URETEROLITIASIS
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Kepaniteraan Klinik di
Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul
Disusun oleh :
PRESENTASI KASUS
URETEROLITIASIS
Disusun oleh :
Choirotun Jumiyyatin Nisak
20110310248
Dokter Pembimbing
PENDAHULUAN
Infeksi saluran kemih merupakan salah satu masalah kesehatan akut yang sering terjadi
pada perempuan. Masalah infeksi saluran kemih tersering adalah sistitis akut, sistitis kronik, dan
urethritis. Sebagai
BAB II
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS
No. RM : 328158
Nama : Ny.M
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 27-07-1973
Usia : 43 tahun
Pekerjaan : Buruh
Pendidikan terakhir: Tamat SD
Alamat : karang asem muntuk dlingo, bantul
Tanggal masuk : 1-11-2016
Tanggal keluar : -
B. ANAMNESA
Pada tanggal 1 Oktober 2016, pasien datang sadar diantar keluarganya ke IGD dengan keluhan
utama nyeri perut. Nyeri perut dirasakan menjalar ke punggung kanan, bahu kanan dan
ekstremitas kanan bawah, nyeri dirasakan sudah kurang lebih 3 hari ini. Nyeri dirasakan hilang
timbul. Pasien mengatakan 3 hari yang lalu demam dan dibawa ke PKU kemudian disuntikkan
obat demam turun dan membaik. Pusing (-), mual (-), muntah (-), nafsu makan menurun, BAB
tak, BAK tak.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat demam tifoid : ya ( tahun 2015)
Riwayat demam berdarah dengue : disangkal
Riwayat asma: disangkal.
Riwayat penyakit jantung: disangkal.
Riwayat infeksi saluran kemih: disangkal.
Riwayat batu saluran kemih: disangkal
C. PEMERIKSAAN FISIK
Hematologi
Hitung jenis
Eosinofil 0 3 2-4 %
Basophil 1 1 0-1 %
Batang 14 0 2-5 %
Segmen 69 70 51-67 %
Limfosit 14 15 20-35 %
Monosit 2 11 4-8 %
Sero imunologi
S typhi O + 1/80 - -
S Paratyphi AH - - -
S Paratyphi AO - -
Darah Samar 2+ -
PH N 5 8,5
Protein N -
Urobilinogen N 0.2-1.0
Nitrit - -
Leukosit eksterase - -
Sedimen Urin
Eritrosit 7-10 0-2/LPK
Leukosit 0-1 0-3/LPK
Sel epitel + +
Kristal
Ca oksalat - -
Asam urat - -
Amorf - -
Silinder
Eritrosit - -
Leukosit - -
Granular - -
Bakteri - -
Lain-lain - -
E. DIAGNOSIS KERJA
Tifoid Fever
GERD
F. PENATALAKSANAAN IGD
Infus Ringer lactat 15 tetes/menit
Injeksi ciprofloxacin 2x200 mg
Injeksi ondansetron 1 Ampul/12 jam
Injeksi pepsol dalam NS 500 cc habis dalam jam
Ulsafat syrup 3x1 cth
Paracetamol (jika demam )
G. FOLLOW UP PASIEN
Tanggal Follow Up
20-09-2016 S : Pasien datang dengan keluhan demam sejak 7 hari sebelum
masuk rumah sakit. Demam naik-turun, terutama naik saat
sore hari. Keluhan disertai dengan mual dan muntah, muntah
4x kali. BAB frekuensi berulang, BAK terakhir 3 jam
sebelum masuk rumah sakit. Nafsu makan dan minum
berkurang.
