Anda di halaman 1dari 12

ISSN 08s4-9230

Volume 15 Nomor I Tahun 2012

IURNAL
PENGOLAHAN HA'IL PERIKANAN
INDONE'IA

Sikap Pengolah dalam Menentukan Produk Ikan Asin Ernik Yuliana 1-8

Pembuatan dan Karakterisasi Hidrolisat Protein dari Ella Salamah, Tati Nurhayati, 9-16
Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepfuus) Menggunakan Indah Rahayu Widadi
Enzim Papain

Mutu Fisik dan Mikrostruktur Kamaboko Ikan Kurisi Titiek Indhira Agustin t7-26
(Nemipterus nematophoru.s) dengan Penambahan
Karaginan

Pendeteksian Tingkat Kesegaran Filet Ikan Nila Bambang Riyanto, Akhiruddin Maddu, 27-34
Menggunakan Pengukuran Sifat Biolistrik Supriyanto

Formulasi Tepung Pelapis Savory Chips Nikmawatisusanti Yusuf, 3s-44


Ikan Nike (Awaous melanocephalus) Sri Purwaningsih, Wini Trilaksani

Pemanfaatan Konsentrat Protein Ikan (KPI) Patin Nuri Arum Anugrahati, |oko Santoso, 45-51
dalam Pembudtan Biskuit Indra Pratama

Pemanfaatan Rumput Laat Sargassum sp. sebagai Bustami Ibrahim, Dadi R. Sukarsa, 52-58
Adsorben Limbah Cair Industri Rumah Tangga Linda Aryanti
Perikanan

Karakterisasi Protease dari Isolat Bakteri Asal Ace Baehaki, Rinto 59-65
Tumbuhan Rawa dari Indralaya

Perbandingan Aktivitas Antibakteri Penicillium Asep Awaludin Prihanto 66-70


notatum ATCC 28089 dengan Penicillium sp. RIM yang
Diisolasi dari Mangrove Sonneratia cas eolaris

Energy and Protein Balance of Nile Tilapia Fed with Dewi Apri Astuti, Klaus Becker, 7t-79
Moringa and Mulberry Leaves Nahid Richter

Dipublikasikan oleh
Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia (MPHPI)
2012
ISSN 0854-9230
Volume 15 Nomor I Tahun 2012

IURNAL
PENGOLAHAN HA'IL PERIKANAN
INDONE'IA
Ketua Redaksi : Kustiariyah Tarman Editorial

furnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia (JPHPI)


