Anda di halaman 1dari 7

JIDAN

Jurnal Ilmiah Bidan ISSN : 2339-1731

Hubungan Pengetahuan, Pendidikan Dan Pekerjaan Ibu Dengan


Pemberian Makanan Pendamping ASI ( MP ASI ) Pada Bayi Di
Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado
Kusmiyati, 1, Syuul Adam2, Sandra Pakaya 3
1. 2. Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Manado, 3. Puskesmas Bahu. Kecamatan Malalyang Kota Manado

ABSTRAK

Latar belakang: Pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) secara dini sangatlah berbahaya,
apalagi jika disajikan tidak higienis. Bayi yang mendapat MP-ASI sebelum umur 6 bulan lebih
banyak terserang diare, sembelit, batuk pilek dan panas jika dibandingkan dengan bayi yang hanya
mendapat ASI eksklusif. Data yang diperoleh dari Puskesmas Bahu pada bulan Febuari 2014 terdapat
50 ibu yang memiliki bayi 0-6 bulan, dan 21 diantaranya ibu sudah memberikan MP-ASI.
Tujuan : untuk mengetahui hubungan pengetahuan, pendidikan dan pekerjaan ibu dengan pemberian
makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Kota
Manado.
Metode: Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan rancangan Cross Sectionl. Pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah total
populasi yaitu seluruh ibu-ibu yang mempunyai bayi 6-12 bulan yang datang ke puskesmas Bahu,
berjumlah 59 orang. Analisis data dilakukan dengan uji Chi Kuadrat, dengan menggunakan bantuan
program SPSS for windows versi 20, dengan p value= 0,05.
Hasil penelitian: Menunjukkan terdapat hubungan antara pengetahuan dengan pemberian MP-ASI
dengan p-value 0,005. Tidak terdapat hubungan antara pekerjaan dengan pemberian MP-ASI, p-value
0,052. Tidak terdapat hubungan antara pendidikan dengan pemberian MP-ASI dengan p-value 0,444.
Kesimpulan: Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan pekerjaan dengan pemberian
makanan pendamping ASI ( MP-ASI ) pada bayi.

Kata kunci : Pengetahuan, Pendidikan, Pekerjaan, MP-ASI pada Bayi.

PENDAHULUAN meninggal sebanyak 49 bayi dan 9 bayi


Bayi yang mendapatkan MP-ASI diantaranya meninggal disebabkan karena
sebelum berumur enam bulan lebih banyak diare.2
terserang diare, sembelit, batuk pilek, dan Masa pertumbuhan buah hati
panas dibandingkan bayi yang hanya adalah masa yang penting dalam setiap
mendapatkan ASI eksklusif. Selain itu langkah untuk mencapai tumbuh kembang
pemberian makanan padat secara dini akan optimal, di dalam Global Strategi For
menyebabkan kerusakan saluran Infant and Young Child Feeding,
pencernaan dan menimbulkan WHO/UNICEF merekomendasikan empat
penyumbatan saluran pencernaan.1 hal penting yang harus dilakukan yaitu
Angka Kematian Bayi (AKB) pertama memberikan ASI kepada bayi
menurut data Survey Demografi Kesehatan segera dalam waktu 30 menit setelah bayi
Indonesia (SDKI) tahun 2012 yaitu 34 per lahir, kedua memberikan hanya ASI saja
1000 kelahiran hidup. Data Propinsi atau pemberian ASI secara eksklusif
Sulawesi Utara untuk AKB pada tahun sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan,
2012 sebesar 37 per 1000 kelahiran hidup, ketiga memberikan makanan pendamping
dan tahun 2013 tercatat bayi yang ASI (MP-ASI) sejak bayi berusia 6 bulan

