Anda di halaman 1dari 11

Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Virginia Henderson

Oksigenasi
Ventilasi diatur oleh kadar CO2, O2, dan ion hidrogen (Ph) dalam darah arteri. Faktor
paling penting dalam pengontrolan ventilasi adalah kadar karbon dioksida dalam arteri.
Peningkatan PCO2 mengakibatkan sistem kontrol pernapasan di otak meningkatkan frekuensi
dan kedalaman bernapas. Usaha ventilasi yang meningkat mengeluarkan kelebihan CO2
selama ekspirasi. Selama bernapas normal dan rileks, individu menghirup udara 500 ml.
Jumlah ini disebut volume tidal. Bila nafas membutuhkan usaha lebih, otot interkostal dan
aksesoris bekerja secara aktif untuk menggerakan udara masuk dan keluar. Bahu naik turun,
dan otot aksesoris ventilasi di leher terlihat berkontraksi. Gerakan diafragmatik menjadi
sedikit kelihatan karena pernapasan kostal meningkat.
Faktor yang mempengaruhi karakter pernapasan:
Olahraga
Nyeri akut
Ansietas
Merokok
Anemia
Posisi tubuh
Medikasi
Cedera batang otak
Pengkajian pernapasan
1. Frekuensi pernapasan

Frekuensi rata-rata pernapasan normal

Usia Frekuensi
Bayi baru lahir 35 40
Bayi (6 bulan) 30 50
Todler (2 tahun) 25 32
Anak-anak 20 30
Remaja 16 19
Dewasa 12 20

2. Kedalaman ventilasi
Kedalaman ventilasi dikaji dengan mengobservasi derajat penyimpangan atau gerakan
dinding dada

Gangguan dalam pola pernapasan

Bradipnea Frekuensi bernapas teratur namun lambat secara tidak


normal (< 12x/menit)
Takipnea Frekuensi bernapas teratur namun cepat secara tidak normal
(> 20x/menit)
Hiperapnea Pernapasan sulit, peningkatan kedalaman, peningkatan
frekuensi ( > 20x/menit). Secara normal terjadi setelah
olahraga
Apnea Pernpasan berhenti selama beberapa detik. Penghentian
persisten mengakibatkan henti napas
Hiperventilasi Frekuensi dan kedalaman napas meningkat. Dapat terjadi
hipokarbia
Hipoventilasi Frekuensi pernapasan abnormal dalam kecepatan dan
kedalaman. Ventilasi mungkin mengalami depresi. Dapat
terjadi hiperkabia
Cheyne-stokes Frekuensi dan kedalman napas tidak teratur, ditandai dengan
periode apnea dan hiperventilasi yang berubah-ubah. Siklus
pernapasan mulai dengan lambat, napas dangkal yang
meningkt secara perlahan sampai frekuensi dan kedalaman
yang abnormal. Pola tersebut berbalik, bernapas lambat dan
menjadi dangkal, klimaksnya pada apnea sebelum kembali
normal.
Kussmaul Pernapasan dalam secara tidak normal dalam dan frekuensi
meningkat
Biot Pernapasan dangkal secara tidak normal untuk dua atau tiga
napas diikuti periode apnea yang tidak teratur

3. Irama ventilasi
Bayi cenderung kurang teratur dalam bernapas. Anak-anak kecil mungkin bernapas
lambat selama beberapa detik dan kemudian tiba-tiba bernapas dengan lebih cepat.
4. Difusi dan perfusi
Proses difusi dan perfusi pernapasan dapat dievaluasi dengan saturasi oksigen darah.
Aliran darah melalui kapiler parumemberi sel darah merah untuk berikatan dengan
oksigen. Setelah oksigen berdifusi dari alveoli ke darah paru, kebanakan oksigen
melekat pada hemoglobin. Sel darah merah membawa molekul hemoglobin yang
dioksigenasi melalui bagian kiri jantung dan keluar kapiler perifer, ketika oksigen
terlepas, yang bergantung pada kebutuhan jaringan.
Normal presentase hemoglobin yang berikatan dengan oksigen dalam arteri SaO2
adalah antara 95% sampai 100%. Sedangkan saturasi darah vena SvO2.