Dewan Redaksi : Nurjanah
Tati Nurhayati
kini memasuki tahun ke-4 semenjak diterbitkan bersama oleh
Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia (MPHPI) dan
Sugeng Heri Suseno
Departemen Teknologi Hasil Perairan (THP) Fakultas Perikanan
Linawati Hardjito
dan Ilmu Kelautan IPB. Melalui kerjasama tersebut, diharapkan
Amir Husni jurnal ini dapat terdistribusi lebih luas dan keberlanjutan
Hari Eko Irianto penerbitannya dapat dipertahankan.
Pada edisi ini, selain berasal dari manuskrip yang dikirimkan
Penyunting Pelaksana : Roni Nugraha ke Dewan Redaksi, sebagian artikel telah dipresentasikan baik
secara oral maupun poster pada Pertemuan Ilmiah ke-3 MPHPI
Administrasi dan : Husnul Fitriah pada6-7 Okober 2011 di Bogor.
kesekretariatan
KEPENGURUSAN
MASYARAKAT PENGOLAHAN TIASIL PERIKANAN
Sirkulasi : Rully Firmansyah
INDONESIA (MPHPI)
2009-2013
Alamat Redaksi: Pelindung: Menteri Kelautan dan Perikanan Indonesia
Departemen Teknologi Hasil Perairan, FPIK Pembina : Dirjen P2HP, Es-I Mendiknas, Es-I Menperindag
il. Lingkar Akademik Kampus IPB Pengarah : Dir. Usaha & Investasi, Dir. PH, Ditjen P2HP
Dramaga Bogor 16680 Sekretaris Pengarah: Prof. Hari Eko Irianto
Telp. (02s1) 86229ts Fax. (0251) 86229t6 Ketua Umum: Prof. Hari Eko Irianto
E-mail: iurnaloeneolahan@vahoo.com Ketua I: Prof. Dr. Sukoso
Ketua II: Ir. Adi Surya
Sekretaris I: Dr. |oko Santoso
Dipublikasikan oleh Masyarakat Pengolahan
Sekretaris II: Drs. Made W. Arthajaya, MSi
Hasil Perikanan Indonesia (MPHPI) Bendahara I: Dr. Ir. Nurjanah, MS
Bendahara II: Dewi Mufita
Terbit 3 (tiga) kali dalam setahun Departemen lndustri: Dr. Bustami, Ir. Nur Retnowati, Ir. M. Najib
Dept. Pendidikan: Dr. Eddy Afrianto, Dr. Amir Husni,
Dr. Tri Winarni Agustini, Ir. Wini Trilaksani, MSc
Dept. Litbang: Dr. Singgih Wibowo, MS, Dr. Hartati Kartikaningsih,
Fatui Rolman, Dr. Aef Permadi
Dept. Pengembangan Bisnis: Dr. Linawati Hardjito, Dr. Welizar,
Ir. /amal Basmal, MSc, Yudi, Ir. Iwan Sutanto
Sekretariat: Agus Triyanto, Nova Riana B, Dinardani Ratrisari,
Reni Pratiwi, Desniar, MSi, Dr. Agoes M. ]acoeb, Dwiyitno,
Kartika Winta
Komisariat Sumatera:Rinto, SPi, MP
Kom |awa Bag Barat (Jabir, DKI, Banten): Ir. Evi Liviawaty, MS
Kom fawa Bag Tengah (fateng & DIY): Dr. Latif Sahubawa
Kom fawa Bag Timur (Jatim & Bali): Dr. Hepy Nur Syam
Kom Kalimantan: Dr. Yuspihana Fitrial
Kom Sulawesi: Dr. Metu Salach, MSc
Kom Maluku & Papua: Dr. Petrus Wennu
Tepung pelapis savory chips ikan nike, Yusuf, N. et al. JPHPI 2012, Volume 15 Nomor 1

FORMULASI TEPUNG PELAPIS SAVORY CHIPS


IKAN NIKE (Awaous melanocephalus)
Battered Flour Formulation for Savory Chips of Nike Fish
(Awaous melanocephalus)
Nikmawatisusanti Yusuf1*, Sri Purwaningsih2, Wini Trilaksani2
Jurusan Teknologi Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo
1

2
Departemen Teknologi Hasil Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB Bogor
Diterima 7 Oktober 2011/Disetujui 24 Januari 2012

Abstract
Fish savory chips is one type of fish-based snacks with a crunchy texture and crispy. Crispiness is a
typical characteristic of the chips product. Utilization of nike fish (Awaous melanocephallus) as raw material
for a snack is one of fishery products diversification, as well as an alternative of a healthy snack with high
nutritional content. The purpose of this study was to determine the formula of coating powder of nike fish
savory chips which highly nutritions. Three formula of powder with ratio of 2:1 were used (A = rice flour and
tapioca; B = tapioca flour and wheat; C = wheat flour and rice) and added with natrium bicarbonate (baking
soda) as crisp makers with different concentrations (1%, 1.5%, and 2%), and spices consisting of salt, pepper,
garlic, and coriander. The analyses performed included crispiness and organoleptic. The formula chosen
was determined by Bayes test. The results of crispiness measurement showed that the formula A (rice flour
and tapioca flour (2:1)) had the best crispy value, compared to B (flour & tapioca flour (2:1)), and C (wheat
andrice flour (2:1)). Formula that used of 1.5% crisp maker had a better crispness value than 1% and 2%.
Bayes test results showed that formula A with a concentration of 1.5% crisp maker was the best formula for
nike fish savory chips.

