KELOMPOK :
Pendahuluan
Kemiskinan terus menjadi masalah sosial yang fenomenal di Indonesia. Dalam negara
ini, nampaknya tidak ada persoalan yang lebih besar, selain persoalan kemiskinan.
Kemiskinan telah membuat jutaan anak-anak tidak bisa mengenyam pendidikan yang
berkualitas, kesulitan membiayai kesehatan, kurangnya tabungan dan tidak adanya investasi,
kurangnya akses ke pelayanan publik, kurangnya lapangan pekerjaan, kurangnya jaminan
sosial dan perlindungan terhadap keluarga, menguatnya arus urbanisasi ke kota, dan yang
lebih parah, kemiskinan menyebabkan jutaan rakyat memenuhi kebutuhan pangan, sandang
dan papan secara terbatas.
Kemiskinan merupakan persoalan yang kompleks dan kronis. Karena sangat kompleks
dan kronis, maka cara penanggulangan kemiskinan pun membutuhkan analisis yang tepat,
melibatkan semua komponen permasalahan, dan diperlukan strategi penanganan yang tepat.
Hal tersebutlah yang pada akhirnya membuat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
mengeluarkan sebuah program inisiatif yang bertujuan untuk melakukan pembangunan di
berbagai aspek, baik ekonomi maupun sosial, di negara-negara berkembang, yang dikenal
dengan nama Millennium Development Goals (MDGs), atau Tujuan Pembangunan
Millenium. Salah satu tujuan dari MDGs yaitu mengurangi setengah dari total jumlah orang
miskin dan kelaparan, Pengurangan angka kemiskinan menjadi tujuan utama dari MDGs ini.
Dalam hal ini Agama turut berperan dalam mengurangi angka kemiskinan dan
kelaparan dengan melalui Zakat. Zakat adalah salah satu ibadah pokok yang menjadi
kewajiban bagi setiap individu (Mukallaf) yang memiliki harta untuk mengeluarkan harta
tersebut sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku dalam zakat itu sendiri. Konsep zakat ini
diyakini akan memiliki dampak yang sangat luar biasa. Zakat pun diterapkan agar lilitan
kemiskinan tidak lagi mendera kehidupan manusia.
Zakat bukan semata ibadah vertikal, namun memiliki dampak horisontal yang nyata
bagi manusia itu sendiri. Harta orang-orang kaya lewat ibadah zakat bisa tersalurkan kepada
khalayak fakir-miskin sehingga kelompok fakir-miskin ini dengan bisa menikmati kehidupan
yang layak. Dalam makalah ini kelompok akan mendeskripsikan bagaimana agama
mengaplikasikan melalui zakat dalam mengurangi angka kemiskinan dan kelaparan.
Pemberdayaan menurut bahasa berasal dari kata daya yang berarti tenaga/kekuatan,
proses, cara, perbuatan memberdayakan.1 Pemberdayaan adalah upaya yang membangun
daya masyarakat dengan mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan
potensi yang dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya.2 Pemberdayaan
merupakan suatu hal yang menunjukkan adanya bentuk aktivitas untuk melakukan suatu
kegiatan atau aktivitas yang bermakna dalam membangun atau melaksanakan sesuatu
secara baik. Pemberdayaan suatu proses yang berinisiatif untuk memulai proses kegiatan
sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri.
B. Pengelolan Zakat
Pengelolaan zakat sebagaimana tertuang dalam pasal 1 ayat (1) Undang-undang No.
38 tahun 1999, di definisikan sebagai kegiatan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengawasan terhadap pengumpulan zakat dan pendistribusian serta pendaya gunaan
zakat.3
Di Indonesia secara konstitusional, dalam Pasal 29 ayat (1) UUD 1945 menyatakan
bahwa Negara bendasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Hal ini berarti Negara Republik
Indonesia wajib menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan hukum yang berasal dari
agama dapat terlaksana dengan jalan menyediakan fasilitas dan memberikan dukungan.
Mengingat potensi zakat sangat besar dalam menggerakkan ekonomi masyarakat
Indonesia yang mayoritas memeluk agama Islam yang diperkuat dengan Pasal 29 UUD
1945, maka pada tanggl 23 September Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan
Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat yang diikuti dengan
peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 581 Tahun 1999 tentang
Pelaksanaan Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat yang
kemudian diganti dengan Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 373
Tahun 2003 Zakat sebagai rukun Islam merupakan kewajiban setiap muslim yang mampu
untuk membayar dan diperuntukkan bagi yang berhak.
Dengan pengelolaan yang baik, zakat dapat menjadi sumber dana potensial untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk mencapai harapan ini, pengelolaan zakat
perlu dilakukan secara profesional dan bertanggung jawab. Melalui undang-undang ini
pemerintah mengajak masyarakat untuk bersama-sama mengelola zakat. Pemerintah
berkewajiban memberikan perlindungan, pembinaan dan pelayanan kepada muzakki,
mustahik dan pengelola zakat.