Pengkajian kebutuhan cairan & elektrolit


- Berat badan (sebelum dan sesudah sakit untuk menentukan derajat hidrasi)
- Riwayat kesehatan (penyakit yang mengganggu homeostasis cairan dan elektrolit),
kaji terapi yang dijalani
- TTV: suhu (suhu tinggi dapat meningkatkan IWL), RR (frekuensi nafas cepat
dapat meningkatkan IWL), HR (Nadi lemah menandakan kekurangan volume
cairan karena penurunan volume intravaskuler), TD (Penurunan TD menandakan
kekurangan volume cairan karena penurunan stroke volume dan
ketidakseimbangan elektrolit yang menyebabkan disritmia)
- Kebutuhan cairan
Dewasa : 35 ml/kgBB/hari
- Intake Output
Cairan masuk (intake) = Cairan keluar (output) + IWL
IWL= (15xBB)/24 jam = cc/jam
Air metabolisme
Umur/tahun Dewasa 12-14 7-11 5-7 Balita
ml/kgBB/hari 5 5-6 6-7 8-8,6 8
Urin: 0,5-1 cc/kgBB/jam

Pengkajian kebutuhan nutrisi


- Tinggi Badan & Berat badan, IMT
- Berat badan normal = (tinggi badan-100) 10% (tinggi badan-100)
atau
0,9 x (tinggi badan 100)

STATUS GIZI
Ambang batas baku untuk keadaan gizi berdasarakan indeks

BB/U TB/U BB/TB LLA/U LLA/TB

Gizi baik 80 % 85 % 90% 85% 85%

z Gizi kurang 61- 71-85% 81-90% 71-85% 76-85%


80%

Gizi buruk < 60 % < 70 % < 80% < 70 % <75%

Berat Badan Ideal


Berat badan untuk tinggi badan tertentu yang secara statistic yang dianggap paling tepat untuk
menjamin kesehatan umur panjang.Cara menentukan berat badan ideal adalah:
1. > 110% dari berat badan standar : gemuk
2. 90 110% dari berat badan standar : ideal/ normal
3. 70 - 90% dari berat badan stndar ;sedang
4. < 70% : sangat kurus.

IMT = Berat Badan (kg)/(Tinggi Badan (cm)/100)2


- Riwayat kesehatan dan diet (alergi makanan)
- Pola kebiasaan makan (waktu, jenis dan jumlah)
- Makanan yang disukai, tidak disukai, menimbulkan alergi, membahayakan serta
yang menguntungkan
- Pembatasan makanan (diet khusus, budaya, keyakinan)
- Nafsu makan
- Kebutuhan nutrisi

BMR (Rumus Benedict)

Laki-laki : 66 + (13,7 x BB) + (5 x TB) (6,8 x U)

Perempuan : 655 + (9,6x BB) + (1,8 x TB) (4,7 x U)


Eliminasi
- BAK (Frekuensi berapa kali? Jumlah berapa banyak? Warna urine?) dalam sehari
sebelum dan setelah sakit
- BAB (Frekuensi berapa kali? Warna feses? Konsistensi feses, lembek, padat, atau
cair?) dalam sehari sebelum dan setelah sakit

Mobilisasi
Muskuloskeletal
1. Inspeksi
Tinjau ulang anatomi tulang dan penempatan otot serta struktur sendi. Observasi juga
gaya berjalan dan bagian anterior, posterior dan lateral postur klien pada saat berjalan.
Perawat mencari adanya kaki diseret, pincang dan posisi badan kaitannya dengan
tungkai. Normalnya klien berjalan dengan lengan mengayun bebas di kedua sisi dan
kepla dan wajah ,endahului tubuh. Lansia seringkali berjalan dengan langkah yang
lebih kecil dan dasar penopang yang lebih lebar. Postur berdiri yang normal adala
berdiri tegak dengan kesejajaran antara pinggul dan bahu. Harus terdapat kontur yang
merata di bah, setingkat skapula dan krista iliaka, kesejajaran kepala dengan lipatan
gluteal dan kesimetrisan ekstrimitas. Abnormalitas postural yang banyak terjadi antara
lain lordosis, kifosis, dan skoliosis.
2. Palpasi
Perawat melakukan palpasi secara perlahan di seluruh tulang, sendi dan otot. Perawat
mencatat adanya panas, nyeri tekan, edema atau resistensi terhadap tekanan. Otot
harus keras.
3. Rentang gerak sendi
Perawat meminta klien untuk meletakkan setiap sendi mayor pada rentang gerak sendi
penuh aktif maupun pasif. Ketika mengkaji rentang gerak perawat tidak memaksakan
sendi jika terdapat nyeri atau spam otot. Perawat harus mengetahui rentang normal
sendi dan sejauh mana sendi tersebut dapat digerakkan.
Istilah untuk posisi rentang gerak normal

