TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
Tuberculosis paru adalah penyakit infeksius
terutama menyerang parenchim paru dapat juga ditularkan
ke bagian tubuh lain, termasuk meningen, ginjal, tulang,
dan nodus limfe (Brunner & Suddart, 2002).
Tuberculosis paru adalah penyakit infeksi
Mycobacterium Tuberculosa dengan gelajala yang sangat
bervariasi (Arif Mansjoer,2001).
B. ETIOLOGI
Etiologi dari Tuberculosis Paru adalah
Mycobacterium Tuberculosa, berbentuk batang, tahan asam
(Sylvia, A.P. 1995).
Penyebab terjadinya Tuberkulosis adalah:
a. Mycobacterium tuberculosa
b. Mycobacterium bovis
c. Factor factor yang menyebabkan seseorang
terinfeksi oleh mycobacterium tuberculosis
d. Herediter: resistensi terhadap infeksi
kemungkinan diturunkan secara genetic
e. Jenis kelamin: pada akhir masa kanak kanak dan
remja, angka kematian dan kesakitan lebih banyak
terjadi pada anak perempuan
f. Usia: pada masa bayi kemungkinan terinnfeksi
sangat tinggi
g. Keadaan stres: situasi yang pennuh stress (injury
atau penyakit, kurang nutrisi, stress emosional,
kelelahan yang kronik)
h. Nutrisi: status nutrisi yang kurang
i. Infeksi berulang: HIV, measles, pertusis
j. Tidak mematuhi aturan pengobatan
1
2
C. PATHOFISIOLOGI
Basil tuberkel mula-mula memasuki paru atau tempat
lain yang belum terinfeksi sebelumnya. Membangkitkan
respon peradangan akut tak spesifik yang biasanya
disertai sedikit atau tanpa gejala sehingga tidak begitu
diperhatikan penderita, disamping juga karena kurangnya
pengetahuan penderita. Respon peradangan menimbulkan
gejala demam yang menyebabkan terjadinya perubahan suhu
tubuh (hipertermia) pada penderita. Peningkatan suhu
tubuh menyebabkan peningkatan metabolisme tubuh sehingga
akan terjadi peningkatan kebutuhan tubuh terhadap energi.
Selain demam penderita mengalami gejala batuk, malaise,
anoreksia, mual, sedangkan disisi lain penderita
mengalami peningkatan kebutuhan tubuh terhadap energi dan
hal ini menyebabkan kurangnya intake pada penderita yang
akhirnya menimbulkan perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh.
Basil yang menyebabkan peradangan tersebut
kemudian mencapai alveolus paru langsung melalui jalan
udara dan dapat menjadi aktif keluar dalam bentuk droplet
nuklei yang tersebar saat penderita batuk, yang dapat
menimbulkan resiko penularan terhadap orang lain.
Basil dalam alveolus itu menimbulkan peradangan dan dan
menjadi lesi primer, basil tersebut kemudian difagosit
oleh makrofag, dibawa ke kelenjar limfe regional, lesi
pimer tersebut mengalami perkejuan dan membentuk tuberkel
yang menyebabkan terjadinya penumpukan sekresi dalam paru
sehingga bersihan jalan napas tidak efektif.
Lesi primer dan kelenjar limfe regional ( komplek primer)
kemudian mengalami fibrosis lalu menjadi jaringan parut
dan mengalami perkapuran, fibrosis pada paru tersebut
menyebabkan berkurangnya jaringan paru fungsional
sehingga sehingga pengembangan paru kurang maksimal dan
jumlah oksigen yang masuk paru berkurang. Hal ini
3
Individu dengan
penyakit TBC Resiko infeksi
d
Berkurangnya
Gangguan nutrisi oksigenasi darah
kurang dari
kebutuhan
Gangguan
keseimbangan cairan
malasie
kurang dari kebutuhan
Intoleransi aktivitas
Iritasi jaringan
Kurang perawatan diri
paru
2. Batuk
Terjadi karena adanya infeksi paru ada setelah
penyakit berkembang dalam jaringan paru.
3. Sesak nafas
Ditemukan padsa penyakit yang sudah lanjut, inflamasi
sudah setengah bagian paru paru.
4. Malaise
Gejala yang sering ditemui berupa anoreksia, badan
makin kurus, sakit kepala, nyeri otot, dan keringat
malam.
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Kultur sputum
Positif untuk Mikobakterium Tuberkulosis pada tahap
akhir penyakit.
2. Tes kulit tuberkulin
Tes Mantoux adalah tes kulit yang digunakan untuk
menentukan apakah individu telah terinfeksi basil TB.
Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm
terjadi 48-72 jam). Ekstrak basil tuberkulin
disuntikkan ke dalam lapisan intrademal pada aspek
dalam lengan bawah, sekitar 10 cm di bawah siku.
3. Poto thorak/rongsen dada
Infiltnasi lesi awal pada area paru atas; pada tahap
ini tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan
batas tidak jelas; pada kavitas bayangan, berupa
cincin; pada kalsifikasi tampak bayangan bercak-bercak
padat dengan densitas tinggi.
4. Bronchografi
Untuk melihat kerusakan bronkus atau kerusakan paru
karena TB paru.