O : KU Sedang , Composmentis
TD : 110/70
Temperatur: 37
Nadi : 76
RR : 20
Kepala : mata CA-/-,SI-/-
Thorax : vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Cor : S1S2 reguler, Bising Jantung -
Abdomen : supel +, nyeri tekan epigastrik +
Ekstremitas : akral hangat +, edema-
A : Typhoid Fever
GERD
P : Infus Ringer lactat 15 tetes/menit
Injeksi ciprofloxacin 2x200 mg
Inj ondansetron 1 Amp/ 12 jam
Injeksi pepsol 1 Ampul/24 jam dalam NS 500 cc habis dalam
jam
Ulsafat syrup 3x1 cth
Paracetamol (jika demam )
O : KU Sedang , Composmentis
TD : 110/70
Temperatur: 36,5
Nadi : 76
RR : 22
Kepala : mata CA-/-,SI-/-
Thorax : vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Cor : S1S2 reguler, Bising Jantung -
Abdomen : supel +, nyeri tekan epigastrik +
Ekstremitas : akral hangat +, edema-
A : Typhoid Fever
GERD
P : Infus Ringer lactat 15 tetes/menit
Injeksi ciprofloxacin 2x200 mg
ondansetron tab 3x1 (Jika perlu : mual)
Injeksi pepsol 1 Ampul/24 jam
Ulsafat syrup 3x1 cth
Paracetamol (jika demam )
22-09-2016 S : pasien mengeluhkan perutnya terasa perih. Demam masih naik
turun, demam terutama sore menjelang malam hari. Semalam
demam (+), mual (+), muntah (-). Sekarang mual (-), muntah
(-), demam (-), batuk (+). Nafsu makan masih sedikit, BAB (-),
BAK lancar, nyeri perut (+)
O : KU Sedang , Composmentis
TD : 110/70
Temperatur: 36,2
Nadi : 72
RR : 20
Kepala : mata CA-/-,SI-/-
Thorax : vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Cor : S1S2 reguler, Bising Jantung -
Abdomen : supel +, nyeri tekan epigastrik +
Ekstremitas : akral hangat +, edema-
A : Typhoid Fever
GERD
P : Infus Ringer lactat 15 tetes/menit
Injeksi ciprofloxacin 2x200 mg
ondansetron tab 3x1 (Jika perlu : mual)
Injeksi pepsol 1 Ampul/24 jam
Ulsafat syrup 3x1 cth
Paracetamol (jika demam )
23-09-2016 S : Psien mengeluhkan semalam demam (+), mual (+), muntah (-).
Sekarang mual (-), muntah (-), demam (-), batuk (+). Nafsu
makan masih sedikit, BAB (-), BAK lancar, nyeri perut (+)
O : KU Sedang , Composmentis
TD : 110/80
Temperatur: 36,8
Nadi : 78
RR : 20
Kepala : mata CA-/-,SI-/-
Thorax : vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Cor : S1S2 reguler, Bising Jantung -
Abdomen : supel +, nyeri tekan epigastrik +
Ekstremitas : akral hangat +, edema-
A : Typhoid Fever
GERD
P : Infus Ringer lactat 15 tetes/menit
Injeksi ciprofloxacin 2x200 mg
ondansetron tab 3x1 (Jika perlu : mual)
Injeksi pepsol 1 Ampul/24 jam
Ulsafat syrup 3x1 cth
Paracetamol (jika demam )
24-09-2016 S : Semalam demam (+), mual (-), muntah (-). Sekarang mual (-),
muntah (-), demam (-), batuk (+). Nafsu makan masih sedikit,
BAB (-), BAK lancar, nyeri perut (+)
O : KU Sedang , Composmentis
TD : 110/70
Temperatur: 36,2
Nadi : 80
RR : 20
Kepala : mata CA-/-,SI-/-
Thorax : vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Cor : S1S2 reguler, Bising Jantung -
Abdomen : supel +, nyeri tekan epigastrik +
Ekstremitas : akral hangat +, edema-
A : Typhoid Fever
GERD
P : Infus Ringer lactat 15 tetes/menit
Injeksi ciprofloxacin 2x200 mg
ondansetron tab 3x1 (Jika perlu : mual)
Injeksi pepsol 1 Ampul/24 jam
Ulsafat syrup 3x1 cth
Paracetamol (jika demam)
+ Tiamphenicol 3x500 mg
+ Fleet enema 1x1
Plan : Cek darah rutin
Cek ureum kreatinin, SGOT, SGPT, GDS,UL, Widal
