Anda di halaman 1dari 19

Sistem Informasi Manajemen

Search...

Pages
Beranda

Blogger templates
Archive
2013 (5)
o November (5)
POTENSI PARIWISATA KABUPATEN SIJUNJUNG
Makalah Pengambilan Keputusan Berbasiskan SIM
Kelebihan dan Kelemahan SIM pada Organisasi Publik...
SIM dalam menjalankan fungsi Organisasi
Kendala Penerapan SIMDA

Blogroll
Diberdayakan oleh Blogger.

Beranda

Popular Posts

Makalah Pengambilan Keputusan Berbasiskan SIM

MAKALAH SISTEM INFORMASI MANAJEMEN Tentang PENGAMBILAN


KEPUTUSAN BERBASISKAN SIM Oleh : WINA ARNOVELNI 1101626 ...

Kelebihan dan Kelemahan SIM pada Organisasi Publik dan Swasta serta Perbedaan Web-
site pada Organisasi Publik dengan Swasta
KELEBIHAN DAN KELEMAHAN SIM PADA ORGANISASI PUBLIK DAN
ORGANISASI SWASTA A. Kelebihan SIM pada Organisasi Publik 1. ...

POTENSI PARIWISATA KABUPATEN SIJUNJUNG

POTENSI WISATA ALAM DAN WISATA BUDAYA KABUPATEN SIJUNJUNG


Kabupaten Sijunjung (sebelumnya disebut Kabupaten Sawahlunto Sijunjun...

Kendala Penerapan SIMDA

A. KENDALA PENERAPAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PADA


ORGANISASI PEMERINTAH DAERAH Secara teknis beberapa kendala yang masih
dihada...

SIM dalam menjalankan fungsi Organisasi

SISTEM INFORMASI DALAM ORGANISASI Sistem informasi manajemen


merupakan salah satu konsep yang sangat penting dalam ilmu administ...

Mengenai Saya

Wina Arnovelni
Lihat profil lengkapku

Minggu, 17 November 2013


Makalah Pengambilan Keputusan Berbasiskan SIM
Diposting oleh Wina Arnovelni di 06.44

MAKALAH SISTEM INFORMASI MANAJEMEN


Tentang
PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASISKAN SIM
Oleh :
WINA ARNOVELNI
1101626

PRODI ILMU ADMINISTRASI NEGARA


JURUSAN ILMU SOSIAL POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2013

Dosen Pembimbing .

Aldri Frinaldi, S.H, M.Hum


19700212 199802 1 001

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang selalu melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga makalah ini dapat diselesaikan sebagai tugas mata kuliah
Sistem Informasi Manajemen. Adapun judul makalah ini adalah Pengambilan Keputusan
Berbasiskan SIM.
Selama penulisan makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman
yang telah mau membantu penulis dengan baik serta kepada teman-teman yang memberi
masukan sehingga makalah ini selesai.
Penulis telah menyusun makalah ini dengan semaksimal mungkin dan sebaik-baiknya.
Namun penulis tidak luput dari kesalahan sehingga penulis mengharapkan kedepannya kritik dan
saran demi perbaikan makalah ini pada masa yang akan datang. Akhirnya, penulis berharap
semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak.

Padang, November 2013

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan sistem informasi manajemen telah menyebabkan terjadinya perubahan
yang cukup signifikan dalam pola pengambilan keputusan yang dilakukan oleh manajemen baik
pada tingkat operasional (pelaksana teknis) maupun pimpinan pada semua jenjang.
Perkembangan juga telah menyebabkan perubahan-perubahan peran dari para manajer dalam
pengambilan keputusan, mereka dituntut untuk selalu dapat memperoleh informasi yang paling
akurat dan terkini yang dapat digunakannya dalam proses pengambilan keputusan.
Meningkatnya penggunaan teknologi informasi, khususnya internet, telah membawa
setiap orang dapat melaksanakan berbagai aktivitas dengan lebih akurat, berkualitas, dan tepat
waktu. Setiap organisasi dapat memanfaatkan internet dan jaringan teknologi informasi untuk
menjalankan berbagai aktivitasnya secara elektronis. Para manajer di berbagai organisasi juga
diharapkan dapat dengan lebih mudah untuk menganalisis kinerjanya secara konstan dan
konsisten dengan pemanfaatan teknologi informasi yang tersedia.
Pemanfaatan teknologi informasi ini dikaitkan dengan pentingnya atau bantuannya dalam
proses pengambilan keputusan manajemen. Dapat kita ketahui bahwa masih kurangnya
organisasi baik pada sektor publik maupun organisasi pada sektor swasta yang menerapkan
sistem informasi manajemen dalam pengambilan keputusan, khususnya pada organisasi
pemerintah daerah. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis akan membahas mengenai
pengambilan keputusan yang berbasiskan pada Sistem Informasi Manajemen.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah adalah pengambilan
keputusan berbasiskan sistem informasi manajemen.

