk
beban dasar dioperasikan beberapa Diesel Engine dengan berbahan bakar
gas karena SFC gas Turbine > SFC Diesel/ Gas Engine.
I.3.2.Persoalan-persoalan Operasi Pada Sistem Tenaga Listrik.
Dalam mengoperasikan system tenaga listrik akan ditemui berbagai
persoalan. Hal ini bisa disebabkan karena pemakaian tenaga listrik yang
berubah-ubah dari waktu ke waktu, biaya bahan bakar yang relative tinggi
serta alam dan lingkungan yang sering menggangu jalannya operasi.

Berbagai persoalan yang pokok yang dihadapi dalam pengoperasian system


tenaga listrik antara lain :
a.Pengaturan Frequency.
System tenaga listrik harus dapat memenuhi kebutuhan akan tenaga
listrik dari pada konsumen atau bagian/ department pengguna jika
dilingkungan fabric. Daya yang dibangkitkan harus sama dengan beban
yang masuk pada jaringan tenaga listrik tersebut. Frequency di Jaringan
Tenaga Listrik PLN harus = 50 HZ, di Cevron Pakanbaru F = 60 HZ terpisah
atau tidak menggunakan Tenaga Listrik dari PLN. Dengan kata lain
PRODUCT POWER = DEMAND. Jika PRODUCT = DEMAN maka frequency
akan = 50 HZ atau 60 HZ tergantung frequency system tenaga listrik yang
digunakan. Jika PRODUCT > DEMAN, frequency akan NAIK. Sebaliknya jika
PRODUCT < DEMAND maka Frequency akan TURUN. Dengan adanya
penaikan dan penurunan frequency tentunya pada suatu system perlu
diatur mana yang standby, mana yang harus memikul beban dasar atau
beban puncak yang disesuaikan dengan karakteristik dan biaya operasi
dari pembangkit itu sendiri. Suatu contoh untuk di Gili Trawangan Lombok
(NTB) system tenaga listrik terpisah atau Island Mode hanya System di Gili
Trawangan saja. Disana terdapat PLTD yang terdiri dari beberapa Diesel
Engine dan 1 PLTS yang on grid. Pada saat siang hari ketika intensitas
radiasi cahaya matahari tertinggi, PLTS beroperasi dengan kapasitas
penuh, ditambah beberapa atau haya 1 diesel saja (tergantung beban
yang ada) yang stand by untuk mengimbangi PLTS pada saat terjadi cuaca
redup. Pada sore atau malam hari berturut-turut sesuai frequency secara
automatic ada diesel yang jalan yang diurutkan sesuai dengan program
yang direncanakan sehingga beban diambil alih oleh Diesel engine
semuanya.
Pada tahun 1976 beban di Kawasan Industri Pulo Gadung berfluktuasi
sangat besar bisa sekitar 5 MW turun naik bebanya karena ada peleburan
baja (furnace) atau dapur tinggi. PLTG Pulo Gadung yang rata2 mempunyai
kapasitas 21 MW pada saat itu mampu menahan fluktuasi beban
disekitarnya karena PLTG mempunyai respond yang cepat terhadap
perubahan beban dengan speed drop sekitar 4%.
b.Pemeliharaan Peralatan.
Pemeliharaan peralatan pada suatu sistem tenaga listrik baik pembangkit,
transmisi, dan distribusi tentunya akan dilakukan secara periodic. Sebelum
pemeliharaan atau pada saat Pemeliharaan Peralatan tanggal dan
waktunya harus dilaporkan kepada Dispatcher di Pusat Pengatur Beban
atau kalau di Pabrik atau Perusahaan tertentu dilaporkan ke Bagian
4

Operasi untuk dijadikan bahan pertimbangan pengoperasian pembangkit


selanjutnya.
c. Biaya Operasi.
Biaya operasi sangatlah significant untuk menentukan urutan prioritas
pengoperasian pembangkit. Cost Estimasi perlu dipertimbangkan dalam
hal ini. Jika kita urutkan dari yang temurah untuk saat ini PLTA, PLTMH,
PLTS, PLTP, PLTBG, PLTMG, PLTD, dan PLTG. Untuk PLTG dari tahun 1970 s/d
sekarang masih yang termahal oleh karenanya dioperasikan menjadi
prioritas yang terakhir namun telah dibicarakan sebelumnya bahwa suatu
saat terpaksa harus mengoperasikan PLTG, misal pada saat black out,
emergency power, beban puncak, atau perusahaan merupakan produsen
bahan bakar gas alam. Biaya operasi tidak hanya biaya bahan bakar saja
akan tetapi ada biaya2 lain seperti :
Gaji Pegawai (Operator), biaya minyak pelumas, biaya tebang pohon, dlsb.
d.Perkembangan System.
Beban pada system jaringan di PLN selalu berubah sepanjang waktu
kecuali di Pabrik2 mungkin hanya pada saat2 penambahan mesin2
produksi dan hari2 lebaran, natal, dan tahun baru beban akan naik sesuai
dengan kenaikan target produksi. Perkembangan kegiatan di Masyarakat
tidak dapat dihitung secara exact sehingga perlu diamati terus menerus
agar diketahui langkah pengembangan system agar system selalu dapat
mengikuti perkembangan beban sehingga tidak terjadi pemadaman atau
penurunan kualitas listrik.
e.Gangguan Dalam System.
Gangguan di dalam system tenaga listrik tidak dapat sepenuhnya kita
hindari. Penyebab gangguan yang paling besar pada system ketenaga
listrikan di PLN adalan gangguan petir hal ini sesuai dengan isokeraunic
level yang tinggi di Tanah Air kita. Gangguan2 lainya missal di PLTMH,
PLTA, PLTP, ada Pepohonan, Longsor, Gempa, dlsb.
f. Tegangan Didalam System.
Tegangan merupakan salah satu unsure kualitas penyediaan tenaga listrik
didalam system tenaga listrik oleh karenanya perlu dipertahankan dalam
pengoperasian system tenaga listrik.

Di suatu pabrik tekstil tidak hanya tegangan saja yang dipertahankan


bahkan Cos Q disetting untuk dipertahankan pada Cos Q = 0.80 karena
beban di pabrik tekstil lebih banyak beban motor2 yang nota bene harus
dipertahankan kecepatan gerak peralatannya missal pada spinning,
weaving, terutama pada deying (finishing) dimana pada saat pencelupan
atau pewarnaan harus benar2 stabil pergerakannya (warna bisa enggak
karuan jika berubah-ubah kecepatannya).
Di PLTA Bungin, Ds Baruka, Kec. Bungin, Kab. Enrekang, Provinsi Sulawesi
Selatan yang masuk ke Jaringan 20 KV PLN, tegangan di ujung jaringan 20
KV PLN sangat rendah sekali. Pembangunan PLTA disana selain
memanfaatkan energy air yang murah juga dimaksudkan untuk
memperbaiki tegangan system jaringan 20 KV PLN di bagian ujung Baruka.
Namun demikian sangat rendahnya, sulit juga PLTMH Bungin untuk masuk
jaringan PLN karena OLTC (On Load Tap Changer) pada Power
Transformernya sudah pada posisi yang rendah. Untuk itu terpaksa
diadakan pengaturan tap changer di Transformer jaringan PLN agar
tegangan bisa sama untuk synchroon. Agar tidak susah untuk synchroon
PLTA Bungin diusahakan parallel dipagi hari pada saat bukan beban puncak
atau diusahakan beropersi terus menerus.
I.3.3.Management Operasi System Tenaga Listrik.
Didalam system pengoperasian tenaga listrik akan menyangkut berbagai
aspek yang luas, khususnya menyangkut biaya yang tidak sedikit serta
menyangkut penyediaan tenaga listrik bagi masyarakat atau menyangkut
hajat hidup orang banyak. Untuk pengoperasian system tenaga listrik
dengan baik diperlukan hal2 berikut :
a.Perencanaan Operasi.
Perencanaan operasi adalah pemikiran mengenai bagaimana PLTG akan
dioperasikan untuk jangka waktu tertentu. Pemikiran ini harus mencakup :
Perkiraan beban.
Koordinasi pemeliharaan peralatan.
Optimasi keandalan dan mutu tenaga listrik.
b.Pelaksanaan dan Pengendalian Operasi.
Apakah pelaksanaanya sesuai dengan rencana operasi. Apabila terjadi halhal yang menyimpang dari Rencana operasi bagaimana cara
pengendaliannya.

c. Analisa Operasi.
Hasil operasi dianalisa misalnya parameter2 operasi pressure,
temperature, level, arus, tegangan, frequency, dan beban dianalisa untuk
memberikan umpan balik bagi Perencanaan Operasi maupun bagi
Pelaksanaan dan Pengendalian Operasi. Analisa operasi juga diperlukan
untuk memberikan saran-saran bagi pengembangan system serta
penyempurnaan pada pemeliharaan instalasi.
I.3.4.Rencana Operasi Pembangkit.
Di System Kelistrikan Jawa dan Bali Pengoperasian Pembangkit telah
direncanakan untuk 1 tahun yang akan datang. Kemudian di Up Date setiap,
3 bulanan, 1 bulanan, 1 Mingguan hingga harian. Rencana Pengoperasian
akan dikoordinir oleh Pusat Pengatur Beban. Pengopersian Turbine gas diatur
atau berdasarkan perintah dari Piket Pengatur Pembangkitan (Dispatcher).
Seluruh pembangkit di Jawa dan Bali setiap hari akan dilaporkan kondisi dari
pada Unit pembangkit masing2 sesuai jenis pembangkitnya. Untuk PLTG
yang biasa dilaporakan ke Piket antara lain :
Setiap 1 Jam.
Daya Active Yang Dibangkitkan.
Daya Reactive.
Frequency.
Tegangan.
Cos Q.
Setiap 24 jam.
Level Bahan Bakar (Bunker, Daily Tank) jika menggunakan BBM.
Stand Flow Meter, Pemakaian Bahan Bakar baik BBM maupun Gas untuk 24
Jam.
Stand KWH Meter Akhir.
Produksi KWH Selama 24 Jam.
Spesifik Fuel Consumption (SFC) BBM (l/ KWH), atau Gas. (SSCF/ KWH).
Selain hal2 tersebut diatas dilaporkan juga, atau kadang2 tidak, tergantung
dari situasi dan kondisi di System tersebut. Untuk saat ini tentunya sangatlah
mudah karena semua sudah bisa dilihat dari jauh (menggunakan SCADA).
Namun untuk yang belum ada facilitas2 tersebut tentunya masih
menggunakan cara lama mengguanakan tilpun, PLC atau Radio dan
dilaporkan tiap jam.
7

Selain pelaporan Unit2 yang siap beroperasi unit yang stand by, over haul,
dan gangguanpun baik Pembangkitan, Transmisi, dan Distribusi akan
disampaikan ke Pusat Pengatur Beban.
a.Rencana Operasi Tahunan.
Masalah masalah yang penyelesaiannya memerlukan waktu kira2 satu
tahun dicakup didalam rencana tahunan ini, misalnya rencana
pemeliharaan unit unit pembangkit yang memerlukan persiapan satu
tahun sebelumnya karena pengadaan suku cadangnya memerlukan waktu
1 tahun. Dilain pihak pemeliharaan unit unit pembangkitpun perlu
dikoordinir agar unit pembangkit yang tidak mengalami pemeliharaan dan
siap beropersi dapat cukup menyediakan daya bagi beban yang ada.
Rencana Operasi tahunan juga meliputi perencanaan alokasi energy yang
akan diproduksi dalam 1 tahun dalam setiap Pusat Listrik dalam kaitannya
dengan rencana pemeliharaan unit pembangkit, perkiraan beban tahunan,
beroperasinya unit unit baru, perkiraan hujan atau perkiraan produksi
KWH PLTA dalam tahun yang bersangkutan. Alokasi energy yang
diporoduksi oleh pembangkit2 thermal berarti pula alokasi biaya bahan
bakar yang merupakan biaya terbesar di PT PLN (Persero). Rencana
Opearsi Tahunan merupakan bahan utama bagi penyusunan Rencana
Anggaran Biaya Tahunan suatu Perusahaan Listrik.
b.Rencana Operasi Triwulanan.
Rencana Operasi Triwulanan merupakan peninjauan kembali dari Rencana
Operasi Tahunan dengan horizon waktu tiga bulan ke depan. Hal hal yang
direncanakan dalam Rencana Operasi Tahunan tetapi ternyata setelah
waktu berjalan tidak sesuai dengan kenyataan perlu dikoreksi didalam
Rencana Operasi Triwulanan. Sebagai contoh missal ada Unit pembangkit
yang baru dapat beroperasi dalam triwulanan ke 2 diperkirakan belum
dapat beroperasi dalam triwulan2 maka perlu dilakukan koreksi terhadap
Rencana Operasi Tahunan pada Rencana Triwulan Operasi 2.
c. Rencana Operasi Bulanan.
Rencana Bulanan merupakan koreksi terhadap Rencana Triwulanan untuk
horizon waktu 1 bulan kedepan. Rencana Operasi Bulanan mulai
mengandung rencana yang menyangkut langkah langkah operasional
dalam system, sedangkan Rencana Operasi Tahunan dan Rencana Operasi
Triwulana lebih banyak mengandung hal hal yang bersifat manajerial. Hal

