Laporan Praktik Manajemen Berkah Aamiin
Laporan Praktik Manajemen Berkah Aamiin
Disusun oleh :
JURUSAN KEPERAWATAN
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang memiliki beragam tenaga
terampil dengan produk utamanya berupa jasa (Soeroso, 2003). Pelayanan kesehatan yang
bermutu menjadi kebutuhan dasar yang diperlukan bagi setiap orang (Hidayat, 2009). Mutu
pelayanan kesehatan itu sendiri menurut WHO (1988) adalah penampilan yang pantas atau
sesuai yang berhubungan dengan standar-standar dari suatu intervensi yang diketahui
aman, yang dapat memberikan hasil kepada masyarakat yang bersangkutan yang telah
mempunyai kemampuan untuk menghasilkan dampak pada kematian, kesakitan,
ketidakmampuan dan kekurangan gizi.
Pelayanan kesehatan yang bermutu menunjukkan tingkat kesempurnaan pelayanan
kesehatan yang dapat menimbulkan kepuasan karena telah sesuai kode etik dan standar
pelayanan profesional (Sukardi, 2005). Oleh karena itu, rumah sakit sebagai institusi
pelayanan kesehatan baik rumah sakit milik pemerintah maupun swasta dituntut untuk
melakukan perbaikan dan penyempurnaan supaya dapat menghasilkan pelayanan yang
berkualitas dan bermanfaat bagi masyarakat.
Mutu pelayanan rumah sakit dapat dilihat dari segi aspek-aspek sebagai berikut,
seperti aspek klinis (pelayanan dokter, perawat dan terkait teknis medis), aspek efisiensi
dan efektivitas pelayanan, keselamatan pasien, dan kepuasan pasien. Beberapa indikator
untuk mengetahui mutu efisiensi rumah sakit diantaranya yaitu sebagai berikut
pemanfaatan tempat tidur, pemanfaatan tenaga, pemanfaatan penunjang medik, dan
keuangan. Indikator pemanfaatan tempat tidur dapat ditunjukkan melalui angka BOR (Bed
Occupation Rate), BTO (Bed Turn Over), ALOS (Average Length Of Stay), TOI (Turn
Over Interval) (Sabarguna, 2004).
Angka pemanfaatan tempat tidur merupakan salah satu indikator yang mudah dilihat
oleh masyarakat untuk memantau bagaimana mutu sebuah pelayanan rumah sakit. Kondisi
lain yang menunjukkan masalah mutu yang dapat menyebabkan tidak terpenuhinya
kepuasan pasien di rumah sakit menurut Depkes RI tahun 1993 yakni adanya keluhan yang
sering terdengar dari pihak pemakai pelayanan kesehatan yang biasanya menjadi sasaran
adalah sikap petugas administrasi, sarana yang kurang memadai, kelambatan pelayanan,
persediaan obat, tarif pelayanan, perawatan medis, dan lain-lain (Daeng, 2005)
Mutu pelayanan rumah sakit dapat dilihat dari hal-hal berikut, yaitu: prosedur
penerimaan pasien, pelayanan dokter, pelayanan perawat, dan kondisi unit perawatan.
Prosedur penerimaan pasien menyangkut proses yang harus dilalui pasien di bagian
administrasi atau loket rumah sakit. Bagian administrasi rumah sakit yang merupakan
tempat pertama yang didatangi pasien dituntut untuk memberikan pelayanan baik dan
bermutu. Bentuk pelayanan administrasi suatu rumah sakit akan menentukan bagaimana
kesan awal bagi pasien tentang sebuah rumah sakit.
Faktor lain yang mempengaruhi mutu pelayanan adalah pelayanan dokter dan
perawat. Dokter dan perawat memegang peranan penting dalam pelaksanaan pelayanan
suatu rumah sakit. Dalam pelayanan kesehatan yang paling sering berinteraksi dengan
pasien selama pasien berada di rumah sakit adalah dokter dan perawat. Kesembuhan pasien
berada di tangan perawat dan dokter. Tanggung jawab yang besar ini menuntut dokter dan
perawat untuk memberikan pelayanan yang baik dan bermutu.
Dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan, terdapat satu hal yang penting,
yaitu dengan meningkatkan sumber daya manusia dan pengelolaan manajemen
keperawatan. Manajemen keperawatan merupakan proses pengelolaan pelayanan
keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga, dan masyarakat (Gillies,
2000). Menurut Marquis dan Huston (2010), manajemen keperawatan adalah suatu proses
keperawatan yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan, dan
pengendalian.
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Kariadi merupakan rumah sakit tipe A yang melayani
pasien dan menerima rujukan dari puskesmas maupun rumah sakit yang ada di Indonesia.
Pihak rumah sakit sebagai penyedia pelayanan kesehatan diharuskan untuk memberikan
pelayanan yang lebih baik. Untuk mencapai kepuasan pasien di rumah sakit harus
memenuhi kualitas pelayanan yang baik. Maka dari itu penulis ingin mengetahui
bagaimana gambaran mutu pelayanan kesehatan dan manajemen di ruangan secara
menyeluruh.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum:
Mampu melaksanakan fungsi-fungsi manajemen pelayanan keperawatan dan pengelolaan
klien di unit keperawatan
2. Tujuan Khusus:
a. Sebagai Katim
1) Mampu melakukan kajian situasi unit perawatan.
