Anda di halaman 1dari 19

PRESENTASI KASUS

MOLA HIDATIDOSA

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu
Obstetri dan Ginekologi RSUD Panembahan Senopati Bantul

Disusun oleh :
Choirotun Jumiyyatin Nisak
20120310248

Pembimbing
dr. Bambang Basuki Sp.OG (K)

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
SMF ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
2017
i
HALAMAN PENGESAHAN

PRESENTASI KASUS
MOLA HIDATIDOSA

Disusun oleh:
Choirotun Jumiyyatin Nisak
20110310248

Telah disetujui dan dipresentasikan


Pada: 17 April 2017

Dokter Pembimbing

dr. Bambang Basuki Sp.OG (K)

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN .. ii
DAFTAR ISI . iii
BAB I: Pendahuluan 1
BAB II: Laporan Kasus ... 2
A. Identitas Pasien .... 2
B. Anamnesis . 2
C. Pemeriksaan Fisik 4
D. Pemeriksaan Fisik Kehamilan 4
E. Diagnosis Kerja ... 4
F. Penatalaksanaan .. 4
G. Pemeriksaan Penunjang . 4
H. Follow up Pasien .. 5
I. Hasil pemeriksaan ..... 6
BAB III: Tinjauan Pustaka . 7
A. Definisi .. 7
B. Klasifikasi. 7
C. Patofisiologi.. 9
D. Etiologi.. 10
E. Gejala Klinis. 11
F. Diagnosis... 11
G. Penatalaksanaan . 12
BAB IV: Pembahasan .. 14
BAB V: Kesimpulan . 15
DAFTAR PUSTAKA ... 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Mola hidatidosa merupakan salah satu penyakit trofoblas gestasional (GTD) yaitu
sekelompok gangguan yang timbul dari proliferasi sela abnormal trofoblas villi plasenta.
Penyakit ini dikelompokkan menjadi empat bentuk berdasarkan klinikopatologis utama yaitu
mola hidatidosa (complete dan partial), invasive mola, koriokarsinoma dan plasenta trofoblas
tumor (PSTT) dan tumor yang terkait epitheloid trofoblas tumor (ETT) (Strohl&lurain, 2014)
Insidensinya lebih banyak ditemukan di negara-negara Asia, Afrika, dan Amerika latin
jika dibandingkan dengan insidensi di Amerika Serikat, Australia dan negara-negara di Eropa.
Angka kejadian mola hidatidosa di Amerika Serikat ialah 1 kejadian kehamilan mola dari 1.000
- 1500 kehamilan. Insidensi mola di Asia dilaporkan terjadi 2 kejadian kehamilan mola dari
1000 kehamilan. Di Timur Jauh bahkan tercatat 1 kejadian dalam 90 kehamilan. Kehamilan
mola dapat terjadi di semua umur wanita hamil, angka kejadian tersering adalah pada wanita
hamil berusia kurang dari 20 tahun dan berusia antara 40 sampai 50 tahun.(Betel
2006;Simbolon, 2013).

1
BAB II
LAPORAN KASUS

A. Identitas pasien
No. RM : 105258
Nama : Ny. Saminah
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 24-07-1979
Usia : 36 tahun
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Alamat : Gamblangan Timbulharjo Sewon
Tanggal masuk : 22-3-2017
Tanggal keluar : 25-3-2017

B. Anamnesis
Pasien datang dari poli dengan keterangan G3P2A0 Usia kehamilan 8 minggu 2 hari.
Pasien mengeluh keluar darah nge flek dari jalan lahir dan nyeri di bagian perut bawah
dan pinggul.
Riwayat penyakit dahulu:
- Hipertensi : disangkal
- Diabetes mellitus : disangkal
- Stroke : disangkal
- Infeksi saluran kemih : disangkal
- Asma, alergi : disangkal
Riwayat penyakit keluarga:
- Hipertensi : disangkal
- Diabetes mellitus : disangkal
- Stroke : disangkal
- Infeksi saluran kemih : disangkal
- Asma, alergi : disangkal

2
Riwayat Obstetrik : I 2002, BBL 3500 gram, pervaginam spontan, aterm
II 2008, BBL 3000 gram, pervaginam spontan, aterm
Riwayat ANC : I 1 kali di puskesmas
Riwayat Kontrasepsi : suntik 10 tahun
Riwayat Menikah : 1 kali, sejak 18 tahun yang lalu
Imunisasi TT : 5 kali
HPMT : 22 januari 2017
HPL : 30 oktober 2017
Usia kehamilan : 8 minggu 2 hari

C. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum: sedang, compos mentis
Tanda vital:
Suhu : 36,5 0C (axila).
TD : 100/60 mmHg
Napas : 24 kali/menit
Nadi : 88 kali/menit
Status Generalis:
Kepala : dalam batas normal
Mata : conjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-, conjungtiva suffusion -/-, secret
conjungtiva -/-
Hidung : deviasi (-/-), discharge (-/-), napas cuping hidung (-/-), epitaksis (-/-).
Telinga : simetris (+), serumen (-/-).
Mulut : sianosis (-), lidah kotor (-), faring hiperemis (-).
Leher : pembesaran tiroid (-), pembesaran kelenjar getah bening (-).
Thorax :
- Inspeksi : simetris (+), retraksi (-/-), scar (-).
- Palpasi : vocal vremitus simetris (+), pengembangan paru simetris (+).
- Perkusi : sonor (+/+).
- Auskultasi :
Pulmo : vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-).
3
Cor : S1 dan S2 reguler, bising jantung (-).
- Abdomen: Palpasi : supel, TFU belum teraba
- Ekstremitas:
Ekstremitas superior: akral hangat (+/+), edem (-/-)
Ekstremitas inferior: akral hangat (+/+), edem (-/-).

D. Pemeriksaan Fisik kehamilan


- BB : 66 kg, TB : 152 cm, IMT : 28,6
- Palpasi Abdomen: supel, nyeri tekan +, TFU tidak teraba, balotmen (-)
- Px Dalam: V/U tenang, dinding vagina licin, portio tebal, serviks tidak ada
pembukaan

E. Diagnosis Kerja
Mola Hidatidosa

F. Penatalaksanaan
- Pro dilatasi dan kuretase ai mola hidatidosa
- Misoprostol 100mg oral/6 jam pukul 23.00+05.00

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hasil Rujukan
17/02/2017
Hematologi
Hemoglobin 12 12-16 g/dl

Leukosit 7,68 4-11 103/uL

Eritrosit 4,16 4-5 106/uL

Trombosit 235 150-450 103/uL

Hematokrit 35,6 36-46 vol%

4
Hitung Jenis
Eosinophil 1
Basophil 1
Batang 3
Segmen 55
Limfosit 32
Monosit 6
Pembekuan Darah
PPT 12,7 12-16 detik
APTT 28,8 23-38 detik
Kontrol PPT 14,1 11-16 detik
Kontrol APTT 32,1 28-36,5 detik
Diabetes
Gula Darah 89 80-200 mg/dl
Sewaktu
HbSAg Negative negatif

H. Follow up Pasien
Tanggal Follow up Terapi
22-03-2017 S : pasien mengatakan nyeri pinggang +, Misoprostol 100 mg oral/6jam
perdarahan + Pro dilatasi dan kuretase
O : KU baik, sadar composmentis
TD : 110/70, N : 84, RR : 20, Temp :
36,2
A : Mola Hidatidosa
23-03-2017 S : pasien mengatakan keadaan sudah Amoksisilin 3x500 mg
membaik, perdarahan (-), nyeri Asam Mefenamat 3x500mg
pinggang berkurang. Sulfa Ferosus tab 1x1
O : KU baik, sadar composmentis BLPL

5
TD: 100/70, N : 80, RR : 22. Temp :
36,5
A : post kuretase ai mola hidatidosa

I. Hasil pemeriksaan Penunjang


1. Patologi Anatomi (31/03/2017):
Bahan : kerokan cavum uteri
Diagnosis : Mola Hidatidosa
Makroskopis : Jaringan pecah belah +/- 5 cc, coklat kehitaman, semua cetak.
Mikroskopis : Sediaan meninjukkan fragmen-fragmen jaringan desidua sebagian
dengan reaksi arias stella. Villi Chorealis imatur berukuran kecil
dan besar sebagian dengan stroma degenerasi hidropik dan
membentuk cisterna. Villi choreales yang besar dan tepi ireguler,
di tepi dibatasi sel-sel trofoblas relative monomorf di bagian lain
hiperplasi ringan sel-sel trofoblas. Tidak ada tanda-tanda
keganasan.
Kesimpulan : kerokan cavum uteri : mola hidatidosa partialis

