Anda di halaman 1dari 6

J. Sains MIPA, Edisi Khusus Tahun 2007, Vol. 13, No. 2, Hal.

: 87 - 92
ISSN 1978-1873

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KECAP DENGAN METODE


ELEKTROKOAGULASI

Wasinton Simanjuntak dan Irwan Ginting Suka

Fakultas MIPA Universitas Lampung


Jl. S. Brojonegoro No 1, Bandar Lampung 35145

Diterima 28 Agustus 2007, perbaikan 10 Desember 2007, disetujui untuk diterbitkan 27 Desember 2007

ABSTRACT

This research was carried out to study the electrocoagulation treatment of waste water of soy bean sauce industry. The
experiments were conducted using aluminium rod and carbon rod as electrodes, applied in different arrangements of
anode A : cathode Al (Al-Al), and Anode Al : cathode C (Al-C). The main aim of the study was to investigate the influene
of potential and contact time on turbidity, chemical oxygen demand (COD), biological oxygen demand (BOD), and
suspended solid. The results obtained demonstrated that the elctrode arrangement of Al-C worked better than the Al-Al
electrodes., resulted in 58 percent reduction of turbidity, 70 percent reduction of COD, 69 percent reduction of BOD, and
52 percent reduction of suspended solid.

Keywords: electrocoagulation, sacrificial electrode, absorbance.

1. PENDAHULUAN

Dewasa ini salah satu metode pengolahan limbah cair yang sedang dikembangkan adalah metode elektrokoagulasi1,2,3).
Pada hakekatnya metode ini merupakan pengembangan metode koagulasi konvensional yang memanfaatkan kation
dari suatu koagulan, berupa garam, untuk merusak kesetabilan sistim koloid polutan dalam limbah sehingga gaya kohesi
antar polutan bekerja secara optimum4). Perbedaan paling penting antara koagulasi konvensional dengan
elektrokoagulasi adalah bahwa dalam metode elektrokoagulasi, kation yang dibutuhkan dihasilkan langsung dari logam
yang digunakan sebagai anoda (elektroda tumbal). Karena dalam metode elektrokoagulasi kation dihasilkan langsung
dari elektroda logam, metode ini tidak menghasilkan limbah sekunder berupa anion yang merupakan kelemahan utama
metode konvensiona. Penerapan metode elektrokoagulasi juga tidak membutuhkan penentuan dosis koagulan yang
seringkali menjadi kendala praktis dalam penerapan metode koagulasi konvensional.

Karena metode elektrokoagulasi didasarkan pada proses elektrokimia, efektifitas metode ini dipengaruhi oleh berbagai
variable elektrokimia. Dalam prakteknya, variabel elektrokimia yang mempengaruhi efektifitas proses elektrokoagulasi
dapat dibedakan menjadi variabel utama, meliputi potensial, jenis elektroda, dan waktu kontak5,6), serta variabel
pendukung meliputi jumlah dan jarak elektroda7), suhu dan pH8). Di samping berbagai variabel di atas, jenis dan
konsentrasi polutan dalam limbah merupakan faktor penentu efektifitas metode elektrokoagulasi, seperti tergambar dari
beragamnya kondisi pengolahan dan capaian yang dilaporkan dalam beragam literatur tentang penerapan metode
elektrokoagulasi untuk limbah yang berbeda1,9,10).

Adanya ketergantungan efektifitas metode elektrokoagulasi pada jenis polutan dalam limbah merupakan latar belakang
utama dalam melakukan penelitian ini, dengan menitik beratkan pada kajian pengaruh potensial dan waktu kontak
terhadap unjuk kerja elektrokoagulasi untuk pengolahan limbah cair industri kecap. Dalam penelitian ini, efektifitas
metode dinyatakan dengan persen penurunan absorbansi (A) limbah pada dua panjang gelombang yang berbeda, yakni
272 dan 365 nm. Pemilihan kedua panjang gelomabng di atas didasrkan pada hasil percobaan sebelumnya11,12), yang
menunjukkan bahwa absorbansi pada kedua panjang gelombang tersebut mempunyai korelasi yang sangat baik dengan
kadar polutan dalam limbah. Dengan demikian, penurunan absorbansi pada kedua panjang gelomabng tersebut dapat
digunakan sebagai gambaran penurunan kadar polutan dalam limbah. Selain penurunan absorbansi, dalam penelitian ini
parameter lain yang digunakan untuk menyatakan efektifitas proses elektrokoagulasi adalah kekeruhan, padatan terlarut,
kebutuhan oksigen biologis, dan kebutuhan oksigen kimawi.