26-09-2016 S : Pasien sudah membaik, Demam (-), mual (-), muntah (-). Nafsu
makan meningkat. BAB tak , BAK lancar, nyeri perut (-)
O : KU baik, composmentis
TD : 110/70
Temperatur: 36,2
Nadi : 80
RR : 20
Kepala : mata CA-/-,SI-/-
Thorax : vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Cor : S1S2 reguler, Bising Jantung -
Abdomen : supel +, nyeri tekan epigastrik +
Ekstremitas : akral hangat +, edema-
A : Typhoid Fever
GERD
P : Infus Ringer lactat 15 tetes/menit
Injeksi ciprofloxacin 2x200 mg
ondansetron tab 3x1 (Jika perlu : mual)
Injeksi pepsol 1 Ampul/24 jam
Ulsafat syrup 3x1 cth
Paracetamol (jika demam)
Obat pulang :
Lanzoprazol 1x1
Domperidon 3x1
Ciprofloxacin 2x500mg
Ulsafat syr 3x1 cth
Cefuroxime 2x500 mg
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
B. Insiden
Insiden demam tifoid bervariasi setiap daerah dan biasanya terkait dengan sanitasi
lingkungan. Perbedaan insiden di perkotaan berhubungan erat dengan penyediaan air
bersih yang belum memadai serta sanitasi lingkungan dengan pembuangan sampah yang
kurang memenuhi syarat kesehatan lingkungan[ CITATION Aru09 \l 1033 ]
C. Etiologi
Demam tifoid disebabkan oleh masuknya bakteri Salmonella typhi melalui makanan yang
telah terkontaminasi oleh bakteri tersebut.[ CITATION Aru09 \l 1033 ]. Salmonella typhi
adalah bakteri gram negatif, yang mempunyai flagella, tidak berkapsul, tidak membentuk
spora fakultatif anaerob. Salmonellaa typhi memiliki 3 antigen yaitu :
1. Antigen O (antigen somatik) yaitu terletak diluar lapisan tubuh kuman. Antigen ini
memiliki struktur kimia lipopolisakarida atau disebut juga endotoksin. Antigen ini
tahan terhadap panas tetapi tidak tahan terhadap formaldehid.
2. Antigen H (Antigen flagella) yang terletak pada flagella, fimbrae atau fili dari
kuman. Antigen ini memiliki struktur kimia suatu protein dan tahan terhadap
formaldehid dan tidak tahan terhadap panas di atas 60 C.
3. Antigen Vi adalah polimer polisakarida yang bersifat asam yang terletak pada
kapsul(envelope) dari kuman yang dapat melindungi kuman dari fagositosis.
D. Pathogenesis
Masuknya kuman Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi ke dalam tubuh manusia
terjadi melalui makanan yang terkontaminasi kuman. Sebagian kuman dimusnahkan
dalam lambung, sebagian lolos masuk ke dalam usus dan selanjutnya berkembang biak.
Bila respon imunitas humoral mukosa (igA) usus kurang baik, maka kuman akan
menembus sel-sel epitel (terutama sel M) dan selanjutnya ke lamina propria. Di laminan
propria kuman berkembang biak dan di fagosit oleh makrofag. Kuman dapat hidup dan
berkembang biak dalam makrofag dan selanjutnya dibawa ke plak payeri ileum distal dan
kemudian ke kelenjar getah bening mesenterika. Selanjutnya melalui duktus thorakikus
kuman yang terdapat dalam makrofag ini masuk ke sirkulasi darah (mengakibatkan
bekteremia pertama yang asimtomatik) dan menyebar ke seluruh organ retikuloendotelial
tubuh terutama di hati dan limpha. Di organ ini kuman meninggalkan sel fagosit dan
berkembang diluar sel atau ruang sinusoid dan selanjutnya masuk ke dalam sirkulasi
darah lagi mengakibatkan bacteremia yang kedua kalinya disertai tanda dan gejala
penyakit infeksi sistemik seperti demam, malaise, myalgia, sakit kepala dan sakit perut.