2) Mampu menggunakan keterampilan interpersonal yang efektif dalam kerja
tim/team work.
3) Mampu merencanakan kebutuhan sarana, prasarana, dan SDM dalam sebuah
team work.
4) Mampu mengorganisasikan manajemen unit perawatan dalam sebuah team work.
5) Mampu mencegah dan menyelesaikan konflik di dalam team work melalui tahap-
tahap penyelesaian konflik.
6) Mampu memberikan pengarahan kepada anggota tim.
7) Mampu menggerakkan kelompok (tim).
8) Mampu melakukan monitoring dan evaluasi kerja dalam kelompok.
9) Mempu mengambil keputusan.
10) Mampu melakukan contiuniting pelayanan (menerima-pulang.
11) Mampu melakukan pre-post conference dan ronde keperawatan.
12) Mampu melaporkan penjaminan mutu yang ada.
13) Mampu menerapkan gaya kepemimpinan yag efektif sesuai dengan kondisi team
work.
14) Mampu memberikan dukungan kepada tim asuhan dengan mempertahankan
akuntabilitas asuhan keperawatan yang diberikan.
b. Sebagai Anggota Tim
1) Mampu menggunakan keterampilan interpersonal yang efektif dalam kerja
tim/team work
2) Mampu mengelola klien dalam sebuah team work
3) Mampu melakukan contiuniting pelayanan (menerima-pulang)
4) Mampu mengikuti pre-post conference dan ronde keperawatan
5) Mampu mendeseminasikan hasil pengeloaan klien
6) Mampu memberikan dukungan kepada tim asuhan dengan memperhatikan
akuntabilitas asuhan keperawatan yang diberikan
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi Manajemen
Manajemen keperawatan merupakan proses pengelolaan pelayanan keperawatan,
pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga, dan masyarakat (Gillies, 2000).
Sedangkan menurut Marquis dan Huston (2010), manajemen keperawatan adalah suatu
proses keperawatan yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan,
pengarahan, dan pengendalian.
B. Fungsi Manajemen
Manajemen diperlukan peran tiap orang yang terlibat di dalamnya untuk menyikapi
posisi masing-masing. Oleh sebab itu diperlukan adanya fungsi-fungsi yang jelas
mengenai manajemen. Pada fungsi manajemen keperawatan terdapat beberapa elemen
utama yaitu Planning (perencanaan), Organizing (pengorganisasian), Actuating
(pelaksanaan), Controlling (pengendalian atau evaluasi).
1. Planning (perencanaan)
Fungsi planning (perencanaan) adalah fungsi terpenting dalam manajemen, oleh
karena fungsi ini akan menentukan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Menurut
Muninjaya (1999) fungsi perencanaan merupakan landasan dasar dari fungsi
manajemen secara keseluruhan. Tanpa ada fungsi perencanaan tidak mungkin fungsi
manajemen lainnya akan dapat dilaksanakan dengan baik. Perencanaan akan
memberikan pola pandang secara menyeluruh terhadap semua pekerjaan yang akan
dijalankan, siapa yang akan melakukan, dan kapan akan dilakukan. Perencanaan
merupakan tuntutan terhadap proses pencapaian tujuan secara efektif dan efesien.
Swanburg (2000) mengatakan bahwa planning adalah memutuskan seberapa luas akan
dilakukan, bagaimana melakukan dan siapa yang melakukannya.
Dibidang kesehatan perencanaan dapat didefenisikan sebagai proses untuk
menumbuhkan, merumuskan masalah-masalah kesehatan di masyarakat, menentukan
kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling
pokok, dan menyusun langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
tersebut.
a. Tujuan perencanaan
Adapun tujuan perencanaan adalah :
1) Sebagai upaya koordinasi dalam memberikan arahan sehingga semua anggota
paham akan kondisi organisasi dan mengerti kontribusinya dalam mencapai
tujuan baik secara mandiri maupun tim.
2) Mengurangi dampak perubahan.
3) Meminimalkan hasil yang sia-sia, yang tidak efektif dan tidak efisien serta
menghindari pengulangan kegagalan.
4) Menetapkan standar pengontrolan/pengendalian : membandingkan kinerja dan
tujuan, deviasi dan tindakan korektif yang diperlukan.
5) Untuk menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan tujuan.
6) Efektif dalam hal biaya.
b. Tahapan dalam perencanaan
Ada empat tahapan dalam perencanaan yaitu :
1) Menetapkan tujuan.
2) Merumuskan keadaan sekarang.
3) Mengidentifikasi kemudahan dan hambatan.
4) Mengembangkan serangkaian kegiatan.
c. Jenis perencanaan
Ada dua jenis perencanaan, yaitu :
1) Perencanaan strategi
Perencanaan strategi merupakan perencanaan yang sifatnya jangka panjang
yang ditetapkan oleh pemimpin dan merupakan umum suatu organisasi.