2007 FMIPA Universitas Lampung 87


Wasinton Simanjuntak dan Irwan Ginting Suka... Pengolahan Limbah Cair Industri Kecap

2. METODE PENELITIAN
2.1. Perangkaat percobaan

Percobaan dilakukan dengan sisitim mengalir menggunakan perangkat elektrokoagulasi seperti disajikan dalam Gambar
1 di bawah ini.

Voltage suplier V

Bejana Sampel

Perangkat
Elektrokimia

Pompa Sirkulasi Air

Gambar 1. Skema perangkat elektrokoagulasi yang digunakan dalam penelitian.

Seperti terlihat dalam Gambar 1 di atas, perangkat percobaan terdiri dari sebuah bejana tempat sampel yang
dihubungkan dengan sebuah pompa sirkulasi kecil untuk mengatur laju alir sampel yang akan masuk ke perangkat
elektrokimia sesuai dengan waktu kontak yang diinginkan. Dalam penelitian ini digunakan batangan aluminium sebagai
elektroda tumbal (anoda) dan dua jenis katoda, yakni batangan aluminium dan batangan karbon. Percobaan dilakukan
dengan 3 pasang elektroda dengan susunan monopolar.

2.2. Percobaan

2.2.1. Percobaan dengan potensial yang berbeda

Percobaan ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh potensial terhadap efektifitas proses elektrokoagulasi untuk
mendapatkan potensial optimum yang akan digunakan pada percobaan selanjutnya. Percobaan ini juga dimaksudkan
untuk sekaligus mempelajari kaitan antara jenis katoda dengan potensial optimum dalam suatu proses elektrokoagulasi.
Untuk maksud ini, percobaan dilakukan dengan potensial yang berbeda, yakni 2, ,4, 6, 8, dan 12 volt. Keseluruhan
percobaan dilakukan dengan waktu kontak yang tetapa yakni 30 menit.

2.2.2. Percobaan dengan waktu kontak yang berbeda

Percobaan ini dilakukan menggunakan potensial optimum yang didapatkan dari percobaan sebelumnya dengan waktu
kontak yang berbeda, yakni 15, 30, 45, 60, dan 90 menit. Percobaan ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh waktu
kontak terhadap efektifitas proses elektrokoagulasi untuk mendapatkan gambaran tentang waktu kontak optimum.
Percobaan ini juga dimaksudkan untuk sekaligus mempelajari kaitan antara jenis katoda dengan waktu kontak optimum
dalam suatu proses elektrokoagulasi.

88 2007 FMIPA Universitas Lampung


J. Sains MIPA, Edisi Khusus Tahun 2007, Vol. 13, No. 2

2.3. Analisis Sampel

Analisis sampel dilakukan menggunbakan spektrometer UV-Vis dengan memindai sampel pada panjang gelombang 200
hingga 70 nm. Absorbansi sample pada panjang gelombang 272 dan 365 nm selanjutnya dicatat sebagai data. Unjuk
kerja metode elektrokoagulasi dinyatakan berdasarkan penurunan harag absorbansi pada kedua panjang gelombang di
atas. Sampel yang diperoleh dari perlakuan terbaik selanjutnya dianalisis untuk menentukan penurunan kekeruhan,
padatan terlarut, kebutuhan oksigen kimiawi, dan kebutuhan oksigen biologis. Parameter tambahan ini dianalisis
karena dalam prakteknya ketiganya merupakan parameter kualitas limbah cair yang utama dalam menentukan
kelayakan limbah untuk dilepas ke lingkungan bebas.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1. Hasil Percobaan Dengan Potensial yang Berbeda

Seperti telah dipaparkan sebelumnya, dalam penelitian ini percobaan dilakukan menggunakan dua sistim elektroda,
yakni aluminium sebagai anoda dan katoda (sistim Al-Al), serta aluminium sebagai anoda dan karrbon sebagai katoda
(sistim Al-C). Untuk mendapatkan gambaran tentang pengaruh potensial, percobaan dilakukan pada waktu kontak tetap
yakni 30 menit dengan potensial yang divariasi. Hasil yang diperoleh dengan menggunakan sistim Al-Al disajikan dalam
Gambar 2 di bawah ini.
272 nm 365 nm