C. Tujuan Penulisan
Penulis menulis makalah ini supaya pembaca mengetahui tentang pengambilan keputusan
berbasiskan sistem informasi manajemen.
BAB II
PEMBAHASAN

I. PENGAMBILAN KEPEUTUSAN
A. Pengertian Pengambilan Keputusan
Keputusan (decision) adalah berarti pilihan (choice), yaitu pilihan dari dua atau lebih
kemungkinan. Walaupun keputusan biasa dikatakan sama dengan pilihan, ada perbedaan penting
diantara keduanya.
1. Mc Kenzei melihat bahwa keputusan adalah pilihan nyata karena pilihan diartikan sebagai
pilihan tentang tujuan termasuk pilihan tentang cara untuk mencapai tujuan itu, apakah pada
tingkat perorangan atau kolektif.
2. Mc Grew dan Wilson lebih melihat pada kaitannya dengan proses, yaitu bahwa suatu
keputusan ialah akhir dari suatu proses yang lebih dinamis, yang diberi label pengambilan
keputusan. Dipandang sebagai proses karena terdiri atas satu seri aktifitas yang berkaitan dan
tidak hanya dianggap sebagai tindakan bijaksana.
3. Morgan dan Cerullo mendefinisikan keputusan sebagai sebuah kesimpulan yang dicapai
sesudah dilakukan pertimbangan, yang terjadi setelah satu kemungkinan dipilih sementara yang
lain dikesampingkan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Pengambilan keputusan adalah proses memilih suatu
alternatif cara bertindak dengan metode yang efisien sesuai situasi. Proses tersebut untuk
menemukan dan menyelesaikan masalah organisasi.
Suatu aturan kunci dalam pengambilan keputusan ialah sekali kerangka yang tepat sudah
diselesaikan, keputusan harus dibuat (Brinckloe,1977). Dengan kata lain, keputusan
mempercepat diambilnya tindakan, mendorong lahirnya gerakan dan perubahan (Hill,1979).
Ringkasnya keputusan dibuat untuk mencapai tujuan melalui pelaksanaan dan ini semua
berintikan pada hubungan kemanusiaan. Untuk suksesnya pengambilan keputusan itu maka
sepuluh hukum hubungan kemanusiaan (Siagian,1988) hendaknya menjadi acuan dari setiap
pengambilan keputusan.
A. Proses Pengambilan Keputusan
Ada dua pandangan dalam pencapaian proses mencapai suatu keputusan organisasi
(Brinckloe,1977) yaitu :
1. Optimasi. Di sini seorang eksekutif yang penuh keyakinan berusaha menyusun alternatif-
alternatif, memperhitungkan untung rugi dari setiap alternatif itu terhadap tujuan organisasi.
Sesudah itu memperkirakan kemungkinan timbulnya bermacam-macam kejadian ke depan,
mempertimbangkan dampak dari kejadian-kejadian itu terhadap alternatif-alternatif yang telah
dirumuskan dan kemudian menyusun urut-urutannya secara sistematis sesuai dengan prioritas
lalu dibuat keputusan. Keputusan yang dibuat dianggap optimal karena setidaknya telah
memperhitungkan semua faktor yang berkaitan dengan keputusan tersebut.
2. Satisficing. Seorang eksekutif cukup menempuh suatu penyelesaian yang berasal memuaskan
ketimbang mengejar penyelesaian yang terbaik. Model satisficing dikembangkan oleh Simon
(Simon,1982; roach, 1979) karena adanya pengakuan terhadap rasionalitas terbatas (bounded
rationality). Rasionalitas terbatas adalah batas-batas pemikiran yang memaksa orang membatasi
pandangan mereka atas masalah dan situasi. Pemikiran itu terbatas karena pikiran manusia tidak
megolakan dan memiliki kemampuan untuk memisahkan informasi yang tertumpuk.

B. Unsur Prosedur Keputusan


Di balik suatu keputusan ada unsur prosedur, yaitu pertama pembuatan keputusan
mengidentifikasikan masalah, mengklarifikasi tujuan-tujuan khusus yang diinginkan, memeriksa
berbagai kemungkinan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan mengakhiri proses itu
dengan menetapkan pilihan bertindak. Jadi suatu keputusan sebenarnya didasarkan atas fakta dan
nilai (facts and values). Keduanya sangat penting tetapi tampaknya fakta lebih mendominasi
nilai-nilai dalam menyehatkan keputusan suatu organisasi (Bridges, 1971).