hal yang bersifat operasional yang dicakup dalam Rencana Operasi


Bulanan adalah :
1. Penijauan atas jam kerja unit pembangkit yang bersifat peaking unit
terutama dalam kaitannya dengan rencana pemeliharaan. Hal ini
diperlukan untuk membuat jadual operasi unit unit pembangkit yang
bersangkutan.
2. Alokasi produksi Pusat-pusat Listrik Thermal dalam kaitannya dengan
pemesanan bahan bakar kepada Perusahaan Bahan Bakar (missal
Pertamina, PT TBA, dlsb).
d. Rencana Operasi Mingguan.
Dalam Rencana Operasi Mingguan tidak ada lagi hal hal yang bersifat
manajerial karena masalah masalah manajerial tidak mungkin dapat
diselesaikan hanya dalam 1 Minggu. Rencana Operasi Mingguan
mengandung rencana mengenai langkah langkah operasional yang akan
dilakukan untuk jangka waktu 1 Minggu yang akan datang dengan
memperhatikan pengarahan2 yang tercakup didalam rencana bulanan
dan mempertimbangkan perkiraan atas hal hal yang bersifat tidak
menentu dalam waktu 1 Minggu yang akan datang missal jumlah atau
debit air yang akan diterima oleh PLTA pada musim hujan, serta beban
untuk 168 Jam (1 Minggu) yang akan datang. Kondisi tekanan atau supply
bahan bakar gas dari PGN atau PERTAMINA, BBM dari PERTAMINA, dlsb.
Rencana Operasi Mingguan berisi jadual operasi serta pembebanan unit
unit pembangkit untuk 168 jam yang akan datang atas dasar
pertimbangan
ekonomis
(pembebanan
yang
optimum)
dengan
memperhatikan berbagai kendala operasional seperti beban minimum
dan maksimum dari unit pembangkit serta masalah aliran daya,
tegangan, dalam Jaringan.
e. Rencana Operasi Harian.
Rencana Operasi Harian merupakan koreksi dari Rencana Operasi
Mingguan untuk disesuaikan dengan kondisi yang mutakhir dalam system
tenaga listrik. Rencana Operasi Harian merupakan pedoman pelaksanaan
Operasi Real Time.

2. PROCEDURE PENGUJIAN KEANDALAN UNIT PLTG.

Procedure Pengujian Keandalan Pada Unit PLTG tergantung dari Manual atau
Instruction Manual Book dari pabrik pembuatnya. Dari tahun ke Tahun cara
pengujian berdasar kepada kemajuan technologi dan pengetahuan para
enginer sendiri maka untuk beberapa tahun yang lalu dengan yang sekarang
tentualah akan berbeda. Untuk yang sekarang mungkin lebih banyak factor
koreksi yang diikutkan dalam perhitungan performance. Berikut diberikan
contoh pada Unit yang lama sekitar tahun 1975. Unit Alsthom dengan
kapasitas 21 MW.
2.1.Siklus Ideal.
Siklus ideal dari turbine gas jenis ini adalah siklus Brayton dan termasuk
system

ga

sederhana

dengan

siklus

terbuka.

Siklus

tersebut

dapat

digambarkan pada diagram P-V dan h-s seperti dibawah ini.

Gbr.3 Siklus Ideal Turbine Gas.


1 - 2 proses kompresi isentropic di dalam kompresor.
2 - 3 proses pemasukan kalor pada tekanan constant di dalam ruang
bakar.
3 - 4 proses ekspansi isentropic didalam turbine.
4 - 1 proses pembuangan kalor.
Efesiensi Siklus Brayton :
10

T=

P2/ P1 = kompresor ratio, T1 = temperature udara masuk kompresor, T2 =


temperature udara keluar kompresor, k = Cp/ Cv, Cp = 0.24 cal/ gm oC, Cv
= 0.17 cal/ gm oC (untuk udara). Maka
k = 0.24/ 0.17 = 1.4
2.2.Siklus Nyata.
Pada turbine gas siklus yang sebenarnya menyimpang dari siklus ideal
disebabkan oleh beberapa hal :
-

Proses kompresi dan ekspansi tidak pernah secara isentropic.

Terjadinya penurunan tekanan didalam ruang bakar, alat pemanas,


atau pendingin.

Fluida bukan gas ideal dengan cv yang constant.

Dengan demikian siklus Brayton dari Turbine Gas sederhana yang


sebenarnya adalah seperti berikut.

Gbr.4 Siklus Nyata Turbine Gas.

Akibat kerugian-kerugian tersebut efesiency Turbine menjadi :

11

T = m. rb. (

Dapat pula dihitung menggunakan rumus : T =

(pada rumus ini

sudah termasuk efesiency generator).


T = efesiency siklus atau efeciency thermal, m = efeciency mekanis.
t = efesiency turbine (89 s/d 90%), rb = efeciency ruang bakar.
k = efeciency kompresor (85 s/d 87%), h

= entalphi.

= o K,

be = Pemakaian bahan bakar spesifik (lb/ hp jam).


Qbb = Nilai kalor bawah bahan bakar (BTU/ lb).

2.3.Contoh Perhitungan Efesiency.


Agar dapat mengetahui perubahan prestasi dari suatu turbine sebelum dan
sesudah diadakan pemeliharaan, perlu kita menghitung efeciaencynya.
Berikut ini diberikan contoh perhitungan efeciency turbine (efeciency
thermos) dari PLTG Unit IV Tambak Lorok. Data operasinya diambil pada
tanggal 08 July 1989, sbb :

Pemakaian bahan bakar specific (be) = 0.437 l/ kWH.

Tekanan keluar Compressor = 7.6 kg/ cm2.

Tekanan udara luar = 1.033kg/ cm2.

Nilai kalor bahan bakar (Q bb) = 18.941,7 BTU/ lb.

1. Efeciency cyclus ideal (T).

12

=1-

Jika k diambil = 1.4 maka :

=1= 0.43 = 43%.

2. Efeciency Cyclus T Syclus Nyata.


Data yang diperoleh dari PLTG Unit IV Tambak Lorok Semarang :
Specifik grafity bahan bakar PLTG Unit IV Tambak Lorok = 0.8413 kg/
dm3.
Berat bahan bakar

= 0.437 l X 0.8413 kg/ l = 0.3676 kg.


= 0.3676/ 0.4536 lb (1 lb = 0.4536 kg).
= 0.8105 lb.

Pemakaian bahan bakar

= 0.437 l/ Kwh.

= 0.8105 lb.
= 0.8051 X 0.7475 lb/ Hp Jam (1 HP = 0.7475
kW).
= 0.6058 lb/ HP.Jam.

Rumus T Nyata

= 0.2217

= 22.17%.

13

2.4.Uji Unjuk Kerja (Performance Test).


2.4.1. Pemeriksaan/ Uji Fungsi Peralatan Bantu (Individual Test).
Untuk setiap gas turbine akan berbeda dari yang satu dengan yang lainnya
mengenai cara2 dalam penanganan komisioning. Untuk Gas Turbine yang
dari Siemens German berbeda cara penangananya dengan gas turbine yang
dari Alshom didalam komisioning. Untuk yang dari Siemens atau menurut
panduan komisioning dari Siemens, sebelum melaksanakan komisioning atau
mau melakukan uji

laik

operasi

harus

terlebih

dahulu

mengadakan

pemeriksaan bersama antara Vendor, User, dan Commisioning Team atau


Koordinator Inspeksi Teknik untuk memeriksa konstruksinya apakah sudah
selesai atau tidak pemasangannya. Jika sudah selesai 100% maka akan
diberi

sertifikat

atau

ECC

(Erection

Clearance

Certificate).

Didalam

pemeriksaan dan penanda-tanganan ECC harus orang yang sudah ditunjuk.


Biasanya selalu ada QC, HSE, dan Contractors. Peralatan bantu yang akan
diperiksa biasanya sudah disediakan formnya, atau checks listnya tinggal
diisi

dan

diparaf

atau

ditanda-tangani.

Didalamnya

ada

items

atau

descriptions yang harus diuji dan cara pengujiannya. Peralatan2 tersebut


untuk Gas Turbine dari Siemens meliputi :
GAS TURBINE.
MB Gas Turbine.
MBA4X Blow Off System.
MBA18 Compressor Cleaning Facilities.
MBH Turbine Cooling System.
MBP. Fuel Gas System.
MBV Lube Oil/ Lifting Oil System.
MBX21 Pneumatic System.
MBX Hydraulic System.
MKA/ MBJ Generator-GT/ Start up frequency conventer.
AUXILIARY SYSTEM.
MBL Air Intake System.
MBR Exhaust Gas System (Diffuser).
MBV23 Air Cooled Lube Oil Cooler.
MKJ GT Generator Cooling System.
14

SGJ CO2 Fire Fighting System.


ELECTRICAL SYSTEM COMPONENT.
LV AC Switchgear.
Low Voltage Transformer.
Inventer, Uninterruptible Power Supply BRU.
DC. Battery BTA-BTK.
DC. Switchgear BUA-BUS.
DC/ DC Conventer BUK.
Protection/ Syncronizing and Metering (generator).
Excitation Equipment and Start-up Frequency Conventer.
22 BAA Generator Lead.
22 BAA .01 Pressure Reduce Cubycle.
22 BAC Generator Circuit Breaker.
22 CHA Cabinet For Generator & Transformer.
21 BBE MV Distribution Board.
22 AEA 150 kV System.
22 BAT Generator Transformer Inc. Cooling System.
22 BBT MV Auxiliary Power Transformer.
22 BHT LV Auxiliary Power Transformer.
SGA Fire Fighting System.
UHN - 22 By Pass Stack.
22 MBK Gear Box.
22 MB GT. Enclousure.
22 MBA Gas turbine IGV Limit Switch.
22 UBA-Power Control Center.
ZZ1 - OVERALL PLANT START UP TEST GT.
Optimization Of Fuel Gas Operation.
Load Rejection Test.
IGV Adjusment.
MB-02 First Start Up Of Gas Tuirbine to FSNL.
Over Speed Protection Test.
Compressor Cleaning Offline/ Online.
List Of Measuing Instruments.
List Of Control Setting.
GAS TURBINE TEST RECORD.
Checks prior to and during Start Up.
Start Up Diagram.
Operating Log Sheet.
Coast Down Diagram.
Determination of temperature Limits at turbine Outlet and Exhaust Duct.
Oil Tank Filling, Levels and Vacuum Pressure.
Lube Oil System Setting.
Main, Auxiliary, and Emergency Lube Oil Pump.
Jacking Oil and Shaft Turning Gear.
15

2.5.Pengujian Unjuk Kerja Unit PLTG.


2.5.1. Parameter Utama yang Harus Diukur minimum adalah :
- Load MW.
- Reactive Load VAR.
- Turbine Speed RPM.
- Compressor Discharge Pressure PSIG.
- Compressor Discharge Temperature oC.
- Exhaust Temperature - oC.
- Ambient Temperature - oC.
- Site Barometer Bar.
- Fuel Flow l/ min.
- Fuel Heating Value Baik LHV atau HHV.
- Fuel Temperature - oC.
- Parameter lainnya yang mempengaruhi kontrol dan pengaman.
2.5.2.

Lingkup Pengujian.

Uji sinkronisasi.

Pengujian Kapasitas pembangkit.

Pengaturan Tegangan.

Pengaturan Frekuensi.

Pengujian Keandalan Pembangkit.

2.5.3. Pengujian Unjuk Kerja (Performance).


a. Pengujian Jalan, harus sesuai dengan kontrak.
b. Pengujian Jalan dan Berhenti.
c. Pengujian Governor pengatur putaran harus dilakukan untuk mengetahui kemampuan

atau karakteristik governor.


16

d. Pengukuran getaran Accessories gear, bantalan turbine, badan kompressor,


load gear, bantalan generator dan Exciter, base plate, tidak boleh melebihi
batas yang ditentukan oleh pabrik.
e. Pengujian putaran lebih (over speed). Pengaman putaran lebih harus diuji
agar memenuhi ketentuan dari pabrik.
f.

Pengujian karakteristik generator. Pada pengujian ini dilakukan :


- Pengujian karakteristik beban (Load Characteristic Test) yang dilakukan
pada pembebanan mulai 25%, 50%, 75%, 100%, 110%. Parameter yang
diukur

adalah

daya,

arus,

tegangan,

faktor

daya,

frekuensi,

dan

temperature bantalan.
- Pengujian kerja parallel, terdiri dari pengujian pembagian beban (Load
Share Test) dan pengujian pemindahan beban (Load Shift Test).
g. Pengujian sistem kontrol untuk memeriksa fungsinya (Fungsion Check),
misalnya kemampuan fungsi interlock antara CB(Circuit Breaker) dengan
PMS.
h. Pemeriksaan bantalan utama.

2.5.4.

Perhitungan Efesiency Turbine Gas.

Agar perhitungan efesiency mendekati realnya diperlukan persiapan2 sbb :

Kalibrasi/ Sertifikasi alat2 ukur yang terpasang pada Peralatan Utama,


Peralatan Bantu, Turbine dan Generator dan Sarana sesuai dengan kriteria
dan design.