Perencanaan jangka panjang digunakan untuk mengembangkan pelayanan
keperawatan yang diberikan kepada pasien, juaga digunakan untuk merevisi
pelayanan yang sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan masa kini.
2) Perencanaan operasional
Perencanaan operasional menguraikan kativitas dan prosedur yang akan
digunakan serta menyusun jadwal waktu pencapaian tujuan, menentukan siapa
orang-orang yang bertanggung jawab untuk setiap aktivitas, menetapkan
prosedur serta menggambarkan cara menyiapkan orang-orang untuk bekerja
dan metode untuk mengevaluasi perawatan pasien.
d. Manfaat perencanaan
Adapun manfaat perencanaan antara lain :
1) Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan perubahan-
perubahan lingkungan.
2) Memungkinkan manajer mamahami keseluruhan gambaran operasi lebih jelas.
3) Membantu penetapan tanggung jawab lebih tepat.
4) Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk pelaksanaan.
5) Memudahkan koordinasi.
6) Membuat tujuan lebih khusus, lebih terperinci dan lebih mudah dipahami.
7) Meminimalkan pekerjaan yang tidak pasti.
8) Menghemat waktu dan dana.
e. Keuntungan perencanaan
Keuntungan dari perencanaan yaitu :
1) Mengurangi atau menghilangkan jenis pekerjaan yang tidak produktif.
2) Dapat dipakai sebagai alat pengukur hasil kegiatan yang dicapai.
3) Memberikan suatu landasan pokok fungsi manajemen lainnya terutama fungsi
keperawatan.
4) Memodifikasi gaya manajemen.
5) Fleksibilitas dalam pengambilan keputusan
6) Meningkatkan keterlibatan anggota.
f. Kelemahan perencanaan
Selain memiliki keuntungan, perencanaan juga memiliki kelemahan.
Kelemahan perencanaan antara lain :
1) Kemungkinan pekerjaan yang tercakup dalam perencanaan berlebihan pada
kontribusi kerja.
2) Cenderung menunda kegiatan.
3) Terkadang kemungkinan membatasi inovasi dan inisiatif.
4) Kadang-kadang hasil yang lebih baik didaptkan oleh penyelesaian situasional
individual dan penanganan suatu masalah pada saat masalah itu terjadi.
5) Terdapat rencana yang diikuti oleh/atau dengan rencana yang tidak konsisten.
g. Langkah-langkah dalam perencanaan
Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk membuat perencanaan adalah :
1) Pengumpulan data.
2) Analisis lingkungan (SWOT: Strenght, Weakness, Opportunities, Threats).
3) Pengorganisasian data: memilih data yang mendukung dan data yang
menghambat.
4) Pembuatan rencana: tentukan objektif, uraian kegiatan, prosedur, target, waktu,
penanggung jawab, sasaran, biaya, peralatan, metode yang digunakan.
2. Organizing (pengorganisasian)
Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan, menggolongkan dan
mengatur berbagai macam kegiatan, penetapan tugas-tugas dan wewenang seseorang,
pendelegasian wewenang dalam rangka mencapai tujuan. Fungsi pengorganisasian
merupakan alat untuk memadukan semua kegiatan yang beraspek personil, finansial,
material dan tata cara dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Muninjaya,
1999).
Berdasarkan penjelasan tersebut, organisasi dapat dipandang sebagai rangkaian
aktivitas menyusun suatu kerangka yang menjadi wadah bagi segenap kegiatan usaha
kerjasama dengan jalan membagi dan mengelompokkan pekerjaan-pekerjaan yang
harus dilaksanakan serta menyusun jalinan hubungan kerja di antara para pekerjanya.
a. Manfaat pengorganisasian
Dengan mengembangkan fungsi pengorganisasian, seorang manajer akan dapat
mengetahui Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok, Hubungan
organisatoris antara orang-orang di dalam organisasi tersebut melalui kegiatan yang
dilakukannya, Pendelegasian wewenang, dan Pemanfaatan staff dan fasilitas fisik.
b. Tahapan dalam pengorganisasian
1) Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. Tugas ini sudah tertuang dalam
fungsi perencanaan.
2) Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk mencapai tujuan.
3) Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan-satuan kegiatan yang praktis.
4) Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilaksanakan oleh staf dan
menyediakan fasilitas yang diperlukan.
5) Penugasan personil yang tepat dalam melaksanakan tugas.
6) Mendelegasikan wewenang
c. Deskripsi peran dan fungsi
1) Kepala ruang rawat
Kepala ruang rawat adalah perawat dengan kemampuan D3 Keperawatan yang
berpengalaman atau kemampuan S.Kp/S.Kep/Ners yang berpengalaman. Kepala
ruang rawat bertugas sesuai jam kerja dinas pagi. Tugas dan tanggung jawab
kepala ruang rawat adalah:
a) Mengatur pembagian tugas jaga perawat (jadwal dinas).
b) Mengatur dan mengendalikan kebersihan dan ketertiban ruangan.
c) Mengadakan diskusi dengan staf untuk memecahkan masalah di ruangan.
d) Membimbing siswa/mahasiswa (bekerjasama dengan pembimbing klinik)
dalam pemberian asuhan keperawatan di ruangan dengan mengikuti sistem
yang sudah ada,
e) Melakukan kegiatan administrasi dan surat menyurat.