E. GAMBARAN KLINIS
Pada minggu pertama gejala klinis penyakit ini ditemukan gejala seperti infeksi akut
pada umumnya yaitu: demam, nyeri kepala, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah,
obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk dan epistaksis. Pada pemeriksaan
fisik hanya di dapatkan suhu badan yang meningkat. Sifat demam adalah meningkat
perlahan-lahan terutama pada sore hingga malam hari. Dalam minggu kedua gejala
timbul lebih jelas berupa demam, bradikardi relative, lidah berselaput (kotor di tengah,
tepi dan ujung merah serta tremor), hepatomegaly, splenomegaly, meteroismus (keadaan
perut kembung), gangguan mental berupa somnolen,stupor, koma, delirium atau psikosis.
[ CITATION Aru09 \l 1033 ].
1. Demam
Pada kasus-kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu. Bersifat febris remiten
dan suhu tidak terlalu tinggi. Selama minggu pertama suhu tubuh berangsur-angsur
meningkat setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan menigkat lagi pada sore
dan malam hari. Dalam minggu kedua, penderita terus dalam keadaan demam.
Dalam minggu ketiga suhu tubuh berangsur-angsur turun dan normal kembali pada
akhir minggu ketiga.
2. Gangguan saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas yang berbau tidak sedap. Bibir kering dan pecah-pecah
(ragaden). Lidah ditutupi selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepinya
kemerahan, jarang disertai tremor. pada abdomen dapat ditemukan meteorismus
(kembung pada perut). Hepatomegaly, splenomegaly. Biasanya didapatkan
konstipasi, normal ataupun diare.
3. Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak begitu dalam yaitu dari
apatis sampai somnolen. Jarang terjadi sopor, koma atau gelisah.
F. Diagnosis Banding
Demam berdarah Dengue
Malaria
Leptospirosis
G. Komplikasi
1. Typhoid toksik (typhoid encepalopathi)
Penderita dengan sindrom demam typhoid dengan panas tinggi yang disertai dengan
kekacauan mental hebat, kesadaran menurun, mulai dari delirium sampai koma.
2. Syok septik
Penderita dengan demamtyphoid, panas tinggi serta gejala-gejala toksemia yang
berat. Selain itu, terdapat gejala gangguan hemodinamik seperti tekanan darah turun,
nadi halus dan cepat, keringat dingin dan akral dingin.
3. Perdarahan dan perforasi intestinal
Komplikasi perdarahan ditandai dengan hematoschezia. Dapat diketahui dengan
pemeriksaan fese (occult bold test). Komplikasi ini ditandai dengan gejala akut
abdomen peritonitis. Pada fotoabdomen 3 posisi dan pemeriksaan klinis bedah
didapatkan gas bebbas dalam rongga perut.
4. Hepatitis typhosa
Kelainan berupa ikterus, hepatomegaly, kelainan tes fungsi hati.
5. Pankreatitis typhosa
Terdapat tanda pankreatitis akut dengan peningkatan enzim lipase dan amylase.
Tanda ini dapat dibantu dengan USG ata CT scan.
H. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Rutin Darah lengkap :
Hitung leukosit total menunjukkan adanya leukopenia (<5000 per mm3), limfositosis
relatif, monositosis, aneosinofilia, dan trombositopenia ringan. [ CITATION Per13 \l
1033 ]
SGOT SGPT seringkali meningkat, tetapi akan menjadi normal setelah sembuh.
