Oksigenasi
Ventilasi diatur oleh kadar CO2, O2, dan ion hidrogen (Ph) dalam darah arteri. Faktor
paling penting dalam pengontrolan ventilasi adalah kadar karbon dioksida dalam arteri.
Peningkatan PCO2 mengakibatkan sistem kontrol pernapasan di otak meningkatkan frekuensi
dan kedalaman bernapas. Usaha ventilasi yang meningkat mengeluarkan kelebihan CO2
selama ekspirasi. Selama bernapas normal dan rileks, individu menghirup udara 500 ml.
Jumlah ini disebut volume tidal. Bila nafas membutuhkan usaha lebih, otot interkostal dan
aksesoris bekerja secara aktif untuk menggerakan udara masuk dan keluar. Bahu naik turun,
dan otot aksesoris ventilasi di leher terlihat berkontraksi. Gerakan diafragmatik menjadi
sedikit kelihatan karena pernapasan kostal meningkat.
Faktor yang mempengaruhi karakter pernapasan:
Olahraga
Nyeri akut
Ansietas
Merokok
Anemia
Posisi tubuh
Medikasi
Cedera batang otak
Pengkajian pernapasan
1. Frekuensi pernapasan
Usia Frekuensi
Bayi baru lahir 35 40
Bayi (6 bulan) 30 50
Todler (2 tahun) 25 32
Anak-anak 20 30
Remaja 16 19
Dewasa 12 20
2. Kedalaman ventilasi
Kedalaman ventilasi dikaji dengan mengobservasi derajat penyimpangan atau gerakan
dinding dada
3. Irama ventilasi
Bayi cenderung kurang teratur dalam bernapas. Anak-anak kecil mungkin bernapas
lambat selama beberapa detik dan kemudian tiba-tiba bernapas dengan lebih cepat.
4. Difusi dan perfusi
Proses difusi dan perfusi pernapasan dapat dievaluasi dengan saturasi oksigen darah.
Aliran darah melalui kapiler parumemberi sel darah merah untuk berikatan dengan
oksigen. Setelah oksigen berdifusi dari alveoli ke darah paru, kebanakan oksigen
melekat pada hemoglobin. Sel darah merah membawa molekul hemoglobin yang
dioksigenasi melalui bagian kiri jantung dan keluar kapiler perifer, ketika oksigen
terlepas, yang bergantung pada kebutuhan jaringan.
Normal presentase hemoglobin yang berikatan dengan oksigen dalam arteri SaO2
adalah antara 95% sampai 100%. Sedangkan saturasi darah vena SvO2.
STATUS GIZI
Ambang batas baku untuk keadaan gizi berdasarakan indeks
Mobilisasi
Muskuloskeletal
1. Inspeksi
Tinjau ulang anatomi tulang dan penempatan otot serta struktur sendi. Observasi juga
gaya berjalan dan bagian anterior, posterior dan lateral postur klien pada saat berjalan.
Perawat mencari adanya kaki diseret, pincang dan posisi badan kaitannya dengan
tungkai. Normalnya klien berjalan dengan lengan mengayun bebas di kedua sisi dan
kepla dan wajah ,endahului tubuh. Lansia seringkali berjalan dengan langkah yang
lebih kecil dan dasar penopang yang lebih lebar. Postur berdiri yang normal adala
berdiri tegak dengan kesejajaran antara pinggul dan bahu. Harus terdapat kontur yang
merata di bah, setingkat skapula dan krista iliaka, kesejajaran kepala dengan lipatan
gluteal dan kesimetrisan ekstrimitas. Abnormalitas postural yang banyak terjadi antara
lain lordosis, kifosis, dan skoliosis.
2. Palpasi
Perawat melakukan palpasi secara perlahan di seluruh tulang, sendi dan otot. Perawat
mencatat adanya panas, nyeri tekan, edema atau resistensi terhadap tekanan. Otot
harus keras.