f) Mengorientasikan pegawai baru, residen, mahasiswa kedokteran, dan
mahasiswa keperawatan yang akan melakukan praktik keperawatan.
g) Menciptakan dan memelihara hubungan kerja yang harmonis dengan klien
dan keluarga klien dan tim kesehatan lain, antara laian kepala ruang rawat
mengingatkan kembali klien dan keluarga tentang perawat atau tim yang
bertanggung jawab terhadap mereka di ruangan yang bersangkutan.
h) Memeriksa kelengkapan persediaan status keperawatan minimal 5 setiap
hari.
i) Melaksanakan pembinaan terhadap perawat primer (PP) dan perawat asosiet
(PA) dalam hal implementasi keperawatan profesional termasuk sikap dan
tingkah laku.
j) Bila perawat primer cuti, tugas dan tanggung jawabnya didelegasikan pada
perawat primer yang lain atau wakil PP pemula yang ditunjuk tetapi tetap
dibawah pengawasan kepala ruang rawat.
k) Merencanakan dan memfasilitasi ketersediaan fasilitas yang dibutuhkan di
ruangan.
l) Memantau dan mengevaluasi penampilan kerja semua tenaga yang ada
diruangan, membuat DP3 dan usulan kenaikan pangkat.
m) Melakukan pertemuan rutin dengan semua perawat setiap bulan untuk
membahas kebutuhan di ruangan.
n) Merencanakan dan melaksanakan evaluasi mutu asuhan keperawatan.
o) Membuat peta resiko ruang rawat
3) Perawat pelaksana
Tugas dan tanggung jawab perawat pelaksana adalah :
a) Membaca rencana keperawatn yang telah ditetapkan PP
b) Membina hubungan terapetik dengan klien/keluarga, sebagai kontrak
lanjutan yang sudah dilakukan PP.
c) Menerima klien baru (kontrak) dan memberikan informasi berdasarkan
format orientasi klien/keluarga jika PP tidak ada di tempat.
d) Melakukan tindakan keperawatan pada klien berdasarkan rencana
keperawatan.
e) Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan dan
mendokumentasikan pada format yang telah disediakan.
f) Mengikuti visite dokter bila PP tidak di tempat.
g) Membuat laporan pergantian dinas dan setelah selesai diparaf.
h) Mengkomunikasikan kepada PP/PJ dinas bila menemukan masalah yang
perlu diselesaikan.
i) Menyiapkan klien untuk pemeriksaan diagnostik, laboratorium, pengobatan,
dan tindakan.
j) Berperan serta dalam memberikan pendidikan kesehatan kepada
klien/keluarga yang dilakukan oleh PP.
k) Melakukan inventaris fasilitas yang terkait dengan timnya.
l) Membantu tim lain yang membutuhkan.
m) Memberikan resep dan menerima obat dari keluarga klien yang menjadi
tanggung jawabnya dan berkoordinasi dengan PP.
3. Actuating (Pengarahan)
Pengarahan adalah hubungan antara aspek-aspek individual yang ditimbulkan
oleh adanya pengaturan terhadap bawahan-bawahan untuk dapat dipahami dan
pembagian pekerjaan yang efektif untuk tujuan perusahaan yang nyata. Kepemimpinan
merupakan faktor penting dalam keberhasilan manajemen. Menurut Stogdill dalam
Swanburg (2000), kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktivitas
kelompok terorganisasi dalam upaya menyusun dan mencapai tujuan. Gardner dalam
Swanburg (2000), menyatakan bahwa kepemimpinan sebagai suatu proses persuasi dan
memberi contoh sehingga individu (pimpinan kelompok) membujuk kelompoknya
untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan usulan pimpinan atau usulan bersama.
Seorang manajer yang ingin kepemimpinannya lebih efektif harus mampu untuk
memotivasi diri sendiri untuk bekerja dan banyak membaca, memiliki kepekaan yang
tinggi terhadap permasalahan organisasi, dan menggerakkan (memotivasi) staffnya
agar mereka mampu melaksanakan tugas-tugas pokok organisasi. Menurut Lewin
dalam Swanburg (2000), terdapat beberapa macam gaya kepemimpinan yaitu :
a. Autokratik
Pemimpin membuat keputusan sendiri. Mereka lebih cenderung memikirkan
penyelesaian tugas dari pada memperhatikan karyawan. Kepemimpinan ini
cenderung menimbulkan permusuhan dan sifat agresif atau sama sekali apatis dan
menghilangkan inisiatif.
b. Demokratis
Pemimpin melibatkan bawahannya dalam proses pengambilan keputusan. Mereka
berorientasi pada bawahan dan menitikberatkan pada hubungan antara manusia dan
kerja kelompok. Kepemimpinan demokratis meningkatkan produktivitas dan
kepuasan kerja.
c. Laissez faire
Pemimpin memberikan kebebasan dan segala serba boleh, dan pantang memberikan
bimbingan kepada staff. Pemimpin tersebut membantu kebebasan kepada setiap
orang dan menginginkan setiap orang senang. Hal ini dapat mengakibatkan
produktivitas rendah dan karyawan frustasi.