Key words: Awaous melanocephalus, formulation, crispiness, savory chips

Abstrak
Savory chips ikan atau keripik ikan merupakan salah satu jenis snack berbahan dasar ikan, dan memiliki
tekstur yang renyah dan garing yang khas dari produk chips. Pemanfaatan ikan nike (Awaous melanocephallus)
sebagai bahan baku snack merupakan salah satu upaya diversifikasi produk hasil perikanan yang sehat dengan
kandungan gizi tinggi. Tujuan penelitian ini adalah membuat formula tepung pelapis savory chips ikan nike,
menggunakan 3 formula tepung dengan perbandingan 2:1 (formula A (tepung beras dan tapioka), formula
B (tepung tapioka dan terigu), formula C (tepung terigu dan beras)). Masing-masing formula ditambahkan
perenyah natrium bikarbonat (soda kue) dengan konsentrasi berbeda (1%, 1,5%, dan 2%), serta bumbu-bumbu
yang ditambahkan terdiri atas garam, lada, bawang putih, serta ketumbar. Kerenyahan dan organoleptik dari
formula terpilih ditentukan berdasarkan uji Bayes. Hasil analisis kerenyahan menunjukkan bahwa formula A
(tepung beras dan tepung tapioka (2:1)) memiliki nilai kerenyahan terbaik, dibandingkan dengan formula B
(tepung tapioka dan terigu (2:1)), dan formula C (tepung terigu dan beras (2:1)). Formula yang menggunakan
perenyah 1,5% memiliki nilai kerenyahan yang lebih baik dibandingkan dengan perenyah 1% dan 2%. Hasil
uji Bayes menunjukkan bahwa formula A (tepung beras dan tapioka (2:1)) dengan konsentrasi perenyah 1,5%
merupakan formula terbaik untuk savory chips ikan nike.

Kata kunci: Awaous melanocephalus, formulasi, kerenyahan, savory chips

PENDAHULUAN menyebabkan makin banyaknya produk-


Tingginya konsumsi makanan ringan produk snack yang beredar di masyarakat.
atau snack sebagai akibat dari perubahan Makanan ringan atau snack didefinisikan
pola konsumsi pangan masyarakat telah sebagai jenis makanan yang dikonsumsi
*Korespondensi: Jl. Jend. Sudirman No. 6 Kota Gorontalo diantara waktu makan biasa maupun pada saat
E-mail: nikma_sy@yahoo.com makan, serta dapat diberikan dengan berbagai

35 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


JPHPI 2012, Volume 15 Nomor 1 Tepung pelapis savory chips ikan nike, Yusuf, N. et al.

bentuk. Definisi tersebut juga menjadi batasan selain memberikan hasil akhir yang lebih baik
bagi produk termasuk sandwich, yoghurt, dan proses pelapisan juga dapat mengurangi biaya
es krim (Sajilata dan Singhal 2005). operasional karena waktu penggorengan yang
Ikan nike (A. melanocephalus) sebagai digunakan lebih singkat, dapat mengurangi
bahan baku snack merupakan salah satu penggunaan minyak goreng yang berlebih,
upaya diversifikasi produk hasil perikanan, dan menambah volume produk akhir jika
serta menjadi alternatif untuk memenuhi dibandingkan dengan produk yang digoreng
kebutuhan snack yang sehat dengan kandungan tanpa pelapisan (Sasiela 2004). Bahan yang
gizi tinggi. Produk makanan ringan yang banyak digunakan sebagai pelapis pada