Zakat selain memiliki dimensi ritual dalam rangka melaksanakan perintah dan ajaran
AllahSWT, zakat juga memiliki dimensi sosial yang sangat tinggi, sebab dalam zakat
terdapat unsur mengembangkan sikap gotong royong dan tolong menolong. Zakat dapat
membantu orang-orang yang terjepit kebutuhan dan menyelesaikan hutang bagi orang-
orang yang sedang pailit. Zakat juga menolong orang-orang yang sedang dalam
perantauan, pengungsi, sampai orang tua yang pikun atau jompo. Dengan zakat pula,
dakwah Islam dapat diperluas cakupannya, termasuk untuk menjinakkan hati para
muallaf.
Zakat dipandang sebagai aturan jaminan sosial pertama yang tidak bergantung pada
pertolongan penguasa secara sistematis. Tujuan akhirnya adalah memenuhi kebutuhan
orang-orang yang membutuhkan, baik pangan, sandang, perumahan, maupun kebutuhan
hidup lainnya. Pelaksanaan kewajiban zakat ini sangatlah penting, bahkan Allah sering
mengaitkannnya dengan kewajiban melaksanakan sholat. Dalam penafsiran Muhammad
Abduh, penggabungan antara sholat dan zakat menunjukan peran penting keduanya
dalam kehidupan manusia. Dengan sholat setiap muslim diharapkan memiliki jiwa yang
bersih dan suci dari perbuatan keji dan kotor. Sedangkan dengan zakat, umat Islam
diharapkan menjadi masyarakat yang kokoh dan berpadu dalam segala bidang.
Pada masa awal Islam, zakat merupakan salah satu sumber pendanaan negara dan
sangat berperan aktif dalam memberdayakan serta membangun kesejahteraan umat,
terutama dalam bidang ekonomi. Oleh karena itu, setidaknya terdapat tiga aspek yang
terkait dengan pelaksanaan kewajiban zakat. Pertama, aspek moral dan psikologis, pada
segi ini diharapkan zakat dapat mengikis habis ketamakan dan keserakahan si kaya yang
memiliki kecenderungan cinta harta. Kedua, aspek sosial, dalam hal ini zakat bertindak
sebagai alat khas yang diberikan Islam untuk menghapus taraf kemiskinan masyarakat
dan sekaligus menyadarkan orang-orang kaya akan tanggungjawab sosial yang
dibebankan agama kepada mereka. Dan ketiga, aspek ekonomi, di sini zakat difungsikan
untuk mencegah penumpukan harta pada sebagian kecil orang dan mempersempit
kesenjangan ekonomi dalam masyarakat.
Tahun 2010 lalu, IMZ melakukan riset tentang peran zakat dalam pengentasan
kemiskinan. Hasilnya adalah dari sebanyak 8 lembaga zakat yang dilakukan survey
terhadap program-program pemberdayaan masyarakatnya, menunjukkan bahwa zakat
mampu mengangkat kelompok miskin sebesar 10,79%. Tren kemampuan zakat
mengurangi kemiskinan yang dialami sebagian masyarakat Indonesia semakin mengalami
peningkatan.Informasi yang direlease IMZ bulan Agustus 2011 lalu ternyata peran zakat
dalam pengentasan kemiskinan angkanya meningkat menjadi 24% lebih. Zakat
merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang mampu dan telah memenuhi syarat
dengan ketentuan syariat Islam. Secara yuridis formal keberadaan zakat diatur dalam UU
Nomor 38/1999 tentang Pengelolaan Zakat yang bertujuan untuk membantu golongan
fakir dan miskin, untuk mendorong terlaksananya undang-undang ini pemerintah telah
memfasilitasi melalui Baznas dan Bazda yang bertugas untuk mengelola zakat,infaq, dan
sedekah.
Apabila peran zakat yang sangat strategis ini dapat dilaksanakan dengan baik, dengan
menggunakan manajemen modern, sehingga pengelolaannya professional, disertai dengan
akuntabilitas dan transaparansi, maka pastilah peran zakat yang sangat besar ini, dalam
jangka waktu tiga atau empat tahun ke depan, akan dapat dapat mengentaskan kemiskinan
masyarakat.
Dengan demikian, zakat benar-benar sesuai esensinya yang berarti tumbuh dan
berkembang dengan memutar harta tersebut sehingga menghasilkan dan berkembang
menjadi lebih produktif. Inilah esensi pemberdayaan masyarakat melalui zakat,
mengelola harta umat untuk umat.
Bila zakat sebagai salah satu sistem kehidupan Islam mampu menjawab tantangan
ini, pengentasan kemiskinan di Indonesia tidak akan membutuhkan waktu yang lama.
Jauh dari itu semua, konsep Islam akan semakin terbuka untuk diterima sebagai sistem
hidup seluruh manusia.