Pemeriksaan Visual dan Function Test pada peralatan2 Bantu Turbine :

Sistem B. Bakar minyak atau Gas (Fuel System) misal : Bunker,


grounding system (Penangkal Petir) pada Bunker, Fuel Treatment (Jika
dipakai), Statsiun Gas (Jika pakai sendiri), Pompa AC dan DC, katup,
regulator, ventilating, filter, fuel skid, vanadium inhibitor (jika ada),
sum tank, control level, tekanan, flow meter, piping dlsb.

Sistem Minyak Pelumas (Lubricating System) misal : Tanki minyak


pelumas, pavour extractor, pompa AC dan DC, filter, katup, reliev
valve, regulator, heat exchanger, control level,

tekanan, dan

temperature, piping dlsb.

Sistem Air Pendingin (Water Cooling System) misal :

Tanki air

pendingin (jika closed system), katup, reliev valve, regulator, control


level, ventilating, radiator, cooling air fan, motor, dlsb.

17

Sistem Udara Pengabut (untuk b. Bakar minyak) misal : Atomizing Air


Compresor DC atau AC, sabuk jalan (jika dihubungkan dengan starter
diesel), katup, relive valve, valve, regulator, ventilating, piping, sistem
control tekanan, dlsb.

Sistem Udara Pengabut (untuk b. Bakar minyak) misal : Atomizing Air


Compresor DC atau AC, sabuk jalan (jika dihubungkan dengan starter
diesel), katup, relive valve, valve, regulator, ventilating, piping, sistem
control tekanan, dlsb.

Pemeriksaan dan function test System Control dan Instrument Turbine, misal :
starting system, operating system (speed control, temperature control), shut
down system, annunsiator (alarm, reset),

governing system, sistem

pengaman Turbine (Hand Trip, Mecanic Over speed, Electrik Trip System, Loss
Of Flame, Hydraulic Trip Sircuit), dlsb.

Pemeriksaan secara visual sistem udara masuk misal : air inlet duct, filter
udara, sistem control tekanan, dlsb.

Pemeriksaan Sistem Excitasi (diode, sikat arang, motor rheostat, dll), Voltage
Regulator, sistem Pendingin Generator, dlsb.

Pemeriksaan secara visual Trafo Utama, switch gear, TAX, tap exchanger, alat
ukur level, tekanan, temperatur, silicagel, tanki minyak, bushing, bocoran2
pada piping, sistem pendingin, fan radiator, sistem pengaman Bucholz relay,
sight glas, grounding system, hasil pemeriksaan lab M. Trafo, dlsb.

Kesiapan sistem transmisi dan breaker (switch gear) pada jaring2.

Periksa kesiapan MCC (Motor Control Centre).

Periksa Sistem Pemakaian Sendiri, Power suplai untuk kontrol.

Periksa sistem baterai start, dan charger.

Periksa Peralatan Start (Starting Diesel, Motor).

Periksa kesiapan sistem pemadam kebakaran.

Periksa Ratcheting System, Jacking Oil, Turning Gear, atau Rotor Baring
(tergantung sistem mana yang dipakai).

INITIAL RUN.

18

Jalankan, sistem Pelumas.

Jalankan Sistem Ratchet dengan waktu yang cukup (2 X 24 jam).


(Periksa secara visual dan bunyi dari kelancaran perputaran poros Turbine
dan Generator).

Test Diesel Starter atau Motor Starter.

Test Ignition Spark Plug, dan Flame Detector.

Operation Selector dipilih pada Cranking agar kotoran2 atau partikel2


didalam turbine dan kompresor terhembus keluar.

Operation selector dipindah ke Auto (Catat operating time atau waktu startupnya).

Operasikan Unit sampai FSNL (Full Speed No Load), periksa kelainan2 bunyi
yang mencurigakan, apakah Diesel atau Motor starter terlepas sesuai dengan
waktunya, dan cooling down dengan baik, periksa seluruh sistem temperture
bantalan, tekanan M. Pelumas, vibrasi disetiap bantalan, atau badan
compresor, apakah sesuai dengan batasan.

Shut Down Unit, catat waktunya, periksa dari bunyi gesekan2 yang
mencurigakan, selanjutnya periksa apakah Ratcheting System berjalan
dengan baik.

SERVICE RUN TEST.

Unit dijalankan auto sampai FSNL selama 24 jam untuk meyakinkan bahwa
semua sistem berjalan dengan baik.

RUN TEST.
Unit dijalankan sampai FSNL, dibebani/ Load Test (Uji Sinkron).
Lama Pengujian :
a. 1 jam pada beban 50% tanpa berhenti diteruskan,
b. 2 jam pada beban 75% tanpa berhenti diteruskan,
c. 1 jam pada beban 100% tanpa berhenti diteruskan,
d.

1 jam pada beban 110% tanpa berhenti (untuk mesin baru) diteruskan,

e. 3 x 24 jam pada beban 100% tanpa berhenti.

19

2.6.Perhitungan Kemampuan dan Effesiensi Turbine Gas.


2.6.1.

Flow Chart Penilaian Kemampuan pada Base/ Peak load.


Jalankan Unit pada
beban Base/ peak
Base/ Peak (Temp
Contr).
Ambil data

Evaluasi Data

Kesimpulan Kemampuan
Dan Effesiensi

Kemampuan Rendah

Reff : Bandingkan dengan data :


-

Kemampuan Design.
Performance Test Pertama.
Performance Test
Sebelumnya.

Kemampuan Normal
20
Setuju/ dpt disetujui

Periksa Alat2
Instrument
Tidak Normal

Kalibrasi Kembali

Normal

Evaluasi
Kemampuan
Compressor

Ambil Data Baru

Evaluasi Data

Penghitungan
Kemampuan
Kembali
Dst.

Penjelasan.
Jalankan Unit pada beban Base/ Peak (Temp. Control grafik exh temp vs
compressor pressure ratio).
Ambil data-data Utama :

21

Suhu udara luar.


Tekanan udara luar.
Beban generator (diambil dari kwh meter dengan menggunakan Stop Watch).
Cos Q.
Pressure Drop pada Inlet dan Outlet.
Pemakaian b. Bakar.
Suhu b. Bakar.

Penjelasan mengenai gambar dan cara2 pengukuran/ pencatatan.

2.6.2.

Evaluasi Kemampuan :

1. Hitung Output Turbine dengan rumus :


KWS = KWI. fa. fb. fc. PS/ Pi

KWS = daya yang diharapkan disite.


KWi = daya menurut standard.
fa = factor koreksi karena adanya inlet pressure drop.
fb = factor koreksi karena adanya exhaust pressure drop.
fc = factor koreksi karena ambient temperature.
PS/ Pi = factor koreksi karena tekanan atmosfir.
2. Ukur output generator dengan menggunakan KWH meter dan stop watch,
kemudian koreksi dengan adanya perbedaan cos Q dengan standard.
3. Bandingkan 1 dan 2, berapa besar kemampuannya menurun.

2.6.3.

Evaluasi Heat Rate.

1. Hitung pemakaian b. Bakar perjam dari :


- Daily Tank.

Ambil rata2nya setelah yakin alat ukur berfungsi

baik.
- Flow Devider.
- Flow Meter.
2. Hitung pemakaian b. bakar dalam panas (kcal/ kg).
3. Hitung Heat Rate :
2
3.4.3.2

Hitung Heat Rate Standard :


22

Hrs = Hri . fe. ff. fg.


Hrs = heat rate di site.
Hri = heat rate menurut standard.
fe = factor koreksi karena temperature udara luar.
ff = factor koreksi karena inlet pressure drop.
fg = factor koreksi karena outlet pressure drop.
4. Bandingkan antara 3 dan 4.
2.6.4.

Evaluasi effesiensi.

1. Hitung effesiensi global yang diharapkan :

860
Kcal / Kwh
H rs

2. Hitung effesiensi global hasil pengukuran :

860
Kcal / Kwh
3.4.3.3

3. Bandingkan 1 dan 2 .

2.7. Contoh Perhitungan Efesiancy Untuk Beban Base :

Hasil pencatatan setelah dirata-ratakan :

Inlet pressure drop = 29. 3 mm.

Ambient temperature = 28.15

Tekanan udara atmosfire = 1005 mb.

Output generator = 21, 000 Kw.

Cos Q = 0.987

Temerature B. Bakar = 28.66 oC (83.6 oF).

Temperature gas buang = 488.4 oC (911.2 oF).

Tekanan udara keluar compressor :

C (82.67 o F).

23

PCD = 8.4 bars.

Temperatur udara keluar compressor :


CTDA = 323.9 oC (615.1 oF).

Compressor Ratio :
8.40 1.005
9.35
1.005

2.7.1.

Kemampuan Gas Turbine Generator :

1. KWS = KWI. fa. fb. fc. Ps/ Pi .

KWI menurut Spec 418 HB 995 = 23. 750 Kw.


yang sebenarnya = 23. 750 65 = 23. 685 Kw.
Atomizing Air Comp = 65 Kw.
fa = 1 -

0.017 Pa
100

= 1 0.00498 = 0.99
fb = 1 tidak diperhitungkan karena sudah termasuk dalam spec.
fc = 0.90 (Lihat pada grafik no 418 HA996 u/ ambient temperature
82.67 oF).
Ps / Pi =

1005
0.99
1013

KWS = 23. 685. 0.99. 1. 0.90. 0.99 = 20. 892 Kw.


2. Hasil pengukuran pada KWh meter :

KWS = 21. 000 X 0.996 = 20. 916 Kw.

24

3. Perbandingan 1 dan 2.
20. 892 Kw diharapkan.
20.916 Kw terukur.
2.7.2. Perhitungan Heat Rate (Untuk beban puncak).

1. Hasil pengukuran bahan bakar :

Daily tank

= 7. 866 m3/ jam.

Flow Devider = 7. 990 m3/ jam.


Flow Meter
Rata2

= 7. 920 m3/ jam.


= 7. 928 m3/ jam.

2. Pemakaian b. Bakar dalam satuan berat panas.


7.928 X 0.839 (Berat Jenis) = 6651 kg/ Jam.
LHV (nilai kalor b. Bakar) = 10.297 kcal/ kg (hasil dari laboratorium).
FCS (b. Bakar dalam panas) = 6651 X 10.297 = 68.485 kcal/ jam.
3. Hrs =

FCS
K WS (terukur )

68.485
kcal / kwh .
20.916

Hrs = 3,274 kcal/ kwh.


4. Heat Rate Standard :
Hrs = Hri. fe. ff. fg.

25

Hri = 12, 510 BTU/ kwh Spec 418HB995.


= 12, 510. 0.252 = 3, 152 kcal/ kwh.
fe = 1. 02 dengan 82. 67 oF temp udara luar.
Spec 418HA996.
0.007.Pa

100

ff = 1 +

0.007.29.3

100

=1+

= 1.002

fg = 1
Hrs = 3, 152. 1.02.1.002.1
Hrs = 3,221 kcal/ kwh.
5. Bandingkan :
Heat Rate = 3, 221 kcal/ kwh diharapkan.
Heat Rate = 3, 274 kcal/ kwh terukur.
2.7.3. Effesiensi Total :
Untuk membangkitkan 1 kwh dibutuhkan 860 kcal.
S

860
H rs

1. S diharapkan :
860

= 3,221 26.6%
2. S terukur :
26

860

= 3,274 26.2%
3. Bandingkan 1 dan 2.
3. PRINSIP PENGOPERASIAN PLTG.
3.1. Bagian-bagian Utama PLTG.
Untuk memahami pengoperasian PLTG tentunya perlu mengetahui terlebih
dahulu bagian2 dari Peralatan Utama dan Peralatan Bantunya serta fungsi
dari peralatan2 tersebut.
Bagian2 Utama pada turbine gas secara umum yang sederhanan adalah
sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.

Kompresor.
Ruang Bakar.
Turbine.
Reduction Gear.
Generator.

Skema pemasangan dari bagian2 tersebut seperti diperlihatkan pada


gambar dibawah ini. Pada gambar tersebut terdapat pula Diesel Starter,
Starting Cluth, yang termasuk kepada peralatan bantu turbine gas.
Kompresor.
Kompresor pada turbine gas digunakan untuk memampatkan udara yang
berasal dari atmosfir sehingga kandungan energy pada udara tersebut
menjadi naik. Kenaikan energy secara teoritis ideal adalah sama besarnya
dengan kerja yang diperlukan untuk memutar kompresor. Tenaga (kerja)
yang diperlukan untuk memutar kompresor diambil dari tenaga yang
dihasilkan oleh turbine sendiri kira-kira 2/3 bagian tenaga (daya)nya.
Kompresor pada PLTG biasanya multi stage kompresor. Di PLTG Unit IV
tambak lorok untuk kapasitas yang serupa mempunyai 17 tingkat sudu gerak
yang terpasang secara aksial (tipe aksial). Putaran kompresor 5.100 rpm,
tekanan masuk 1 atmosfir (14.7 PSIA). Kompresor demikian termasuk
kompresor dengan kapasitas besar. Tekanan yang dihasilkan kira-kira 7-9 kali
lipat tekanan disisi isapnya, atau dengan kata lain kompresor rationya 7-9.
Udara yang dihasilkan kompresor dipergunakan untuk udara pembakaran,
perapat minyak pelumas pada bantalan No. 1, pendinginan sudu turbine
tingkat 2, rumah turbine, nozel tingkat pertama, dan udara pengabut bahan
bakar. Kompresor tersebut dibagi dalam 4 bagian :

27

1.
2.
3.
4.

