Anda di halaman 1dari 6

Pengertian cahaya dan sifatnya serta contohnya apa yang dimaksud dengan cahaya?

untuk
memahaminya berikut di bawah ini penjelasannya.

A. Penjelasan tentang cahaya

Cahaya adalah pancaran elektromagnetik yang dapat terlihat oleh mata manusia. Atau definisi
cahaya yang lainnya yaitu merupakan radiasi elektromagnetik, baik itu dengan panjang
gelombang kasat mata maupun yang tidak. Sedangkan benda yang memancarkan cahaya disebut
dengan sumber cahaya.

B. Inilah sifat-sifat cahaya

Cahaya memiliki beberapa sifat, diantaranya seperti di bawah ini:

a. Cahaya merambat lurus

Untuk dapat membuktikan bahwa cahaya itu merambat lurus, itu dapat dilihat dari cahaya
matahari yang masuk lewat celah-celah atau melalui jendela yang terdapat di rumah kamu. Dan
jika kamu amati lampu kendaraan bermotor saat malam hari,cahaya lampu kendaraan bermotor
tersebut merambat lurus. Banyak sekali kejadian-kejadian yang terjadi dalam kehidupan yang
dapat membuktikan bahwa cahaya memiliki sifat yang dapat merambat lurus.

b. Cahaya dapat menembus benda bening

Sifat cahaya selanjutnya, cahaya dapat masuk ke dalam sebuah rumah melalui jendela yang
memiliki kaca. Kaca jendela yang bening dapat ditembus oleh cahaya matahari, jika kaca jendela
itu di tutup dengan menggunakan kain warna hitam maka cahaya tidak dapat menembus kaca
jendela tersebut, peristiwa tersebut dapat membuktikan sifat dari cahaya yang dapat menembus
benda bening.
Bukti cahaya dapat dibiaskan.

c. Cahaya dapat diuraikan

Penguraian cahaya (dispersi) yaitu merupakan penguraian cahaya putih menjadi cahaya yang
mempunyai bermacam-macam warna. Misanya seperti pelangi, pelangi terjadi akibat dari cahaya
matahari yang diuraikan oleh titik-titik air hujan, peristiwa tersebut dapat menunjukan bahwa
cahaya dapat diuraikan.

Hukum Snellius adalah rumus matematika yang meberikan hubungan antara sudut datang dan
sudut bias pada cahaya atau gelombang lainnya yang melalui batas antara dua medium isotropik
berbeda, seperti udara dan gelas. Nama hukum ini diambil dari matematikawan Belanda
Willebrord Snellius, yang merupakan salah satu penemunya. Hukum ini juga dikenal sebagai
Hukum Descartes atau Hukum Pembiasan.

Hukum ini menyebutkan bahwa nisbah sinus sudut datang dan sudut bias adalah konstan, yang
tergantung pada medium. Perumusan lain yang ekivalen adalah nisbah sudut datang dan sudut
bias sama dengan nisbah kecepatan cahaya pada kedua medium, yang sama dengan kebalikan
nisbah indeks bias.

Lambang merujuk pada sudut datang dan sudut bias, dan pada kecepatan

cahaya sinar datang dan sinar bias. Lambang merujuk pada indeks bias medium

yang dilalui sinar datang, sedangkan adalah indeks bias medium yang dilalui sinar
bias.

Hukum Snellius dapat digunakan untuk menghitung sudut datang atau sudut bias, dan dalam
eksperimen untuk menghitung indeks bias suatu bahan.

Pada tahun 1637, Ren Descartes secara terpisah menggunakan argumen heuristik kekekalan
momentum dalam bentuk sinus dalam tulisannya Discourse on Method untuk menjelaskan
hukum ini. Cahaya dikatakan mempunyai kecepatan yang lebih tinggi pada medium yang lebih
padat karena cahaya adalah gelombang yang timbul akibat terusiknya plenum, substansi kontinu
yang membentuk alam semesta. Dalam bahasa Perancis, hukum Snellius disebut la loi de
Descartes atau loi de Snell-Descartes.

Sebelumnya, antara tahun 100 hingga 170 Ptolemeus dari Thebaid menemukan hubungan
empiris sudut bias yang hanya akurat pada sudut kecil.[1] Konsep hukum Snellius pertama kali
dijelaskan secara matematis dengan akurat pada tahun 984 oleh Ibn Sahl dari Baghdad dalam
manuskripnya On Burning Mirrors and Lenses[2][3]. Dengan konsep tersebut Ibn Sahl mampu
membuat lensa yang dapat memfokuskan cahaya tanpa aberasi geometri yang dikenal sebagai
kanta asperik. Manuskrip Ibn Sahl ditemukan oleh Thomas Harriot pada tahun 1602,[4] tetapi
tidak dipublikasikan walaupun ia bekerja dengan Johannes Keppler pada bidang ini.

Pada tahun 1678, dalam Trait de la Lumiere, Christiaan Huygens menjelaskan hukum Snellius
dari penurunan prinsip Huygens tentang sifat cahaya sebagai gelombang. Hukum Snellius
dikatakan, berlaku hanya pada medium isotropik atau "teratur" pada kondisi cahaya
monokromatik yang hanya mempunyai frekuensi tunggal, sehingga bersifat reversibel.[5] Hukum
Snellius dijabarkan kembali dalam rasio sebagai berikut:

prisma adalah bangun ruang tiga dimensi yang dibatasi oleh alas dan tutup identik
berbentuk segi-n dan sisi-sisi tegak berbentuk persegi atau persegi panjang. Dengan kata lain
prisma adalah bangun ruang yang mempunyai penampang melintang yang selalu sama dalam
bentuk dan ukuran. Prisma segi-n memiliki n + 2 sisi, 2n rusuk dan 3n titik sudut.

