Sistem Informasi Manajemen: Pages
Sistem Informasi Manajemen: Pages
Search...
Pages
Beranda
Blogger templates
Archive
2013 (5)
o November (5)
POTENSI PARIWISATA KABUPATEN SIJUNJUNG
Makalah Pengambilan Keputusan Berbasiskan SIM
Kelebihan dan Kelemahan SIM pada Organisasi Publik...
SIM dalam menjalankan fungsi Organisasi
Kendala Penerapan SIMDA
Blogroll
Diberdayakan oleh Blogger.
Beranda
Popular Posts
Kelebihan dan Kelemahan SIM pada Organisasi Publik dan Swasta serta Perbedaan Web-
site pada Organisasi Publik dengan Swasta
KELEBIHAN DAN KELEMAHAN SIM PADA ORGANISASI PUBLIK DAN
ORGANISASI SWASTA A. Kelebihan SIM pada Organisasi Publik 1. ...
Mengenai Saya
Wina Arnovelni
Lihat profil lengkapku
Dosen Pembimbing .
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang selalu melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga makalah ini dapat diselesaikan sebagai tugas mata kuliah
Sistem Informasi Manajemen. Adapun judul makalah ini adalah Pengambilan Keputusan
Berbasiskan SIM.
Selama penulisan makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman
yang telah mau membantu penulis dengan baik serta kepada teman-teman yang memberi
masukan sehingga makalah ini selesai.
Penulis telah menyusun makalah ini dengan semaksimal mungkin dan sebaik-baiknya.
Namun penulis tidak luput dari kesalahan sehingga penulis mengharapkan kedepannya kritik dan
saran demi perbaikan makalah ini pada masa yang akan datang. Akhirnya, penulis berharap
semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan sistem informasi manajemen telah menyebabkan terjadinya perubahan
yang cukup signifikan dalam pola pengambilan keputusan yang dilakukan oleh manajemen baik
pada tingkat operasional (pelaksana teknis) maupun pimpinan pada semua jenjang.
Perkembangan juga telah menyebabkan perubahan-perubahan peran dari para manajer dalam
pengambilan keputusan, mereka dituntut untuk selalu dapat memperoleh informasi yang paling
akurat dan terkini yang dapat digunakannya dalam proses pengambilan keputusan.
Meningkatnya penggunaan teknologi informasi, khususnya internet, telah membawa
setiap orang dapat melaksanakan berbagai aktivitas dengan lebih akurat, berkualitas, dan tepat
waktu. Setiap organisasi dapat memanfaatkan internet dan jaringan teknologi informasi untuk
menjalankan berbagai aktivitasnya secara elektronis. Para manajer di berbagai organisasi juga
diharapkan dapat dengan lebih mudah untuk menganalisis kinerjanya secara konstan dan
konsisten dengan pemanfaatan teknologi informasi yang tersedia.
Pemanfaatan teknologi informasi ini dikaitkan dengan pentingnya atau bantuannya dalam
proses pengambilan keputusan manajemen. Dapat kita ketahui bahwa masih kurangnya
organisasi baik pada sektor publik maupun organisasi pada sektor swasta yang menerapkan
sistem informasi manajemen dalam pengambilan keputusan, khususnya pada organisasi
pemerintah daerah. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis akan membahas mengenai
pengambilan keputusan yang berbasiskan pada Sistem Informasi Manajemen.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah adalah pengambilan
keputusan berbasiskan sistem informasi manajemen.
C. Tujuan Penulisan
Penulis menulis makalah ini supaya pembaca mengetahui tentang pengambilan keputusan
berbasiskan sistem informasi manajemen.
BAB II
PEMBAHASAN
I. PENGAMBILAN KEPEUTUSAN
A. Pengertian Pengambilan Keputusan
Keputusan (decision) adalah berarti pilihan (choice), yaitu pilihan dari dua atau lebih
kemungkinan. Walaupun keputusan biasa dikatakan sama dengan pilihan, ada perbedaan penting
diantara keduanya.