2. Laboratorium
HCG: 41.300

3. USG
Terdapat massa amorf suspek mola hidatidosa

6
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Mola Hidatidosa


Mola Hidatidosa (MH) adalah kehamilan abnormal yang ditandai dengan perubahan
histologis dari plasenta. Secara klasik, vili korionik di plasenta ini menunjukkan
berbagai derajat trofoblas proliferasi dan edema stroma dalam villi. Mola dianggap
sebagai lesi prakanker karena 15-20% dari MHK dan 1% dari MHP mengalami
transformasi maligna (Mott, 2013)

B. Klasifikasi
Klasifikasi menurut FIGO 2002 dalam Obstetric William 2014 adalah sebagai berikut:
Mola hidatidiformis
- Komplet
- Partial
Neoplasia trofoblastik gestasional (trofoblastik gestasional maligna)

- Mola invasive
- Koriokarsinoma
- Tumor trofoblastik tempat plasenta

- Tumor trofoblastik epitel

Mola hidatidosa terbagi atas dua tipe, yakni mola hidatidosa komplet (CMH) dan mola
hidatidosa parsial (PMH).
1. Mola hidatidosa komplet dapat terjadi sebagai hasil dari fertilisasi oleh 1 atau 2 sel
sperma terhadap sel telur yang tidak memiliki DNA ( an empty egg cell ) sehingga
uterus tidak berisi jaringan fetus. Semua kromosomnya berasal dari paternal. Pada
mola hidatidosa komplet, vili khoriales memiliki ciri khas menyerupai buah anggur
dan secara total mengganti jaringan yang semestinya terbentuk sebagai plasenta
serta ditemukan hiperplasia tropoblastik. Sebanyak 1 dari 5 wanita akan mengalami

7
persistensi jaringan mola dimana kebanyakan menjadi mola invasif, tetapi dapat
pula menjadi koriokarsinoma, suatu bentuk ganas (kanker) dari GTD.
2. Mola hidatidosa parsial terbentuk dari fertilisasi sel ovum normal oleh 2 sel sperma
dengan kariotipe triploid sehingga dapat ditemukan adanya jaringan fetus yang
selanjutnya bertumbuh menjadi janin dengan multiple anomali dan biasanya dapat
bertahan hidup selama beberapa minggu dan abortus yang tejadi kemudian selalu
disertai adanya jaringan janin. Hanya sebagian vili khoriales yang mengalami
perubahan hidrofobik sedangkan sebagian masih berupa jaringan placenta yang
normal.

Gambaran mola hidatidosa partial dan komplet


Gambaran Mola partial Mola komplet
Kariotipe Biasanya 69,XXX atau 69 XXY 46 XX, 46 XY
Patologi
Mudigah janin Sering ada Tidak ada
Amnion, sel darah Sering ada Tidak ada
merah janin
Edema vilus Bervariasi, fokal Difus
Proliferasi sel Bervariasi, fokal, ringan sampai Bervariasi, ringan
trofoblastik sedang sampai berat
Gambaran klinis
Diagnosis Missed abortion Gestasi mola
Ukuran uterus Kecil untuk usia kehamilan 50% besar untuk masa
kehamilan
Kista teka-lutein Jarang 25-30%
Penyulit medis Jarang Sering
Penyakit trofoblastik 1-5 % 15-20%
persisten
Sumber : Obstetric William 2014

8
C. Patofisiologi
Pada konsepsi normal, setiap sel tubuh manusia mengandung 23 pasang kromosom,
dimana salah satu masing-masing pasangan dari ibu dan yang lainnya dari ayah. Dalam
konsepsi normal, sperma tunggal dengan kromosom membuahi sel telur dengan 23
kromosom, sehungga akan dihasilkan 46 kromosom.

Gambar 1. Skema konsepsi normal

Pada mola hidatidosa partial (MHP), dua sperma membuahi sel telur, menciptakan 69
kromosom, dibandingkan 46 kromosom pada konsepsi normal, hal ini disebut triploid.
Dengan materi genetic yang terlalu banyak, kehamilan akan berkembang secara abnormal,
dengan plasenta tumbuh melampaui bayi. Janin dapat terbentuk pada kehamilan ini, akan
tetapi janin tumbuh secara abnormal dan tidak dapat bertahan hidup.