Sisi masuk.
Bagian depan.
Bagian belakang.
Sisi keluar/ tekan.

Dibagian sisi masuk terdapat sudu pengarah yang dapat diatur, bantalan No.
1, dan perapat udara tekanan rendah. Sudu pengarah sisi masuk yang dapat
diatur tersebut pada saat start atau pada saat unit tidak beroperasi berada
pada posisi 44o, dan berada pada 80o setelah kecepatan turbine diatas 95%.
Pada bagian depan terdapat susdu stator tingkat 0 s.d 3, pada bagian
belakang terdapat sudu stator tingkat 4 s.d 9, dan pada sisi keluar
kompresor terdapat sudu stator tingkat 10 s.d. 16 dan fan pengarah keluar
tingkat 1 dan tingkat 2.
Ruang Bakar.
Ruang bakar terdiri dari Nozle bahan bakar, pendeteksi nyala api, busi, liner
dan transition piece.
Udara yang digunakan untuk pembakaran digunakan untuk pembakaran
berasal dari sisi keluar kompesor, sedangkan bahan bakar masuk keruang
bakar melalui nozzle yang dipasang pada tutup liner ruang bakar. Bilamana
terjadi pengumpulan bahan bakar akibat terjadinya kegagalan start, bahan
bakar tersebut akan berkumpul pada ruang bakar No. 5 yaitu ruang bakar
yang berada di bagian yang paling rendah. Dengan demikian, pada ruang
bakar No. 5 ini dilengkapi dengan saluran pembuangan bahan bakar. Pada
saluran pembuangan bahan bakar tersebut terdapat sebuah katup yang
bekerja menutup apabila mendapat tekanan udara dari kompresor dan tetap
terbuka bila tidak ada tekanan atau gagal start. Untuk penyalaan digunakan
busi elektroda yang dipasang pada dua buah ruang bakar yaitu pada ruang
bakar No.2 dan No. 3, sedangkan penyalaan pada ruang bakar yang lain
disebabkan oleh adanya pipa saluran penghubung antar ruang bakar (cross
fire tube) yang memberikan penyalaan antar ruang bakar yang satu dengan
yang lain. Sebelum udara keluar kompresor mengalir kedalam ruang bakar,
pertama-tama harus melewati sekeliling transition piece. Hal ini akan
menimbulkan perpindahan panas dari Transition piece ke udara pembakaran
dan sekaligus merupakan pemanas awal bagi udara bakar.
Udara yang mengalir ke dalam ruang bakar (combustion chamber)
mempunyai 3 fungsi antara lain :
1. Memberikan zat pembakar kepada bahan bakar.
2. Mendinginkan bagian-bagian metal (logam) yang dilalui gas panas.

28

3. Menaikkan produksi panas hasil pembakaran


temperature masuk turbine yang dikehendaki.

sesuai

dengan

Disamping itu, untuk mengetahui adanya nyala api atau tidak didalam ruang
bakar, maka dipasang pendeteksi nyala api pada ruang bakar No. 7 dan No.
8.
Turbine.
Di dalam turbine ini, gas hasil pembakaran yang bertemperature dan
bertekanan tinggi diubah menjadi tenaga pada poros untuk memutar
generator dan kompresornya sendiri. Di PLTG Unit IV PLTG Tambak Lorok
Semarang mempunyai 2 tingkat sudu turbine. Sudu tingkat pertama
merupakan sudu yang menerima tekanan tinggi, sedang sudu tingkat 2
merupakan sudu yang menerima tekanan rendah.

Gbr.1 Irisan Memanjang Turbine Gas.

29

Gbr. 2 Turbine Gas Type MS5001.


Generator.
Generator gunanya untuk merubah energy mekanik menjadi energy listrik. Tenaga yang
dihasilkan generator pada PLTG hanyalah kuran lebih 1/3 bagian dari tenaga yang dihasilkan
oleh turbine. Pada PLTG Unit IV Tambak Lorok, tegangan yang dihasilkan adalah 11.000 volts,
yang kemudian dinaikkan menjadi 150.000 volts melalui trafo 27 MVA.
3.2. Peralatan Bantu (Auxiliary Equipment).
Peralatan ini diperlukan untuk menjamin agar turbine dapat dioperasikan secara aman dan
terkendali, mulai dari saat start sampai menghasilkan daya yang dikehendaki.
Peralatan Sistem Start (Starting Device).
Pada saat start kompresor belum berfungsi, sehingga belum ada aliran udara yang masuk
kedalam ruang bakar atau belum ada suplai udara yang diperlukan dalam proses pembakaran
agar dihasilkan gas panas yang dapat memutar sudu turbine. Untuk starting device pada PLTG
atau gas turbine berbagai macam peralatan digunakan diantaranya :
A. Diesel.
B. Motor Listrik.
30

C. Motor Bensin.
D. Generatornya sendiri atau SFC (Starting Frquency Converter).
Untuk starting device yang menggunakan motor bensin hanya digunakan pada gas turbine
dengan kapasitas kecil missal 250 kVA. Di PLTG Tambak Lorok digunakan sebuah motor diesel
Detroit dengan daya 500 HP. Diesel tersebut mempunyai bagian-bagian dan perlengkapan
sebagai berikut :
1. Mesin Diesel.
a. Sistem suplai udara.
b. Sistem exhaust.
c. Sistem bahan bakar.
d. Sistem air pendingin.
e. Sistem pengaturan (throttle system).
2. Torque Conventer.
a. Sistem minyak pelumas converter.
3. Starter Diesel 88 DS.
4. Tachometer (pengukur putaran).
5. Solenoid 20 DT, 20 DV, dan 20 DA.
6. Pressure Switch 63 DM dan 63 QD.
7. Relief Valve VR 13.
Selain itu, diesel ini merupakan mesin dua siklus (2 tak) dengan 12 buah
silinder yang pemasangannya berbentuk V, dengan putaran maksimum 2300
rpm. Air pendingin diesel ini diambil dari system pendingin unit. Selain oleh
beratnya sendiri, air pendingin ini pada diesel dipompa, mengalir melalui
pendingin minyak pelumas dan water jacket menuju rumah thermostat.
Dengan adanya thermostat, sebelum mesin mencapai temperature normal
operasi, air bersirkulasi kembali kesisi masuk pompa. Akan tetapi, bila mesin
telah berada pada temperature normal, thermostat akan membuka dan
kemudian mengembalikan air kembali ke sistem air pendingin Unit.
Temperature normal operasi tersebut berkisar antara 160 o 185oF. Mesin
diesel inipun dilengkapi dengan sebuah governor pembatas putaran mekanik
dan sebuah pengoperasi throttle dua posisi yang dikontrol oleh solenoid
valve 20 DA. Bila solenoid valve 20 DA tidak bekerja maka mesin beroperasi
pada putaran idle. Sebaliknya, bila solenoid valve tersebut bekerja, maka
silinder throttle membuka penuh dan membuat mesin dalam full power
(tenaga yang tinggi). Silinder throttle mendapat suplai minyak dari sebuah
pompa kecil yang digerakkan oleh cam. Apabila throttle berada pada posisi
membuka penuh dan berada pada akhir langkah silinder maka aliran minyak
kembali ke oil carter melalui relief valave VR-13. Bilamana mesin start up, 33
CS (limit switch untuk starting cluth), solenoid 20 DV dan 20 DT harus
bekerja agar diesel starter 88 DS dapat bekerja. Ketika start, pressure switch
31

63 DM bekerja oleh tekanan bahan bakar, kemudian mengakibatkan starter


diesel pada posisi stop. Pada saat tekanan minyak pelumas mengerjakan
pressure switch 63 QD, solenoid 20 DA bekerja mempercepat putaran diesel
menuju putaran penuh. Ketika pada turbine telah terjadi proses pembakaran
dan bahan bakar terus bertambah sehingga putaran turbine naik sampai
turbine dapat memikul beban putarannya sendiri, maka pada putaran 65%
starting cluth membuka secara automatic, mengembalikan kedudukan
kontak limit switch 33 CS untuk membuka. Dengan membukanya limit switch
33 CS, 20 DA de-energized (tidak bekerja), sehingga mesin diesel kembali
pada putaran idle untuk cool down selama 5 menit. Setelah cukup waktu
pendinginannya, mesin berhenti dengan tidak bekerjanya solenoid 20 DV
dan 20 DT yang dikontrol oleh timer 62 DE.
Peralatan System Bahan Bakar.
Peralatan system bahan bakar terdiri dari filter bahan bakar tekanan rendah,
katup penutup bahan bakar, seperangkat katup by pass bahan bakar, filter
bahan bakar tekanan tinggi, pembagi aliran bahan bakar, seperangkat katup
pemilih dan pressure gauge, katup drain start gagal (false start drain valve),
dan macam-macam pressure gauge. Bahan bakar dari tangki terlebih dahulu
dipompa oleh forwading pump, melelui filter bahan bakar tekanan rendah,
kemudian melalui orifice (yang digunakan untuk pengetesan saja), menuju
katup penutup bahan bakar yang akan membuka bila mendapat mendapat
tekanan dari minyak pelumas control dan akan menutup bila terjadi
kehilangan tekanan dari minyak pelumas control tersebut.

Setelah melalui katup penutup, bahan bakar dipompa oleh pompa utama
dan terus mengalir melalui filter bahan bakar tekanan tinggi, menuju ke Flow
Devider yang digerakkan oleh motor 88 FM, yang bekerja selama busi
menyala, (pergerakkan flow devider selanjutnya diakibatkan oleh gerakkan
bahan bakar sendiri) kemudian masuk ke dalam combustion chamber,
seteleh terlebih dahulu melalui check valve. Untuk pengaturan jumlah bahan
bakar yang sesuai dengan kondisi operasi dari turbine gas, maka digunakan
katup by pass bahan bakar yang akan menutup atau membuka untuk
mengembalikan bahan bakar kebagian sisi isap pompa. Menutup atau
membukanya katup tersebut diatur oleh katup servo 65 FP. Katup servo 65
FP ini dalam bekerjanya ditentukan oleh system control speedtronik sehingga
jumlah aliran yang mengalir ke ruang bakar turbine sesuai dengan kondisi
operasinya. Untuk mengamankan pompa bahan bakar dari kemungkinan
terjadinya kerusakan akibat tekanan lebih maka dipasang katup pengaman
VR-4 yang akan mengembalikan bahan bakar ke sisi isap pompa, sehingga
tekanan turun pada batas yang diperbolehkan.
32

Peralatan System minyak Pelumas.


Pada peralatan yang berputar diperlukan sekali system pelumasan. Sistem
pelumasan tersebut harus mempunyai sifat-sifat : dingin, bersih, dan
bertekanan. Minyak pelumas yang bertekanan diperlukan oleh gas turbine
untuk system control hydraulic. Selain untuk keperluan tersebut, minyak
pelumas digunakan untuk pelumasan turbine, generator, accessory gear,
reduction gear, dan peralatan lain yang memerlukannya. Peralatan system
minyak pelumas terdiri dari :
1. Tanki minyak pelumas dengan kapasitas 6.400 liters.
2. Pompa minyak pelumas utama yang digerakkan oleh poros utama
yang digerakkan oleh poros utama melalui accessory gear.
3. Pompa pelumas untuk cooldown dan emergency yang digerakkan oleh
motor listrik AC/ DC.
4. Pendingin minyak pelumas, alat penukar panas minyak-pelumas air.
5. Filter aliran penuh dengan cartridge yang dapat diganti.
6. Katup pelepas tekanan (VR-1) pada sisi tekan pompa minyak pelumas
utama.
7. Katup pengatur tekanan pada bearing header (VPR-2).
8. Katup pengatur tekanan untuk suplai minyak pelumas control.
Viskositas minyak pelumas pada saat start maksimum tidak boleh melebihi
800 S.S.U.
Pada saat normal operasi, minyak pelumas dipompa oleh pompa minyak
pelumas utama melalui alat penukar panas, filter 5 kemudian menuju
bantalan-bantalan dan peralatan lain yang memerlukannya, kemudian
kembali ke tangki. Untuk suplai hydraulic diambil dari OR-1 dan OR-2. Akan
tetapi, pada saat start atau stop dan ratcheting dipergunakan pompa
emergency AC atau DC. Pompa tersebut bekerja sampai putaran turbine
mencapai 95% pada saat start, dan 75% pada saat stop. Setelah putaran
turbine mencapai 0 rpm, selanjutnya Ratcheting Sequence dan pompa
emergency ini tetap bekerja. Pompa dapat di-stop oleh operator setelah
Ratcheting Sequence cukup waktu untuk mendinginkan poros turbine. Pada
saat start/ stop black start tugas ini diambil oleh pompa emergency DC.
Pompa ini bekerja hingga turbine mencapai 40% speed pada saat start, dan
bekerja setelah terjadi drop pada Pressure Switch 63 QL pada periode stop
(shut down). Pada saat-saat Ratcheting, pompa emergency DC hanya bekerja
3 menit 1 kali untuk menghemat baterai.
33

Peralatan Sistem Pendingin.