C. Tingkat-Tingkat Keputusan
Brinckloe (1977) menawarkan bahwa ada empat tingkat keputusan yaitu :
1. Keputusan otomatis (outomatic decisions), keputusan yang dibuat dengan sangat sederhana,
meski sederhana informasi tetap diperlukan.
2. Keputusan berdasar informasi yang diharapkan (Expected information decision), tingkat
informasi mulai sedikit kompleks artinya informasi yang ada sudah memberi aba-aba untuk
mengambil keputusan. Tetapi keputusan belum segera diambil karena informasi tersebut perlu
dipelajari.
3. Keputusan berdasar berbagai pertimbangan (factor weighting decisions), informasi-informasi
yang telah dikumpulkan dianalisis, lalu dipertimbangkan dan diperhitungkan sebelum keputusan
diambil.
4. Keputusan berdasar ketidakpastian ganda (Dual uncertainty decisions), dalam setiap informasi
yang ada masih diharapkan terdapat ketidakpastian artinya semakin luas ruang lingkup dan
semakin jauh dampak dari suatu keputusan, semakin banyak informasi yang dibutuhkan semakin
tinggi ketidakpastian itu.

D. Klasifikasi Keputusan
1. Keputusan Terprogram.
Menurut Siagian, S.P. (1993), Keputusan Terprogram adalah tindakan menjatuhkan pilihan yang
berlangsung berulang kali, dan diambil secara rutin dam organisasi. Biasanya menyangkut
pemecahan masalah-masalah yang sifatnya teknis serta tidak memerlukan pengarahan dari
tingkat manajemen yang lebih tinggi. Pengambilan keputusan terprogram akan berlangsung
dengan efektif apabila empat kriteria dasar dipenuhi :
a. Tersedia waktu dan dana yang memadai untuk pengumpulan dan analisis data.
b. Tersedia data yang bersifat kuantitatif.
c. Kondisi lingkungan yang relatif stabil, yang didalamnya tidak dapat tekanan yang kuat untuk
secara cepat melakukan penyesuaian-penyesuaian tertentu terhadap kondisi yang selalu berubah.
d. Tersedia tenaga trampil untuk merumuskan permasalahan secara tepat, termasuk tuntutan
operasional yang harus dipenuhi.

2. Keputusan yang tidak Terprogram.


Biasanya diambil dalam usaha memecahkan masalah-masalah baru yang belum pernah dialami
sebelumnya, tidak bersifat repetitif (berulang-ulang), tidak terstruktur, dan sukar mengenali
bentuk, hakikat dan dampaknya. Keputusan yang tidak Terprogram tidak menyangkut hal-hal
yang sifatnya operasional, akan tetapi menyangkut kebijaksanaan organisasi dengan dampak
yang strategis bagi eksistensi organisasi. (Siagian, S.P.; 1993).

E. Kategori Keputusan
Ditinjau dari sudut perolehan informasi dan cara memproses informasi, keputusan dibagi
empat kategori (Nutt, 1989) :
1. Keputusan Representasi, pengambilan keputusan menghadapi informasi yang cukup banyak dan
mengetahui dengan tepat bagaimana memanipulasikan data tersebut. Keputusan ini banyak
menggunakan model-model matematik seperti operation research, cost-benefit analysis dan
simulasi.
2. Keputusan Empiris, suatu keputusan yang sedikit informasi tetapi memiliki cara yang jelas
untuk memproses informasi pada saat informasi itu diperoleh.
3. Keputusan Informasi, suatu situasi yang banyak informasi tetapi meliputi kontroversi tentang
bagaimana memproses informasi tersebut.
4. Keputusan Eksplorasi, suatu situasi yang sedikit informasi dan tidak ada kata sepakat tentang
cara yang hendak dianut untuk memulai mencari informasi.

