Anda di halaman 1dari 7

HERPES SIMPLEKS GENITALIA

Herpes genitalis merupakan infeksi pada genital dengan gejala khas berupa vesikel yang
berkelompok dengan dasar eritem bersifat rekuren. Herpes genitalis terjadi pada alat genital dan
sekitarnya (bokong, daerah anal dan paha). Ada dua macam tipe HSV yaitu : HSV-1 dan HSV-2
dan keduanya dapat menyebabkan herpes genital. Infeksi HSV- sering ditularkan melalui
hubungan seks dan dapat menyebabkan rekurensi dan ulserasi genital yang nyeri. Tipe 1 biasanya
mengenai mulut dan tipe mengenai daerah genital.

I. EPIDEMIOLOGI
Prevalensi anti bodi dari HSV-1 pada sebuah populasi bergantung pada faktor-faktor
seperti negara, kelas sosial ekonomi dan usia. HSV-1 umumnya ditemukan pada daerah oral pada
masa kanak-kanak, terlebih lagi pada kondisi sosial ekonomi terbelakang.
Kebiasaan, orientasi seksual dan gender mempengaruhi HSV-2. HSV-2 prevalensinya lebih
rendah dibanding HSV-1 dan lebih sering ditemukan pada usia dewasa yang terjadi karena kontak
seksual. Prevalensi HSV-2 pada usia dewasa meningkat dan secara signifikan lebih tinggi Amerika
Serikat dari pada Eropa dan kelompok etnik kulit hitam dibanding kulit putih. Seroprevalensi
HSV- adalah 5 % pada populasi wanita secara umum di inggris, tetapi mencapai 80% pada wanita
Afro-Amerika yang berusia antara 60-69 tahun di USA.

Herpes genital mengalami peningkatan antara awal tahun 1960-an dan 1990-an. Di inggris laporan
pasien dengan herpes genital pada klinik PMS meningkat enam kali lipat antara tahun 197-1994.
Kunjungan awal pada dokter yang dilakukan oleh pasien di Amerika Serikat untuk episode
pertama dari herpes genital meningkat sepuluh kali lipat mulai dari 16.986 pasien di tahun 1970
menjadi 160.000 di tahun 1995 per 100.000 pasien yang berkunjung

Disamping itu lebih banyaknya golongan wanita dibandingkan pria disebabkan oleh
anatomi alat genital (permukaan mukosa lebih luas pada wanita), seringnya rekurensi pada pria
dan lebih ringannya gejala pada pria. Walaupun demikian, dari jumlah tersebut di atas hanya 9%
yang menyadari akan penyakitnya.
Studi pada tahun 1960 menunjukkan bahwa HSV-1 lebih sering berhubungan dengan kelainan oral
dan HSV-2 berhubungan dengan kelainan genital. Atau dikatakan HSV-1 menyebabkan kelainan
di atas pinggang dan HSV-2 menyebabkan kelainan di bawah pinggang. Tetapi didapatkan juga
jumlah signifikan genital herpes 0-40% disebabkan HSV-1.
HSV-2 juga kadang-kadang menyebabkan kelainan oral, diduga karena meningkatnya kasus
hubungan seks oral. Jarang didapatkan kelainan oral karena HSV-2 tanpa infeksi genital. Di
Indonesia, sampai saat ini belum ada angka yang pasti, akan tetapi dari satu RS pendidikan, Herpes
genitalis merupakan PMS (Penyakit Menular Seksual) dengan gejala ulkus genital yang paling
sering dijumpai.
II. ETIOLOGI
Herpes genitalis disebabkan oleh HSV atau herpes virus hominis (HVH), yang merupakan
anggota dari famili herpesviridae. Adapun tipe-tipe dari HSV :
1. Herpes simplex virus tipe I : pada umunya menyebabkan lesi atau luka pada sekitar wajah,
bibir, mukosa mulut, dan leher.
2. Herpes simplex virus tipe II : umumnya menyebabkan lesi pada genital dan sekitarnya
(bokong, daerah anal dan paha).