Volume 2 Nomor 2. Juli Desember 2014 64


JIDAN
Jurnal Ilmiah Bidan ISSN : 2339-1731

sampai 24 bulan dan keempat meneruskan menyusui secara eksklusif, karena ibu
pemberian ASI sampai anak berusia 24 merasa khawatir bahwa dengan menyusui
bulan atau lebih.3 akan merubah bentuk payudara menjadi
Data dari Puskesmas Bahu Kota jelek, dan takut badan akan menjadi
Manado di wilayah kerja bahwa tahun gemuk. Dengan alasan inilah ibu
2011 jumlah bayi 265, yang diberikan memberikan makanan pendamping ASI,
ASI ekslusif yaitu 1 (0,4%), dan yang karena ibu merasa ASI nya tidak
tidak diberikan ASI ekslusif yaitu, 264 mencukupi kebutuhan gizi bayinya
(99,6%). Tahun 2012 jumlah bayi 499, sehingga ibu memilih susu formula karena
yang diberikan ASI ekslusif yaitu 347 lebih praktis.5
(69,5%), dan yang tidak diberikan ASI Salah satu tidak tercapainya
ekslusif yaitu, 152 (30,4%). Tahun 2013 cakupan ASI eksklusif dan tingginya
jumlah bayi 559, yang diberikan ASI pemberian MP-ASI terlalu dini
ekslusif 522 (93,3%) dan yang tidak dikarenakan rendahnya pengetahuan serta
diberikan ASI ekslusif sebanyak 37 dorongan sikap dan motivasi ibu tentang
(6,7%). Data diatas menunjukan bahwa ASI eksklusif dan MP-ASI serta
pemberian ASI ekslusif terus meningkat) 4. dipengaruhi oleh faktor sosial budaya
Hasil survey awal peneliti pada dalam keluarga dan masyarakat.
tanggal 27 Februari 2014 di Puskesmas Pengetahuan yang kurang mengenai ASI
Bahu Kota Manado, ibu-ibu yang datang eksklusif dan MP-ASI terlihat dari
membawa bayi untuk di imunisasi, peneliti diberikannya susu formula dan makanan
melakukan wawancara kepada 21 ibu yang pendamping ASI dari pabrikan atau lokal.
memiliki bayi 0 - 6 bulan dari 50 ibu yang Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
datang pada saat imunisasi, sudah ibu memberikan makanan tambahan pada
memberikan makanan pendamping ASI bayi antara lain faktor kesehatan bayi,
(MP-ASI) baik cair maupun padat, faktor kesehatan ibu, faktor pengetahuan,
terdapat 3 bayi yang sudah diberi makanan factor pendidikan, faktor pekerjaan, faktor
padat (seperti bubur, pisang) dan ASI sejak petugas kesehatan, faktor budaya dan
3 bulan, kemudian yang mendapatkan MP- faktor ekonomi.
ASI cair dan ASI yaitu 17 bayi dan 1 bayi Pemberian makanan tambahan
yang tidak mengenal ASI sejak lahir. Hal pada bayi sebaiknya diberikan setelah usia
ini menunjukkan bahwa 21 ibu yang bayi lebih dari enam bulan atau setelah
dilakukan wawancara 100% tidak pemberian ASI eksklusif karena pada usia
memberikan ASI eksklusif. tesebut kebutuhan gizinya masih terpenuhi
ASI memiliki manfaat yang sangat dari ASI. Bayi yang lebih cepat
besar, maka sangat disayangkan bahwa mendapatkan makanan tambahan akan
pada kenyataan penggunaan ASI eksklusif lebih rentan terhadap penyakit infeksi
belum seperti yang diharapkan. Hal ini seperti infeksi telinga dan pernapasan,
disebabkan karena ibu sibuk bekerja dan diare, resiko alergi, gangguan
hanya diberi cuti melahirkan selama tiga pertumbuhan dan perkembangan bayi.6
bulan, selain itu masih banyak ibu yang
beranggapan salah sehingga tidak METODE

Volume 2 Nomor 2. Juli Desember 2014 65


JIDAN
Jurnal Ilmiah Bidan ISSN : 2339-1731

Penelitian ini bersifat deskriptif diambil dari total populasi. Analisa data
analitik dengan menggunakan desain cross dilakukan dengan uji Chi Kuadrat.
sectional, yaitu untuk mengetahui HASIL
hubungan antara variabel bebas dan Hasil penelitian yang dilaksanakan
variabel terikat.7 Pengumpulan data pada bulan Februari sampai Agustus 2014
dilakukan dengan menggunakan kuesioner. di Puskesmas Bahu kota Manado terhadap
Populasi dalam penelitian ini adalah 59 responden di Puskesmas Bahu
seluruh ibu-ibu yang memiliki bayi umur Kecamatan Malalayang Kota Manado,
6-12 bulan yang datang melakukan 78% berada pada kelompok umur 20 35
imunisasi pada bayi di puskesmas tahun.
Bahu,bulan Januari sampai Maret 2014 1. Analisis univariat.
yaitu sebanyak 59 orang, sampel penelitian a. Pengetahuan

Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan pengetahuan di Puskesmas


Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado

No. Pengetahuan f %
1 Baik 45 76
2 Kurang 14 24
Total 59 100
Pada tabel 2 terlihat bahwa dari 59 yang berpengetahuan baik yaitu ada 45
responden, kelompok terbanyak pada ibu orang (76%).