Istilah Rentang gerak Contoh sendi


Fleksi Gerakan mengurangi sudut antara dua tulang yang Siku, jari tangan,
bersambungan; menekuk anggota gerak lutut
Ekstensi Gerakan meningkatkan sudut antara dua tulang Siku, jari tangan,
yang bersambungan lutut
Hiperekstensi Gerakan bagian tubuh melewati posisi ekstensi Kepala
istirahat normal
Pronasi Gerakan bagian tubuh sehingga permukaan depan Tangan, lengan
atau ventralnya menghadap ke bawah atas
Supinasi Gerakan bagian tubuh sehingga permukaan depan Tangan, lengan
atau ventralnya menghadap ke atas atas
Abduksi Gerakan ekstremitas menjauh dari garis tengah Tungkai, lengan,
tubuh jari tangan
Adduksi Gerakan ekstremitas ke arah garis tengah tubuh Tungkai, lengan,
jari tangan
Rotasi Rotasi sendi ke arah dalam Lutut, pinggul
internal
Rotasi Rotasi sendi ke arah luar Lutut pinggul
eksternal
Eversi Memutar bagian tubuh menjauh garis tengah Telapak kaki
Inversi Memutar bagian tubuh ke arah garis tengah Telapak kaki
Dorsofleksi Fleksi jari kaki dan telapak kaki ke atas Telapak kaki
Plantar fleksi Menekuk jari kaki dan telapak kaki ke bawah Telapak kaki

4. Tonus dan kekuatan otot


Klien diminta untuk meembiarkan ekstremitasnya rileks atau menggantung.
Ekstremitas tersebut ditopang dan setiap ekstremitas dipegang digerakkan melewati
rentang gerak normalnya. Tonus normal menyebabkan resistensi ringan, yang merata
di terhadap gerakan di seluruh rentang. Jika sebuah otot mengalami peningkatan tonus
(hipertonisitas), gerakkan pasif tiba-tiba terhadap sendi dihadapi dengan resistensi
yang cukup kuat. Otot yang hanya memiliki sedikit tonus (hipotonisitas) akan terasa
lembek.
Untuk pengkajian kekuatan otot, perawat meminta klien untuk terlebih dahulu
merilekskan otot yang akan diperiksa dn kemudian menahannya pada saat perawat
memberi tekanan yang berlawan terhadap fleksi tersebut. Jika teridentifikasi terjadi
kelemahan, ukuran otot harus dibandingkan dengan bagian otot lain yang sama
dengan mengukur lingkar tubuh otot dengan pita ukur. Otot yang mengalami atrofi
(penurunanukuran) dapat terasa lunak dan liat.
Kekuatan otot
Tingkat fungsi otot Skala
Nilai % Normal Skala Lovett
Tidak ada bukti kontraktilitas 0 0 O (nol)
Sedikit kontraktilitas, tidak ada gerakan 1 10 T (trace/sedikit)
Rentang gerak penuh, gravitasi tidak ada 2 25 P (poor/buruk)
Rentang gerak penuh, dengan gravitasi 3 50 F (fair/sedang)
Rentang gerak penuhmelawan gravitasi, 4 75 G (good/baik)
beberapa resistensi
Rentang gerak penuh melawan gravitasi 5 100 N (normal)
resistensi penuh