Herpes simplex virus tergolong dalam famili herpes virus, selain HSV yang juga termasuk dalam
golongan ini adalah Epstein Barr (mono) dan varisela zoster yang menyebabkan herpes zoster dan
varicella. Sebagian besar kasus herpes genitalis disebabkan oleh HSV-, namun tidak menutup
kemungkinan HSV-1 menyebabkan kelainan yang sama.

Pada umumnya disebabkan oleh HSV-2 yang penularannya secara utama melalui vaginal atau anal
seks. Beberapa tahun ini, HSV-1 telah lebih sering juga menyebabkan herpes genital. HSV-1
genital menyebar lewat oral seks yang memiliki cold sore pada mulut atau bibir, tetapi beberapa
kasus dihasilkan dari vaginal atau anal seks

III. PATOGENESIS
HSV-1 dan HSV-2 adalah termasuk dalam famili herphesviridae, sebuah grup virus DNA
rantai ganda lipid-enveloped yang berperanan secara luas pada infeksi manusia. Kedua serotipe
HSV dan virus varicella zoster mempunyai hubungan dekat sebagai subfamili virus alpha-
herpesviridae.
Alfa herpes virus menginfeksi tipe sel multiple, bertumbuh cepat dan secara efisien
menghancurkan sel host dan infeksi pada sel host. Infeksi pada natural host ditandai oleh lesi
epidermis, seringkali melibatkan permukaan mukosa dengan penyebaran virus pada sistem saraf
dan menetap sebagai infeksi laten pada neuron, dimana dapat aktif kembali secara periodik.
Transmisi infeksi HSV seringkali berlangsung lewat kontak erat dengan pasien yang dapat
menularkan virus lewat permukaan mukosa.
Infeksi HSV-1 biasanya terbatas pada orofaring, virus menyebar melalui droplet pernapasan,
atau melalui kontak langsung dengan saliva yang terinfeksi. HSV-2 biasanya ditularkan secara
seksual. Setelah virus masuk ke dalam tubuh hospes, terjadi penggabungan dengan DNA hospes
dan mengadakan multiplikasi serta menimbulkan kelainan pada kulit.
Waktu itu pada hospes itu sendiri belum ada antibodi spesifik. Keadaan ini dapat
mengakibatkan timbulnya lesi pada daerah yang luas dengan gejala konstitusi berat. Selanjutnya
virus menjalar melalui serabut saraf sensorik ke ganglion saraf regional dan berdiam di sana serta
bersifat laten. Infeksi orofaring HSV-1 menimbulkan infeksi laten di ganglia trigeminal,
sedangkan infeksi genital HSV-2 menimbulkan infeksi laten di ganglion sakral.
Bila pada suatu waktu ada faktor pencetus (trigger factor), virus akan mengalami reaktivasi
dan multiplikasi kembali sehingga terjadilah infeksi rekuren. Pada saat ini dalam tubuh hospes
sudah ada antibodi spesifik sehingga kelainan yang timbul dan gejala konstitusinya tidak seberat
pada waktu infeksi primer.
Faktor pencetus tersebut antara lain adalah trauma atau koitus, demam, stres fisik atau emosi,
sinar UV, gangguan pencernaan, alergi makanan dan obat-obatan dan beberapa kasus tidak
diketahui dengan jelas penyebabnya. Penularan hampir selalu melalui hubungan seksul baik genito
genital, ano genital maupun oro genital.

IV. GEJALA KLINIK


Infeksi awal dari 6% HSV- dan 7% HSV-1 adalah asimptomatik. Simptom dari infeksi
awal (saat inisial episode berlangsung pada saat infeksi awal) simptom khas muncul antara hingga
9 hari setelah infeksi, meskipun infeksi asimptomatik berlangsung perlahan dalam tahun pertama
setelah diagnosa dilakukan pada sekitar 15% kasus HSV-2. Inisial episode yang juga merupakan
infeksi primer dapat berlangsung menjadi lebih berat. Infeksi HSV-1 dan HSV-2 agak susah
dibedakan.