b. Pendidikan

Tabel 3. Distribusi responden berdasarkan pendidikan di Puskesmas Bahu Kecamatan


Malalayang Kota Manado

No. Pendidikan f %
1 SD 15 26
2 SMA 28 47
3 Pendidikan Tinggi 16 27
Total 59 100

Tabel 3 menunjukkan bahwa dari responden yang berpendidikan SMA yaitu


59 responden, kelompok terbanyak pada 28 orang (47 %).

c. Pekerjaan

Volume 2 Nomor 2. Juli Desember 2014 66


JIDAN
Jurnal Ilmiah Bidan ISSN : 2339-1731

Tabel 4. Distribusi responden berdasarkan pekerjaan di Puskesmas Bahu Kecamatan


Malalayang Kota Manado.
No. Pekerjaan f %
1 Bekerja 16 27
2 Tidak Bekerja 43 73
Total 59 100

Pada tabel 4 menunjukkan bahwa pada responden yang tidak bekerja yaitu
dari 59 responden, kelompok terbanyak 43 orang (73%).

c. Pemberian Makanan Pendamping ASI ( MP-ASI)

Tabel 5. Distribusi responden berdasarkan pemberian MP-ASI di Puskesmas Bahu


Kecamatan Malalayang Kota Manado

No. MP-ASI f %
1 Diberikan 6 Bulan 36 61
2 Diberikan > 6 Bulan 23 39
Total 59 100
Tabel 4 menunjukkan bahwa dari bulan yaitu 36 orang (61 %).
59 responden, kelompok terbanyak pada
responden yang memberikan MP-ASI 6 2. Analisis Bivariat
Tabel 6. Hubungan pengetahuan, pendidikan dan pekerjaan ibu dengan
pemberian MP-ASI pada bayi di Puskesmas Bahu Kecamatan
Malalayang Kota Manado.

Pemberian MP-ASI
Variabel X2 P
Diberikan Diberikan Total
6 bulan > 6 Bulan
f % F % f %
Pengetahuan :
Baik 23 64 22 96 45 76 7,823 0.005*
Kurang 13 36 1 4 14 24
Pendidikan :
SD 11 31 4 17 15 25 1,624 0.444
SMA 15 42 13 57 28 47
PT 10 28 6 26 16 27
Pekerjaan :
Bekerja 13 36 3 13 16 27 3,778 0.052
Tidak bekerja 23 64 20 87 43 73

N = 59

Volume 2 Nomor 2. Juli Desember 2014 67


JIDAN
Jurnal Ilmiah Bidan ISSN : 2339-1731

Pada tabel 6, menunjukkan bahwa Manado, menunjukkan bahwa ibu yang


bayi yang diberikan MP-ASI pada usia > 6 mempunyai pengetahuan baik sebagian
bulan, sebagian besar disumbang oleh ibu besar (96%) memberikan MP-ASI pada
yang mempunyai pengetahuan baik yakni bayi umur > 6 bulan, dibandingkan ibu
96% jika dibandingkan dengan ibu yang yang mempunyai pengetahuan kurang
mempunyai pengetahuan kurang yaitu 4%. yakni hanya 4%. Hasil uji statistik dengan
Hasil uji statistik Chi-Square pada tingkat Chi-Square pada tingkat kepercayaan 95%
kepercayaan 95% ( = 0,05) didapatkan ( = 0,05) didapatkan nilai p = 0.005 ( <
nilai p = 0.005 ( < 0.05), secara statistik 0.05), secara statistik artinya ada hubungan
artinya ada hubungan yang signifikan yang signifikan antara pengetahuan dengan
antara pengetahuan dengan pemberian pemberian MP-ASI.
MP-ASI. Hal ini didukung oleh Fitriani
Latar belakang pendidikan ibu (2011), yang mengatakan bahwa
menunjukkan bahwa kelompok bayi yang pengetahuan merupakan hasil dari tahu,
diberikan MP-ASI sebagian besar (57%) dan ini terjadi setelah orang melakukan
disumbang oleh ibu yang mempunyai penginderaan terhadap suatu objek
pendidikan SMA dibandingkan dengan ibu tertentu.8 Penginderaan terjadi melalui
yang berpendidikan PT yakni 26%. Hasil panca indera manusia, yaitu indera
uji statistik Chi-Square pada tingkat penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa
kepercayaan 95% ( = 0,05) didapatkan dan raba. Selain itu menurut Roesli (2005),
nilai p = 0.444 > = 0.05, secara statistik bahwa hambatan utama tercapainya ASI
artinya tidak ada hubungan yang signifikan eksklusif dan pemanfaatan MP-ASI yang
antara pendidikan dengan pemberian MP- benar adalah karena kurangnya
ASI. pengetahuan yang benar tentang ASI
Sementara berdasarkan pekerjaan eksklusif dan MP-ASI pada para ibu.5
ibu, menunjukkan bahwa bayi yang Seorang ibu harus mempunyai
diberikan MP-ASI pada usia 6 bulan, pengetahuan yang baik dalam menyusui.
sebagian besar (64%) disumbang oleh ibu Kehilangan pengetahuan tentang menyusui
yang tidak bekerja dibandingkan dengan berarti kehilangan besar akan kepercayaan
ibu yang bekerja yakni 36%. Hasil uji diri seorang ibu untuk dapat memberikan
statistik Chi-Square pada tingkat perawatan terbaik pada bayinya dan
kepercayaan 95% ( = 0,05) didapatkan seorang bayi akan kehilangan sumber
nilai p = 0.052 ( < 0.05), secara statistik makanan yang vital dan cara perawatan
artinya tidak ada hubungan yang yang optimal, pengetahuan yang kurang
signifikan antara pekerjaan dengan mengenai ASI eksklusif dan MP-ASI
pemberian MP-ASI. terlihat dari pemanfaatan susu formula
secara dini di perkotaan dan pemberian
PEMBAHASAN pisang atau nasi lembek sebagai tambahan
Berdasarkan hasil penelitian yang ASI di pedesaan.
dilakukan pada 59 responden di Peneliti berasumsi bahwa
Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang pengetahuan berperan besar terhadap