Gambar 2. Skema kehamilan mola hidatidosa parsial (MHP)

Mola Hidatidosa Komplet (MHK) adalah ketika salah satu atau bahkan dua sperma
membuahi sel telur yang tidak memiliki materi genetic. Bahkan jika kromosom ayah
dilipatgandakan untuk menyusun 46 kromosom, materi genetic yang ada terlalu sedikit.

9
Biasanya sel telur yang dibuahi mati saat itu juga. Tetapi dalam kasus yang jarang sel
tersebut terimplantasi pada uterus. Jika hal itu terjadi, embrio tidak tumbuh, hanya sel
trofoblas yang tumbuh untuk mengisi rahim dengan jaringan mola.

Gambar 3. Skema kehamilan mola komplet

D. Etiologi dan faktor risiko


Menurut Moechtar (1990). Penyebab mola belum diketahui secara pasti. Faktor-faktor
yang mungkin menjadi penyebab adalah:
1. Faktor ovum
Spermatozoa memasuki ovum yang telah kehilangan nukleusnya atau dua serum
memasuki ovum tersebut sehingga akan terjadi kelaianan atau gangguan dalam
pembuahan.
2. Keadaan social ekonomi yang rendah
Dalam masa kehamilan keperluan zat-zat gizi meningkat. Hal ini diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan janin, dengan keadaan social
ekonomi yang rendah maka utnuk memenuhi kebutuhan zat gizi yang diperlukan
tubuh kurang sehingga mengakibatkan gangguan dalam pertumbuhan dan
perkembangan janinnya.
3. Parietas tinggi
Ibu multipara cenderung berisiko terjadi kehamilan mola hidatidosa karena trauma
kelahiran aterm atau penyimpangan transmisi secara genetic yang dapat di
identifikasikan dan penggunaan stimulant drulasi seperti klomifen atau
monotropinis (pergonal)

10
4. Kekurangan protein
Protein adalah zat untuk membangun jaringan-jaringan bagian tubuh sehubungan
dengan pertumbuhan janin, pertumbuhan rahim, dsn buah dada ibu, keperluan akan
zat protein pada waktu hamil sangat meningkat apabila kekurangan proteindalam
makanan mengakibatkan bayi akan lahir lebih kecil dari normal
5. Infeksi virus
Infeksi mikroba dapat menganai semua orang termasuk wanita hamil. Masuk atau
adanya mikroba dalam tubuh manusia tidak selalu akan menimbulkan penyakit. Hal
ini sangat tergantung dari jumlah mikroba (kuman atau virus) yang masuk
virulensinya serta daya tahan tubuh.

E. Gejala Klinis
Menurut Wiknjosastro (2002) manifestasi klinis mola hidatidosa adalah:
1. Hampir sebagian besar kehamilan mola akan disertai dengan peningkatan kadar
HCG
2. Gejala klinis mirip dengan kehamilan muda dan abortus iminen tapi gejala mual
muntah lebih hebat, sering disertai gejala seperti preeklamsia.
3. Pemeriksaan USG, akan menunjukkan adanya gambaran seperti sarang tawon tanpa
disertai adanya janin
4. Diagnosis pasti adalah dengan melihat jaringan mola, baik melalui ekspulsi spontan
maupun biopsy spontan.

F. Diagnosis
1. Anamnesis
Pada anamnesis bisa didapatkan adanya perdarahan pervaginam pada trimester 1
dan juga tinggi fundus uterus yang lebih besar dari usia gestasi.
2. Pemeriksaan Laboratorium
Trophoblast MH menghasilkan -hCG yang terus meningkat seiring dengan
proliferasinya. Kadar -hCG didapatkan melalui pemeriksaan laboratorium dan
sering mengakibatkan hyperemesis gravidarum dini. Tetapi, pada trimester pertama
kadar -hCG tidak selalu meningkat. Pemeriksaan laboratorium lainnya yang perlu
11
dilakukan yaitu pemeriksaan darah lengkap, fungsi pembekuan darah, fungsi tiroid
(Hoffman, 2016).
3. Pemeriksaan USG
Kebanyakan mola sudah dapat dideteksi pada trimester awalkehamilan sebelum
onset tanda klasik muncul dengan bantuan alat penunjang ultrasonografi (USG)
yang beresolusi tinggi. Karakteristik USG mola adanya gambaran badai salju
(snowstorm) dan honeycombapparance yang mengindikasikan villi koriales yang
hidrofik. Pada trimester awal didapatkan hasil USG MHK menunjukan
hasilechogenic, massa intrauterine yang mengandung banyak ruang kistikkecil,
yang menunjukan pembengkakan villi chorionic, dan juga tidak ditemukannya
jaringan janin dan kantung amnion. Sedangkan MHP Sebaliknya, pada MHP
menebal, plasenta hidropik dengan adanya janin. Tetapi USG dapat menyebabkan
diagnosis negatif palsu pada kehamilan yang sangat awal sebelum vili korialis
mencapai karakteristik vesicularnya (Hoffman, 2016).