banyak beredar di pasaran umumnya berasal produk makanan adalah tepung.
dari sereal atau produk yang berbahan dasar Tujuan penelitian ini adalah membuat
padi-padian. Sebagian besar produk-produk formula tepung pelapis (battered) savory
makanan ringan tersebut memiliki kandungan chips ikan nike, serta mengetahui pengaruh
kalori dan lemak yang tinggi tetapi rendah komposisi tepung pelapis dan konsentrasi
kandungan protein, vitamin, dan gizi lainnya. perenyah terhadap karakteristik savory chips
Hasil survey yang dilakukan oleh United ikan nike yang dihasilkan.
State Department of Agricultural (USDA)
menunjukkan bahwa 15% dari total kalori MATERIAL DAN METODE
yang dikonsumsi oleh anak-anak dan remaja Alat dan Bahan
di Amerika adalah berasal dari makanan Alat yang digunakan terdiri atas
ringan (Rhee et al. 2004). timbangan analitik (AND HF-400), deep fryer
Savory chips ikan atau keripik ikan (Roller Grill) untuk pembuatan savory chips
merupakan salah satu jenis snack berbahan ikan, texture analyzer TA-XT21 (Stable Micro
dasar ikan, dan memiliki tekstur yang Systems, UK) untuk analisis kerenyahan,
renyah dan garing. Kerenyahan merupakan soxhlet, kjeldhal (Velp), dan peralatan gelas
karakteristik khas dari produk chips. Varela lainnya untuk analisis proksimat, dan lembar
et al. (2008) menyatakan bahwa kerenyahan kuisoner untuk uji organoleptik.
produk chips tergantung pada formulasi, Bahan yang digunakan untuk pembuatan
bahan tambahan, serta proses pengolahan savory chips terdiri atas ikan nike yang diperoleh
yang digunakan. dari TPI Tenda Kota Gorontalo, tepung beras,
Permasalahan yang sering terjadi pada tepung terigu, tepung tapioka, telur, natrium
produk-produk chips adalah penyerapan bikarbonat (soda kue), dan bumbu-bumbu.
minyak secara berlebihan selama proses Bahan untuk analisis proksimat terdiri atas
penggorengan sehingga berpotensi terjadi heksan, asam borat (H3BO3), etanol, NaOH,
perubahan tekstur dan ketengikan setelah H2SO4, indikator brom-cresol green-methyl red,
penyimpanan. Cara yang dapat dilakukan HCl, dan etanol.
untuk mengurangi dampak tersebut adalah
melapisi bahan (coating) dengan tepung Metode Penelitian
sebelum digoreng, serta teknik penggorengan Penelitian diawali dengan analisis
yang digunakan. Battered atau coating pada komposisi kimia ikan nike. Ikan nike beku
produk gorengan akan memperkaya flavor, dicairkan kemudian dicuci kembali, setelah
tekstur dan penampakan serta berperan itu dilakukan analisis proksimat yang terdiri
sebagai pelindung dari penyerapan minyak atas kadar air, protein, lemak dan kadar abu
yang berlebihan pada saat penggorengan (AOAC 2005).
(Chien et al. 2008). Formulasi tepung pelapis dan pembuatan
Pelapisan atau coating pada produk snack savory chips ikan nike menggunakan 3
berdampak pada biaya dan hasil akhir produk, jenis formula tepung sebagai bahan pelapis