2. Uji widal
Uji widal dilakukan untuk deteksi antibody terhadap kuman Salmonella typhi. Pada
uji widal terdapat reaksi aglutinasi antara antigen kuman S. typhi dengan antibody
yang disebut aglutinin. Maksud dari uji widal adalah untuk menentukan adanya
aglutinin dalam serum penderita yaitu :
- Aglutinin O (dari tubuh kuman)
- Aglutinin H (Flagela kuman)
- Aglutinin Vi (Simpai kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang digunakan untuk
diagnosis demam tifoid. Semakin tinggi titernya semakin besar kemungkinan
terinfeksi kuman tersebut. [ CITATION Aru09 \l 1033 ]
Pembentkan aglutinin mulai terjadi pada akhir minggu pertama demam, kemudian
meningkat secara cepat dan mencapai puncak pada minggu ke 4 dan tetap tinggi
selama beberapa minggu. Pada fase akut, mula-mula timbul aglutinin O, kemudian
diikuti dengan aglutinin H. orang yang telah sembuh aglutinin O masih tetap
dijumpai setelah 4-6 bulan, sedangkan aglutinin H menetap lebih lama antara 9-12
bulan. Oleh karena itu widal bukan penentu kesembuhan.
Tes TUBEX merupakan tes aglutinasi kompetitif semi kuantitatif yang sederhana
dan cepat (kurang lebih 2 menit) dengan menggunakan partikel yang berwarna
untuk meningkatkan sensitivitas. Spesifisitas ditingkatkan dengan menggunakan
antigen O9 yang benar-benar spesifik yang hanya ditemukan pada Salmonella
serogrup D. Tes ini sangat akurat dalam diagnosis infeksi akut karena hanya
mendeteksi adanya antibodi IgM dan tidak mendeteksi antibodi IgG dalam waktu
beberapa menit (Chrishantoro, 2006). Tubex, mendeteksi kemampuan antibodi
anti-Salmonella O9 dari serum pasien dengan cara menghambat ikatan antara
indikator antibodi-partikel dan magnetik antigen-partikel. Tes ini juga spesifik
untuk mendeteksi antigen Salmonella O9 (lipopolisakarida grup D) dalam larutan
dan memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi organisme Salmonella grup D
secara langsung dari koloni agar atau kultur darah. Secara imunologi antigen o9
bersifat imunodominan sehingga dapat merangsang imun secara independen
terhadap timus dan dapat merangsang mitosis sel B tanpa bantuan sel T. karena
sifat-sifat tersebut respon terhadap antigen O9 berlangsung cepat sehingga
deteksi terhadap antigen O9 dapat dilakukan lebih dini, yaitu pada hari ke 4-5
untuk infeksi primer dan hari ke 2-3 untuk infeksi sekunder.
I. Penatalaksanaan
Menurut Sudoyo (2009) terdapat trilogi penatalaksanaan demam tifoid yaitu :
1. Istirahat dan perawatan untuk mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan.
2. Diet dan terapi penunjang untuk mengembalikan rasa nyaman dan kesehatan pasien
secara optimal. Pertama untuk penderita demam tifoid diberikan diet bubur saring
kemudian (untuk menghindari komplikasi perdarahan saluran cerna atau perforasi
usus), ditingkatkan menjadi bubur kasar dan akhirnya diberikan nasi. Pemberian diet
disesuaikan dengan tingkat kesembuhan pasien
3. Pemberian antimikroba
Obat-obatan antimikroba yang sering digunakan untuk pengobatan tifoid adalah
sebagai berikut :
- Kloramfenikol
- Tiamfenikol
- Kotrimoksazol
- Ampisilin dan amoxsicilin
- Sefalosporin generasi ketiga
- Golongn fuorokuinolon
a. Terapi supportif
Istirahat tirah baring dan mengatur tahapan mobilisasi
Diet tinggi kalori dan tinggi protein
Konsumsi obat secara rutin dan tuntas
Kontrol dan monitor tanda vital pasien
b. Terapi simptomatik
Untuk menurunkan demam dan mengurangi keluhan gastrointestinal
c. Terapi definitive dengan antibiotic
Antibiotic lini pertama untuk demam tifoid adalah kolramfenicol, ampisilin atau
amoksisilin, dan kortrimiksazol. Bila pemberian salah satu antibiotic lini pertama
tidak efektif dapat diganti dengan antibiotic lain atau antibiotic lini kedua yaitu
ceftriaxone, cefotaxime , kuinolon (ciprofloxacin, ofloxacin).