F. Proses Pengambilan Keputusan


1. Pendekatan yang interdisipliner.
Proses pengambilan keputusan tidak bisa dilihat sebagai suatu tindakan tunggal dan tidak sebagai
suatu tindakan yang Seragam yang berlaku untuk semua keadaan serta dapat digunakan oleh
pengambil keputusan yang berbeda dengan tingkat efektifitas yang sama. Proses pengambilan
keputusan terdiri dari berbagai ragam keterampilan dan pengetahuan yang diperoleh dari
pengalaman dalam kehidupan berorganisasi.
2. Proses yang sistematis.
Suatu proses logis yang melibatkan pengambilan langkah-langkah secara berturut atau sekuensial
dengan merinci proses tersebut menjadi bagian-bagian yang lebih kecil (pendekatan atomik).
Pendapat lain mengatakan proses pengambilan keputusan menyangkut dengan naluri, daya pikir,
dan serangkaian metode intuitif yang keseluruhannya dirangkum yang menjadi suatu kreatifitas
(pendekatan holistik).
3. Proses berdasarkan informasi.
Pengambilan keputusan tanpa informasi berarti menghilangkan kesempatan belajar secara
adaptif. Seorang manajer harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang Informatika untuk
pengambilan keputusan yang efektif serta harus menuntut agar tersedia baginya informasi yang
memenuhi persyaratan kemutakhiran, kelengkapan, dapat dipercaya dan disajikan dalam bentuk
yang tepat.
4. Memperhitungkan faktor-faktor ketidakpastian.
Betapa pun telitinya perkiraan keadaan, dalamnya kajian terhadap berbagai alternatif, tetap tidak
ada jaminan bebas dari resiko ketidakpastian. Untuk itu pengambilan keputusan harus dapat
Memperhitungkan probabilitas (kemungkinan) keberhasilan atau kekurang-berhasilan
pelaksanaan suatu keputusan.
5. Diarahkan pada tindakan nyata.
Mengambil suatu tindakan harus dapat ditentukan secara pasti, kapan pemecahan berakhir dan
proses pengambilan keputusan dimulai. Masalah dan sasaran sering mempunyai siklus
pertumbuhan dan penyusutan, demikian juga faktor-faktor yang mempengaruhi. Hal tersebut
harus dikenali secara tepat karena akan sangat mempengaruhi keputusan untuk bertindak atau
tidak bertindak.

G. Teknik-teknik Pengambilan Keputusan. (Siagian, S.P. (25-26;1993).


1. Brainstorming
Jika sekelompok orang dalam suatu organisasi menghadapi suatu situasi problematic
yang tidak terlalu rumit, dan dapat diidentifikasikan secara spesifik mereka mengadakan diskusi
dimana setiap orang yang terlibat diharapkan turut serta memberikan pandangannya. Pada akhir
diskusi berbagai pandangan yang dikemukakan dirangkum, sehingga kelompok mencapai suatu
kesepakatan tentang cara-cara yang hendak ditempuh dalam mengatasi situasi problematic yang
dihadapi. Penting diperhatikan dalam teknik ini yaitu :

a. Gagasan yang aneh dan tidak masuk akal sekalipun dicatat secara teliti.
b. Mengemukakan sebanyak mungkin pendapat dan gagasan karena kuantitas pandanganlah yang
lebih diutamakan meskipun aspek kualitas tidak diabaikan.
c. Pemimpin diskusi diharapkan tidak melakukan penilaian atas sesuatu pendapat atau gagasan
yang dilontarkan, dan peserta lain diharapkan tidak menilai pendapat atau gagasan anggota
kelompok lainnya.
d. Para peserta diharapkan dapat memberikan sanggahan pendapat atau gagasan yang telah
dikemukakan oleh orang lain.
e. Semua pendapat atau gagasan yang dikemukakan kemudian dibahas hingga kelompok tiba pada
suatu sintesis pendapat yang kemudian dituangkan dalam bentuk keputusan.
2. Synetics
Seorang diantara anggota kelompok peserta bertindak selaku pimpinan diskusi. Diantara para
peserta ada seorang ahli dalam teori ilmiah pengambilan keputusan. Pimpinan mengajak para
peserta untuk mempelajari suatu situasi problematik secara menyeluruh. Kemudian masing-
masing anggota kelompok mengetengahkan daya pikir kreatifnya tentang cara yang dipandang
tepat untuk ditempuh. Selanjutnya pimpinan diskusi memilih hasil-hasil pemikiran tertentu yang
dipandang bermanfaat dalam pemecahan masalah. Dan tenaga ahli menilai melakukan penilaian
atas berbagai gagasan emosional dan tidak rasional yang telah disaring oleh pimpinan diskusi
serta kemudian menggabungkannya dengan salah satu teori ilmiah pengambilan keputusan dan
tindakan pelaksanaan yang diambil.
3. Consensus thinking
Orang-orang yang terlibat dalam pemecahan masalah harus sepakat tentang hakikat, batasan dan
dampak suatu situasi problematik yang dihadapi, sepakat pula tentang teknik dan model yang
hendak digunakan untuk mengatasinya. Teknik ini efektif bila beberapa orang memiliki
pengetahuan yang sejenis tentang permasalahan yang dihadapi dan tentang teknik pemecahan
yang seyogyanya digunakan. Orang-orang diharapkan mengikuti suatu prosedur yang telah
ditentukan sebelumnya. Kelompok biasanya melakukan uji coba terhadap langkah yang hendak
ditempuh pada skala yang lebih kecil dari situasi problematik yang sebenarnya.