Prisma dengan alas dan tutup berbentuk persegi disebut balok sedangkan prisma dengan alas dan
tutup berbentuk lingkaran disebut tabung.

Rumus Prisma
Luas permukaan

Luas permukaan prisma dengan alas dan tutup segi-n dapat dihitung dengan rumus berikut:

Volume

Laser (singkatan dari bahasa Inggris: Light Amplification by Stimulated Emission of


Radiation) merupakan mekanisme suatu alat yang memancarkan radiasi elektromagnetik,
biasanya dalam bentuk cahaya yang tidak dapat dilihat maupun dapat lihat dengan mata normal,
melalui proses pancaran terstimulasi. Pancaran laser biasanya tunggal, memancarkan foton
dalam pancaran koheren. Laser juga dapat dikatakan efek dari mekanika kuantum.

Dalam teknologi laser, cahaya yang koheren menunjukkan suatu sumber cahaya yang
memancarkan panjang gelombang yang diidentifikasi dari frekuensi yang sama, beda fase yang
konstan[1] dan polarisasinya. Selanjutnya untuk menghasilkan sebuah cahaya yang koheren dari
medium lasing adalah dengan mengontrol kemurnian, ukuran, dan bentuknya. Keluaran yang
berkelanjutan dari laser dengan amplituda-konstan (dikenal sebagai CW atau gelombang
berkelanjutan), atau detak, adalah dengan menggunakan teknik Q-switching, modelocking, atau
gain-switching.
Dalam operasi detak, dimana sejumlah daya puncak yang lebih tinggi dapat dicapai. Sebuah
medium laser juga dapat berfungsi sebagai penguat optik ketika di-seed dengan cahaya dari
sumber lainnya. Sinyal yang diperkuat dapat menjadi sangat mirip dengan sinyal input dalam
istilah panjang gelombang, fase, dan polarisasi; Ini tentunya penting dalam telekomunikasi serat
optik.

Sumber cahaya umum, seperti bola lampu incandescent, memancarkan foton hampir ke seluruh
arah, biasanya melewati spektrum elektromagnetik dari panjang gelombang yang luas. Sifat
koheren sulit ditemui pada sumber cahaya atau incoherens; dimana terjadi beda fase yang tidak
tetap antara foton yang dipancarkan oleh sumber cahaya. Secara kontras, laser biasanya
memancarkan foton dalam cahaya yang sempit, terpolarisasi, sinar koheren mendekati
monokromatik, terdiri dari panjang gelombang tunggal atau satu warna.

Beberapa jenis laser, seperti laser dye dan laser vibronik benda-padat (vibronic solid-state
lasers) dapat memproduksi cahaya lewat jangka lebar gelombang; properti ini membuat mereka
cocok untuk penciptaan detak singkat sangat pendek dari cahaya, dalam jangka femtodetik (10-15
detik). Banyak teori mekanika kuantum dan termodinamika dapat digunakan kepada aksi laser,
meskipun nyatanya banyak jenis laser ditemukan dengan cara trial and error

Setiap sinar yang datang pada prisma akan mengalami deviasi yang
menghasilkan sudut deviasi tertentu. Salah satu sinar datang tertentu pasti
akan menghasilkan sudut deviasi minimum. Kapan kondisi khusu ini
terjadi pada pembiasan prisma?

Berdasarkan hasil pembuktian, deviasi minimum dapat terjadi pada saat


sudut datang pertama sama dengan sudut bias kedua (i1 = r2 ). Besarnya
sudut deviasi minimum sebuah prisma dapat dicari sebagai berikut. Oleh
karena i1 = r2 maka i1 = r1 sehinga
= r1 + r1 = 2 r1

r1 = /2
Pada persamaan sebelumnya (pada pembahasan pembiasan dan sudut
deviasi prisma) diketahui bahwa:
= (i1 + r2)

maka deviasi minimum (m) dapat dicari dengan persamaan:

m = (i1 + r 2)

Nilai r2 = i1 dimasukan ke dalam persamaan m = (i1 + r2) maka

menjadi:

m = (i1 + r2)

m = (i1 + i1)

m = 2i1

i1 = (m + )/2

Berdasarkan hukum pembiasan Snellius maka akan berlaku pesamaan:

sin i1/ sin r1 = n2/n1

sin i1/ sin r1 = n1,2

atau

n1,2 = sin i1/ sin r1

Persamaan r1 = /2 dan persamaan i1 = (m + )/2 disubstitusikan ke


persamaaan n1,2 = sin i1/ sin r1 maka diperoleh:
n1,2 = sin i1/ sin r1

n1,2 = (sin (m + )/2)/ sin (/2)


Jika kecil maka sin (/2) = /2 sehingga:

(m + )/2 = n1,2 (/2)

m + = n1,2

m = n1,2

m = (n1,2 1)

Keterangan:

m = sudut deviasi minimum

n1,2 = indeks bias relatif medium 2 terhadap medium 1

= sudut pembias prisma

Anda mungkin juga menyukai