Tanda utama dari genital herpes adalah luka di sekitar vagina, penis, atau di daerah anus.
Kadang-kadang luka dari herpes genital muncul di skrotum, bokong atau paha. Luka dapat muncul
sekitar 4-7 hari setelah infeksi.
Gejala dari herpes disebut juga outbreaks, muncul dalam dua minggu setelah orang terinfeksi dan
dapat saja berlangsung untuk beberapa minggu. Adapun gejalanya sebagai berikut :
Nyeri dan disuria
Uretral dan vaginal discharge
Gejala sistemik (malaise, demam, mialgia, sakit kepala)
Limfadenopati yang nyeri pada daerah inguinal
Nyeri pada rektum, tenesmus

Tanda (sign) :

Eritem, vesikel, pustul, ulserasi multipel, erosi, lesi dengan krusta tergantung pada tingkat
infeksi.
Limfadenopati inguinal
Faringitis
Cervisitis

a. Herpes genitalia primer


Infeksi primer biasanya terjadi seminggu setelah hubungan seksual (termasuk hubungan oral
atau anal). Tetapi lebih banyak terjadi setelah interval yang lama dan biasanya setengah dari kasus
tidak menampakkan gejala.
Erupsi dapat didahului dengan gejala prodormal, yang menyebabkan salah diagnosis sebagai
influenza. Lesi berupa papul kecil dengan dasar eritem dan berkembang menjadi vesikel dan cepat
membentuk erosi superfisial atau ulkus yang tidak nyeri, lebih sering pada glans penis, preputium,
dan frenulum, korpus penis lebih jarang terlihat.(1)
b. Herpes genitalia rekuren
Setelah terjadinya infeksi primer klinis atau subklinis, pada suatu waktu bila ada faktor
pencetus, virus akan menjalani reaktivasi dan multiplikasi kembali sehingga terjadilah lagi
rekuren, pada saat itu di dalam hospes sudah ada antibodi spesifik sehingga kelainan yang timbul
dan gejala tidak seberat infeksi primer.
Faktor pencetus antara lain: trauma, koitus yang berlebihan, demam, gangguan pencernaan,
kelelahan, makanan yang merangsang, alkohol, dan beberapa kasus sukar diketahui penyebabnya.
Pada sebagian besar orang, virus dapat menjadi aktif dan menyebabkan outbreaks beberapa kali
dalam setahun. HSV berdiam dalam sel saraf di tubuh kita, ketika virus terpicu untuk aktif, maka
akan bergerak dari saraf ke kulit kita. Lalu memperbanyak diri dan dapat timbul luka di tempat
terjadinya outbreaks

Mengenai gambaran klinis dari herpes progenitalis : gejaia klinis herpes progenital dapat ringan
sampai berat tergantung dari stadium penyakit dan imunitas dari pejamu. Stadium penyakit
meliputi :
Infeksi primer - stadium laten - replikasi virus - stadium rekuren

Manifestasi klinik dari infeksi HSV tergantung pada tempat infeksi, dan status imunitas host.
Infeksi primer dengan HSV berkembang pada orang yang belum punya kekebalan sebelumnya
terhadap HSV-1 atau HSV -2, yang biasanya menjadi lebih berat, dengan gejala dan tanda sistemik
dan sering menyebabkan komplikasi.

V. PEMERIKSAAN LABORATORIUM HERPES GENITALIS


Pemeriksaan laboratorium yang paling sederhana adalah Tes Tzank diwarnai dengan pengecatan
giemsa atau wright, akan terlihat sel raksasa berinti banyak. Sensitifitas dan spesifitas pemeriksaan
ini umumnya rendah. Cara pemeriksaan laboratorium yang lain adalah sebagai berikut.