3. Rentang gerak sendi
Perawat meminta klien untuk meletakkan setiap sendi mayor pada rentang gerak sendi
penuh aktif maupun pasif. Ketika mengkaji rentang gerak perawat tidak memaksakan
sendi jika terdapat nyeri atau spam otot. Perawat harus mengetahui rentang normal
sendi dan sejauh mana sendi tersebut dapat digerakkan.
Istilah untuk posisi rentang gerak normal
Sistem neurologis
1. Koordinasi
Perawat mengobservasi kelancaran dan keseimbangan gerakan. Pada lansua waktu reaksi
yang lambat menyebabkan gerakan menjadi kurang berirama. Koordinasi ekstremitas
bawah diuji dengan klien pada posisi terlentang, tungkai diekstensikan. Perawat
meletakkan tangan di mata kaki klien. Klien mengetuk tangan perawat dengan telapak
kaki secepat mungkin. Setiap kaki tidak bergerak secepat tangan.
2. Keseimbangan
Perawat meminta klien melakukan tes romberg dengan posisi berdiri kaki rapat, lengan
disamping kedua mata terbuka dan tertutup. Observasi adanya ayunan tubuh, sedikit
ayunan merupakan hal yang normal. Kedua, minta klien menutup mata denga lengan
lurus di samping dan berdiri dengan satu kaki bergantian. Normalnya keseimbangan dapat
dipertahankan selama 5 detik. Ketiga, minta klien berjalan dia atas garis lurus dengan
menempatkan tumit satu kaki langsung di depan jari dari kaki satunya.
3. Refleks
Refleks dilakuan untuk mengkaji integritas jaras sensorik dan motorik dari arkus refleks
dan segmen medula spinalis spesifik. Dengan mengetuk tendon menggunakan palu reflek,
perawat meregangkan otot tendon, memanjangkan kumparan otot. Kumparan tersebut
mengirim impuls saraf sepanjang jaras saraf aferen ke ujung dorsal dari segmen medula
spinalis. Dua kategori refleks normal adalah refleks tendon profunda, dimunculkan
dengan sedikit meregangkan otot dan mengetuk tendon dan refleks kutaneus dimunculkan
dengan menstimulasi kulit secara superfisial. Refleks dinilai sebagai berikut:
0 tidak ada respon
1+ normal rendah dengan sedikit kontraksi otot
2+ normal dengan kekuatan otot yang dapat terlihat dengan gerakan lengan atau
tungkai
3+ lebih cepat dari normal; tidak mengindikasikan penyakit
4+ hiperaktif dengan sangat cepat; seringkali berhubungan dengan gangguan
medula spinalis
TAHAP 2: NREM
1. Tahap 2 merupakan periode tidur bersuara
2. Kemajuan relaksasi
3. Untuk terbangun masih relatif mudah
4. Tahap berakhir 10 hingga 20 menit
5. Kelanjutan fungsi tubuh menjadi lamban
TAHAP 3: NREM
1. Tahap 3 meliputi tahap awal dari tidur yang dalam
2. Orang yang tidur sulit dibangunkan dan jarang bergerak
3. Otot-otot dalam keadaan santai penuh
4. Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur
5. Tahap berakhir 15 hingga 30 menit
TAHAP 4: NREM
1. Tahap 4 merupakan tahap tidur terdalam
2. Sangat sulit untuk membangunkan orang yang tidur
Jika terjadi kurang tidur, maka orang yang tidur akan menghabiskan porsi malam yang
seimbang pada tahap ini
Tanda-tanda vital menurun secara bermakna dibanding selama jam terjaga
Tahap berakhir kurang lebih 15 hingga 30 menit
Tidur sambil berjalan dan enuresis dapat terjadi
TIDUR REM
1. Mimpi yang penuh warna dan tambah hidup dapat terjadi pada REM. Mimpi yang kurang
hidup dapat terjadi pada tahap yang lain
2. Tahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah mulai tidur
Hal ini dicirikan dengan respons otonom dari pergerakan mata yang cepat, fluktuasi
jantung dan kecepatan respirasi dan peningkatan atau fluktuasi tekanan darah
Terjadi tonus otot skelet penurunan
Peningkatan sekresi lambung
Sangat sulit sekali membangunkan orang yang tidur
Durasi dari tidur REM meningkat pada tiap siklus dan rata-rata 20 menit
Berpakaian
Kemampuan manusia dalam memilih pakaian yang ingin dikenakan, memakai pakaian,
menanggalkan pakaian. Misalnya sebagai perawat kita harus bisa membantu pasien untuk
memenuhi kebutuhan tersebut dengan cara membantu pasien untuk berpakaian yang bersih
sehingga akan meningkatkan kenyamanan pasien.