Manajer perawat harus belajar mempraktekkan kepemimpinan perilaku yang
merangsang motivasi pada para pemiliknya, mempraktekkan keperawatan
professional dan tenaga perawat lainnya. Perilaku ini termasuk promosi autonomi,
membuat keputusan dan manajemen partisipasi oleh perawat professional.
4. Controlling (pengendalian/evaluasi)
Fungsi pengawasan atau pengendalian (controlling) merupakan fungsi yang
terakhir dari proses manajemen, yang memiliki kaitan yang erat dengan fungsi yang
lainnya. Pengawasan merupakan pemeriksaan terhadap sesuatu apakah terjadi sesuai
dengan rencana yang ditetapkan/disepakati, instruksi yang telah dikeluarkan, serta
prinsip-prinsip yang telah ditentukan, yang bertujuan untuk menunjukkan kekurangan
dan kesalahan agar dapat diperbaiki (Fayol,2008).
Pengawasan juga diartikan sebagai suatu usaha sistematik untuk menetapkan
standard pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi timbal
balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standard yang telah ditetapkan
sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpanganpenyimpangan, serta
mengambil tindakan yang digunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam
pencapaian tujuan perusahaan (Mockler, 2002).
Pengontrolan atau pengevaluasian adalah melihat bahwa segala sesuatu
dilaksanakan sesuai dengan rencana yang disepakati, instruksi yang telah diberikan,
serta prinsip-prinsip yang telah diberlakukan (Urwick, 1998). Tugas seorang
manajemen dalam usahanya menjalankan dan mengembangkan fungsi pengawasan
manajerial perlu memperhatikan beberapa prinsip berikut :
a. Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staff dan hasilnya mudah
diukur, misalnya menepati jam kerja.
b. Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang amat penting dalam upaya
mencapai tujuan organisasi.
c. Standard unjuk kerja yang akan diawasi perlu dijelaskan kepada semua staf,
sehingga staf dapat lebih meningkatkan rasa tanggung jawab dan komitmen
terhadap kegiatan program.
d. Kontrol sebagai pengukuran dan koreksi kinerja untuk meyakinkan bahwa
sasaran dan kelengkapan rencana untuk mencapai tujuan telah tersedia, serta alat
untuk memperbaiki kinerja.
e. Terdapat sepuluh karakteristik suatu sistem control yang baik.
f. Harus menunjukkan sifat dari aktivitas
g. Harus melaporkan kesalahan-kesalahan dengan segera
h. Harus memandang ke depan
i. Harus menunjukkan penerimaan pada titik kritis
j. Harus objektif
k. Harus fleksibel
l. Harus menunjukkan pola organisasi
m. Harus ekonomis
n. Harus mudah dimengerti
o. Harus menunjukkan tindakan perbaikkan.
Dua metode pengukuran yang digunakan untuk mengkaji pencapaian tujuan-tujuan
keperawatan adalah:
a. Analisa tugas : kepala perawat melihat gerakan, tindakan dan prosedur yang tersusun
dalam pedoman tertulis, jadwal, aturan, catatan, anggaran. Hanya mengukur
dukungan fisik saja, dan secara relatif beberapa alat digunakan untuk analisa tugas
dalam keperawatan
b. Kontrol kualitas : Kepala perawat dihadapkan pada pengukuran kualitas dan akibat-
akibat dari pelayanan keperawatan. Apabila fungsi pengawasan dan pengendalian
dapat dilaksanakan dengan tepat, maka akan diperoleh manfaat :
a. Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah dilaksanakan sesuai
dengan standard atau rencana kerja.
b. Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan pengertian staf
dalam melaksanakan tugas-tugasnya
c. Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah mencukupi
kebutuhan dan telah digunakan secara benar.
d. Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk promosi dan
latihan lanjutan.
C. Kuantitas Ketenagaan
1. Klasifikasi Klien Berdasarkan Tingkat Ketergantungan
Tingkat ketergantungan dapat dinilai berdasarkan Indeks Barthel yaitu klien
dikategorikan sebagai berikut :
Kategori minimal : skor 20
No. Item yang dinilai skor nilai
1. Makan (feeding) 0 : tidak mampu
1 : butuh bantuan memotong,
mengoles mentega, dll.