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 36


2010). Mutu savory chips terpilih berdasarkan SNI makanan ringan ekstrudat (BSN

Tepung
2000), pelapis
dan SNI savory
keripik tempe chips
(BSN 1992).ikan nike, Yusuf, N. et al. JPHPI 2012, Volume 15 Nomor 1

Tepung-tepungan (beras, Ikan nike


terigu, tapioka)
Dibersihkan
Bumbu-bumbu dan ditiriskan
Soda kue Formulasi (garam, bawang putih, lada,
ketumbar) Pelapisan
dengan telur
Pencampuran
Pelapisan dengan
tepung

Tepung pelapis Penggorengan


(battered)

Gambar
Gambar 1 1Alur
Alur pembuatan
pembuatan formula
formula tepung tepung
pelapis savory pelapis
chips ikan nike. Savory chips
ikan nike
savory chips ikan nike.
Gambar 2 Alur pembuatan savory chips ikan nike.
(battered) yang terdiri atas kombinasi 2 Gambar 2 Alur pembuatan savory chips ikan nike

jenis tepung dengan perbandingan yang Pembuatan


Rancangan percobaansavory chips pada
yang digunakan diawali
penelitian dengan
ini adalah rancangan
berbeda (Tabel 1). Tepung yang digunakan pembersihan ikan(Steel
acak lengkap faktorial dari dankotoran dan
Torrie 1993), pasir
yaitu dantepung dan
komposisi
adalah tepung beras, tapioka, dan terigu dan ditiriskan. Ikan yang sudah bersih dilakukan
konsentrasi perenyah dengan 3 kali pengulangan. Pengujian lanjutan menggunakan
ditambahkan perenyah natrium bikarbonat pelapisan awal
uji Duncan. Data hasilmenggunakan telur
uji sensori dianalisis dengan kemudian
statistik non parametrik, metode
(soda kue) dengan konsentrasi 1%, 1,5%, dan dilapisi kembali dengan tepung formula
Kruskal Wallis. Semua data pengamatan tekstur analisis dan nilai organoleptik
2%. Bumbu yang digunakan adalah bawang hingga
ditabulasikanmerata. Penggorengan
dan diolah secara dilakukan
statistik menggunakan perangkat lunak SPSS 16.
putih (Allium sativum), garam, lada (Piper menggunakan teknik deep frying hingga
nigrum) dan ketumbar (Coriandum sativum). berwarna kuning keemasan.
Formula ditentukan berdasarkan trial and Parameter yang dianalisis adalah
error. Komposisi formula tepung pelapis kerenyahan menggunakan texture analyzer,
savory chips ikan nike disajikan pada Tabel 1. dan uji penerimaan (hedonik) (BSN 2006).
Formula pada Tabel 1 selanjutnya dijadikan Penentuan formula terpilih dari kedua analisis
tepung pelapis dengan cara mencampurkan tersebut menggunakan uji Bayes (Marimin dan
semua bahan hingga homogen (Gambar 1). Maghfiroh 2010). Mutu savory chips terpilih
Tepung pelapis selanjutnya digunakan untuk berdasarkan SNI makanan ringan ekstrudat
melapisi ikan nike pada pembuatan savory (BSN 2000), dan keripik tempe (BSN 1992).
chips. Prosedur pembuatan savory chips ikan Rancangan percobaan yang digunakan
nike disajikan pada Gambar 2. pada penelitian ini adalah rancangan acak

Tabel 1 Komposisi formula tepung pelapis savory chips untuk 100 g tepung
Jumlah Bahan (gr)
Form. Tepung Perenyah Bawang Lada
Ketumbar Garam
Beras Tapioka Terigu (Soda kue) putih bubuk bubuk
A1 66,7 33,3 - 1,0 3,0 6,0 4,5 5,0
A2 66,7 33,3 - 1,5 3,0 6,0 4,5 5,0
A3 66,7 33,3 - 2,0 3,0 6,0 4,5 5,0
B1 - 66,7 33,3 1,0 3,0 6,0 4,5 5,0
B2 - 66,7 33,3 1,5 3,0 6,0 4,5 5,0
B3 - 66,7 33,3 2,0 3,0 6,0 4,5 5,0
C1 33,3 - 66,7 1,0 3,0 6,0 4,5 5,0
C2 33,3 - 66,7 1,5 3,0 6,0 4,5 5,0
C3 33,3 - 66,7 2,0 3,0 6,0 4,5 5,0
Ket: Formulasi yang dibuat berdasarkan trial and error.

37 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


JPHPI 2012, Volume 15 Nomor 1 Tepung pelapis savory chips ikan nike, Yusuf, N. et al.