4. Delphi
Umumnya digunakan untuk mengambil keputusan meramal masa depan yang diperhitungkan
akan dihadapi organisasi. Teknik ini sangat sesuai untuk kelompok pengambil keputusan yang
tidak berada di satu tempat.
5. Fish bowling
Sekelompok pengambil keputusan duduk pada suatu lingkaran, dan di tengah lingkaran ditaruh
sebuah kursi. Seseorang duduk di kursi tersebut hanya dialah yang boleh bicara untuk
mengemukakan pendapat ide dan gagasan tentang suatu permasalahan. Para anggota lain
mengajukan pertanyaan, pandangan dan pendapat. Apabila pandangan orang yang duduk di
tengah tersebut telah dipahami oleh semua anggota kelompok dia meninggalkan kursi dan
digantikan oleh orang yang lain untuk kesempatan yang sama. Setelah itu semua pandangan
didiskusikan sampai ditemukan cara yang dipandang paling tepat.
6. Didactic interaction
Digunakan untuk suatu situasi yang memerlukan jawaban ya atau tidak. Dibentuk dua
kelompok, dengan satu kelompok mengemukakan pendapat yang bermuara pada jawaban ya
dan kelompok lainnya pada jawaban tidak. Semua ide yang dikemukakan baik pro maupun
kontra dicatat dengan teliti. Kemudian kedua kelompok bertemu dan mendiskusikan hasil catatan
yang telah dibuat. Pada tahap berikutnya terjadi pertukaran tempat. Kelompok yang tadinya
mengemukakan pandangan pro beralih memainkan peranan dengan pandangan kontra.

7. Collective bargaining
Dua pihak yang mempunyai pandangan berbeda bahkan bertolak belakang atas suatu masalah
duduk di satu meja dengan saling menghadap. Masing-masing pihak datang dengan satu daftar
keinginan atau tuntutan dengan didukung oleh berbagai data, informasi dan alasan-alasan yang
diperhitungkan dapat memperkuat posisinya dalam proses tawar-menawar yang terjadi. Jika pada
akhirnya ditemukan bahwa dukungan data dan informasi serta alasan-alasan yang dikemukakan
oleh kedua belah pihak mempunyai persamaan, maka tidak terlalu sukar untuk mencapai
kesepakatan. Tetapi sebaliknya, pertemuan berakhir tanpa hasil yang kemudian sering diikuti
dengan timbulnya masalah yang lebih besar.

H. Metode Pengambil Keputusan


Gortner (1987) lebih cenderung menganalisis pengambilan keputusan dari sudut metode.
Ada empat metode pengambilan keputusan yang dianggap lazim dipergunakan dalam
pengambilan keputusan organisasional.
Metode pertama adalah metode rasional yang disebut juga model rasional. Ini adalah
metode klasik yang secara implicit mencakup model birokratik dari pengambilan keputusan.
Metode kedua, adalah metode tawar-menawar incremental (incremental-bargaining) yang
dipandang sebagai model paling dasar aktifitas politik, yaitu penyelesaian konflik melalui
negosiasi. Karakteristik dari incremental ialah bahwa keputusan tentang suatu kebijakan terjadi
dalam bentuk langkah-langkah kecil karenanya tidak terlalu jauh dari status quo.
Metode ketiga yang disebut metode agregatif (aggregative methods) mencakup antara
lain teknik Delphi dan teknik-teknik pengambilan keputusan yang berkaitan. Konsensus dan
peran serta merupakan karakteristik utama dari metode agregatif.
Metode keempat adalah metode keranjang sampah (the garbage-can) atau nondecision-
making model yang dikembangkan oleh March dan Olsen (1979). Model keranjang sampah
menolak model rasional bahkan rasional-inkremental yang sederhana sekalipun. Ia lebih tertarik
pada karakter yang ditampilkan dalam keputusan, pada isu yang bermacam-macam dari peserta
pengambil keputusan dan masalah-masalah yang timbul pada saat itu. Sering kali keputusan
yang diambil tidak direncanakan sebagai akibat dari perdebatan dalam kelompok.