1,0

0,8
Absorbansi

0,6

0,4

0,2
0 2 4 6 8 10 12
Potensial (volt)

Gambar 2. Hasil percobaan pada potensial yang berbeda menggunakan sistim elektroda AL-Al dengan waktu kontak 30
menit

Seperti terlihat dalam gambar, absorbansi sampel pada kedua panjang gelombang yang digunakan mengalami
penurunan yang cukup jelas hingga potensial 6 volt, namun pada potensial selanjutnya absorbansi sampel naik kembali
hingga mendekati nilai awal. Pola perubahan nilai absorbansi ini menunjukkan dengan jelas adanya pengaruh potensial
272 nm 365 nm
1,0

0,8
Absorbansi

0,6

0,4

0,2
0 2 4 6 8 10 12
Potensial (volt)

Gambar 3. Hasil percobaan pada potensial yang berbeda menggunakan sistim elektroda AL-C dengan waktu kontak 30
menit

2007 FMIPA Universitas Lampung 89


Wasinton Simanjuntak dan Irwan Ginting Suka... Pengolahan Limbah Cair Industri Kecap

terhadap efektifitas proses koagulasi yang berlangsung seperti yang telah dinyatakan oleh peneliti elektrokoagulasi
sebelumnya4,13). Berdasarkan kurva di atas dapat disimpulkan bahwa potensial 6 volt dapat dianggap sebagai potensial
optimum dalam penelitian yang dilakukan.

Hasil percobaan dengan sistim elektroda Al-C menunjukkan pola perubahan absorbasi yang relatif sama dengan pola
yang teramati dalam percobaan dengan sistim elektroda Al-Al, seperti terlihat dalam Gambar 3 di bawah ini. Meskipun
hasil kedua percobaan yang disajikan di atas mempunyai pola umum dan potensial optimum yang sama, namum terlihat
bahwa kenaikan kembali abosrbansi sample pada percobaan di atas 6 volt relatif lebih signifikan pada percobaan
dengan sistim elektroda Al-Al. Hal ini menunjukkan bahwa destabilisasi flok (koagulat) terjadi lebih signifikan pada
percobaan dengan sistim elektroda Al-Al. Destabilisasi flok pada percobaan dengan potensial lebih besar dari 6 volt
diyakini merupakan akibat pembentukan gas selama berlangsungnya proses elektrokoagulasi, sebagai akibat terjadinya
elektrolisis air13). Gas yang terbentuk dari elektrolisis air tersebut akan memecah flok yang terbentuk hingga sebagian
polutan organik terlarut kembali sehingga absorbansi sampel mengalami kenaikan.

Karena destabilisasi flok merupakan kerugian praktis, dari hasil hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa sisitm
elektroda Al-C mempunyai unjuk kerja yang lebih baik. Selain menghasilkan flok yang relatif lebih stabil, sistim
elektroda Al-C juga menunjukkan kemampuan yang lebih baik dalam menurunkan absorbansi sampel pada kedua
panjang gelombang. Untuk absorbansi pada panjang gelombang 272 nm, penurunan absorbansi yang mampu dicapai
dengan sistim elektroda Al-Al adalah 35%, sedangkan dengan sistim elektroda Al-C sebesar 47%. Hasil yang lebih baik
juga didapatkan untuk penurunan absorbansi pada panjang gelombang 365, dimana penurunan abosrbansi dengan
sistim elektroda Al-Al adalah sebesar 42%, sedangkan penurunan dengan sistim elektroda Al-C mencapai 51%.

3.2. Hasil Percobaan Dengan Waktu Kontak yang Berbeda

Dari hasil percobaan dengan potensial yang berbeda seperti dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa kedua sistim
elektroda mempunyai potensial optimum yang sama, yakni 6 volt. Untuk mempelajari pengaruh waktu kontak,
percobaan dengan kedua sistim elektroda selanjutnya dilakukan pada potensial tetap 6 volt dengan waktu kontak yang
berbeda, yakni 15, 30, 45, 60 dan 90 menit. Hasil yang diperoleh dari percobaan dengan sistim elektroda Al-Al
disajikan dalam Gambar 4 di bawah ini.