2 : Mandiri
2. Mandi (bathing) 0 : membutuhkan bantuan orang
lain
1 : mandiri dalam perawatan
luka
3. Perawatan diri 0 : membutuhkan bantuan orang
(grooming) lain
1 : mandiri dalam perawatan
muka, rambut, gigi, dan
bercukur
4. Berpakaian 0 : tergantung orang lain
(dressing) 1 : sebaian dibantu (misal
mengancing baju)
2 : mandiri
5. Buang air kecil 0 : inkntinensia atau pakai
(bowel) kateter dan tidak terkontrol
1 : kadang inkontinensia
(maksimal 1 x 24 jam)
2 : ko9ntinensia (teratur untuk
lebih dar 7 hari
6. Buang air besar 0 ; inkontinansia (tidak teratur
(bladder) atau perlu enema)
1 : kadang inkontinensia (sekali
seminggu)
2 : kontinensia (teratur)
7. Penggunaan toilet 0 : tergantung bantuan orang
lain
1 : membutuhkan bantuan, tapi
dapat melakukan beberapa hal
sendiri
2 : mandiri
8. Transfer 0 : tidak mampu
1 : butuh bantuan untuk bisa
duduk (2 orang)
2 : bantuan kecil (1 orang)
3 : mandiri
9. Mobilitas 0 : Immobile (tidak mampu)
1 : menggunakan kursi roda
2 : berjalan dengan bantuan satu
orang
3 : mandiri (meskipun
menggunakan alat bantu seperti
tongkat)
10. Naik turun tangga 0 : tidak mampu
1: membutuhkan bantuan (alat
bantu)
2 : mandiri
Interpretasi hasil :
20 : mandiri
12-19 : ketergantungan ringan
9-11 : ketergantungan sedang
5-8 : ketergantungan berat
0-4 : ketergantungan total
2. Cara Perhitungan Jumlah dan Kategori Tenagaan Keperawatan
a. Metode Douglas
Metode Douglas (1984, dalam Swansburg & Swansburg, 1999) memiliki kategori
nilai standar per shift dalam menetapkan jumlah perawat yang dibutuhkan dalam
suatu ruang perawatan berdasarkan klasifikasi klien. Hasil perhitungan tersebut
berpengaruh terhadap beban kerja yang diterima perawat ruangan. Nilai standar
tersebut adalah sebagai berikut :
b. Metode Gillies
Prinsip perhitungan rumus Gillies yaitu :
Jumlah jam keperawatan yang dibutuhkan klien perhari adalah :
1) Waktu keperawatan langsung (rata rata 4-5 jam/klien/hari) terdiri dari :
- keperawatan mandiri (self care) = 2 jam
- keperawatan partial (partial care ) = x 4 = 3 jam
- keperawatan total (total care) = 1-1.5 x 4 = 4-6 jam
- keperawatan intensif (intensive care) = 2 x 4 jam = 8 jam.
2) Rata rata klien per hari adalah jumlah klien yang dirawat di suatu unit
berdasarkan rata rata biaya (Bed Occupancy Rate atau BOR) dengan rumus :
Jumlah hari perawatan RS dalam waktu tertentu x 100 %
Jumlah tempat tidur x 365 hari
a) Jumlah hari pertahun yaitu : 365 hari.
b) Hari libur masing-masing perawat per tahun, yaitu : 73 hari (hari
minggu/libur = 52 hari, untuk hari sabtu tergantung kebijakan rumah
sakit setempat, kalau ini merupakan hari libur maka harus
diperhitungkan , begitu juga sebaliknya, hari libur nasional = 13 hari,
dan cuti tahunan = 8 hari).
c) Jumlah jam kerja tiap perawat adalah 40 jam per minggu (kalau hari
kerja efektif 6 hari maka 40/6 = 6.6 = 7 jam per hari, kalau hari kerja
efektif 5 hari maka 40/5 = 8 jam per hari)
Keterangan :
TP : Tenaga Perawat
A : Jam efektif/24 jam (waktu perawatan yang
dibutuhkan klien)
B : Sensus harian (BOR x Jumlah tempat tidur)
C : Jumlah hari libur
c. Depkes
Kebutuhan tenaga I = Jumlah jam perawatan yang di ruangan / hari
Jam efektif perawat
Loss Day= Jumlah hari minggu dlm 1 th + cuti + hari besar x kebutuhan tenaga I
Jam hari kerja efektif perawat
d. Minute
Lama waktu yang dibutuhkan untuk merawat klien kelolaan tim blok 1 adalah
8 hari yaitu berdasarkan pasien dengan tingkat ketergantungan mandiri care,
parsial care, dan total care adalah Jumlah jam perawatan, yaitu :
- Mandiri = (2+1+1/2) = 31/23 = 9
- Parsial = (3+11/2) = 4 2 pasien = 8
- Total = (6+1+1/2) = 7 1 = 7 .
Maka dengan jumlah perawat yang berada di blok 4 ada 6 perawat, maka dapat
dilakukan pembagian shif pagi, siang, dan malam, sehingga untuk menunjuang
dalam memberikan asuhan keperawatan dan pelayanan kepada pasien tercapai.
e. Market
e) Untuk mempromosikan jasa pelayanan kesehatan, di ruang Rajawali 4B
disediakan bahan bacaan berupa leaflet di depan nurse station.
f) Dokumen terkait
(1) Buku laporan harian pelaksanaan asuhan keperawatan
(2) Catatan asuhan keperawatan/rekam medik pasien
Kegiatan Timbang Terima pasien di ruang Rajawali 4B dilakukan di Nurse
Station yang diikuti oleh perawat yang berjaga pada sift sebelumnya dan
perawat sift selanjutnya. Laporan timbang terima dari sift malam ke pagi
disampaikan oleh perawat PA kepada perawat PA pada sift pagi dan diikuti oleh
perawat PP. Semua perawat yang berdinas sebelumnya mengikuti timbang
terima klien dan diikuti oleh semua perawat yang dinas selanjutnya mengikuti
timbang terima klien. Informasi yang disampaikan dalam timbang terima, yaitu
kondisi pasien secara umum, program terapi yang telah dilakukan, dan
perencanaan program yang akan dilakukan.