1. Mc Kenzei melihat bahwa keputusan adalah pilihan nyata karena pilihan diartikan sebagai
pilihan tentang tujuan termasuk pilihan tentang cara untuk mencapai tujuan itu, apakah pada
tingkat perorangan atau kolektif.
2. Mc Grew dan Wilson lebih melihat pada kaitannya dengan proses, yaitu bahwa suatu
keputusan ialah akhir dari suatu proses yang lebih dinamis, yang diberi label pengambilan
keputusan. Dipandang sebagai proses karena terdiri atas satu seri aktifitas yang berkaitan dan
tidak hanya dianggap sebagai tindakan bijaksana.
3. Morgan dan Cerullo mendefinisikan keputusan sebagai sebuah kesimpulan yang dicapai
sesudah dilakukan pertimbangan, yang terjadi setelah satu kemungkinan dipilih sementara yang
lain dikesampingkan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Pengambilan keputusan adalah proses memilih suatu
alternatif cara bertindak dengan metode yang efisien sesuai situasi. Proses tersebut untuk
menemukan dan menyelesaikan masalah organisasi.
Suatu aturan kunci dalam pengambilan keputusan ialah sekali kerangka yang tepat sudah
diselesaikan, keputusan harus dibuat (Brinckloe,1977). Dengan kata lain, keputusan
mempercepat diambilnya tindakan, mendorong lahirnya gerakan dan perubahan (Hill,1979).
Ringkasnya keputusan dibuat untuk mencapai tujuan melalui pelaksanaan dan ini semua
berintikan pada hubungan kemanusiaan. Untuk suksesnya pengambilan keputusan itu maka
sepuluh hukum hubungan kemanusiaan (Siagian,1988) hendaknya menjadi acuan dari setiap
pengambilan keputusan.
A. Proses Pengambilan Keputusan
Ada dua pandangan dalam pencapaian proses mencapai suatu keputusan organisasi
(Brinckloe,1977) yaitu :
1. Optimasi. Di sini seorang eksekutif yang penuh keyakinan berusaha menyusun alternatif-
alternatif, memperhitungkan untung rugi dari setiap alternatif itu terhadap tujuan organisasi.
Sesudah itu memperkirakan kemungkinan timbulnya bermacam-macam kejadian ke depan,
mempertimbangkan dampak dari kejadian-kejadian itu terhadap alternatif-alternatif yang telah
dirumuskan dan kemudian menyusun urut-urutannya secara sistematis sesuai dengan prioritas
lalu dibuat keputusan. Keputusan yang dibuat dianggap optimal karena setidaknya telah
memperhitungkan semua faktor yang berkaitan dengan keputusan tersebut.
2. Satisficing. Seorang eksekutif cukup menempuh suatu penyelesaian yang berasal memuaskan
ketimbang mengejar penyelesaian yang terbaik. Model satisficing dikembangkan oleh Simon
(Simon,1982; roach, 1979) karena adanya pengakuan terhadap rasionalitas terbatas (bounded
rationality). Rasionalitas terbatas adalah batas-batas pemikiran yang memaksa orang membatasi
pandangan mereka atas masalah dan situasi. Pemikiran itu terbatas karena pikiran manusia tidak
megolakan dan memiliki kemampuan untuk memisahkan informasi yang tertumpuk.
C. Tingkat-Tingkat Keputusan
Brinckloe (1977) menawarkan bahwa ada empat tingkat keputusan yaitu :
1. Keputusan otomatis (outomatic decisions), keputusan yang dibuat dengan sangat sederhana,
meski sederhana informasi tetap diperlukan.
2. Keputusan berdasar informasi yang diharapkan (Expected information decision), tingkat
informasi mulai sedikit kompleks artinya informasi yang ada sudah memberi aba-aba untuk
mengambil keputusan. Tetapi keputusan belum segera diambil karena informasi tersebut perlu
dipelajari.
3. Keputusan berdasar berbagai pertimbangan (factor weighting decisions), informasi-informasi
yang telah dikumpulkan dianalisis, lalu dipertimbangkan dan diperhitungkan sebelum keputusan
diambil.