Seperti terlihat dalam Gambar 4, penurunan absorbansi sample pada kedua panjang gelombang terjadi dengan relatif
cepat hingga pada waktu kontak 45 menit dan cenderung menjadi landai hingga ke waktu kontak berikutnya. Pola
penurunan absorbansi sedemikian juga diamati untuk sampel yang diperlakukan dengan sistim elektroda AL-C seperti
terlihat pada Gambar 5. Penurunan absorbansi yang cepat pada awal percobaan juga telah dilaporkan oleh penelitia
sebelumnya2,5), yang menunjukkan terjadinya interaksi yang cepat antara polutan organik dengan kation yang
dibebaskan dari elektroda tumbal. Selanjutnya absorbansi sampel cenderung melandai seiring dengan penurunan
konsentrasi polutan yang reaktif, di samping terjadinya pasifasi elektroda13) akibat adanya flok yang menempel pada
elektroda atau berada di sekitar elektroda dan menghambat transfer kation ke bagian sampel dengan jarak yang lebih
jauh dari elektroda.

272 nm 365 nm

1,0

0,8
Absorbansi

0,6

0,4

0,2
0,0
0 15 30 45 60 75 90
Waktu kontak (menit)

Gambar 4. Hasil percobaan pada waktu kontak yang berbeda menggunakan sistim elektroda AL-Al dengan potensial 6
volt

90 2007 FMIPA Universitas Lampung


J. Sains MIPA, Edisi Khusus Tahun 2007, Vol. 13, No. 2

272 nm 365 nm

1,0

0,8
Absorbansi

0,6

0,4

0,2

0,0
0 15 30 45 60 75 90
Waktu kontak (menit)

Gambar 5. Hasil percobaan pada waktu kontak yang berbeda menggunakan sistim elektroda AL-C dengan potensial 6
volt

Dibanding dengan hasil yang diperoleh dari percobaan dengan potensial yang berbeda, perbedaan paling jelas terlihat
adalah bahwa pada percobaan dengan waktu yang berbeda, tidak ada destabilisasi flok yang terjadi, seperti yang
teramati pada percobaan dengan potensial yang berbeda.

Dari kedua gambar di atas, dapat didimpulkan bahwa waktu kontak optimum untuk kedua sistim elektroda adalah 45
menit. Meskipun mempunyai pola penurunan dan waktu kontak optimum yang sama, namun sistim elektroda Al-C
mempunyai unjuk kerja yang relatif lebih baik dari sistim elektroda AL-Al. Hal ini tercermin dari persen penurunan
abosrbansi sampel pada kedua panjang gelombang. Untuk abosrbansi pada panjang gelombang 272 nm, persen
penurunan abosrbansi yang dicapai adalah sebesar 64%, sedangkan dengan sistim selektroda Al-C mencapai 75%.
Kelebihan sistim elektroda AL-C dibanding sistim Al-Al juga tergambar dari persen penurunan absorbansi sampel pada
panjang gelombang 365 nm, dimana capaian dengan sistim elektroda Al-Al adalah 59% sementara dengan sistim
elektroda Al-C mencapai 68%.

3.3. Analisis Tambahan

Selain absorbansi pada kedua panjang gelombang yang dipaparkan di atas, parameter ukur lain yang digunakan untuk
menyatakan unjuk kerja metode elektrokoagulasi yang diteliti adalah kekruhan, padatan terlarut, kebutuhan oksigen
biologis, dan kebutuhan oksigen kimiawi. Keempat parameter tambahan tersebut ditentukan untuk sampel yang
diperlakukan pada kondisi optimum, yakni elektroda Al-C, potensial 6 volt, dan waktu kontak 45 menit. Hasil yang
diperoleh menunjukkan bahwa metode elektrokoagulasi mampu menurunkan keempat parameter di atas dengan
capaian yang cukup signifikan, yakni 58% untuk kekeruhan, 52% untuk padatan terlarut, 69% untuk kebutuhan oksigen
biologis, dan 70% untuk kebutuhan oksigen kimiawi. Capaian tersebut menunjukkan bahwa metode elektrokoagulasi
mempunyai potensi yang layak dikembangkan menjadi metode alternatif untuk pengolahan limbah cair industri kecap.
Capaian ini juga menunjukkan bahwa potensi metode elektrokoagulasi untuk pengolahan limbah cair industri lain,
khususnya yang mengandung polutan organik, sangat layak untuk digali lebih lanjut untuk mengembangkan metode ini
hingga ke tataran aplikasi.