Sistem neurologis
1. Koordinasi
Perawat mengobservasi kelancaran dan keseimbangan gerakan. Pada lansua waktu reaksi
yang lambat menyebabkan gerakan menjadi kurang berirama. Koordinasi ekstremitas
bawah diuji dengan klien pada posisi terlentang, tungkai diekstensikan. Perawat
meletakkan tangan di mata kaki klien. Klien mengetuk tangan perawat dengan telapak
kaki secepat mungkin. Setiap kaki tidak bergerak secepat tangan.
2. Keseimbangan
Perawat meminta klien melakukan tes romberg dengan posisi berdiri kaki rapat, lengan
disamping kedua mata terbuka dan tertutup. Observasi adanya ayunan tubuh, sedikit
ayunan merupakan hal yang normal. Kedua, minta klien menutup mata denga lengan
lurus di samping dan berdiri dengan satu kaki bergantian. Normalnya keseimbangan dapat
dipertahankan selama 5 detik. Ketiga, minta klien berjalan dia atas garis lurus dengan
menempatkan tumit satu kaki langsung di depan jari dari kaki satunya.
3. Refleks
Refleks dilakuan untuk mengkaji integritas jaras sensorik dan motorik dari arkus refleks
dan segmen medula spinalis spesifik. Dengan mengetuk tendon menggunakan palu reflek,
perawat meregangkan otot tendon, memanjangkan kumparan otot. Kumparan tersebut
mengirim impuls saraf sepanjang jaras saraf aferen ke ujung dorsal dari segmen medula
spinalis. Dua kategori refleks normal adalah refleks tendon profunda, dimunculkan
dengan sedikit meregangkan otot dan mengetuk tendon dan refleks kutaneus dimunculkan
dengan menstimulasi kulit secara superfisial. Refleks dinilai sebagai berikut:
0 tidak ada respon
1+ normal rendah dengan sedikit kontraksi otot
2+ normal dengan kekuatan otot yang dapat terlihat dengan gerakan lengan atau
tungkai
3+ lebih cepat dari normal; tidak mengindikasikan penyakit
4+ hiperaktif dengan sangat cepat; seringkali berhubungan dengan gangguan
medula spinalis

Istirahat dan Tidur


Istirahat merupakan suatu kondisi yang tenang, rileks tanpa ada stres emosional, bebas dari
kecemasan. Namun tidak berarti tidak melakukan aktivitas apapun, duduk santai di kursi atau
berbaring di atas tempat tidur juga merupakan bentuk istirahat. Seseorang dapat benar-benar
istirahat bila:
a) Merasa segala sesuatu dapat diatasi dan di bawah kontrolnya.
b) Merasa diterima eksistensinya baik di tempat tinggal, kantor, atau di mana pun. Juga
termasuk ide-idenya diterima oleh orang lain.
c) Mengetahui apa yang terjadi.
d) Bebas dari gangguan dan ketidaknyamanan.
e) Memiliki kepuasan terhadap aktivitas yang dilakukannya.
Tidur merupakan suatu keadaan perilaku individu yang relatif tenang disertai peningkatan
ambang rangsangan yang tinggi terhadap stimulus dari luar. Organ-organ pengindraan
mengalami penurunan tingkat sensitifitas kecuali indra pendengaran dan rasa sakit. Sehingga
orang yang merasakan sakit atau nyeri biasanya mengalami kesulitan untuk tidur. Fungsi
tidur diantaranya:
Tidur memberi pengaruh fisiologis pada sistem saraf dan struktur tubuh lain.
Tidur memulihkan tingkat aktifitas normal dan keseimbangan normal diantara bagian
sistem saraf.
Tidur juga penting untuk sintesis protein yang memungkinkan terjadinya proses perbaikan.
Jenis-jenis tidur:
a) Tidur REM Merupakan tidur dalam kondisi aktif atau tidur paradoksial. Hal tersebut
berarti tidur REM ini sifatnya nyenyak sekali, namun fisiknya atau gerakan kedua bola
matanya bersifat sangat aktif. Tidur REM ditandai dengan mimpi, otot-otot kendor,
tekanan darah bertambah, gerakan mata cepat (mata cenderung bergerak bolak-balik),
sekresi lambung meningkat, gerakan otot tidak teratur, kecepatan jantung dan pernafasan
tidak teratur sering lebih cepat, serta suhu dan metabolisme meningkat.
Apabila seseorang mengalami kehilangan tidur REM, maka akan menunjukkan gejala-gejala
sebagai berikut:
Cenderung hiperaktif.
Kurang dapat mengendalikan diri dan emosi (emosinya labil).
Nafsu makan bertambah.
Bingung dan curiga.
b) Tidur NREM Tidur NREM merupakan tidur yang nyaman dan dalam. Pada tidur NREM
gelombang otak lebih lambat dibandingkan pada orang yang sadar atau tidak tidur.
Tanda-tanda tidur NREM antara lain: mimpi berkurang, keadaan istirahat, tekanan darah
turun, kecepatan pernafasan turun, metabolisme turun, dan gerakan bola mata lambat.
Tahap-Tahap Tidur:
TAHAPAN SIKLUS TIDUR
TAHAP 1: NREM
1. Tahap meliputi tingkat paling dangkal dari tidur
2.Tahap berakhir beberapa menit
Pengurangan aktivitas fisiologis dimulai dengan penurunan secara bertahap tanda-tanda
vital dan metabolisme
Seseorang dengan mudah terbangun oleh stimulus sensori seperti suara
Ketika terbangun, seseorang merasa seperti telah melamun