G. Penatalaksanaan
Terdapat dua hal pokok yang penting dalam penatalaksanaan semua kehamlan mola.
Pertama adalah evakuasi mola, yang kedua adalah tindak lanjut (follow up) teratur
untuk mendeteksi penyakit trofoblastik persisten. Mola hidatidosa dapat di obati
dengan 4 tahap berikut ini:
1. Perbaikan umum
Pengeluaran gelembung mola yang disertai perdarahan memerlukan transfusi
sehingga penderita tidak jatuh dalam keadaan syok. Di samping itu, setiap evakuasi
jaringan mola dapat diikuti perdarahan. Hingga persiapan darah menjadi program
vital pada waktu mengeluarkan mola dengan kuterase dipasang infus dan uterotonika
dulu sehingga pengecilan Rahim dapat menguragi perdarahan.
2. Pengeluaran jaringan mola
a. Evakuasi jaringan mola hidatidosa
Dilakukan dengan vakum kuretase yaitu alat penghisap listrik yang kuat
hingga dapat menghisap jaringan mola yang cepat. Penggunaan alat listrik
mempunyai keuntungan cepat menghisap dan mengurangi perdarahan.
12
Evakuasi jaringan mola hidatidosa dilakukan dua kali dengan interval satu
mingguan.
b. Histerektomi
Dengan pertimbangan (usia di atas 35 tahun) parietas di atas 3 maka
penderita mola hidatidosa dilakukan tindakan radikal histerektomi.
3. Pengobatan profilaksis dengan sitostastika
Mola hidatidosa merupakan penyulut trofoblas yang berkelanjutan menjadi
koriokarsinoma. Untuk menghindari terjadinya degenerasi ganas, diberikan
profilaksis sitistatika metrotraksan atau actinomicyn D. Pengobatan profilaksis
sitostatika memerlukan perawatan rumah sakit.
4. Pengawasan lanjut
Pengawasan lanjutan pada wanita dengan mola hidatidosa yang uterusnya
dikosongkan sangat penting karena mungkin timbul tumor ganas. Penentuan kadar
kuantitatif HCG subyektif unit beta dilakukan tiap minggu. Menurtu FIGO (2000)
penanganan pasca evakuasi mola meliputi: pemeriksaan HCG setiap minggu pada
bulan pertama sampai tidak terdeteksi. Dikatakan tidak terdeteksi bila pada dua
pemeriksaan selanjutnya dalam interval 1 minggu tetap tidak terdeteksi. Kemudian
pemeriksaan dilanjutkan setiap dua minggu pada bulan kedua, setiap bulan selama
6 bulan dan setiap 6 bulan selama setahun.