Perawat harus mengetahui physiologi panas dan bisa mendorong kearah tercapainya keadaan
panas maupun dingin dengan mengubah temperature, kelembapan atau pergerakan udara,
atau dengan memotivasi klien untuk meningkatkan atau mengurangi aktifitasnya.
Perawat harus mampu untuk memotivasi klien mengenai konsep konsep kesehatan bahwa
walaupun sakit klien tidak perlu untuk menurunkan standard kesehatannya, dan bisa menjaga
tetap bersih baik fisik maupun jiwanya.
Keamanan
Perawat memberikan perawatan kepada klien dan keluarga di dalam komunitas mereka dan
tempat pelayanan kesehatan. Untuk memastikan lingkungan yang aman, perawat perlu
memahami hal-hal yang memberikan kontribusi keamanan rumah, komunitas, atau
lingkungan pelayanan kesehatan, dan kemudian mengkaji berbagai ancaman terhadap
keamanan klien dan lingkungan. Pengkajian yang dilakukan pada klien antara lain pengkajian
terhadap riwayat dan pemeriksaan fisik. Pengkajian terhadap lingkungan, termasuk rumah
klien dan tempat pelayanan kesehatan, mencakup inspeksi pada fasilitas tersebut.
a. Data Subjective
Pengkajian difokuskan pada masalah riwayat kesehatan klien yang terkait dengan kebutuhan
keamanan seperti: pernahkah klien jatuh, mengalami patah tulang, pembatasan aktivitas, dan
sebagainya.
Klien perlu ditanyakan tentang tindakan pengamanan di mobil, perhatian terhadap tanda
bahaya, tindakan pengamanan anak atau bayi di rumah, status imunisasi, pengertian dan
pemahaman klien tentang kesehatan dan keamanan. Perlu digali juga tentang perubahan
lingkungan, support sistem, tahap tumbuh kembang.
Perawat perlu mengidentifikasi adanya faktor risiko untuk keamanan klien mencakup:
kondisi dewasa, fisiologi, kognitif, pengobatan, lingkungan, dan kondisi anak-anak.
Dewasa seperti, riwayat terjatuh, usia yang lebih tua pada wanita, penggunaan alat bantu
(alat bantu jalan, tongkat), prosthesis anggota badan bagian bawah, umur lebih 65 tahun, dan
hidup sendiri.
Fisiologi seperti: kehadiran penyakit akut, kondisi post operasi, kesulitan penglihatan,
kesulitan pendengaran, arthritis, orthostatik hipotensi, tidak dapat tidur, pusing ketika
memutar kepala atau menegakkan kepala, anemia, penyakit vaskuler, neoplasma, kesulitan
mobilitas fisik, kerusakan keseimbangan dan neuropati.
Kognitive, seperti: penurunan status mental (kebingungan, delirium, dimensia, kerusakan
orientasi orang, tempat dan waktu)
Pengobatan, seperti obat anti hipertensi, penghambat ACE, antidepresan trisiklik, obat
anti cemas, hipnotik atau transquilizer, diuretik, penggunan alkohol, dan narkotika.
Lingkungan, seperti: adanya restrain, kondisi cuaca atau lingkungan, pencahayaan,
kelembaban, ventilasi, penataan lingkungan.