Sistem pendingin di PLTG Unit IV PLTG Tambak Lorok ini merupakan system
tertutup yang direncanakan untuk menyesuaikan disipasi panas yang
diinginkan dari system minyak pelumas, system udara pengabut, dan mesin
diesel start. Air pendingin dipompa oleh pompa utama dari tangki melalui
VTR-1 (katup yang mengatur masuknya air pendingin) masuk ke dalam Heat
Exchanger. Katup tersebut dikontrol oleh sensor temperature yang dipasang
pada bearing header. Setelah keluar dari Heat Exchanger, aliran dibagi dua.
Salah satu cabang alirannya menuju mesin diesel kemudian kembali ke
tangki, sedangkan cabang aliran yang lain digunakan untuk pendinginan
Atomizing Air Pre-cooler. Air panas yang keluar dari Atomizing didinginkan
oleh pendingin Fan Radiator I yang berada diluar Turbine, kemudian
didinginkan kembali oleh Fan Radiator II (didalam Turbine) dan kembali ke
tanki. Air pendingin keluar dari Atomizing air pre-cooler diatur oleh VTR-2
yang dikontrol oleh sensor temperature yang dipasang pada Atomizing air.
Sistem Udara Pengabut.
Udara pengabut diperlukan untuk pengabutan bahan bakar pada sisi keluar
nozzle bahan bakar, agar pembakaran sempurna. Lebih banyak jenis bahan
bakar dengan viscositas yang sukar untuk dikabutkan. Akan tetapi, bahan
bakar jenis light distillate tidak banyak masalah, bahkan pengabutanya
dapat dibentuk oleh nozzle bahan bakarnya sendiri (nozzle bahan bakar
dengan pengabutan mekanik). Untuk Gas Turbine dengan bahan bakar gas
tidak perlu adanya atomizing air atau pengabutan.

Udara pengabutan diambil dari sisi tekan kompresor (Compressor Discharge)


yang kemudian tekanannya dinaikkan 1.5 kali tekanan udara pada ruang
bakar, oleh sebuah kompresor yang digerakkan accessories gear. Sebelum
kompresor tersebut berfungsi, pada periode start-up pengabutan pertamatama dilakukan oleh pompa pengabut (booster pump) yang digerakkan oleh
sabuk yang dihubungkan dengan starting diesel atau digerakkan oleh motor
listrik. Akan tetapi setelah kompresor utama mencapai tekanan yang cukup
tinggi maka check valve akan dengan sendirinya menutup aliran udara dari
booster, dan booster akan berhenti setelah diesel berhenti. Untuk
mengamankan booster dari tekanan lebih, dipakai relief valve VR-12.
Peralatan system udara pengabut :
a.
b.
c.
d.

Air cleaner PDSI.


Atomizing air pre-cooler Hx-1.
Temperature Switch 26 AA.
Kompresor udara pengabut.
34

e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.

Differential pressure-switch 63 AD-1.


Pulsation Snuber PPD-1.
Atomizing air manifold.
Booster compressor C.A-2.
Relief valve VR-12.
Check Valve.
Unloading Valve VH 15.

Udara dari kompresor utama turbine, melalui separator (untuk mengeluarkan


partikel-partikel asing) didinginkan terlebih dahulu dengan atomizing air precooler, kemudian sebagian ke injector dipakai untuk mengeluarkan uap
minyak dari accessories gear, dan sebagian lagi dimampatkan oleh
kompresor atomizing utama, masuk ke snubber. Dari snubber menuju
atomizing air manifold kemudian keruang bakar. Bila udara atomizing terlalu
panas maka sensor temperature 26 AA akan memberikan alrm ke panel
turbine.
Suplai Hydraulic.
Suplai minyak hydraulic diambil dari system minyak pelumas. Suplai OR-1
digunakan untuk minyak tekanan tinggi servo valve dalam system bahan
bakar, dan untuk inlet guide vane. Suplai dari OR-2 digunakan untuk minyak
tekanan tinggi starting cluth, dan hydraulic ratchet. Ratcheting digunakan
untuk pendinginan poros pada saat stop, sebagai pemutar awal pada saat
start, dan juga untuk keperluan pemeliharaan.
Minyak Pelumas Kontrol.
Minyak pelumas control digunakan untuk system trip turbine. Suplai minyak
control diambil dari OLT yang berasal dari sisi tekan pompa minyak pelumas
pompa utama. Sistem trip mekanik dan system trip elektrik. Sistem trip
mekanik dikerjakan oleh over speed bolt trip, over speed trip valve, dan
manual trip. Pada system trip elektrik dilakukan oleh solenoid valve 20 FL.
Pada saat unit beroperasi 20 FL harus bekerja. Baik pada system elektrik
maupun mekanik kedua-duanya mempunyai prinsif kerja yang sama yaitu
untuk menutup bahan bakar agar unitnya berhenti. Prinsif kerja tersebut
adalah

hanya

menghilangkan

suplai

tekanan

minyak

pelumas

yang

digunakan untuk membuka katup penutup bahan bakar tersebut, sehingga


katup tersebut menutup aliran bahan bakar.

35

3.3. Sistem Kontrol dan Pengaman Turbine.


Sebuah turbine gas mempunyai system control dan pengaman. Sistem
control tersebut mencakup system dan sub-system yang digunakan untuk
mengatur jumlah bahan bakar yang masuk ke Turbine didalam start normal,
operasi, dan pembebanan. System control tersebut terdiri dari : system
control start-up, system control kecepatan, system control temperature, dan
control bahan bakar. System pengaman dipergunakan untuk pengaman pada
start-up normal dan shut down, gangguan-gangguan luar pada saat
pembebanan,

dan

untuk

mencegah

kerusakan

turbine

gas.

System

pengaman tersebut terdiri dari :


1. Sistem pengaman putaran lebih.
2. Sistem pengaman temperature lebih.
3. Sistem pengaman dan pendeteksi vibrasi.
4. Sistem pengaman dan pendeteksi nyala api.
3.4. Prinsif kerja Turbine Gas.
Diesel memutar poros turbine/ kompresor sehingga udara atmosfir yang
diisap

kompresor

dinaikkan

tekanannya

beberapa

kali

lipat.

Udara

bertekanan tinggi yang dihasilkan kompresor tersebut masuk kedalam ruang


bakar. Kedalam ruang bakar itupun dikabutkan bahan bakar sehingga bahan
bakar bercampur dengan udara. Dengan dinyalakannya busi penyala
tegangan tinggi yang terpasang pada ruang bakar, maka terjadilah
pembakaran. Pembakaran berjalan terus menerus selama aliran bahan bakar
tidak berhenti. Gas yang bertekanan dan bertemperatur tinggi dari hasil
pembakaran tersebut mendorong sudu-sudu turbine dan menyebabkan
poros turbine berputar menggerakkan Generator dan peralatan bantu
turbine pada accessories gear.

3.5. SOP PENGOPERASIAN UNIT PLTG.


3.5.1.

Data Referensi dan Pencegahan.


36

Tanggung Jawab Operator.


Hal penting bagi Operator untuk mengetahui atau familier dengan informasi2
sbb :
- Control Specification Drawing.
- P & I Diagram.
- Paham mengenai proteksi electric dan mechanic.
- Paham mengenai batasan2 operasi.
- Paham mengenai pembebanan.
- Paham mengenai kondisi kesiapan Alat Utama dan Alat Bantu Unit
sebelum dioperasikan.
- Paham mengenai first line maintenance yang perlu dilakukan oleh
operator sebelum pekerjaan pemeliharaan yang berat dilakukan oleh
regu pemeliharaan.
Operator juga harus paham bahwa unit baru maupun yang habis overhaul
tidak akan distart sebelum kondisi2 berikut dilakukan :
1. Checks List yang dikehendaki sebelum beroperasi.
2. Sistem control telah diperiksa dan telah sesuai dengan fungsinya.
3. Seluruh SOP tentang operasi telah dipahami.
Hal ini sangatlah penting bahwa operator turbine gas membangun
pengoperasian yang tepat. Kami mengutamakan tunduk kepada aturan2
berikut :
1. Responds terhadap Annunciators :
Investigasi dan perbaiki penyebab2 kondisi yang tidak normal.
Terutama yang menyangkut system proteksi seperti : Low oil pressure,
over temperature, vibrasi, dan overspeed.
2. Periksa system control :
Setelah pemeliharaan atau penggantian/ perbaikan part , fungsi dari
control system perlu diperiksa. Jangan diasumsikan bahwa hasil dari
perbaikan/ pemeliharaan tersebut dianggap sudah baik tetapi hasus
diperiksa atau diuji dulu.
3. Monitoring exhaust temperature selama periode start-up :
Overtemperature dapat menyebabkan bagian2 laluan gas panas dari
turbine akan rusak. Memonitor exhaust temperature pada control yang
tepat setelah pemeliharaan atau start-up. Berhentikan turbine jika
exhaust temperature melebihi level trip normal atau cenderung naik
pada nilai yang tidak seperti biasanya. Terutama pada periode yang
kritis saat terjadi overtemperature selama phase start-up sebelum
37

turbine mencapai governing speed. Pada saat ini udara mengalir


rendah dan turbine tidak dapat melakukan percepatan yang menjauhi
kelebihan bahan bakar.
3.5.2.

Tindakan2 Pencegahan Operasi Yang Umum.

Batasan2 Temperature.
Berdasarkan pada Control Specifications untuk actual exhaust temperature
control setting, adalah penting untuk membatasi pengoperasian pada
baseline value dari exhaust temperature spreads dibandingkan dengan
data yang beikutnya. Data base line ini terutama pada saat steady state
operation setelah unit initial start-up, sebelum dan sesudah keluar
berencana, sebelum dan sesudah pemeliharaan.
Suatu point yang penting, menjaga dan mengevaluasi exhaust temperature
spreads tidak perlu ketinggian spreadnya tetapi perubahan spreadsnya
didalam periode waktu. Pembacaan yang akurat dari exhaust temperature
setiap hari dapat mengindikasikan sebuah persoalan yang berkembang.
Pelajari dan bandingkan dengan Specipication-Setting Drawing untuk
maksimum spreads temperature yang diijinkan dan batasan2 operasi
temperature wheelspace.
Thermocouple wheelspace diidentifikasi bersama dengan nomenclaturnya
pada Device Summary. Sebuah thermocouple yang jelek akan menyebabkan
sebuah High Wheelspace Differential Temperature alarm. Thermocouple
yang jelek tersebut harus segera diganti dengan yang baru secepatnya pada
saat yang tepat.
Bila temperature didalam salah satu wheelspace yang manapun lebih tinggi
seperempat kali dari setting batasan temperature, ini adalah sebuah indikasi
adanya suatu kerusakan. Tingginya wheelspace temperature bisa
disebabkan oleh hal2 berikut ini :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Posisi thermocouple yang tidak tepat.


Seals turbine aus.
Tersumbatnya pipa udara pendingin.
Adanya bocoran pada external piping.
Malfunction pada system pembakaran.
Distorsi yang berlebihan pada exhaust inner difufuser.
Distorsi yang berlabihan pada stator turbine.

38

Periksa wheelspace themperature dengan seksama pada initial start-up. Jika


dengan consistent tinggi, dan dari hasil pemeriksaan kebocoran pada
external piping tidak ada maka bisa menaikkan sedikit besarnya orifice.
Konsultasi dengan General Electric untuk kenaikkan besarnya orifice ini.
Setelah overhaul turbine seluruh besaran orifice harus dikembalikan ke
ukuran aslinya asumsikan bahwa seluruh clearance kembali ke normal dan
bocoran2 telah diperbaiki.
Perhatian :
Jika wheelspace temperature melebihi batasan maksimum temperature
sangat potensial mengakibatkan turbine rusak dalam satu periode waktu.
Kelebihan temperature ditampilkan pada annunciator tapi menyebabkan unit
trip. Pembacaan tempreture wheelspace tinggi harus dilaporkan kepada
teknisi General Electric sesegera mungkin.
Batasan2 Tekanan.
Berdasarkan kepada Device Summary untuk actual pressure setting.
Tekanan minyak pelumas nominal didalam bearing feed header adalah 26
PSIG. Turbine akan trip jika tekanan pada 8 PSIG.
Batasan2 Vibrasi.
Batasan2 vibrasi maksimum untuk gas turbine tidak boleh melebihi 1.0 inch
(2.54 cm)/ second pada arah horizontal maupun vertical.
Tindakan
corrective harus sudah dimulai sejak vibrasi melebihi 0.5 inch/ second (1.27
cmm/ second) seperti diindikasikan pada SPEEDTRONIC control primary
operator interface.
Jika ada keragu-raguan tentang accuracy pembacaan atau jika diinginkan
pengukuran vibrasi yang acurat dapat diukur dengan vibrometer atau
vibration test equipment yang lain.
Load Limit.
Load capability maksimum dari turbine gas diberikan didalam control
specipication. Untuk batasan atas generator capability berdasrkan kepada
Reactive Capability Curve didalam bagian operasi dari GENERATOR AND
ACCESSORIES tab dari Service Manual.
Pembebanan Lebih dari Gas Turbine, yang melibatkan tata cara dan
Kenyataan.
39

Praktisi2 General Electric mendesign gas turbine dengan margine keamanan


untuk mencapai komitment contract dan mempertahankan umur dan tidak
ada masalah dalam pengoperasian. Sehingga pengoperasian maksimum
tanpa masalah dapat dipertahankan.
General Electric mendesign turbine2nya dengan lebih luas daripada
marginenya pada turbine bucket thermal dan dynamic stresses, compressor
dan turbine wheel stresses, generator ventilation, coolers, dlsb.