4. Keputusan berdasar ketidakpastian ganda (Dual uncertainty decisions), dalam setiap informasi
yang ada masih diharapkan terdapat ketidakpastian artinya semakin luas ruang lingkup dan
semakin jauh dampak dari suatu keputusan, semakin banyak informasi yang dibutuhkan semakin
tinggi ketidakpastian itu.
D. Klasifikasi Keputusan
1. Keputusan Terprogram.
Menurut Siagian, S.P. (1993), Keputusan Terprogram adalah tindakan menjatuhkan pilihan yang
berlangsung berulang kali, dan diambil secara rutin dam organisasi. Biasanya menyangkut
pemecahan masalah-masalah yang sifatnya teknis serta tidak memerlukan pengarahan dari
tingkat manajemen yang lebih tinggi. Pengambilan keputusan terprogram akan berlangsung
dengan efektif apabila empat kriteria dasar dipenuhi :
a. Tersedia waktu dan dana yang memadai untuk pengumpulan dan analisis data.
b. Tersedia data yang bersifat kuantitatif.
c. Kondisi lingkungan yang relatif stabil, yang didalamnya tidak dapat tekanan yang kuat untuk
secara cepat melakukan penyesuaian-penyesuaian tertentu terhadap kondisi yang selalu berubah.
d. Tersedia tenaga trampil untuk merumuskan permasalahan secara tepat, termasuk tuntutan
operasional yang harus dipenuhi.
E. Kategori Keputusan
Ditinjau dari sudut perolehan informasi dan cara memproses informasi, keputusan dibagi
empat kategori (Nutt, 1989) :
1. Keputusan Representasi, pengambilan keputusan menghadapi informasi yang cukup banyak dan
mengetahui dengan tepat bagaimana memanipulasikan data tersebut. Keputusan ini banyak
menggunakan model-model matematik seperti operation research, cost-benefit analysis dan
simulasi.
2. Keputusan Empiris, suatu keputusan yang sedikit informasi tetapi memiliki cara yang jelas
untuk memproses informasi pada saat informasi itu diperoleh.
3. Keputusan Informasi, suatu situasi yang banyak informasi tetapi meliputi kontroversi tentang
bagaimana memproses informasi tersebut.
4. Keputusan Eksplorasi, suatu situasi yang sedikit informasi dan tidak ada kata sepakat tentang
cara yang hendak dianut untuk memulai mencari informasi.
a. Gagasan yang aneh dan tidak masuk akal sekalipun dicatat secara teliti.
b. Mengemukakan sebanyak mungkin pendapat dan gagasan karena kuantitas pandanganlah yang
lebih diutamakan meskipun aspek kualitas tidak diabaikan.
c. Pemimpin diskusi diharapkan tidak melakukan penilaian atas sesuatu pendapat atau gagasan
yang dilontarkan, dan peserta lain diharapkan tidak menilai pendapat atau gagasan anggota
kelompok lainnya.
d. Para peserta diharapkan dapat memberikan sanggahan pendapat atau gagasan yang telah
dikemukakan oleh orang lain.
e. Semua pendapat atau gagasan yang dikemukakan kemudian dibahas hingga kelompok tiba pada
suatu sintesis pendapat yang kemudian dituangkan dalam bentuk keputusan.
2. Synetics
Seorang diantara anggota kelompok peserta bertindak selaku pimpinan diskusi. Diantara para
peserta ada seorang ahli dalam teori ilmiah pengambilan keputusan. Pimpinan mengajak para
peserta untuk mempelajari suatu situasi problematik secara menyeluruh. Kemudian masing-
masing anggota kelompok mengetengahkan daya pikir kreatifnya tentang cara yang dipandang
tepat untuk ditempuh. Selanjutnya pimpinan diskusi memilih hasil-hasil pemikiran tertentu yang
dipandang bermanfaat dalam pemecahan masalah. Dan tenaga ahli menilai melakukan penilaian
atas berbagai gagasan emosional dan tidak rasional yang telah disaring oleh pimpinan diskusi
serta kemudian menggabungkannya dengan salah satu teori ilmiah pengambilan keputusan dan
tindakan pelaksanaan yang diambil.