I. Teori-Teori Pengambilan Keputusan


Sehubungan dengan pendekatan yang telah diutarakan, lahirlah berbagai aliran yang
menampilkan teori-teori pengambilan keputusan yang berbeda (Brinckloe, 1977) yaitu :
1. Aliran Birokratik (Bureaucratic School)
Teori ini memberi tekanan yang cukup besar pada arus dan jalannya pekerjaan dalam struktur
organisasi. Tugas dari eselon bawah ialah melaporkan masalah, memberi informasi, menyiapkan
fakta dan keterangan-keterangan lain kepada atasannya. Dengan segala pengetahuan,
keterampilan dan kemampuannya, atasan membuat keputusan setelah mempelajari semua
informasi.
2. Aliran Manajemen Saintifik (Scientific Management School)
Teori ini menekankan pada pandangan bahwa tugas-tugas itu dapat dijabarkan ke dalam elemen-
elemen logis, yang dapat digambarkan secara saintifik. Sementara manajemen sendiri memiliki
kemampuan untuk menganalisis dan menyelesaikan suatu masalah.
3. Aliran Hubungan Kemanusiaan (Human Relations School)
Teori ini menganggap bahwa organisasi dapat berbuat lebih baik apabila lebih banyak perhatian
yang diberikan kepada manusia dalam organisasi, seperti yang menimbulkan kepuasan kerja,
peran serta dalam pengambilan keputusan, memberlakukan organisasi sebagai suatu kelompok
social yang mempunyai tujuan. Selain itu kebutuhan dan keinginan anggota selalu
dipertimbangkan dalam membuat keputusan.
4. Aliran Rasionalitas Ekonomi (Economic Rasionality School)
Teori ini mengakui bahwa organisasi adalah suatu unit ekonomi yang mengkonversikan masukan
(input) menjadi keluaran (output) dan yang harus dilakukan dengan cara yang paling efisien.
Menurut aliran ini suatu langkah kebijakan akan terus berlangsung sepanjang itu mempunyai
nilai yang lebih tinggi daripada biayanya.
5. Aliran Satisfacing
Aliran ini tidak mengharapkan suatu keputusan yang sempurna. Aliran ini yakin bahwa para
manajer yang selalu dipenuhi berbagai masalah mampu membuat keputusan yang rasional.
6. Aliran Analisis Sistem
Aliran ini percaya bahwa tiap masalah berada dalam suatu system yang terdiri dari berbagai sub
sistem yang keseluruhannya merupakan satu kesatuan.

II. SISTEM INFORMASI MANAJEMEN


Sistem diartikan sebagai suatu kumpulan atau himpunan dari unsur, komponen, atau
variabel-variabel yang terorganisasi, saling berinteraksi, saling tergantung satu sama lain, dan
terpadu.
Data dan Informasi merujuk kepada fakta-fakta baik berupa angka-angka, teks,
dokumen, gambar, bagan, suara yang mewakili deskripsi verbal atau kode tertentu, dan
semacamnya. Apabila ia telah disaring dan diolah melalui suatu sistem pengolahan sehingga
memiliki arti dan nilai bagi seseorang, maka data itu berubah fungsi menjadi informasi. Dengan
demikian yang dipakai orang di dalam membuat keputusan adalah informasi, bukan data.
Menurut Murdick Etal (1984) :
1. Data adalah fakta yang tidak sedang digunakan pada proses keputusan, biasanya dicatat dan
diarsipkan tanpa maksud untuk segera diambil kembali untuk pengambilan keputusan.
2. Informasi terdiri data yang telah diambil kembali, diolah atau digunakan untuk memberi
dukungan keterangan bagi pengambilan kesimpulan, argumentasi atau sebagai dasar untuk
peramalan atau pengambilan keputusan. Informasi adalah data yang telah disusun sedemikian
rupa sehingga bermakna dan bermanfaat karena dapat dikomunikasikan kepada seseorang yang
akan menggunakannya untuk membuat keputusan.
Manajemen merupakan suatu proses atau kegiatan yang dilakukan oleh seorang
pimpinan atau manajer di dalam organisasi untuk mencapai tujuan bersama.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Sistem Informasi manajemen adalah suatu sistem yang
diciptakan untuk melaksanakan pengolahan data yang akan dimanfaat oleh suatu organisasi.

