DEH disebabkan oleh kontrol abnormal dari proliferasi sel pada epifisis yang terlibat.
Penyebab pasti abnormalitas ini masih belum diketahui, namun saat kelainan ini muncul,
pertumbuhan berlebihan pada tulang dengan cap tulang rawan yang diproyeksikan kearah
b.Manifestasi Klinis
Untuk manifestasi klinis dari DEH, biasanya gejala yang ditemukan pada awal
penyakit adalah pembengkakan lokal yang tidak nyeri tetapi lama kelamaan diikuti dengan
gangguan fungsi dan keterbatasan gerakan pada tungkai yang dikarenakan oleh deformitas
tulang serta adanya edema dan nyeri pada bagian ekstremitas yang mengenai DEH ini. Selain
itu, cara berjalan dan diskrepensi panjang tungkai juga ditemukan dan pada beberapa kasus
24
. Azouz et al. mengklasifikasikan Dysplasia Epiphyseal Hemimelica menjadi 3 bagian,
yaitu27:
Untuk diagnosis DEH ini diperlukan pemeriksaan fisik dan penunjang seperti
histologi, radiologi seperti Rontgen, CT Scan dan MRI. Pada pemeriksaan fisik hampir sama
dengan gejala yang ditemukan seperti penghambatan pergerakan kaki disertai dengan
pembengkakan dan nyeri dan terdapat cara berjalan yang abnormal dan diskrepensi tungkai.
Pada pemeriksaan histologi pada DEH mirip dengan osteokondroma jinak, dimana ditemukan
kartilago hialin yang tidak terorganisasi pada osifikasi enchondral dengan berbagai tahap
Gambar 2.16 (a) Kaki Kanan menunjukkan hambatan dorsifleksi kaki sebelum operasi
dengan posisi posterior dan lateral serta terdapat muscle wasting pada kaki kananberbanding
kaki kiri. 26
Pada tahap awal untuk pemeriksaan rontgen ditemukan lesi irregular (Gambar 2.17
dan Gambar 2.18) yang muncul dari epifisis yang mengenai dan semakin lama bertumbuhnya
terlibat, dan kemudian secara bertahap akan muncul pusat kalsifikasi yang terus tumbuh.
Pada akhirnya akan berosifikasi dan biasanya menjadi konfluen dengan tulang
didasarnya27,28. Terkadang sulit untuk membedakan DEH dengan osteosarkoma parosteal dan
osteoblastoma, khususnya pada stadium awal dan apabila talus juga terlibat, karena talus
Gambar 2.18 (A) Foto rontgen ankle anterior sinistra menunjukkan lesi lobulated, bentuk
ireguler di ruang intra-artikuler sisi medial
kalsifikasi atau osifikasi pada lesi DEH dan bisa menentukan kontuinitas kortikal dan
medulla pada lesi tersebut dan tulang adjacent bone. Selain itu, CT scan amat membantu
Pada pemeriksaan MRI digunakan untuk menentukan ukuran kartilago pada lesi DEH
serta mengetahui keterlibatan epifisis, soft tissue di sekitar tulang dan sendi25,26. Massa DEH
memberikan sinyal yang rendah sampai intermediet pada gambaran T1W dan sinyal tinggi
pada T2W. Saat lesi matang dan berosifikasi sempurna, sinyal yang disampaikan untuk TIW
maupun T2W akan rendah6. MRI berguna pada fase awal penyakit ini, dimana ukuran massa
masih kecil dengan kalsifikasi didalamnya masih dapat diamati. Pada gambaran T1W,
intensitas sinyal akan sama pada kartilago epifisis yang sehat dengan yang terkena penyakit
ini, namun selanjutnya akan menunjukkan spot berukuran kecil dengan intensitas rendah
akibat terjadinya kalsifikasi. Sedangkan pada gambaran T2W, intensitas yang lebih tinggi aka
tampak pada cap kartilago bila dibandingka dengan junction osteokartilago. Pada sendi yang
terlibat akan terlihat bentuk ireguler dan pembengkakan pada tulang dan buktinya akan
terlihat pada soft tissue di sekitarnya.26 Selain itu, jika DEH ini dicurigai mengenai epifisis di
berbagai tempat tulang panjang, boleh dilakukan bone scintigraphy untuk melihat apakah
DEH ini mengenai lebih dari satu epifisis atau tidak karena ia amat penting untuk penilaian
klasifikasi DEh tipe local, klasik atau umum menurut Azouz et al. Pada pemeriksaan bone
d.Tatalaksana
DEH yang menimbulkan gejala dapat dilakukan pembedahan berupa pengeluaran lesi
secara total dari bagian epifisis yang mengenai DEH. Setelah dilakukan pembedahan
biasanya penderita DEH akan mempunyai panjang extrimitas yang sama (equal limb length)
dan 2/3 penderita sudah bisa mengerakkan extrimitas secara total tanpa gangguan pergerakan.
Penderita juga bisa melakukan aktivitas harian seperti biasa tetapi didapatkan 15% penderita
arthrodesis.25,26
Gambar 2.19: Foto intraoperative saat dilakukan pemngeluaran lesi dengan menggunakan insisi
longitudinal medial.6