4
Nurul Fatikhah, Managemen Strategik Pengelolaan Zakat Produktif, (Studi Kasus pada pos keadilan peduli
umat cabang Yogyakarta), Yogyakarta; Managemen Dakwah UIN-Sunan Kalijaga, 2008)
5
Nuryanto Hari Mukti, Pengaruh Pendayagunaan Zakat Produktif Terhadap Pemberdayaan Ekonomi Umat di
Lembaga Amil Zakat Dompet Duafa Republika Cabang Yogyakarta, (yogyakarta: Fakultas Sariah dan Hukum UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2011)
Badan Amil zakat (BAZ) Kota Blitar? 3) Faktor-faktor apa saja yang menjadi
penghambat dan pendukung bagi Badan Amil Zakat (BAZ) sebagai pengelola zakat di
kota Blitar dalam pengelolaan dan pemberdayaan zakat secara produktif?
Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif, dan jenis penelitian yang
digunakan adalah studi kasus. Untuk menentukan informan penelitian menggunakan
teknik Snowball sampling (teknik bola salju). Hasil dari penelitian ini adalah
pemberdayaan zakat produktif pada badan Amil Zakat (BAZ) kota Blitar terhadap
peningkatan kesejahteraan masyarakat adalah pengelolaan zakat profesi (maal) secara
produktif atau yang biasa berkembang. Pemberdayaaan zakat produktif ini sedikit
banyak dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat baik dari segi keamanan,
ketentraman ataupun kesenangan masyarakat yang bersifat lahiriah maupun batiniah,
material maupun spiritual, dan jasmaniah dan ruhaniyahnya. Faktor-faktor penghambat
bagi BAZ sebagai pengelola zakat di kota blitar dalam pengelolaan dan pemberdayaan
zakat secara produktif adalah terutama terdapat pada pegawai, BAZ dan juga
masyarakat penyalur zakat itu sendiri. Faktor-faktor pendukung bagi BAZ sebagai
pengelola zakat di kota Blitar dalam pengelolaan dan pemberdayaan zakat secara
produktif adalah adanya kerjasama yang baik antara pemerintah dan masyarakat,
kesadaran masyarakat yang sudah semakin tinggi tentang zakat.6
Keempat, Bagus Hufriya, Pengentasan Kemiskinan Melalui Zakat (Studi pada
Yayasan Dana Sosial Al-Falah (YDSF) Cabang Malang).78 Peneliti mengambil lokasi
di YDSF Cabang Malang dengan rumusan permasalahan yang difokuskan pada 2 hal,
yakni; tentang penghimpunan, penyaluran dan pendayagunaan dana zakat, dan tingkat
keberhasilan YDSF cabang Malang dalam pengelolaan dana zakat untuk perwujudan
program pengentasan kemiskinan. Jenis penelitian ini merupakan penelitian studi kasus
terhadap fenomena social dan menggunakan metode pendekatan secara kualitatif.
Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu metode observasi, wawancara dan
dokumentasi. Sedangkan analisis data dilakukan secara deskriptif-kualitatif. Dari hasil
penelitian di YDSF cabang Malang, pengumpulan zakat di YDSF Cabang malang
melalui aspek penyuluhan dan penyadaran melalui medium ceramah, seminar-seminar,
atau bisa juga dalam bentuk talk show di media elektronik, publikasi program di media
cetak serta penerbitan brosur dan buku-buku atau majalah. Untuk penyaluran atau
pendistribusian dan pendayagunaan zakat di YDSF diarahkan untuk kegiatan
pendayagunaan dana yang terbaik dengan mengutamakan kegiatan pada sektor
6
Zulva Dwi Wulandari, Pemberdayaan Zakat Produktif Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat (Studi
Kasus Pada Badan Amil Zakat Kota Blitar), (Tulungagung: Skripsi tidak diterbitkan, 2011
pendidikan, dakwah, yatim, masjid, dan kemanusiaan untuk menunjang peningkatan
kualitas dan kemandirian umat. Program-program pendayagunaan dana YDSF
berorientasi pada dhuafa (poor orientation). Ini terbukti dari programprogram yang
dicanangkan oleh KPI, PUSDA dan PLASMA YDSF.7
Berdasarkan hasil tinjauan terhadap skripsi-skripsi sebelumnya, terlihat bahwa
penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti berbeda dengan penelitian-penelitian
sebelumnya. Hal tersebut juga atas pertimbangan bahwa Rumah Zakat cabang
Yogyakarta ini belum ada penelitian yang berkaitan dengan Pengelolaan Zakat di
Rumah Zakat dalam Mengentaskan Kemiskinan melalui Pemberdayaan.
7
Agus Hufriya, Pengentasan Kemiskinan Melalui Zakat (Studi Pada Yayasan Dana Sosial Al-Falah (YDSF) Cabang
Malang), (Malang: Skripsi tidak diterbitkan, 2007)