III. CONTOH PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASISKAN SIM


Sesuai dengan tujuannya, sistem informasi manajemen diharapkan mampu membantu
setiap orang yang membutuhkan pengambilan keputusan dengan lebih tepat dan akurat.
Dalam usaha memecahkan suatu masalah, pemecah masalah mungkin membuat banyak
keputusan. Keputusan merupakan rangkaian tindakan yang perlu diikuti dalam memecahkan
masalah untuk menghindari atau mengurangi dampak negatif, atau untuk memanfaatkan
kesempatan.
Pentingnya manajemen membutuhkan sistem pendukung yang mampu untuk
meningkatakan pengambilan keputusannya.
1. Keputusan untuk membangun sistem informasi yang dapat memenuhi kebutuhan manajemen
tingkat atas.
Dengan hanya mengandalkan sistem informasi manajemen tanpa bantuan sistem pendukungnya,
sulit bagi manajemen terutama di tingkat atas untuk mengambil keputusan yang strategis. Hal ini
disebabkan karena umumnya pengambilan keputusan yang strategis tersebut lebih bersifat
kebijakan dengan dampak luas dan/atau pada situasi yang tidak terstruktur.
2. Kebutuhan untuk menciptakan pelaporan dan proses pengambilan keputusan yang memiliki arti
(makna)
Manajemen di sini didorong untuk bagaimana mengembangkan pelaporan yang lebih baik lagi
untuk pengukuran kinerja aktivitas yang dilaksanakannya dan menginformasikan berbagai tipe
pengambilan keputusan yang baru. Dengan bantuan sistem pendukung yang disiapkan, maka hal
ini akan lebih memungkinkan manajemen untuk mendapatkan pelaporan dan proses pengambilan
keputusan yang lebih baik lagi.
Contohnya saja pengambilan keputusan berbasiskan SIM adalah dalam kenaikan pangkat,
dan juga sistem penghitungan suara dalam pemilihan umum (pemilu). Yang mana kepastian
mengenai jumlah suara yang diperoleh masing-masing kontestan di dalam pemilu sangat penting
di dalam melihat aspirasi masyarakat, setidak-tidaknya aspirasi yang terlihat dari partai yang
mendapat suara terbanyak untuk meneruskan program-program pembangunan. Seiring dengan
upaya untuk terus mengembangkan sistem pemilu yang demokratis, penghitungan suara yang
efisien dan akurat akan sangat menentukan bagi penentuan keputusan nasional mengenai jatah
kursi bagi wakil-wakil rakyat yang akan duduk di Dewan Perwakilan Rakyat. Karena itu
keputusan yang didukung oleh sistem ini merupakan keputusan politis yang sangat amat
strategis. Pembahasan mengenai komputerisasi penghitungan suara dalam Pemilu tidak akan
dilakukan sampai sangat rinci karena memang terbatasnya referensi yang terdokumentasi. Dalam
hal ini referensi pokok yang diambil adalah tulisan dari seorang staff pengolahan data
profesional yang pernah terlibat langsung di Posko (Pos Komando) penghitungan suara Pemilu
(C.S. anomdipoetro, 1987).
Tugas penghitungan suara hasil Pemilu dilaksanakan terutama oleh Lembaga Pemilihan
Umum (LPU) di bawah pengawasan Departemen Dalam Negeri. LPU menugasi posko yang
berisi staff terdiri beberapa komponen utama, yaitu :
1. Bakorsiskom (Badan Koordinasi Sistem Telekomunikasi), dibentuk terutama untuk menangani
sistem telekomunikasi yang menunjang penghitungan suara sejak dari Panitia Pemilihan Daerah
(PPD) pada setiap jenjang hingga LPU pusat.
2. Situng (Sistem Informasi Penghitungan Suara), bertanggungjawab dalam pemakaian komputer
untuk tugas penghitungan suara yang menyangkut penyimpanan dan pengolahan data.
3. Sekretariat (LPU), adalah pemilik data resmi dan pemakai hasil olahan yang komputer. Bertugas
untuk memantau penghitungan suara secara online sejak pemungutan suara dilakukan hingga
diperolehnya data final.
Kelambatan penghitungan suara biasanya terjadi pada tahap ini berhubung dengan begitu
luas dan beragamnya wilayah pemungutan suara di Indonesia. Untuk daerah kepulauan seperti
Maluku, misalnya, penyerahan dari TPS ke PPS di sebagian Kecamatan ada yang sampai
memakan waktu 5 hari atau terkadang lebih, tergantung pada keadaan angin laut. Maka salah
satu kesimpulan yang dapat ditarik dari pengumpulan data ini ialah bahwa efisiensi pengolahan
data bukan hanya tergantung kepada prosesor atau perangkat kerasnya, tetapi juga setiap mata
rantai pengolahan data. Dalam hal ini terlihat bahwa tahap raw-data processing (pengolahan data
mentah) sangat menentukan kecepatan dan efisiensi pengolahan data secara keseluruhan.
Dari PPS, data suara dikirim ke PPD Tingkat II dan selanjutnya ke PPD I. Pengolahan
data pada tahapan ini dimungkinkan lebih cepat karena kebanyakan instansi sudah memiliki
fasilitas telekomunikasi seperti telepon, teleks dan facsimile.
Komputerisasi penghitungan suara Pemilu sesungguhnya barulah terjadi di LPU pusat.
Data diterima oleh Senkom (Sentral Komunikasi, satuan di bawah Bakorsiskom) dan selanjutnya
dikirim ke sekretariat posko. Dari sini data dikirim ke input control (satuan di bawah situng),
kemudian ke data-entry unit yang selanjutnya merekam ke komputer. Langkah berikutnya adalah
pengolahan yang dilakukan oleh satuan Maintenance, sedangkan Output Control akan
menyampaikan hard-copy kepada Sekretariat Posko untuk kemudian didistribusikan ke pejabat
atau pimpinan maupun media massa melalui Humas LPU.
Ditinjau dari segi sistem informasi, Sistem Informasi Pemilihan Umum (SIPU)
menghasilkan empat elemen sistem informasi, yaitu : SILIH (Sistem Informasi Pemilih), SILON
(Sistem Informasi Calon), SISURA (Sistem Informasi Surat Suara).
Sebagai suatu sistem yang melibatkan instansi-instansi pusat dan daerah, khususnya dari
jajaran Departemen Dalam Negeri, banyak aspek yang harus diperhatikan dalam sistem
Penghitungan Pemilu. Aspek-aspek tersebut antara lain adalah manajemen data, komunikasi
data, dan penyiapan pelatihan bagi staff yang bekerja di dalam proses penghitungan suara.
Keputusan-keputusan terprogram sesungguhnya cukup mudah dilakukan untuk
melakukan penghitungan suara dengan ditunjang perkakas komputer. Oleh sebab itu kerjasama
yang baik dalam manajemen pengolahan data antara programmer dengan pembuat keputusan
untuk sistem penghitungan suara benar-benar menentukan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa sistem informasi manajemen sangat mendukung suatu
organisasi atau instansi dalam pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan akan menjadi
lebih mudah, lebih cepat, tepat dan akurat.
Organisasi atau instansi juga tidak akan disalahkan jika keputusan yang diambil itu tidak
benar dan tepat, karena suatu instansi mengambil keputusan dengan sistem komputerisasi atau
terdaftar. Seperti kita lihat contoh penghitungan suara pemilihan umum yang dikrim dari daerah-
daerah ke pusat menjadi cepat dan tepat, karena dijalankan dengan menggunakan komputer
secara online, tidak perlu pengiriman dengan menggunakan kendaraan dan juga tidak berlarut-
larut dalam pengiriman suara tersebut.
Sehingga sistem informasi ini sangat mendukung dalam pengambilan keputusan sebuah
sistem keputusan, yaitu model dari sistem dengan mana keputusan diambil, dapat terbuka atau
terbuka.

B. Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan penulis selanjutnya, dan juga menjadi
inspirasi bagi penulis berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Wahyudi Kumorotomo dan Subando Agus Margano. 2009. Sistem Informasi Manajemen. Yogyakarta :
FISIPOL Universitas Gajah Mada Press.
http://vaisal.wordpress.com/2011/11/01/pengambilan-keputusan/ (diakses pada tanggal 17 November
2013)

TOP

1 komentar:

medy mengatakan...

Broker Terbaik Dapatkan Banyak Kelebihan Trading Bersama FBS,bergabung


sekarang juga dengan kami
trading forex fbsindonesia.co.id
-----------------
Kelebihan Broker Forex FBS
1. FBS MEMBERIKAN BONUS DEPOSIT HINGGA 100% SETIAP DEPOSIT ANDA
2. SPREAD DIMULAI DARI 0 Dan
3. DEPOSIT DAN PENARIKAN DANA MELALUI BANK LOKAL Indonesia dan
banyak lagi yang lainya

Buka akun anda di fbsindonesia.co.id


-----------------
Jika membutuhkan bantuan hubungi kami melalui :
Tlp : 085365566333
BBM : d2e26405

19 Oktober 2016 23.08


Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Subscribe to: Posting Komentar (Atom)

Blogger news
Template by:

About
Designed by SkinCorner Free Blogger Templates | Sponsored by Papercraft for Kids | Power
Point Templates

Anda mungkin juga menyukai