3. Consensus thinking
Orang-orang yang terlibat dalam pemecahan masalah harus sepakat tentang hakikat, batasan dan
dampak suatu situasi problematik yang dihadapi, sepakat pula tentang teknik dan model yang
hendak digunakan untuk mengatasinya. Teknik ini efektif bila beberapa orang memiliki
pengetahuan yang sejenis tentang permasalahan yang dihadapi dan tentang teknik pemecahan
yang seyogyanya digunakan. Orang-orang diharapkan mengikuti suatu prosedur yang telah
ditentukan sebelumnya. Kelompok biasanya melakukan uji coba terhadap langkah yang hendak
ditempuh pada skala yang lebih kecil dari situasi problematik yang sebenarnya.
4. Delphi
Umumnya digunakan untuk mengambil keputusan meramal masa depan yang diperhitungkan
akan dihadapi organisasi. Teknik ini sangat sesuai untuk kelompok pengambil keputusan yang
tidak berada di satu tempat.
5. Fish bowling
Sekelompok pengambil keputusan duduk pada suatu lingkaran, dan di tengah lingkaran ditaruh
sebuah kursi. Seseorang duduk di kursi tersebut hanya dialah yang boleh bicara untuk
mengemukakan pendapat ide dan gagasan tentang suatu permasalahan. Para anggota lain
mengajukan pertanyaan, pandangan dan pendapat. Apabila pandangan orang yang duduk di
tengah tersebut telah dipahami oleh semua anggota kelompok dia meninggalkan kursi dan
digantikan oleh orang yang lain untuk kesempatan yang sama. Setelah itu semua pandangan
didiskusikan sampai ditemukan cara yang dipandang paling tepat.
6. Didactic interaction
Digunakan untuk suatu situasi yang memerlukan jawaban ya atau tidak. Dibentuk dua
kelompok, dengan satu kelompok mengemukakan pendapat yang bermuara pada jawaban ya
dan kelompok lainnya pada jawaban tidak. Semua ide yang dikemukakan baik pro maupun
kontra dicatat dengan teliti. Kemudian kedua kelompok bertemu dan mendiskusikan hasil catatan
yang telah dibuat. Pada tahap berikutnya terjadi pertukaran tempat. Kelompok yang tadinya
mengemukakan pandangan pro beralih memainkan peranan dengan pandangan kontra.
7. Collective bargaining
Dua pihak yang mempunyai pandangan berbeda bahkan bertolak belakang atas suatu masalah
duduk di satu meja dengan saling menghadap. Masing-masing pihak datang dengan satu daftar
keinginan atau tuntutan dengan didukung oleh berbagai data, informasi dan alasan-alasan yang
diperhitungkan dapat memperkuat posisinya dalam proses tawar-menawar yang terjadi. Jika pada
akhirnya ditemukan bahwa dukungan data dan informasi serta alasan-alasan yang dikemukakan
oleh kedua belah pihak mempunyai persamaan, maka tidak terlalu sukar untuk mencapai
kesepakatan. Tetapi sebaliknya, pertemuan berakhir tanpa hasil yang kemudian sering diikuti
dengan timbulnya masalah yang lebih besar.
B. Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan penulis selanjutnya, dan juga menjadi
inspirasi bagi penulis berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Wahyudi Kumorotomo dan Subando Agus Margano. 2009. Sistem Informasi Manajemen. Yogyakarta :
FISIPOL Universitas Gajah Mada Press.
http://vaisal.wordpress.com/2011/11/01/pengambilan-keputusan/ (diakses pada tanggal 17 November
2013)
TOP
1 komentar:
medy mengatakan...
Blogger news
Template by:
About
Designed by SkinCorner Free Blogger Templates | Sponsored by Papercraft for Kids | Power
Point Templates