2) Pre dan Post Conference
Berdasarkan hasil observasi didapatkan hasil bahwa di ruang Rajawali 4B telah
dilaksanakan pre dan post conference. Pelaksanaan pre dan post conference
dilaksanakan pada pukul 07.00 pagi. Pelaksanaan pre conference dipimpin oleh
kepala ruang. Selanjutnya pemimpin pre conference memberikan kepada
perawat yang berjaga malam untuk melakukan operan. Selanjutnya timbang
terima diterima oleh perawat yang akan berjaga selanjutnya dan nantinya akan
diberikan masukan dari kepala ruang.
3) Metode dalam Pemberian Asuhan Keperawatan pada Pasien
Hasil wawancara dengan kepala ruang didapatkan bahwa secara struktural
metode dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien yang digunakan di
Ruang Rajawali 4B menggunakan metode moduler.
4) Pendokumentasian Askep
a) Kelengkapan Pengkajian
Pendokumentasian dilakukan menggunakan form yang berisi:
(1) Lembar controlling (Grafik TTv, catatan perkembangan
keperawatan)
(2) Informed concern
(3) Surat kesanggupan
(4) Catatan perkembangan dokter
(5) Pengkajian IGD
(6) Ringkasan masuk dan keluar
(7) Resume keperawatan
(8) Discharge planning
(9) Hasil pemeriksaaan laboratorium
(10) Lembar Visit Dokter
(11) Catatan orientasi awal masuk ruangan
(12) Tata tertib rawat inap
(13) Surat anamnesa dokter
(14) Pemeriksaan head to toe
(15) Informed concern tindakan medi
(16) RM rawat jalan
(17) Lembar pengkajian perawat
b) Ketepatan Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang ditegakkan oleh perawat mengacu pada Standar
Asuhan Keperawatan (SAK) rumah sakit yang mengacu pada buku rencana
asuhan keperawatan Gordon dengan disesuaikan berdasarkan kondisi klien.
c) Pembuatan Rencana Keperawatan
Data subjektif dan objektif didapat dari pasien untuk selanjutnya dijadikan
data untuk mengangkat sebuah diagnosa keperawatan untuk selanjutnya
disusun intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien.
d) Discharge Planning
Hasil observasi menunjukkan bahwa perawat sudah melakukan discharge
planning sesuai dengan SOP, yaitu:
(1) Perawat mengarahkan pasien untuk menyelesaikan administrasi dengan
syarat yang harus lengkap.
(2) Perawat menyerahkan kartu kontrol pada pasien
(3) Perawat memberikan obat dengan memberikan informasi bagaimana
cara minum obat
(4) Perawat melakukan pendidikan kesehatan mengenai perawatan di
rumah sesuai dengan penyakit yang diderita pasien
5) Ronde Keperawatan
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di ruang Rajawali 4B, telah
dilakukan ronde keperawatan namun hanya ada pada saat pergantian jaga
malam ke jaga pagi.
6) Cara Memperkenalkan Ruangan Rajawali 4B Kepada Pasien dan Keluarga
Pasien
Berdasarkan hasil observasi ketika ada pasien baru yang dirawat, keluarga
dan pasien belum mendapatkan orientasi secara optimal mengenai ruang
Rajawali 4B baik denah dan fasilitas di dalam ruangan. Pendidikan kesehatan
mengenai pencegahan infeksi dengan cuci tangan juga belum terlaksana.
7) Pengelolaan Logistik dan Obat
Sistem pengelolaan obat pada Ruang Rajawali 4B adalah sebagai berikut:
a) Dokter memberikan advice kepada perawat tentang jenis dan jumlah obat
yang diberikan untuk pasien.
b) Perawat menyerahkan resep obat ke apotek.
c) Pihak apotek memberikan obat kepada perawat
d) Obat injeksi dan obat oral ditempatkan di loker obat sesuai dengan nomor
tempat tidur pasien.
e) Obat injeksi dan obat oral disiapkan dan diberikan pada klien sesuai waktu
dan dosis oleh perawat.
Hasil analisa menunjukkan pemantauan obat injeksi di Ruang
Rajawali 4B dilakukan oleh perawat sedangkan obat oral dilakukan
pemantauan oleh perawat dan keluarga. Perawat bertugas memantau dosis
obat dan waktu pemberian obat injeksi pada setiap pasien. Pada saat
pemberian obat injeksi, perawat sudah menerapkan prinsip 6B yaitu benar
pasien, benar obat, benar dosis, benar waktu pemberian, benar rute
pemberian, dan benar dokumentasi. Hal ini terbukti saat pemberian obat
perawat memberikan injeksi sesuai dengan nama pasien dan kamar yang
tertulis pada spuit dan mencocokan kembali pada buku injeksi serta
memvalidasi sesuai nama pasien. Spuit digunakan hanya sekali pakai.