Volume 2 Nomor 2. Juli Desember 2014 68


JIDAN
Jurnal Ilmiah Bidan ISSN : 2339-1731

seseorang melakukan tindakan artinya tingkat pendidikan tinggi. Pendidikan


tingkat pengetahuan seseorang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan
berpengaruh terhadap kebutuhan baik seseorang, semakin tinggi tingkat
untuk dirinya maupun orang lain. Ibu pendidikan seseorang makin mudah
dengan tingkat pengetahuan rendah menerima informasi, sehingga makin baik
mayoritas akan acuh tak acuh dengan pengetahuannya, akan tetapi seseorang
kondisi bayinya sebaliknya ibu dengan yang berpendidikan rendah belum tentu
tingkat pengetahuan lebih biasanya akan berpengetahuan rendah. Pengetahuan tidak
sangat peduli terhadap kondisi anaknya hanya diperoleh dari pendidikan formal
baik itu terhadap pemberian ASI eksklusif akan tetapi juga bias diperoleh melalui
maupun sampai pemberian makanan pendidikan nonformal, seperti pengalaman
pendamping ASI. pribadi, media, lingkungan dan
Hasil analisis responden terhadap penyuluhan kesehatan, sehingga bias juga
pendidikan menunjukkan bahwa seseorang dengan pendidikan tinggi dapat
responden terbanyak pada kelompok terpapar denganpenyakit begitu pula
berpendidikan SMA, dimana pada sebaliknya.9
kelompok ini 57% memberikan MP-ASI Hasil analisis pekerjaan dengan
pada bayi usia > 6 bulan, lebih banyak jika pemberian MP-ASI pada bayi di
dibandingkan dengan ibu yang Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang
berpendidikan PT yakni 26%. Hasil uji Kota Manado menunjukkan bahwa
statistik dengan Chi-Square pada tingkat responden yang memberikan MP-ASI pada
kepercayaan 95% ( = 0,05) didapatkan bayi 6 bulan, sebagian besar pada
nilai p = 0.444 > = 0.05, secara statistik kelompok ibu yang tidak bekerja sebanyak
artinya tidak ada hubungan yang signifikan 23 orang (64%) jika dibandingkan dengan
antara pendidikan dengan pemberian MP- kelompok ibu yang bekerja yakni 13 orang
ASI. (36%). Hasil uji statistik Chi-Square pada
Menurut Notoatmodjo (2010), tingkat kepercayaan 95% ( = 0,05)
pendidikan adalah kegiatan atau proses didapatkan nilai p = 0.052 ( < 0.05),
belajar yang terjadi dimana saja, kapan secara statistik artinya tidak ada hubungan
saja, dan oleh siapa saja.9 Seseorang dapat yang signifikan antara pekerjaan dengan
dikatakan belajar apa bila didalam dirinya pemberian MP-ASI.
terjdi perubahan dari tidak tahu menjadi Menurut peneliti pekerjaan adalah
tahu, dari tidak mengerjakan menjadi dapat mata pencaharian sehari-hari dari
mengerjakan sesuatu. Berdasarkan seseorang untuk mencari uang dalam
pengertian tersebut dapat diartikan bahwa memenuhi kebutuhan sehari-hari.
pendidikan tidak hanya didapatkan di Pekerjaan berperan besar terhadap
bangku sekolah sebagai pendidikan formal seseorang melakukan tindakan pemberian
akan tetapi dapat diperoleh kapan dan makanan tambahan pendamping ASI (MP-
dimana saja. Hai ini dibuktikan dari hasil ASI). Menurut Lestari (2013), variable
penelitian ini, yang menunjukkan bahwa status pekerjaan ibu merupakan faktor
jumlah terbanyak pada kelompok yang yang bersifat memproteksi, artinya ibu
berpendidikan SMA dibandingkan dengan yang tidak bekerja akan lebih mendukung