5. Gas Darah Arteri.
Peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED). Dapat
normal tergantung lokasi, berat, dan kerusakan sisa
pada paru.
6. Usap basil tahan asam BTA.
6
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Obat Anti Tuberkulosa ( OAT )
Obat Anti Tuberkulosa harus diberikan dalam kombinasi
sedikitnya dua obat yang bersifat bakterisid dengan
atau tanpa obat ketiga.
Tujuan OAT :
a. Membuat konversi sputum Bakteri Tahan Asam
positif menjadi negatif secepat mungkin
b. Mencegah kekambuhan dalam tahun pertama setelah
pengobatan dalam kegiatan sterilisasi.
c. Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi
melalui perbaikan daya tahan imunologi.
Obat Anti Tuberkulosa yang biasa diugunakan
antara lain: Rifampisin, Pirazinamid (PZA), Isoniazid
(INH), Streptomisin (S), Etambutol (E). Penilaian
keberhasilan pengobatan tergantung dari hasil
pemeriksaan bakteriologi, radiologi klinis, kesembuhan
Tuberkulosis Paru yang baik.akan memperlihatkan sputum
Bakteri Tahan Asam negatif, adanya perbaikan radiologi
dan menghilangnya gejala (Mansjoer, 2001).
Adapun dosis obat yang digunakan adalah :
a. Rifampisin, dosis: 1 x 1 tablet sehari, diberikan
selam 69 bulan.
b. INH (Isoniazid), dosis: 1020 mg/Kg BB/hari,
peroral, diberikan selam 1824 bulan.
7
G. KOMPLIKASI
1. Hemoptisis berat ==> sumbatan jalan napas bawah &
syok hipovolemik
2. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial
3. Bronkhiektasis (pelebaran bronchus) dan fibrosis
(pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau
reaktif) pada paru
4. Pneumothoraks ==>udara di dalam rongga pleura
5. Penyebaran TB ke jaringan lain ==> otak, tulang,
ginjal, dll
6. Insufisiensi Kardiopulmonal
TBC tanpa pengobatanTBC tanpa pengobatan secara
alamiah setelah 5 tahun ==> 50% penderita meninggal, 25%
sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh tinggi dan 25%
sebagai kasus kronik.
J. INTERVENSI
1. Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan
dengan sekresi yang kental/darah.
a. Tujuan
Kebersihan jalan napas efektif
b. Kriteria hasil
a) Mencari posisi yang nyaman yang memudahkan
peningkatan pertukaran udara
b) Mendemontrasikan batuk efektif
c) Menyatakan strategi untuk menurunkan
kekentalan sekresi.
c. Intervensi
1) Jelaskan klien tentang kegunaan batuk yang
efektif dan mengapa terdapat penumpukan sekret di
sal. pernapasan.
R/ Pengetahuan yang diharapkan akan membantu
mengembangkan kepatuhan klien terhadap
rencana teraupetik.
2) Ajarkan klien tentang metode yang tepat
pengontrolan batuk.
R/ Batuk yang tidak terkontrol adalah melelahkan
dan tidak efektif, menyebabkan frustasi.
3) Napas dalam dan perlahan saat duduk setegak
mungkin.
R/ Memungkinkan ekspansi paru lebih luas.
4) Lakukan pernapasan diafragma.
R/ Pernapasan diafragma menurunkan frek. napas
dan meningkatkan ventilasi alveolar.
5) Tahan napas selama 35 detik kemudian
secara perlahan-lahan, keluarkan sebanyak mungkin
melalui mulut. Lakukan napas ke dua , tahan dan
10
b. Kriteria hasil
1) Menyebutkan makanan mana yang tinggi
protein dan kalori
2) Menu makanan yang disajikan habis
3) Peningkatan berat badan tanpa peningkatan
edema
c. Intervensi
1) Diskusikan penyebab anoreksia, dispnea dan
mual.
R/ Dengan membantu klien memahami kondisi dapat
menurunkan ansietas dan dapat membantu
memperbaiki kepatuhan teraupetik.
2) Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat
sebelum makan.
R/ Keletihan berlanjut menurunkan keinginan
untuk makan.
3) Tawarkan makan sedikit tapi sering (enam
kali sehari plus tambahan).
R/ Peningkatan tekanan intra abdomen dapat
menurunkan/menekan saluran GI dan menurunkan
kapasitas.
4) Pembatasan cairan pada makanan dan
menghindari cairan 1 jam sebelum dan sesudah
makan.
R/ cairan dapat lebih pada lambung, menurunkan
napsu makan dan masukan.
5) Atur makanan dengan protein/kalori tinggi
yang disajikan pada waktu klien merasa paling
suka untuk memakannya.
R/ Ini meningkatkan kemungkinan klien
mengkonsumsi jumlah protein dan kalori
adekuat.
6) Jelaskan kebutuhan peningkatan masukan
makanan tinggi elemen berikut
a) Vitamin B12 (telur, daging ayam, kerang)
b) Asam folat (sayur berdaun hijau, kacang-
kacangan, daging).
c) Thiamine (kacang-kacang, buncis, oranges).
d) Zat besi (jeroan, buah yang dikeringkan,
sayuran hijau, kacang segar).
13