4. KESIMPULAN
Hasil percobaan menunjukkan bahwa kedua sistim elektroda (Al-Al dan Al-C) yang diteliti mempunyai potensial optimum
yang sama (6 volt) dan waktu kontak yang sama (45 menit). Meskipun demikian, peresen penurunan absorbansi
sampel yang mampu dicapai menunjukkan bahwa sistim elektroda Al-C mempunyai unjuk kerja yang relatif lebih baik
dibanding dengan sistim elektroda Al-Al. Di samping penurunan absorbansi yang cukup signifikan, metode

2007 FMIPA Universitas Lampung 91


Wasinton Simanjuntak dan Irwan Ginting Suka... Pengolahan Limbah Cair Industri Kecap

elektrokoagulasi yang dicoba juga menunjukkan unjuk kerja yang cukup tinggi untuk menurunkan kekeruhan, padatan
terlarut, kebutuhan oksigen biologis, dan kebutuhan oksigen kimiawi limbah yang diteliti. Keseluruhan hasil tersebut
mencerminkan bahwa metode elektrokoagulasi mempunyai potensi yang layak untuk dikembangkan lebih lanjut menjadi
metode alternatif untuk pengolahan limbah cair industri kecap dan limbah cair industri lainnya, khususnya yang
mengandung polutan organik.

DAFTAR PUSTAKA
1. Ciorba, G. A., Radovan, C., Vlaicu, L., and Pitulice, L. 2000. Correlation between organic component and electrode
material: consequences on removal of surfactants from from wastewater, Electrochimica Acta. 46:297-303.

2. Daneshvar, N., Ashassi-Sorkhabai, H., and Tizpar, A. 2003. Decolorization of orange II by electrocoagulation
method, Separation and Purification Technology., 31: 153-162.

3. Bergmann, H., Rittel, A., Iourtchouk, T., Schoeps, K., and Bouzek, K. 2003. Electrochemical treatment of cooling
lubricant, Chemical Engineering and Processing., 42: 105-119.

4. Holt, P.K., Barton, G.W., Wark, M and Mitchell, C.A. 2002. A quantitative comparison between chemical dosing and
electrocoagulation, Colloid and Surfaces., 211: 233-248.

5. Tsai, C.T., Lin, S. T., Shue, Y. C., and Su, P. L. 1997. Electrolysis of solube organic matter in leachate from
landfills, Water Research., 31: 3073-3081.

6. Chen, X., G.Chen, and P.L.Yue. 2000. Separation of pollutans from restaurant wastewater by electrocoagulation,
Separation and Purification Technology., 19: 65-67.

7. Mameri, N.Y., Lounici, A.R., Grib, H., and Bariou, B. 1998. Defluorination of septentrional Sahara water of North
Africa by electrocoagulation process using bipolar alumunium electrode, Water Research., 32: 1604-1612.

8. Bejankiwar, R. S. 2002. Electrochemical treatment of cigarette industry wastewater: feasibility study, Water
Research., 36: 4386-4390.

9. Bahdari, K., Korbahti, and Tanyolac, A. 2003. Continuous electrochemical treatment of phenolic wastewater in a
tubular reactor, Water Research., 37: 1505-1514.

10. Diaz, C. B., Ninez, F. U., Campos, E., Pardave, M. P., and Romo, M. R. 2003. A combined electrochemical-
irradiation treatment of highly colored industrial wastewater, Radiation Physics and Chemistry., 65: 144-151.

11. Kittis, M., Karafil, T., Kilduff, J.E., and Wigton, A. 2002. The reactivity of natural organic matter by disinfection by
products formation and its relation to spesific ultraviolet absorbance, Water Science and Technology., 43: 9-16.

12. Thomsen, M., lasen, P., Dobe, S., Hanson, P. E., Carlsen, L., and Mogensen, B.B. 2002. Characterization of
humic materials of different origins: A multivariate approach for quantifying the latent properties of dissolved organic
matter, Chemosphere., 49: 1327-1337.

13. Jiang, J.Q., Nigel, G., Cecile, H., Geoof, K., and Nigel, B. 2002. Laboratory study of electro-coagulation-flotation for
water treatment, Water Research., 36: 4064-4078.

92 2007 FMIPA Universitas Lampung

Anda mungkin juga menyukai