Gbr. 5 Capability Curve.


Hasilnya adalah design2 turbine lebih teliti daripada yang diperlukan karena
sangatlah penting untuk memuaskan customer dan industry kelistrikan.
Tak perlu dikatakan lagi bahwa turbine tidak dapat dipoperasikan dengan
aman tanpa batasan pembebanan. Bagaimanapun dengan beroperasi diatas
margins design, konsekwensinya adalah memperkecil reabilitas dan
menaikkan biaya pemeliharaan. Secara berurut jika terjadi malfunction
dalam pengoperasian sehingga menghasilkan sesuatu yang dibawah
40

contract maka hal itu bukanlah menjadi tanggung jawab General Electric
Company.
Kenyataan bahwa generator beroperasi pada temperature dibawah 185 oF
(85oC) untuk rotor dan 140 oF (60oC) untuk stator yang diijinkan oleh AIEE
standars. Hal ini tidak berarti bahwa turbine dapat dioperasikan penuh diatas
rating pada name plate. Standard2 ini utamanya adalah untuk memproteksi
ketahanan isolasi dari thermal deterioration pada turbine yang kecil.
Temperature detector yang mengelilingi stator register mencatat
temperturte yang rendah daripada copper karena temperature drop yang
melalui isolasi dari tembaga sampai bagian luar isolasi dimana temperature
detector diletakkan. Disitu juga ada kondisi2 conductor expantions,
insulations stress, dlsb yang significant terhadap batasan2. Factor2 ini harus
sudah diantisipasi didalam Vee curves dan reactive capability curve dari
bagian2 instruksi pengoperasian generator dan mempertimbangkannya
untuk tidak melebihi nilai2 batas yang diberikan.
Mungkin juga pada salah satu Turbine Gas Generator memerlukan
reduction gear diantara Turbine dan Generator untuk memperkecil putaran
generator. Jika turbine diopersikan pada beban melebihi beban maksimum,
reduction gear tersebut pun akan dibebani melebihi kemampuannya
sehingga menurunkan life timenya.
Gas turbine secara mechanical didesign didalam batasan2 yang telah
diterangkan sebelumnya, faedah yang dapat dipakai dengan menaikkan
kapabilitas diatas name plate rating, yang bisa dilakukan pada saat
temperature ambient rendah (karena kenaikkan berat jenis udara), tanpa
melebihi temperature maksimum turbine inlet yang diijinkan.
Batasan beban dari gas turbine generator tidak boleh melebihi walaupun
ambient temperature lebih rendah daripada pada saat load limit gas turbine
tercapai. Pada kondisi ini gas turbine akan beropersi pada batasan beban
dengan sebuah inlet temperature turbine yang lebih rendah dan stresses
design pada load coupling dan poros turbine tidak akan terlampaui.
Jika turbine overload sehingga schedule temperature exhaust turbine tidak
diikuti untuk alasan malfunction atau ketidak tepatan setting dari exhaust
temperature control system, temperature inlet turbine maksimum yang
diijinkan atau exhaust temperature maksimum yang diijinkan atau
kedua2nya akan melebihi dan akan menghasilkan sesuatu yang
berhubungan dengan kenaikkan biaya pemeliharaan dan kasus2 extrim
boleh juga menghasilkan gangguan, kegagalan, atau kerusakan2 dari parts2
turbine. System temperature control akan merasakan temperature exhaust
dan memunculkan bias tertentu untuk membatasi aliran bahan bakar

41

sehingga tidak ada air inlet turbine atau turbine exhaust temperature yang
melebihi.

Fire Protection System Operating Precautions.


Pada saat System fire protection bekerja Turbine akan trip dan sirine
berbunyi pesan alrm pada monitor diruang control muncul. Tingkap yang
membuka didalam compartement akan ditutup oleh sebuah pressure
operated latch dan damper didalam turbine shell cooling discharge akan
bekerja, jika diperlengkapi.
Annunciator dan alrm yang mudah dilihat akan secara tanpa bunyi dengan
mengklik pada alrm SILENCE target. Alrm dapat dihilangkan dari alarm list
pada interface operator utama setelah ACKNOWLEDGE target dan
ALARMRESET target diaktulisasikan tetapi hanya setelah penyebab situasi
alarm dibetulkan.
System fire protection harus ditambah dan direset sebelum hal ini dapat
secara automatic bereaksi menjadi kebakaran lain. Reset harus dilakukan
setelah tiap2 pengaktipan system proteksi yang terdiri dari sebuah initial
discharge (pengosongan pertama) diikuti dengan pengosongan media fire
protection berikutnya. Reset system pemadam kebakaran dilakukan dengan
resetting preesure switch yang berlokasi pada system fire protection.
Damper ventilasi secara automatic akan menutup dengan signal yang
diterima dari system pemadam kebakaran dan harus secara manual dibuka
diadalam seluruh kompartement sebelum turbine start kembali.
CAUTION :
Kesalahan membuka kembali damper ventilasi kompartement akan
memperpendek umur dari major accessory equipment. Kesalahan membuka
kembali load coupling kompartement akan memperkecil performance
generator.
Combustion System Operating Precautions.
Emisi asap hitam yang tiba2 dapat mengindikasikan adanya kemungkinan
kesalahan dari outer casing atau ada persoalan serious dari system
pembakaran.
Jika terjadi emisi asap hitam dari exhaust :
1. Segera shut down turbine.

42

2. Hindari seseorang berada disamping turbine compartement sam pai


turbine berhenti.
3. Hindari seseorang untuk berdiri didepan pintu akses kompartement
yang membuka dengan tekanan.
4. Lakukan pemeriksaan system pembakaran.
Untuk memperkecil kemungkinan terjadinya kesalahan atau gangguan pada
outer casing, operator harus mematuhi hal2 berikut :
1. Selama unit beroperasi, exhaust temperature dimonitor dengan
SPEEDTRONIC control system. Temperture spread dibandingkan
terhadap spreads yang diijinkan dengan diberikan alarm/ trip jika
melebihi batasan2 spread yang diijinkan.
2. Setelah Trip dengan beban 75% keatas, periksa exhaust pada start-up
dari asap hitam dan scan thermocouple exhaust jika terdapat spread
yang tinggi diluar kebiasaan. Catat temperature spread selama normal
start-up untuk dasar tanda2 perbandingan. Adanya peledakan harus
diinvestigasi dan dihindarkan.
3. Ikuti interval pemeriksaan yang direkomendasikan pada combustion
liners, transition pieces, dan fuel nozzles.
Pengoperatian gas turbine tanpa exhaust thermocouple mempertinggi risiko
kebakaran dan mencegah diagnosis problem2 dari pembakaran dengan
menggunakan pembacaan perbedaan temperature.
Untuk mencegah terjadinya hal2 malfunction tersebut diatas operator harus
menjaga jumlah non operational exhaust thermocouple. Maksimum 2 (dua)
tetapi tidak lebih dari 1 (satu) dari 3 (tiga) thermocouple yang berdekatan.
Gas turbine beroperasi dengan sebuah thermocouple yang rusak tidak akan
bermasalah seperti jika satu thermocouple akan menaikkan risiko dari
combustion alarm dan/ atau TRIP yang tidak valid. Unit akan shut down
hanya karena penggantian satu thermocouple yang rusak saja. Bagaimana
pun sangat tidak baik untuk mengganti tehrmocouple2 ketika turbine distop
untuk alas an yang manapun.
Menuruti criteria yang telah disebutkan diatas dan pemeliharaan untuk
pencegahan secara dini seharusnya memperkecil gangguan2 fungsi daripada
proteksi dan control juga sejumlah trip turbine yang tidak perlu.
Cooldown/ Shutdown Precautions.

43

Jika emergency shutdown diperkirakan terjadi akibat kerusakan dari


peralatan yang berputar, jangan dijalankan rotor sehingga Unit shut down.
Amati bekerjanya pompa minyak pelumas, karena kekurangan tekanan
minyak pelumas akan mengakibatkan panasnya bearing. Jika malfunction
sebagai penyebab shut down cepat diperbaiki dan amati tidak ada kerusakan
yang fatal didalamnya.
Jika pada saat terjadi emergency shut down turbine tidak dapat berputar
dengan ratchet, ikuti factor2 berikut :
1. Dalam 20 menit, maksimum, setelah turbine shutdown gas turbine
dapat distart tanpa colddown rotation. Gunakan procedure operasi
normal.
2. Antara 20 menit s/d 48 jam setelah setelah shutdown jangan dilakukan
restat setelah poros turbine dapat diputar setidak tidaknya satu
sampai dua jam.
3. Jika dalam hal unit setelah shut down tidak dapat berputar dengan
alasan apapun, unit harus distop untuk sekurang kurangnya 48 jam
sebelum unit dapat distart tanpa terjadi kerusakan rotor akibat
pembengkokkan.
Caution.
Jika gas turbine tidak dapat ratcheting seperti dalam kasus no 1 dan 2 diatas,
operator harus memperhatikan besaran2 vibrasi ketika turbine mulai
berputar. Jika kecepatan vibrasi melebihi 1 inch/ second pada putaran yang
manapun, unit harus distop dan diputar dengan hydraulic ratchet sekurang
kurangnya 1 jam sebelum diberikan start beikutnya. Jika terjadi suara
benturan2 keras pada saat ratcheting turbine harus di stop dan biarkan idle
sekurang kurangnya 30 jam hingga rotor bebas berputar. Turbine boleh
diputar kapan saja selama periode 30 jam jika bebas. Bagaimanapun suara2
yang dikarenakan rubs perlu diperhatikan/ diperiksa.
Note :
Kecepatan vibrasi harus diukur pada titik2 yang dekat dengan bearing caps.
3.6. PERSIAPAN UNTUK NORMAL LOAD OPERATION.
Standby Power Requirements.
Kesiapan power supply AC sangat mendukung lancarnya pengoperasian Unit.
Kesiapan AC Power digunakan untuk :

44

1. Lube oil heater agar minyak pelumas dapat bersirculasi dan viscositas
minyak pelumas tepat sesuai yang ditentukan.
2. Pemanasan/ pendinginan panel control sesuai kondisi cuaca.
3. Pemanasan generator.
4. Menjalankan Auxiliary Lube Oil Pump yang berjalan secara periodic
untuk mencegah pembentukan karat pada lube oil system.
5. Fuel oil heater jika terpasang untuk mempertahankan viscositas bahan
bakar sesuai yang dikehendaki.
6. Pemanasan/ pendinginan kompartement.
7. Batery charger jika digunakan.
8. Pemanasan air pendingin diesel untuk menjamin kemampuan start
cepat.
Jika diinginkan Black Start, direkomendasikan bahwa turbine distart dan
dibebani didalam 1 jam tanpa supply AC.
Pemeriksaan Menjelang Pengoperasian.
Pemeriksaan2 berikut perlu dilakukan untuk turbine yang baru beropersi
atau turbine sehabis overhaul. Jika diasumsikan bahwa turbine telah
terpasang dengan tepat mengenai alignement, calibrasi speedtronic control
system sudah sesuai spesifikasi. Standby Inspection perlu dilakukan pada
saat pompa minyak pelumas jalan :
1. Periksa seluruh sambungan2 pemipaan, kencangkan baut2 yang
kendor, buka blinds jika digunakan.
2. Inlet dan exhaust plenum dan duct sambungan harus bersih dari
benda2 asing. Seluruh acces pintu terikat.
3. Bila filter bahan bakar, udara atau minyak pelumas baru saja diganti
periksa bahwa senua cover terletak tepat dan terikat kencang.
4. Verifikasi bahwa level minyak pelumas pada tanki berada didalam level
operasi. Jika tanki sudah didrain dan didiisi kembali dengan qualitas
dan jumlah sesuai dengan yang direkomendasikan. Jika lube oil
flushing sudah tersambung diperifikasi bahwa filter sudah diganti dan
blinds jika digunakan sudah dilepas.
5. Periksa pengoperasian dari auxiliary dan emergency equipment seperti
Lube Oil Pumps, water pumps, fuel pumps, dlsb. Periksa terhadap
45

kemungkinan adanya bocoran, vibrasi yang abnormal, suara keras,


atau overheating.
6. Periksa lube oil piping dari bocoran. Periksa secara visual melalui sight
glass bahwa minyak pelumas mengalir dari bearing drains. Turbine
jangan dulu distart jika tidak ada kelihatan aliran pada masing2 flow
sight.
7. Periksa kondisi thermocouple dan Resistance Temperature Detector
(RTD) pada Interface Operator Utama.
8. Periksa penyalaan busi untuk arcing yang tepat. Jika busi tidak bagus
bisa dibersihkan atau diganti jika rusak. Jangan mengetest busi jika
disitu terdapat explosive atmosphere.
9. Yakinkan bahwa system air pendingin sudah bersih diflushing dan didisi
dengan air pendingin yang direkomendasikan.