A.Histopatologi

Vesikel herpes simpleks terletak intraepidermal, epidermis yang terpengaruh dan inflamasi
pada dermis menjadi infiltrat dengan leukosit dan eksudat sereus yang merupakan kumpulan
sel yang terakumulasi di dalam stratum korneum membentuk vesikel.(1)

B. Pemeriksaan serologis ( ELISA dan Tes POCK )

Beberapa pemeriksaan serologis yang digunakan:

1. ELISA mendeteksi adanya antibodi HSV-1 dan HSV-.2


Tes POCK untuk HSV- yang sekarang mempunyai sensitivitas yang tinggi.
C .Kultur virus
Kultur virus yang diperoleh dari spesimen pada lesi yang dicurigai masih merupakan prosedur
pilihan yang merupakan gold standard pada stadium awal infeksi. Bahan pemeriksaan diambil
dari lesi mukokutaneus pada stadium awal (vesikel atau pustul), hasilnya lebih baik dari pada
bila diambil dari lesi ulkus atau krusta.

Pada herpes genitalis rekuren hasil kultur cepat menjadi negatif, biasanya hari keempat
timbulnya lesi, ini terjadi karena kurangnya pelepasan virus, perubahan imun virus yang cepat,
teknik yang kurang tepat atau keterlambatan memproses sampel. Jika titer dalam spesimen
cukup tinggi, maka hasil positif dapat terlihat dalam waktu 4-48 jam.

VI. DIAGNOSIS
Secara klinis ditegakkan dengan adanya gejala khas berupa vesikel berkelompok dengan dasar
eritem dan bersifat rekuren. Gejala dan tanda dihubungkan dengan HSV-2. Diagnosis dapat
ditegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan fisis jika gejalanya khas dan melalui pengambilan
contoh dari luka (lesi) dan dilakukan pemeriksaan laboratorium.

Tes darah yang mendeteksi HSV-1 dan HSV- dapat menolong meskipun hasilnya tidak terlalu
memuaskan. Virus kadangkala, namun tak selalu, dapat dideteksi lewat tes laboratorium yaitu
kultur. Kultur dikerjakan dengan menggunakan swab untuk memperoleh material yang akan
dipelajari dari luka yang dicurigai sebagai herpes.

Pada stadium dini erupsi vesikel sangat khas, akan tetapi pada stadium yang lanjut tidak khas
lagi, penderita harus dideteksi dengan kemungkinan penyakit lain, termasuk chancroid dan
kandidiasis. Konfirmasi virus dapat dilakukan melalui mikroskop elektron atau kultur jaringan.

Komplikasi yang timbul pada penyakit herpes genitalis anatara lain neuralgia, retensi urine,
meningitis aseptik dan infeksi anal. Sedangkan komplikasi herpes genitalis pada kehamilan
dapat menyebabkan abortus pada kehamilan trimester pertama, partus prematur dan
pertumbuhan janin terhambat pada trimester kedua kehamilan dan pada neonatus dapat terjadi
lesi kulit, ensefalitis, makrosefali dan keratokonjungtivitis.

Herpes genital primer HSV-2 dan infeksi HSV-1 ditandai oleh kekerapan gejala lokal dan
sistemik prolong. Demam, sakit kepala, malaise, dan mialgia dilaporkan mendekati 40 % dari
kaum pria dan 70% dari wanita dengan penyakit HSV- primer. Berbeda dengan infeksi genital
episode pertama, gejala, tanda dan lokasi anatomi infeksi rekuren terlokalisir pada genital

VII. PENATALAKSANAAN
Sampai sekarang belum ada obat yang memuaskan untuk terapi herpes genitalis, namun
pengobatan secara umum perlu diperhatikan, seperti :

menjaga kebersihan local


menghindari trauma atau faktor pencetus.
Penggunaan idoxuridine mengobati lesi herpes simpleks secara lokal sebesar 5% sampai 40%
dalam dimethyl sulphoxide sangat bermanfaat. Namun, pengobatan ini memiliki beberapa efek
samping, di antaranya pasien akan mengalami rasa nyeri hebat, maserasi kulit dapat juga
terjadi.