TAHAP 2: NREM
1. Tahap 2 merupakan periode tidur bersuara
2. Kemajuan relaksasi
3. Untuk terbangun masih relatif mudah
4. Tahap berakhir 10 hingga 20 menit
5. Kelanjutan fungsi tubuh menjadi lamban

TAHAP 3: NREM
1. Tahap 3 meliputi tahap awal dari tidur yang dalam
2. Orang yang tidur sulit dibangunkan dan jarang bergerak
3. Otot-otot dalam keadaan santai penuh
4. Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur
5. Tahap berakhir 15 hingga 30 menit
TAHAP 4: NREM
1. Tahap 4 merupakan tahap tidur terdalam
2. Sangat sulit untuk membangunkan orang yang tidur
Jika terjadi kurang tidur, maka orang yang tidur akan menghabiskan porsi malam yang
seimbang pada tahap ini
Tanda-tanda vital menurun secara bermakna dibanding selama jam terjaga
Tahap berakhir kurang lebih 15 hingga 30 menit
Tidur sambil berjalan dan enuresis dapat terjadi

TIDUR REM
1. Mimpi yang penuh warna dan tambah hidup dapat terjadi pada REM. Mimpi yang kurang
hidup dapat terjadi pada tahap yang lain
2. Tahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah mulai tidur
Hal ini dicirikan dengan respons otonom dari pergerakan mata yang cepat, fluktuasi
jantung dan kecepatan respirasi dan peningkatan atau fluktuasi tekanan darah
Terjadi tonus otot skelet penurunan
Peningkatan sekresi lambung
Sangat sulit sekali membangunkan orang yang tidur
Durasi dari tidur REM meningkat pada tiap siklus dan rata-rata 20 menit

Berpakaian
Kemampuan manusia dalam memilih pakaian yang ingin dikenakan, memakai pakaian,
menanggalkan pakaian. Misalnya sebagai perawat kita harus bisa membantu pasien untuk
memenuhi kebutuhan tersebut dengan cara membantu pasien untuk berpakaian yang bersih
sehingga akan meningkatkan kenyamanan pasien.

Kebutuhan akan Mempertahankan temperature tubuh atau sirkulasi

Perawat harus mengetahui physiologi panas dan bisa mendorong kearah tercapainya keadaan
panas maupun dingin dengan mengubah temperature, kelembapan atau pergerakan udara,
atau dengan memotivasi klien untuk meningkatkan atau mengurangi aktifitasnya.

Kebutuhan akan personal hygiene

Perawat harus mampu untuk memotivasi klien mengenai konsep konsep kesehatan bahwa
walaupun sakit klien tidak perlu untuk menurunkan standard kesehatannya, dan bisa menjaga
tetap bersih baik fisik maupun jiwanya.