8) Supervisi Manajemen Ruangan
Supervise keperawatan adalah suatu proses pemberian sumber-sumber yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas dalam rangka mencapai tujuan. Dalam
supervisi keperawatan dapat dilakukan oleh pemangku jabatan dalam berbagai
level seperti ketua tim, kepala ruangan, pengawas, kepala seksi, kepla bidng
perawatan ataupun wakil direktur keperawatan. Berdasarkan tugas peran dan
tanggungjawab supervisi keperawatan ruangan Rajawali 4B adalah Bapak
Rakidi, S.Kep.,Ns selaku CCM ruangan 4B dan Penanggungjawab Ibu
Trimaningsih, S.Kep.,Ns selaku kepala ruang di Rajawali 4B.
Hasil wawancara dengan kepala ruang, SOP yang ada di ruang Rajawali 4B
sudah ada. Perawat tetap berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan
tindakan keperawatan sesuai dengan SOP walupun terdapat berbagai
keterbatasan alat dan bahan di ruangan.
f. Material
a) Komposisi ruangan
Tabel komposisi ruangan di ruang Rajawali 4B
4.B.1 1
4.B.2 1
4.B.3 1
4.B.4 1
4.B.5 1
4.B.6 1
4.B.7 1
Ruang Obat 1
Konsultasi Dokter 1
Ruang Peralatan 1
Ruang Tindakan 1
Dapur 1
Nurse station 1
Mushola 1
Ruang diskusi 1
Spoel Hoek 1
Ruang Linen 1
Gudang 1
Ruang transit 1
2. Bersama dengan kepala Pembagian tugas untuk Jumlah jam perawatan pada
ruangan melakukan anggota tim/pelaksana pasien 26 jam. Dihitung
pembagian tugas untuk telah dilakukan, dalam satu tahun ada 365
anggota tim/pelaksana. dengan pembagian hari 26 jam = 9490 jam
tugas berdasarkan dalam satu tahun.
jumlah pasien di Blok 1 Berhubungan dengan
pada hari Jumat, 21 adanya hari libur hari
Oktober 2016 sejumlah minggu dan cuti tahunan
6 pasien, yaitu Ny. S adalah 365-128 = 237 8
diagnose ca. cervix jam efektif dalam seminggu
tingkat ketergantungan = 1896 jam. Maka dalam
pasien ringan, Ny. Y satu tahun berdasarkan
diagnose SLE dengan tingkat ketergantungan
tingkat ketergantungan pasien adalah 9490/1896 =
minimal, Ny. M 5 jumlah perawat dibagi 3
dignose fraktur femur shif dalam sehari. Sehingga
dengan tingkat dalam satu shif jam kerja
ketergantungan berat, ada 2 perawat yang
Ny. S diagnose NOK bertanggungjawab pada
dan Efusi pleura pasien Blok 4.
dengan tingkat
ketergantungan berat,
Ny. P diagnose IDC
gr.1 MD dengan
tingkat
ketergantungaan
ringan, Ny. S diagnose
ca. Cervik dengan
tinkat ketergantungan
ringan.
3. Rencana asuhan 3. Merencakan asuhan - Progam pada Bed 1,
keperawatan keperawatan tersusun Tn. S dengan Ca
dengan memberikan Cerviks, adalah CP
tugas dan peran masing- III ER 11x,
masing kepada anggota dosis obat sitos ( +
tim. - Progam pada Bed 2,
Ny. Y dengan SLE,
adalah :
Pro kemo,
cyclofospamade
tunggu hasil, resep
sitos, fisioterapi ke
PRU ( - )
- Progam pada Bed 3,
Ny. M dengan
Fraktur Patologis
Fenue Dextra,
adalah : Pro Orif
kamis 20 10 -2016
tunda untuk
screening mm, acc
alat dan tindakan
siap.
- Program pada Bed 4
Ny S dengan NOK
efusi pleura, adalah
: Perbaikan KU,
Post fungsi pleura,
RENC
SPYROMRTRI jika
akan operasi.
- Program pada Bed 5
Ny. P dengan IDC
GR I MD, adalah :
Post moulding, hari
ini simulator dan
ER.
- Program pada Bed 6
Ny. S dengan Ca
Cervix, adalah : Pro
CP III dan ER 6x.
4. Siapkan keperluan 4. Keperluan untuk - Alat Infuse, ganti
untuk pelaksanaan pelaksanaan asuhan balut, spuit injeksi
asuhan keperawatan. keperawatan telah dan peralatan medis
disiapkan dengan lainya siap dan
mengkoordinasikan tersedia diruang
petugas farmasi untuk obat dan ruang
menyediakan peralatan tindakan.
dan kebutuhan medis.
5. Beri pertolongan segera 5. Siap dan siaga terhadap - Alat Emergency
pada pasien dengan masalah kedaruratan disiapkan untuk
masalah kedaruratan. dengan memberikan mengatasi maslaah
informasi terhadap Tim kedaruratan yang
Code Blue. akan terjadi.
6. Lakukan ronde 6. Pembagian ronde - Ronde keperawatan
keperawatan bersama keperawatan bersama dilaksanakan
kepala ruangan. kepala ruangan telah dengan kepala
dilaksanakan terhadap ruang dan anggota
anggotan tim tim dengan melihat
berdasarkan jumlah keadaan pasien
pasien yang ada
diruangan.