Berdasarkan kepada Cooling Water Recommendation For Combustion Gas


Turbine Close Cooling System, jangan mengganti anti freeze dari type yang
satu ke yang lain langsung tanpa pertama diflushing terlebih dahulu.
Dalam pengisian system air pendingin, pipa2, primarily pumps, dan flexible
coupling jangan sampai ada bocoran. Hal yang bijak jika tidak menambahkan
corrosion inhibitors sampai diyakinkan tidak ada bocoran.
1. Jika Tuirbine mempunyai sejenis starting diesel, seharusnya ditest
terlebih dahulu dengan push bottom test di ruang accessory gear.
2. Peggunaan peralatan radio transmiting pada saat control panel terbuka
tidak direkomendasikan karena signal tersebut akan menganggu
system bekerjanya peralatan.
3. Periksa Cooiling dan Sealing pipa udara sesuai dengan assembly
drawing dan schematic piping untuk menjamin bahwa plat orifice
sesuai besaran design dan posisi yang direncanakan.
4. Pada waktu yang sama alrm ground fault harus dihilangkan terlebih
dahulu. Unit tidak boleh dioperasikan jika ada indikasi sebuah ground
fault. Inisiatif harus dilakukan untuk melokalisir dan membetulkan
problem ini.
3.7.

PEMERIKSAAN SELAMA START UP DAN INITIAL OPERATION.

Dibawah ini adalah daftar pemeriksaan yang penting untuk unit yang
baru atau baru dioverhaul pada turbine yang mempunyai OPERATION
46

SELECTOR Switch dengan berbagai mode. Sebelum mengoperasikan


turbine terlebih dahulu meriview Control Specipications, Control
System Adjusment. Jika dipergunakan Motor Listrik sebagai peralatan
startnya refer kepada Control Specipication untuk waktu operasi yang
maksimum. Pada saat turbine habis dioverhaul bagian2 peralatannya,
komponent2 yang diganti, atau direpair harus benar2 dimonitor selama
start up dan operasi. Periksa bocran2nya, vibrasinya, suara2 asing,
overheating, lubricating.
Crank.
1. Dengarkan suara2 didalam turbine compartement dan didalam
reduction gear terutama dilokal area.
2. Periksa dari vibrasi yang abnormal.
3. Periksa bocoran2 air pendingin.
Fire.
1. Periksa fuel oil folters jika digunakan. Periksa bocoran system bahan
bakar yang masuk dan area disekeliling fuel nozzle dengan segera.
Titik2 yang perlu diperiksa sebagai berikut :
a. Turbine Compartement.
1. Fuel piping/ Tubing ke fuel nozzle.
2. Fuel checks valve.
3. Atomizing air manifold dan pipa sambungan2nya.
4. Gas manifold dan sambungan2nya.
b. Accessory Compartement.
1. Flow Devider.
2. Fuel dan Water Pumps.
3. Filters Cover dan Drain.
Eliminasi jika terdapat bocoran bahan bakar didalam turbine compartement
untuk mencegah terjadinya kebakaran.
2. Pergunakan cermin untuk melihat sight ports didalam combustion
chamber covers. Periksa bahwa telah terjadi pembakaran pada setiap
chamber. Monitor FLAME status pada CRT untuk meyakinkan bahwa
seluruh flame detector mengindikasikan pembakaran yang benar.
47

3. Monitor pembacaan system control turbine jika ada kelainan exhaust


temperature, monitor wheelspace temperature, lube oil drain
temperature, temperature exhaust yang tertinggi sampai yang
terendah.
4. Dengarkan suara berisik yang kasar.
5. Monitor tingginya vibrasi.
Automatic, Remote.
Pada initial startup, gas turbine diijinkan beroperasi mencapai periode 30
60 menit dalam full speed no load, no load condition. Periode waktu ini
diharapkan untuk meratakan dan menstabilkan pemanasan pada parts dan
fluida. Test dan pemeriksaan dibawah ini tercatat pada Control Specipication
Control Adjusment. Catat data2nya untuk investigasi dan perbandingan
dengan yang akan datang.
1. Monitoring secara routine terhadap suara2 gesekan,
berhentikan unit jika suara tersebut membahayakan.

segera

2. Monitor tanki minyak pelumas. Header dan bearing drain temperature,


secara kontinyu selama periode pemanasan. Perhatikan schematic
piping diagram, adjust temperature regulating valve jika dikehendaki.
3. Pada saat ini ukur besaran vibrasi gunakan IRD equipment (IRD
Mechanalysis) atau peralatan yang setingkat dengan pembacaan pakai
filter dan tanpa filter. Ukur vibrasi axial, horizontal, dan vertical pada :
a. Accessory gear forward dan sides.
b. Seluruh accessible bearing cap pada turbine.
c. Turbine support leg.
d. Reduction gear forward dan after sides, gear dan pinion.
e. Bearing caps pada peralatan2 yang bebeban.
f. Periksa thermocouple exhaust, control, untuk indikasi pada primary
operator interface. Catat nilai2nya untuk referensi yang akan
dating.
4. Periksa indikasi flame detector.
5. Lakukan test electrical dan mechaniocal overspeed.
6. Monitor primary operator interface display data untuk pengoperasian
yang akurat.
48

3.8. PROCEDURE PENGOPERASIAN.


Umum.
Fungsi penjelasan dari primary operator interface main displays berikut tidak
termasuk untuk instalasi panel, calibrasi, dan pemeliharaan.
Penjelasan2 operasi hanya terdiri dari start-up, dan urutan2 stop pada
operasi auto mode. Alarm yang biasa dijumpai. Tidak mencakup untuk inial
operasi turbine. Disini dimaksudkan bahwa initial start-up, calibrasi sudah
dianggap lengkap. Turbine berada dalam colddown, syandby mode, siap
untuk normal operasi, dengan tenega listrik AC dan DC untuk pompa2,
motors, heaters, dan controls, seluruh annunciators drop sudah clear.
Ikuti Control Specification dan Control Sequence Program (CSP) untuk
informasi operasi tambahan dan digram2 yang berkaitan.
Start-up.
Umum.
Pengoperasian sebuah turbine single/ generator dapat diakukan secara
remote atau local.
Penjelasan berikut mengenai, operator, system control, dan mesin untuk
start turbine sudah ready to start.
Starting Procedure :
1. Dengan menggunakan peralatan cursor pilih MAIN DISPLAY dari
Main Menu.
a. Pada display akan ada indikasi speed, temperature, dan berbagai
kondisi. Akan didisplay tiga line pada primary operator interface :
SHUTDOWN STATUS.
OFF COOLDOWN.
OFF.
2. Pilih AUTO dan EXECUTE.
a. Pada display primary operator interface akan berubah menjadi :
STARTUP STATUS.
READY TO START.
49

AUTO.
3. Pilih START dan EXECUTE.
a. Peralatan auxiliary yang terdiri dari sebuah pompa minyak pelumas
yang digerakkan oleh motor akan menghasilkan tekanan. Dengan
adanya tekanan tersebut akan muncul SEQUENCE IN
PROGRESS.
b. Jika dilengkapi dengan starting clutch dan starting clutch tersebut
tidak bergerak, ratchet akan menggerakkan clutch. Dengan
bergeraknya clutch, tekanan minyak pelumas dan permisive2 yang
lain sudah ok pada CRT akan merubah display menjadi :
STARTUP STATUS.
STARTING.
AUTO.
START.
Jika digunakan sebuah diesel untuk start, diesel tsb akan start dan
running idle selama dua menit untuk pemanasan. Setelah periode
warm-up diesel selesai ratchet akan bekerja secara kontinyu dan diesel
menuju percepatan.
Poros turbine akan mulai berputar dan melakukan percepatan. Pada
saat mendekati 10 rpm, hydraulic ratchet akan berhenti. Primary
operator interface display akan berubah ke START-UP STATUS/
CRANKING. Zero speed signal 14HR akan muncul.
Pada saat unit mendekati 16% nominal speed, minimum speed signal
14HM akan muncul. Untuk turbine yang dipasang dengan cooling
water fan yang dayanya langsung dari terminal generator melalui UAT
(Unit Auxiliary Transformer), field flashing akan mulai mengeluarkan
tegangan untuk memberi supply daya pada fan, bisa juga field flashing
untuk menghasilkan tegangan pada generator terjadi pada operating
speed.
Jika konfigurasi unit menghendaki purging lebih dahulu pada laluan
gas, starting device akan crank gas turbine pada speed purging untuk
selama periode yang ditentukan oleh etting dari purge timer.
FSR (Fuel Stroke Reference) akan diset ke nilai firing. FSR adalah signal
electric yang menentukan jumlah bahan bakar yang dimasukkan ke

50

turbine combustion system. Ignition sequence bekerja. Pada display


akan muncul START UP STATUS/ FIRING.
Pada akhir periode ignition (penyalaan), jika tidak terjadi pembakaran,
unit akan kembali ke CRANK mode dan FAILURE TO FIRE alrm
akan muncul pada annunciator. Pada saat ini operator dapat
memberhentikan unit atau mencoba ke firing kembali.
Jika muncul pembakaran akan didisplay indikasi flame didalam empat
combustor yang dipasang flame detectors.
FSR diset kembali ke nilai warm-up, dan akan muncul pada CRT,
STARTUP STATUS/ WARMING UP. Jika pembakaran tidak
berlangsung selama 60 detik pada periode warm-up, FSR akan kembali
direset ke zero. Pada saat ini operator boleh memberhentikan unit atau
mencoba kembali untuk fire. Untuk fire kembali, pilih CRANK pada
main display. Purge dan firing timer kembali bekerja. Pilh kembali
AUTO akan mengulang kembali urutan pembakaran setelah purge
timer berhenti.
Jika unit dalam kondisi dioperasikan dari remote dan tidak terjadi
adanya pembakaran apad akhir periode ignition, unit akan dipurging
untuk bahan bakar yang tidak terbakar. Pada akhir periode purging
(normalnya antara 1 sampai 2 menit) ignition akan berusaha kembali
bekerja. Jika flame tidak muncul juga pada saat ini, urutan start akan
berhenti dan unit akan shut down.
Pada akhir periode warm-up, muncul pembakaran, FSR akan mulai
naik. Kemudian akan muncul indikasi
SATRTUP
STATUS/
ACCELERATING dan kecepatan turbine akan naik. Pada saat
mendekati 50% putaran, accelerating speed 14HA akan muncul di
display.
Turbine akan meneruskan percepatan. Pada saat tubine mencapai 60%
speed, starting device akan lepas dan shut down (jika system start
menggunakan diesel, diesel akan cooldown pada putaran idle sebelum
berhenti),
Ketika turbine mencapai operating speed, operating speed signal
14HS akan muncul. Motor-driven lube oil pump akan shut down
mana kala supply minyak pelumas sudah digantikan dengan pompa
minyak pelumas utama yang digerakkan olehprimary poros sendiri.
Jika synchronizing slector switch (43S) pada generator control panel
pada posisi OFF dan REMOTE tidak dipilih pada primary operator

51

interface, pada saat turbine mencapai operating speed pada primary


operator interface akan terbaca :
RUN STATUS.
FULL SPEED NO LOAD.
AUTO : START.
Jika synchronizing selector switch pada panel generator pada posisi
AUTO dan REMOTE dipilih pada primary operator interface automatic
synchronizing
akan
bekerja.
Pada
display
akan
terbaca
SYNCHRONIZING.
Kecepatan turbine akan menyamakan dengan frequency system
jaringan (kurang dari 1/3 HZ perbedaan) dan jika phase sequence dan
sudutnya sama breaker akan masuk. Unit akan dibebani Spinning
Reserve jika tidak dipilih load control PEAK, BASE, atau
PRESELECTED LOAD.
Pada display akan muncul SPINNING RESERVE, pada saat unit
mencapai tahap ini.
3.9. Synchronizing.
Synchronization generator dapat dikakukan secara automatic atau
manual.
Syarat2 untuk Synchroon adalah sbb :
1. Tegangan generator dan jaringan harus sama.
2. Frequency generator dan jaringan harus sama.
3. Sudut dan urutan phase harus sama.
Untuk manual sysnchroon dilakukan hal2 seperti berikut :
1. Tempatkan synchronizing selector (43S) pada generator panel pada
posisi MANUAL.
2. Pilih AUTO pada primary operator interface Main Display.
3. Pilih START dan EXECUTE pada primary operator interface Main
Display. Hal ini akan menstart turbine dan acceration sampai full
speed no load seperti yang telah diterangkan sebelumnya. Pada
titik ini CRT akan menampilakan RUN STATUS, FULL SPEED NO
LOAD.