Keamanan
Perawat memberikan perawatan kepada klien dan keluarga di dalam komunitas mereka dan
tempat pelayanan kesehatan. Untuk memastikan lingkungan yang aman, perawat perlu
memahami hal-hal yang memberikan kontribusi keamanan rumah, komunitas, atau
lingkungan pelayanan kesehatan, dan kemudian mengkaji berbagai ancaman terhadap
keamanan klien dan lingkungan. Pengkajian yang dilakukan pada klien antara lain pengkajian
terhadap riwayat dan pemeriksaan fisik. Pengkajian terhadap lingkungan, termasuk rumah
klien dan tempat pelayanan kesehatan, mencakup inspeksi pada fasilitas tersebut.
a. Data Subjective
Pengkajian difokuskan pada masalah riwayat kesehatan klien yang terkait dengan kebutuhan
keamanan seperti: pernahkah klien jatuh, mengalami patah tulang, pembatasan aktivitas, dan
sebagainya.
Klien perlu ditanyakan tentang tindakan pengamanan di mobil, perhatian terhadap tanda
bahaya, tindakan pengamanan anak atau bayi di rumah, status imunisasi, pengertian dan
pemahaman klien tentang kesehatan dan keamanan. Perlu digali juga tentang perubahan
lingkungan, support sistem, tahap tumbuh kembang.
Perawat perlu mengidentifikasi adanya faktor risiko untuk keamanan klien mencakup:
kondisi dewasa, fisiologi, kognitif, pengobatan, lingkungan, dan kondisi anak-anak.
Dewasa seperti, riwayat terjatuh, usia yang lebih tua pada wanita, penggunaan alat bantu
(alat bantu jalan, tongkat), prosthesis anggota badan bagian bawah, umur lebih 65 tahun, dan
hidup sendiri.
Fisiologi seperti: kehadiran penyakit akut, kondisi post operasi, kesulitan penglihatan,
kesulitan pendengaran, arthritis, orthostatik hipotensi, tidak dapat tidur, pusing ketika
memutar kepala atau menegakkan kepala, anemia, penyakit vaskuler, neoplasma, kesulitan
mobilitas fisik, kerusakan keseimbangan dan neuropati.
Kognitive, seperti: penurunan status mental (kebingungan, delirium, dimensia, kerusakan
orientasi orang, tempat dan waktu)
Pengobatan, seperti obat anti hipertensi, penghambat ACE, antidepresan trisiklik, obat
anti cemas, hipnotik atau transquilizer, diuretik, penggunan alkohol, dan narkotika.
Lingkungan, seperti: adanya restrain, kondisi cuaca atau lingkungan, pencahayaan,
kelembaban, ventilasi, penataan lingkungan.
Anak-anak, seperti: umur dibawah 2 tahun, penggunaan pengaman, penataan ruang,
penggunaan mainan.
b. Data Objective
Data objective dapat diperoleh perawat dengan melakukan pemeriksaan fisik terkait dengan
sistem: neurologis, cardiovaskuler dan pernafasan, integritas kulit dan mobilitas. Pengkajian
juga mencakup prosedur test diagnostik.
1. Sistem Neurologis
* Status mental
* Tingkat kesadaran
* Fungsi sensori
* Sistem reflek
* Sistem koordinasi
* Test pendengaran, penglihatan dan pembauan
* Sensivitas terhadap lingkungan
2. Sistem Cardiovaskuler dan Respirasi
* Toleransi terhadap aktivitas
* Nyeri dada
* Kesulitan bernafas saat aktivitas
* Frekuensi nafas, tekanan darah dan denyut nadi
3. Integritas kulit
* Inspeksi terhadap keutuhan kulit klien
* Kaji adanya luka, scar, dan lesi
*Kaji tingkat perawatan diri kulit klien
4. Mobilitas
* Inspeksi dan palpasi terhadap otot, persendian, dan tulang klien
* Kaji range of motion klien
* Kaji kekuatan otot klienkaji tingakt ADLs klien
Test diagnostik mencakup: pengukuran tekanan darah, ECG, pengukuran kadar gula darah
dan kolesterol, pemeriksaan darah lengkap, dan sebagainya.