13
BAB IV
PEMBAHASAN

Pasien ini adalah seorang G3P2A0, 36 tahun, umur kehamilan 8 minggu 2 hari dengan
keluhan keluar darah nge flek dan juga mengeluhkan nyeri pinggang. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan keadaan umum baik, tanda vital dalam batas normal. Pada pemeriksaan obstetri
didapatkan abdomen supel, balotement test (-). USG pada pasien ini ditemukan massa amorf
suspek mengarah mola hidatidosa, dari laboratorium menunjukkan kadar HCG kuantitatif
melebihi kadar normal yaitu 41.300.
Pasien ini kemudian dilakukan kuretase dan hasilnya di kirim ke laboratorium patologi
anatomi. Hasil patologi anatomi didapatkan fragmen-fragmen jaringan desidua sebagian dengan
reaksi arias stella. Villi Chorealis imatur berukuran kecil dan besar sebagian dengan stroma
degenerasi hidropik dan membentuk cisterna. Villi choreales yang besar dan tepi ireguler, di
tepi dibatasi sel-sel trofoblas relative monomorf di bagian lain hiperplasi ringan sel-sel trofoblas.
Tidak ada tanda-tanda keganasan.
Pada kasus ini didapatkan gejala yang kurang khas untuk mola, dimana pada gambaran
USG dari pasien menunjukkan massa amorf yang mana massa amorf bukan merupakan ciri khas
dari mola, akan tetapi menurut prawirohardjo (2010) dinyatakan bahwa gambaran USG
kehamilan mola pada trimester I (pada pasien ini usia kehamilan 8 minggu) tidaklah spesifik
dan bervariasi. Mungkin akan terlihat seperti kehamilan nirmudigah dengan dinding yang
menebal seperti plasenta hidropik, missed abortion, abortus inkompletus, mioma berdegenerasi
kistik, hyperplasia endometrium, atau terlihat sebagai masa ekogenik yang mengisi seluruh
cavum uter. Dalam hal ini perlu dilakukan pemeriksaan kadar HCG serum.
Dari hasil b-hcg pasien ini didapatkan kenaikan yaitu 41.300 dimana nilai rujukan normal
untuk wanita masa produktif adalah <100.000. Seharusnya pada pasien ini dilakukan
pemantauan terhadap kadar B-HCG seminggu sekali hingga kadar b-hcg negatif tiga kali
berturut-turut. Setelah itu dilakukan pemantaun setiap bulan sekali sampai enam bulan. Pada
pasien ini tidak dilakuakn pemeriksaan TSH dan FT4, seharusnya pada pasien ini dilakukan
pemeriksaan TSH dan FT4 untuk mengetahui apakah kehamilan mola ini ada hubungannya
dengan tiroid atau tidak. Faktor yang diduga menjadi risiko pada pasien ini adalah multiparitas.

14
BAB V
KESIMPULAN

Pada pasien ini pengelolaan kasus kurang baik karena pada awal anamnesis tidak
didapatkan gejala yang tidak khas, tidak diperiksa kadar FT3, FT4 dan diagnosis masih
diragukan jika kasus ini adalah mola. Diagnosis pada pasien ini dilakukan dari anamnesis
didapatkan gejala yang tidak khas, dari USG ditemukan massa amorf suspek mengarah mola
hidatidosa yang tidak khas pada trimester I, kemudian di konfirmasi dari laboratorium
menunjukkan kadar HCG melebihi kadar normal yaitu 41.000.
Diagnosis baru dapat dipastikan dari hasil kerokan endometrium yang menyimpulkan
hasilnya adalah mola hidatidosa partialis, dengan demikian diagnosis pada pasien ini tegak
dengan mola hidatidosa partialis.

15
DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society. 2013. Gestational Trophoblastic Disease. Available from:


www.cancer.org
Andrijono, dkk. 2007. Study on Retinol Binding Protein (RBP) Receptor in Hydatidiform Mole
Trophoblastic Cells. Med J Indones, 16: 146-150.
Betel C, dkk. 2006. Sonographic Diagnosis of Gestational Trophoblastic Disease and
Comparison With Retained Products of Conception. J Ultrasound Med. 25:98593
Cuningham.2014. Obstetri Williams. Jakarta: EGC
Genest, dkk. 2003. Gestational trophoblastic disease. In: Tavassoli FA, Devilee P. WHO
Pathology and Genetics Tumours of the Breast and Female Genital Organs. France:
IARC: 250-254.
Hoffman, dkk. 2016. Williams Gynecology 3rd edition. United states: McGraw Hill.
Kumar, dkk. 2010. The Female Genital Tract Body of Uterus and Endometrium, In: Pathologic
Basis of Disease. Eighth Edition. Sounders: 1024-1027.
Mott DD. 2013. Hydatidiform Mole Imaging. Available from: http://www.medscape.org/
Mochtar, Rustam. 1990. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC
Simbolon.2013. Laporan Kasus Molahidatidosa.Universitas Gadjah Mada
Prawirohardjo. 2010. Ilmu Kebidanan: Mola Hidatidosa. Jakarta: Bina pustaka.
Wiknjosastro, Hanifa. 2002. Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

16

Anda mungkin juga menyukai