52

4. Bandingkan tegangan generator dan jaringan (voltmeters ada pada


generator control panel).
5. Gunakan Voltage adjustment dengan generator dengan RAISE
LOWER pada 90R4 switch pada generator panel.
6. Bandingkan frequency line dan frequency generator pada
synchroscope (lokasi pada generator panel). Jika pointer berputar
CCW (counter clock wise), frequency generator lebih rendah
daripada frequency jaringan. Frequency generator harus dinaikkan
dengan jalan menaikkan kecepatan turbine dengan speed RAISE.
Lampu pada syncchroscope akan berkedip pada saat jarum
penunjuk berputar. Lampu akan menyala pada saat jarum
menunjukkan tepat pada posisi jam 12. Nyala lampu tidak
digunakan untuk synchroon tatapi hanya untuk memperifikasi
ketepatan operasinya synchroscope.
7. Adjust speed sehingga synchroscope berputar searah jarum jam
dan mendekati lima detik per satu putaran atau lebih rendah lagi.
8. Signal CLOSE dari Circuit Breaker generator akan diberikan
ketika jarum hampir mendekati kedudukan 1 menit sebelum posisi
jam 12. Contact Breaker akan close setelah menerima signal.
Untuk Automatic Synchroon dilakukan langkah2 seperti berikut :
1. Tempatkan synchronizing selector switch 43S pada posisi AUTO.
2. Pilih AUTO dan EXECUTE pada primary operator interface Main
Display.
3. Pilih START dan EXECUTE pada primary operator interface Main
Display.
Prosedure ini akan start turbine bahkan sampai Complete Sequence,
matching tegangan dan frequency generator dengan grid, menutup breaker,
dan membebani generator pada preselected SPINNING RESERV. Indikasi
BREAKER CLOSED akan muncul pada saat breaker menutup.
Setelah generator terhubung ke grid aliran bahan bakar dinaikkan ke pick up
load dan eksitasi generator diadjust untuk mencapai KVAR yang diinginkan.
Jika terjadi malfunction pada penutupan breaker akan terjadi hal2 berikut :
1. High vibration trip.
2. Loss of excitation.

53

3. Berbagai tegangan AC drop.

3.10. Normal Load Operation.


Manual Loading.
Manual loading dilakukan dengan cliking pada RAISE/ LOWER targets untuk
Speed/ Load Control pada primary operator interface main Display.
Manual loading dapat juga dilakukan dengan governor control switch
(70R4/CS) pada generator control panel. Gerakkan switch kekanan untuk
naikkan beban, gerakkan kekiri untuk menurunkan beban.
Manual loading melebihi point BASE dan PEAK adalah tidak mungkin,
manual loading rate dapat dilihat pada Control Spesification Setting
Drawing.
NOTE :
Pada saat pembebanan dilakukan secara manual governor control switch
(70R4/CS) untuk perubahan beban tidak lebih dari 25% full load dalam 1
menit.
Automatic Loading.
Pada start up jika no load point dipilih, unit akan dibebani dengan SPINNING
RESERVE, pada beban ini lebih besar sedikit dibanding dengan beban 8 %
dari base rating. Yang bagian pertengahan beban adalah load point
PRESELECTED LOAD, temperature control load points BASE dan PEAK
dapat dipilih kapan saja setelah signal start diberikan. Pemilihan ini akan
didisplay pada primary operator interface. PRESELECTED LOAD adalah
sebuah titik beban yang lebih besar dari SPINNING RESERVE dan kurang
dari BASE, biasanya 50%.
Remote Operation.
Untuk memindahkan turbine control dari control compartement ke peralatan
remote yang jauh, pilih REMOTE pada primary operator interface Main
Display. Turbine dapat dioperasikan dan diparallel, dibebani secara remote.
Jika manual synchron dilakukan pada lokasi remote, synchronizing selector
switch (43S) yang terpasang pada panel generator control panel harus
ditempatkan pada posisi OFF/ REMOTE.
Shut Down dan Cooldown.

54

Normal Shutdown.
Normal Shutdown dilakukan dengan pemilihan STOP pada primary operator
interface Main Display. Proecedure shutdown akan mengikuti
secra
automatic langsung, unloading generator, penurunan speed turbine, fuel
shut off pada bagian speed dan mulai berlangsung urutan cooldown jika unit
mau berhenti.
Emergency Shutdown.
Emergency shutdown dilakukan dengan menekan tombol push bottom
EMERGENCY STOP. Sebuah emergency stop shutdown dapat dilakukan
dengan secara electric maupun mechanic. Secara mekanik dapat menekan
tombol manual emergency trip pada overspeed trip mechanism yang
terpasang disamping accessory gear. Cooldown setelah emergency
shutdown juga secara automatic memberikan permissive untuk operasi stop
yang sesuai.
Cooldown.
Segera berikutnya setelah shutdown, setelah turbine berada didalam fire
mode, rotor diputar untuk memberikan pendinginan yang merata.
Pendinginan pada turbine yang merata untuk mencegah pembengkokan
rotor, gesekan yang tidak seimbang, dan kerusakan2 yang diakibatkan oleh
start tanpa cold down. Turbine dapat distart dan dibebani kapan sa selama
siklus cooldown.
Siklus cooldown mungkin dipercepat dengan menggunakan starting device.
dalam kasus ini akan dioperasikan pada posisi cranking speed. Pada unit
yang mempunyai motor listrik sebagai peralatan startnya, operator harus
mengetahui instructions dari panjangnya waktu kemampuan motor
dioperasikan tanpa overheating.
Peralatan akhir untuk putaran cooldown adalah hydraulic ratchet yang
terpasang pada bagian torque converter. Siklus ratchet sekali setiap 3 menit
untuk berputar sekitar 47o. Penjelasan mengenai ratchet operation dan
maintenance dapat dijumpai pada Starting Sytem. Waktu minimum untuk
cooldown tergantung terutama pada ambient temperature turbine. Factor2
lain seperti arah dan kecepatan angin didalam instalasi outdoor dan udara
yang
menghembus
didalam
instalasi
outdoor.
Waktu
cooldown
direkomendasikan didalam paragraph2 berikut adalah hasil dari pengalaman
operasi General Electric Comppany didalam factory dan field testing dari Gas
Turbine GE. Dipasaran mungkin ditemukan bahwa waktu tersebut dapat
diubah sesuai dengan pengalaman dan diperpanjang dibawah kondisi2 yang
khusus.
55

Waktu Cooldown tidak boleh dipercepat dengan cara misalnya membuka


pintu turbine compartement, Lagging panel karena pendinginan yang
mendadak pada outer casing akan menghasilkan excessive stress.
Unit harus segera hydraulic ratcheting setelah shutdown setidaktidaknya 24
jam atau pada slow roll setidak tidaknya 14 jam untuk menjamin kemanan
dari gesekkan, unbalance pada salah satu subsequence starting. General
Electric Company bagaimanapun merekomendasikan bahwa pengoperasian
hydraulic ratchet kontinyu 48 jam setelah shutdown untuk meyakinkan
ratanya pendinginan rotor.
Untuk memberhentikan cooldown sequence, terlebih dahulu timer time out
memilih Auxiliary Control Display pada primary operator interface. Pilih
RATCHET OFF atau COOLDOWN OFF. Hal ini akan membuat
cooldown auxiliaries stop. Dengan cara yang sama, dengan pilihan
RATCHET ON atau COOLDOWN ON target cooldown auxiliaries akan
start.
3.11. SPECIAL OPERATIONS.
Jogging Turbine Rotor.
Sebuah push bottom (43HR) yang berlokasi diatas accessories base
diberikan untuk manual jogging turbine shaft dengan hydraulic ratchet.
Testing the Emergency DC Lube Oil Pump.
DC emergency pump dapat ditest dengan menggunakan push bottom pada
motor stater di MCC.
Overspeed Trip Checks.
Pengujian system overspeed trip dilakukan biasanya pada sebuah turbine
yang dioperasikan dengan basis pada peaking dan intermittent. Pada
turbine yang beroperasi terus menerus pengujian tersebut dilakukan pada
setiap jadual shutdown dan setiap setelah major overhaul. Seluruh unit harus
diuji setalah periode shutdown dua bulan atau lebih.
Note :
Turbine harus dioperasikan sekurang-kurangnya 30 menits sebelum
pemeriksaan setting overspeed tersebut. Hal ini akan mengikuti actual trip
speed, yang mungkin akan lebih tinggi atau lebih rendah dari COLD trip
speed tergantung dari beberapa factor distribusi seperti temperature minyak
pelumas dan vibrasi.
Electrical Overspeed.
56

Kecepatan turbine dicontrol oleh turbine speed reference signal (TNR).


Maksimum speed dibatasi oleh TNR dengan high speed stop control
constant. Nilai nominalnya pada 107% rated speed. Hal ini memerlukan
masuknya nilai konstanta baru untuk konstanta high speed stop yang
mengijinkan putaran naik diatas electrical overspeed trip setting. Konstanta
baru dapat dimasukkan dengan Control Constant Adjust display diaktipkan
dan melalui <I> keypad. Untuk keamanan sebuah code identifikasi harus
dimasukkan melalui keypad didalam maksud untuk membuat perubahan
pada konstanta system control. Dengan meng adjust konstanta speed stop
yang tingginya lebih dari electriacal overspeed trip, naikan kecepatan unit
secara bertahap dengan menggunakan RAISE target pada <I> Main
Display dan periksa speed pada sesuatu trip unit karena nilai tabulasi Control
Specifications Settinfg drawing.
Perhatian :
1. Jangan melebihi maksimum speed setting
ditentukan didalam Control Specifications.

sebagaimana

yang

2. Kembalikan seluruh konstanta ke nilai normalnya setelah coast down


dari Unit.
Mechanical Overspeed.
Untuk tujuan pemeriksaan Mechanical Overspeed Bolt perlu untuk merubah
konstanta overspeed trip setting electrical untuk menaikkan lebih besar dari
mechanical over speed bolt setting. Pilih Mechanical Overspeed Test dari
User Defined Display Menu. Pilih Enable Softsitches dan Mechanical
Overspeed Test. Dengan demikian, secara automatic mensets electric
overspeed trip setting diatas mechanical oversepeed test setting. Naikan
kecepatan turbine secara bertahap dengan menggunakan RAISE target untuk
Spped/ Load Control pada <I> Main Display dan periksa kecepatan turbine
trips dengan nilai yang ditabulasi didalam Control Specification Setting
Drawing. Electric overspeed trip setting secara automatic revert kepada
original setting (110% TNH) after unit trip.

4. ANALISA KEANDALAN UNIT PLTG.


UMUM.
Untuk mengetahui keandalan suatu pembangkit PLTG dapat dilihat dari
beberapa factor Pengusahaan atau Pengoperasian. Secara umum di PT PLN
57

(persero) biasanya telah ditetapkan kontrak kinerja untuk mengukur


keandalan suatu pembangkit atau suatu Unit antara P2B dan Unit
Pembangkit diantaranya :
-

OAF (Operating Avalabity Factor) = (Jam Operasi + Jam Stand By)/ 24


Jam X 100%.

OF (Operating Factor) = Jam Operasi/ 24 Jam X 100%.

CF (Capacity Factor) = (Produksi KWH Selama 24 Jam/ Daya Terpasang


X 24 Jam) X 100% atau dapat juga (Produksi KWH Selama 1 tahun/
8760 X Kapasitas Terpasang) X 100% .

POF (Planed Outage Factor) = (Jam Keluar Berencana/ 24 Jam) X 100%.

FOF (Force Outage Factor) = (Jam Keluar Paksa/ 24 Jam) X 100%.

Factor2 keandalan diatas bisa dihitung pertahun atau per hari atau keduaduanya tergantung dari kesepakatannya.
Untuk performance Unit PLTG yang baru dapat ditinjau dari :
-

Beban maksimum yang dicapai (perhitungan2 daya yang dihasilkan


setelah

diberikan

factor2

koreksi

(ketinggian,

ambient tempertur, shaft speed ratio,

relative

humidity,

barometric pressure, dlsb)

dibandingkan dengan yang diharapkan (design). Daya hasil hitung >


Daya Yang Diharapkan (Baik pada Base Load maupun pada Peak Load).
-

Heat Rate hasil perhitungan harus > dengan Heat Rate yang
diharapkan (Baik pada Base Load maupun pada Peak Load).

Efeciency (telah dibicarakan dibagian depan).

Diuji selama > 3 X 24 Jam pada beban maksimum tanpa sela harus
dapat beroperasi tanpa gangguan dari Unit itu sendiri.

Untuk performance atau keandalan pada Unit yang lama dapat ditinjau dari :
-

Starting/ Stopping Time.

SFC.

Efeciency.

Heat Rate.
58

Diuji selama > 1 X 24 Jam pada beban maksimum tanpa sela harus
dapat beroperasi tanpa gangguan dari Unit itu sendiri.

Untuk keperluan kontrak antara penjual dan pembeli listrik tergantung dari
kesepakatan ada pula yang mengharuskan Unit beroperasi lebih dari 30 X 24
jam tanpa gangguan dari Unitnya itu sendiri yang tentunya berdasar kepada
kondisi system dan pembangkitnya itu sendiri agar Unit tidak mengganggu
pembangkit yang lainnya pada system jaringan listrik (biasanya untuk
menentukan COD atau Comercial Operation Date/ atau Declaration).

==US==

59

Anda mungkin juga menyukai