Berkomunikasi dengan orang lain dan mengekspresikan emosi, keinginan, rasa takut
dan pendapat.
Perawat menjadi penterjemah dalam hubungan klien dengan tim kesehatan lain dalam
memajukan kesehatannya, dan membuat klien mengerti akan dirinya sendiri, juga mampu
menciptakan lingkungan yang teraupeutik.Berkomunikasi dengan orang lain dalam
mengekspresikan emosi, kebutuhan, rasa takut, pertanyaan dan ide-ide. Kemampuan
berbicara dipengaruhi oleh suasana hati dan biasanya selalu merefleksikan kondisi mental,
jika tidak ada masalah fisik. Hal-hal lain ini termasuk kemampuan pasien berkomunikasi,
kesulitan dalam berkomunikasi dan hambatan dalam berkomunikasi :
- Apa yang seseorang atau pasien katakan dan bagaimana pasien tersebut mengatakannya
harus diperhatikan.
- Komunikasi Melalui komunikasi antar perawat, pasien dan keluarga dapat dikaji
mengenai pola komunikasi dan interaksi sosial pasien dengan cara mengidentifikasi
kemampuan pasien dalam berkomunikasi, apakah ada kesulitan dalam berbicara, dalam
mendengar dan mengerti pembicaraan orang lain.
Beribadah sesuai kepercayaan
- Apakah terpenuhi kebutuhan klien beribadah sesuai dengan agamanya masing-
masing?
- Penuhi atau fasilitasi kebutuhan beribadah, misalnya shalat 5 waktu untuk agama
islam, menghargai jika ada kunjungan dari gereja untuk agama Kristen, dan
sebagainya
- Bagaimana perilaku atau respon klien terhadap penyakit yang dihadapi?
- Apa sumber kekuatan dan harapan klien?
- Apa yang paling penting dalam hidup klien?
- Apa yang memberi makna dalam hidup klien?

Pekerjaan dan penghargaan


Mengkaji pekerjaan pasien saat ini atau pekerjaan yang lalu , mengkaji kemampuan aktifitas
rekreasi dan relaksasi ( jenis kegiatan dan frekuensinya ).
1. HARGA DIRI
adalah penilaian terhadap hasil yang di capai dengan analisis, sejauh mana memenuhi
ideal diri. Jika individu selalu sukses maka cenderung harga dirinya akan tinggi dan
jika mengalami kegagalan harga diri menjadi rendah. Harga diri di peroleh dari diri
sendiri dan orang lain. Harga diri meliputi kebutuhan akan kepercayaan diri,
kompetensi, penguasaan, kecukupan, prestasi, ketidak tergantungan dan kebebasan
Kebutuhan harga diri meliputi:
Menghargai diri sendiri
Menghargai orang lain
Dihargai orang lain
Kebebasan yang mandiri
Preshies
Di kenal dan di akui
Penghargaan
2. PENGHARGAAN DARI ORANG LAIN
meliputi prestis, pengakuan, penerimaan,perhatian, kedudukan,nama baik serta
penghargaan. Penghargaan dari orang lain sanggat di perlukan dalam kehidupan
karena dengan penghargaan itu seseorang akan menjadi lebih kreatif, mandiri,
percayaakan diri sendiri dan juga lebih produktif.
Kebutuhan penghargaan dari orang lain meliputi :
Kekuatan
Pencapaian
Rasa cukup
Kompetisi
Rasa percaya diri
kemerdekaan

Pengkajian kebutuhan rekreasi


- Pekerjaan, jenis kegiatan
- Frekuensi rekreasi
- Tujuan favorit rekreasi

Belajar, menemukan atau memuaskan rasa ingin tahu dan menggunakan fasilitas
kesehatan.
Perawat dapat membantu klien belajar dalam mendorong usaha penyembuhan dan
meningkatkan kesehatan, serta memperkuat dan mengikuti rencana terapi yang diberikan.
Belajar, menggali, atau memuaskan rasa keingintahuan yang mengacu pada perkembangan
dan kesehatan normal. Hal-hal yang perlu dikaji berkaitan dengan belajar adalah kemampuan
pasien dalam belajar, tingkat kecerdasan, dan kemampuan konsentrasi :
- Dimana klien memeriksakan kesehatan?
- Bagaimana penanganan sakit klien?
- Apakah klien sering menggunakan fasilitas kesehatan?
- Obat apa saja yang pernah klien konsumsi?
- Dimana klien mendapatkan obat?

Anda mungkin juga menyukai