Meskipun tidak ada obat herpes genital, penyediaan layanan kesehatan anda akan meresepkan
obat anti viral untuk menangani gejala dan membantu mencegah terjadinya outbreaks. Hal ini
akan mengurangi resiko menularnya herpes pada partner seksual. Obat-obatan untuk
menangani herpes genital adalah

Asiklovir (Zovirus)
Famsiklovir
Valasiklovir (Valtres)

Asiklovir
Pada infeksi HVS genitalis primer, asiklovir intravena (5 mg/kg BB/8 jam selama 5 hari),
asiklovir oral 200 mg (5 kali/hari saelama 10-14 hari) dan asiklovir topikal (5% dalam salf
propilen glikol) dsapat mengurangi lamanya gejala dan ekskresi virus serta mempercepat
penyembuhan.

Valasiklovir
Valasiklovir adalah suatu ester dari asiklovir yang secara cepat dan hampir lengkap berubah
menjadi asiklovir oleh enzim hepar dan meningkatkan bioavaibilitas asiklovir sampai
54%.oleh karena itu dosis oral 1000 mg valasiklovir menghasilkan kadar obat dalam darah
yang sama dengan asiklovir intravena. Valasiklovir 1000 mg telah dibandingkan asiklovir 00
mg 5 kali sehari selama 10 hari untuk terapi herpes genitalis episode awal.

Famsiklovir
Adalah jenis pensiklovir, suatu analog nukleosida yang efektif menghambat replikasi HSV-1
dan HSV-. Sama dengan asiklovir, pensiklovir memerlukan timidin kinase virus untuk
fosforilase menjadi monofosfat dan sering terjadi resistensi silang dengan asiklovir. Waktu
paruh intrasel pensiklovir lebih panjang daripada asiklovir (>10 jam) sehingga memiliki
potensi pemberian dosis satu kali sehari. Absorbsi peroral 70% dan dimetabolisme dengan
cepat menjadi pensiklovir. Obat ini di metabolisme dengan baik.

VIII. PENCEGAHAN
Hingga saat ini tidak ada satupun bahan yang efektif mencegah HSV. Kondom dapat
menurunkan transmisi penyakit, tetapi penularan masih dapat terjadi pada daerah yang tidak
tertutup kondom ketika terjadi ekskresi virus. Spermatisida yang berisi surfaktan nonoxynol-9
menyebabkan HSV menjadi inaktif secara invitro. Di samping itu yang terbaik, jangan
melakukan kontak oral genital pada keadaan dimana ada gejala atau ditemukan herpes oral.
Secara ringkas ada 5 langkah utama untuk pencegahan herpes genital yaitu

1. Mendidik seseorang yang berisiko tinggi untuk mendapatkan herpes genitalis dan PMS
lainnya untuk mengurangi transmisi penularan.
2. Mendeteksi kasus yang tidak diterapi, baik simtomatik atau asimptomatik.
3. Mendiagnosis, konsul dan mengobati individu yang terinfeksi dan follow up dengan tepat.
4. Evaluasi, konsul dan mengobati pasangan seksual dari individu yang terinfeksi.
5. Skrining disertai diagnosis dini, konseling dan pengobatan sangat berperan dalam
pencegahan.

IX. PROGNOSIS
Kematian oleh infeksi HSV jarang terjadi. Infeksi inisial dini yang segera diobati
mempunyai prognosis lebih baik, sedangkan infeksi rekuren hanya dapat dibatasi frekuensi
kambuhnya. Pada orang dengan gangguan imunitas, misalnya penyakit-penyakit dengan tumor
di sistem retikuloendotelial, pengobatan dengan imunosupresan yang lama, menyebabkan
infeksi ini dapat menyebar ke alat-alat dalam dan fatal. Prognosis akan lebih baik seiring
dengan meningkatnya usia seperti pada orang dewasa. Terapi antivirus efektif menurunkan
manifestasi klinis herpes genitalis

Anda mungkin juga menyukai