Anak-anak, seperti: umur dibawah 2 tahun, penggunaan pengaman, penataan ruang,
penggunaan mainan.
b. Data Objective
Data objective dapat diperoleh perawat dengan melakukan pemeriksaan fisik terkait dengan
sistem: neurologis, cardiovaskuler dan pernafasan, integritas kulit dan mobilitas. Pengkajian
juga mencakup prosedur test diagnostik.
1. Sistem Neurologis
* Status mental
* Tingkat kesadaran
* Fungsi sensori
* Sistem reflek
* Sistem koordinasi
* Test pendengaran, penglihatan dan pembauan
* Sensivitas terhadap lingkungan
2. Sistem Cardiovaskuler dan Respirasi
* Toleransi terhadap aktivitas
* Nyeri dada
* Kesulitan bernafas saat aktivitas
* Frekuensi nafas, tekanan darah dan denyut nadi
3. Integritas kulit
* Inspeksi terhadap keutuhan kulit klien
* Kaji adanya luka, scar, dan lesi
*Kaji tingkat perawatan diri kulit klien
4. Mobilitas
* Inspeksi dan palpasi terhadap otot, persendian, dan tulang klien
* Kaji range of motion klien
* Kaji kekuatan otot klienkaji tingakt ADLs klien
Test diagnostik mencakup: pengukuran tekanan darah, ECG, pengukuran kadar gula darah
dan kolesterol, pemeriksaan darah lengkap, dan sebagainya.
Berkomunikasi dengan orang lain dan mengekspresikan emosi, keinginan, rasa takut
dan pendapat.
Perawat menjadi penterjemah dalam hubungan klien dengan tim kesehatan lain dalam
memajukan kesehatannya, dan membuat klien mengerti akan dirinya sendiri, juga mampu
menciptakan lingkungan yang teraupeutik.Berkomunikasi dengan orang lain dalam
mengekspresikan emosi, kebutuhan, rasa takut, pertanyaan dan ide-ide. Kemampuan
berbicara dipengaruhi oleh suasana hati dan biasanya selalu merefleksikan kondisi mental,
jika tidak ada masalah fisik. Hal-hal lain ini termasuk kemampuan pasien berkomunikasi,
kesulitan dalam berkomunikasi dan hambatan dalam berkomunikasi :
- Apa yang seseorang atau pasien katakan dan bagaimana pasien tersebut mengatakannya
harus diperhatikan.
- Komunikasi Melalui komunikasi antar perawat, pasien dan keluarga dapat dikaji
mengenai pola komunikasi dan interaksi sosial pasien dengan cara mengidentifikasi
kemampuan pasien dalam berkomunikasi, apakah ada kesulitan dalam berbicara, dalam
mendengar dan mengerti pembicaraan orang lain.
Beribadah sesuai kepercayaan
- Apakah terpenuhi kebutuhan klien beribadah sesuai dengan agamanya masing-
masing?
- Penuhi atau fasilitasi kebutuhan beribadah, misalnya shalat 5 waktu untuk agama
islam, menghargai jika ada kunjungan dari gereja untuk agama Kristen, dan
sebagainya
- Bagaimana perilaku atau respon klien terhadap penyakit yang dihadapi?
- Apa sumber kekuatan dan harapan klien?
- Apa yang paling penting dalam hidup klien?
- Apa yang memberi makna dalam hidup klien?
Belajar, menemukan atau memuaskan rasa ingin tahu dan menggunakan fasilitas
kesehatan.
Perawat dapat membantu klien belajar dalam mendorong usaha penyembuhan dan
meningkatkan kesehatan, serta memperkuat dan mengikuti rencana terapi yang diberikan.
Belajar, menggali, atau memuaskan rasa keingintahuan yang mengacu pada perkembangan
dan kesehatan normal. Hal-hal yang perlu dikaji berkaitan dengan belajar adalah kemampuan
pasien dalam belajar, tingkat kecerdasan, dan kemampuan konsentrasi :
- Dimana klien memeriksakan kesehatan?
- Bagaimana penanganan sakit klien?
- Apakah klien sering menggunakan fasilitas kesehatan?
- Obat apa saja yang pernah klien konsumsi?
- Dimana klien mendapatkan obat?