Volume 2 Nomor 2. Juli Desember 2014 69


JIDAN
Jurnal Ilmiah Bidan ISSN : 2339-1731

dalam pemberian ASI ekslusif 3. Tidak terdapat hubungan yang


dibandingkan ibu yang bekerja. Hal ini signifikan antara pekerjaan ibu dengan
dikarenakan ibu yang tidak melakukan pemberian makanan pendamping ASI
pekerjaan di luar rumah (IRT) akan pada bayi.
memiliki banyak waktu dan kesempatan
untuk menyusui bayinya dibandingkan SARAN
dengan ibu yang bekerja di luar rumah. 1. Bagi Tempat Penelitian
Selain itu masih banyak ibu yang Sebagai bahan masukan bagi
beranggapan salah tentang ASI eksklusif, Puskesmas Bahu khususnya tenaga
ibu juga merasa khawatir bahwa dengan kesehatan agar lebih meningkatkan
menyusui akan merubah bentuk payudara pelayanan melalui promosi kesehatan
menjadi jelek, dan takut badan akan tentang pemberian makanan
menjadi gemuk. Dengan alasan inilah ibu pendamping ASI ( MP-ASI ) pada
memberikan makanan pendamping ASI, bayi.
karena ibu merasa ASI nya tidak 2. Bagi responden
mencukupi kebutuhan gizi bayinya Untuk ibu yang mempunyai bayi 0-12
sehingga ibu memilih susu formula karena bulan agar dapat memberikan ASI
lebih praktis.5 eksklusif dan lebih aktif dalam
mencari informasi dan mengikuti
kegiatan-kegiatan posyandu di setiap
SIMPULAN
1. Terdapat hubungan yang signifikan kelurahan.
antara pengetahuan dengan pemberian 3. Bagi peneliti selanjutnya
makanan pendamping ASI pada bayi. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan
2. Tidak terdapat hubungan antara dapat meneliti faktor-faktor lain yang
pendidikan ibu dengan pemberian berhubungan dengan pemberian MP-
makanan pendamping ASI pada bayi. ASI, seperti faktor sosial budaya,
ekonomi, dll.

DAFTAR PUSTAKA
1. Lily. Resiko Pemberian MP-ASI Terlalu Dini,. (2005) [diakses 2014. 2 Maret ]; diakses dari
http://wrmindonesia.org/content/view/647/.
2. Profil Dinkes Propinsi Sulut. Laporan Indikator Kinerja Pembinaan Gizi Masyarakat Tahun
2011 - 2013. Manado: Dinkes Propinsi Sulawesi Utara; (2014).
3. Kemenkes RI. Rencana Kerja Pembinaan Gizi Masyarakat. Jakarta: Direktorat Bina Gizi dan
KIA; (2013).
4. Profil Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado. Laporan Indikator F III Gizi
Cakupan Pemberian ASI Ekslusif (tahun 2011 - 2013). Kota Manado.: Puskesmas Bahu
Kecamatan Malalayang (2014).
5. Rusli U. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Trubus Agriwijaya; (2009). p. 64.
6. Ariani. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI). [ ] (2008) [diakses 2014 2 Maret]; dari
http//parenting.
7. Saryono. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: EGC; (2011).
8. Fitriani S. Promosi Kesehatan dan Prilaku. Yogyakarta: Graha iImu; (2011).
9. Notoadmojo S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku. Jakarta: Rineka Cipta; (2010).

Volume 2 Nomor 2. Juli Desember 2014 70

Anda mungkin juga menyukai