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Diagnosis
Pada pasien ini di diagnosis typhoid fever karena pasien mengalami demam lebih
dari 7 hari. Demam di minggu kedua dirasakan hanya pada saat malam hari. Gejala
pertama yang dialami oleh pasien adalah demam selama 7 hari seblelum masuk rumah
sakit yang disertai gejala lain yaitu mual, muntah, gangguan pencernaan yaitu BAB
dengan frekuensi yang sering dan beberapa hari kemudian konstipasi, nafsu makan yang
menurun disertai nyeri perut yang membuat tidak nyaman. Dari pemeriksaan fisik
ditemukan beberapa gejala yang sesuai dengan typhoid fever yaitu lidah berselaput putih
(coated tongue), nyeri tekan epigastrik dan bradikardi relative. Pemeriksaan penunjang
didaptkan leukosit yang normal namun cenderung rendah, aneosinofilia, dan monositosis.
Penegakan diagnosis dilakukan dengan beberapa pemeriksaan penunjang uji widal
dengan hasil titer S typhi O 1/80, untuk bisa memastikan diagnosis typhoid seharusnya
didaptkan titer O>1/160 akan tetapi karena sebelum sampai rumah sakit pasien telah
mengkonsumsi antibiotic ciprofloxacin yang dapat mempengaruhi hasil uji widal.
Pada typhoid dapat dilakukan uji widal atau tubex untuk menegakkan
diagnosis. Kelemahan uji Widal yaitu rendahnya sensitivitas dan spesifisitas serta
sulitnya melakukan interpretasi hasil membatasi penggunaannya dalam
penatalaksanaan penderita demam tifoid akan tetapi hasil uji Widal yang positif akan
memperkuat dugaan pada tersangka penderita demam tifoid (penanda infeksi).
Kelemahan lain adalah banyak terjadi hasil negatif palsu dan positif palsu pada tes
ini. Hasil negatif palsu tes Widal terjadi jika darah diambil terlalu dini dari fase tifoid.
Pemberian antibiotik merupakan salah satu peyebab penting terjadinya negatif palsu.
Penyebab hasil negatif lainnya adalah tidak adanya infeksi S. Typhi, status karier,
inokulum antigen bakteri pejamu yang tidak cukup untuk melawan antibodi,
kesalahan atau kesulitan dalam melakukan tes dan variabilitas antigen (Hosoglu et al,
2008).Hasil positif palsu dapat terjadi apabila sudah pernah melakukan tes demam
tifoid sebelumnya, sudah pernah imunisasi antigen Salmonella sp. Ada reaksi silang
sebelumnya dengan antigen selain Salmonella sp., variabilitas dan kurangnya standar
pemeriksaan antigen, infeksi malaria atau bakteri enterobacteriaceae lainnya,
peayakitlain, seperti dengue (Hosoglu et al, 2008).
Uji tubex memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang lebih tinggi dibandingkan
dengan uji widal. Tes ini sangat akurat dalam diagnosis infeksi akut karena hanya
mendeteksi adanya antibodi IgM dan tidak mendeteksi antibodi IgG dalam waktu
beberapa menit (Chrishantoro, 2006). Kelemahan uji tubex adalah harganya yang
lebih mahal dibandingkan dengan uji widal, oleh karenanya terkadang uji widal lebih
dipilih sebagai penegakan diagnosis dikombinasikan dengan gejala klinis yang ada.