lengkap faktorial (Steel dan Torrie 1993), yaitu (Anabantidae: Perciformes), menunjukkan
komposisi tepung dan konsentrasi perenyah adanya hubungan yang signifikan antara
dengan 3 kali pengulangan. Pengujian komposisi proksimat ikan dengan ukuran dan
lanjutan menggunakan uji Duncan. Data hasil jenis kelamin, dimana ikan yang berukuran
uji sensori dianalisis dengan statistik non kecil kadar airnya lebih tinggi daripada ikan
parametrik, metode Kruskal Wallis. Semua berukuran besar, kadar protein ikan betina
data pengamatan tekstur analisis dan nilai lebih tinggi dibandingkan dengan ikan jantan,
organoleptik ditabulasikan dan diolah secara selanjutnya ikan yang berukuran kecil kadar
statistik menggunakan software SPSS 16. protein lebih rendah daripada ikan besar.
Kandungan protein meningkat pada ikan yang
HASIL DAN PEMBAHASAN berukuran sedang, tetapi menurun seiring
Nilai Proksimat Ikan Nike dengan pertambahan umur ikan. Kadar lemak
Analisis proksimat dilakukan untuk pada ikan jantan yang berukuran besar lebih
mengetahui perkiraan jumlah relatif protein, tinggi daripada ikan betina.
lemak, air, abu, dan karbohidrat di dalam Jenis makanan yang dikonsumsi juga
suatu bahan. Kandungan air, protein, lemak dapat mempengaruhi komposisi kimia
dan abu ikan nike disajikan pada Tabel 2. ikan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Hasil pengujian menunjukkan bahwa Adewolu dan Benfey (2009) pada juvenil ikan
ikan nike memiliki kadar air 79,76%, protein Bagrid cathfish (Chrysichthys nigrodigitatus)
16,89%, dan lemak 0,76%. Berdasarkan menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
komposisi tersebut dapat dikatakan bahwa kandungan protein ikan setelah diberi pakan
ikan nike memiliki kadar air yang cukup dengan kandungan protein yang tinggi.
tinggi, dengan kandungan protein sedang, Habitat dan komposisi makanan dapat
dan lemak rendah. Islam dan Joadder (2005) mempengaruhi komposisi proksimat ikan.
mengemukakan bahwa komposisi kimia Hasil penelitian yang dilakukan oleh Zhao
setiap spesies dan individu ikan berbeda- et al. (2010) menemukan adanya pengaruh
beda tergantung pada umur, jenis kelamin, yang signifikan terhadap kandungan lemak
habitat dan musim. Stanceva et al. (2010) dan protein dari juvenil ikan bawal perak
mengemukakan pula bahwa berdasarkan (Pampus argenteus) budidaya dengan yang
kandungan lemaknya, ikan biasanya hidup liar. Hasil analisis menunjukkan bahwa
diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok, kandungan lemak juvenil ikan budidaya lebih
yaitu ikan kurus atau tak berlemak (< 2%); tinggi, akan tetapi kandungan proteinnya lebih
rendah lemak (2-4%); lemak sedang (4-8%); rendah daripada ikan liar, hal ini karena ikan
dan lemak tinggi (> 8%). Variasi kandungan yang hidup liar komposisi makanannya lebih
lemak pada ikan berkaitan erat dengan musim, variatif dibandingkan dengan ikan budidaya
suhu perairan, dan komposisi makanannya. yang hanya mengandalkan pakan komersil.
Penelitian yang dilakukan oleh Nargis
(2006) terhadap ikan Koi (Anabas testudineus) Penentuan Formulasi Tepung Pelapis
Savory Chips Terbaik
Tabel 2 Nilai proksimat ikan nike beku Nilai Kerenyahan Berdasarkan Texture
Komponen kimia Nilai(%) Analyzer
Air 79,76 Hasil pengukuran kerenyahan 3 formula
Protein 16,89 tepung dan konsentrasi perenyah dari savory
Lemak 0,76 chips nike menunjukkan bahwa formula A
(tepung beras dan tapioka) rata-rata nilai
Abu 1,93
kerenyahannya 406,99 gf, formula B (tepung
Karbohidrat 0,30 tapioka dan terigu) 619,42 gf, dan formula C

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 38


Duncan (p<0,05) (Gambar 3) menunjukkan bahwa kerenyahan formula A berbeda

nyata dengan formula B dan C, tetapi formula B kerenyahannya tidak berbeda

nyata dengan formula C. Hasil pengukuran tekstur chips berdasarkan formula dan
Tepung pelapis savory chips ikan nike, Yusuf, N. et al. JPHPI 2012, Volume 15 Nomor 1
konsentrasi perenyah disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3 Nilai kerenyahan berdasarkan formula tepung dan konsentrasi perenyah. perenyah 1%, perenyah 1,5%,
perenyah 2%. A (tepung
Gambar 3 Nilaiberas dan tapioka),
kerenyahan B (tepungformula
berdasarkan tapioka dan terigu),
tepung danC konsentrasi
(tepung terigu dan beras).
Nilai-nilai pada diagramperenyah.
yang diikuti perenyah
huruf berbeda
1%, (a,b)perenyah
menunjukkan
1,5%, berbeda nyata (p<0,05).
perenyah 2%.
A (formula tepung beras dan tapioka), B (formula tepung tapioka dan
(tepung terigu dan beras) 558,36 gf. Formula kandungan amilopektin yang tinggi cenderung
A dengan nilai kerenyahan terendah memiliki memiliki tekstur yang lebih renyah.
tekstur yang lebih renyah dibandingkan Mellema (2003) menyatakan bahwa teknik
dengan formula B dan C. deep-fat frying melibatkan perubahan fisik
Jenis dan komposisi tepung memberikan dan kimia pada makanan, seperti gelatinisasi
pengaruh yang berbeda nyata terhadap pati, denaturasi protein, penguapan air dan
kerenyahan savory chips nike, selanjutnya pembentukan kulit, hal ini berhubungan pula
konsentrasi perenyah yang ditambahkan dengan rasio amilosa dan amilopektin dari
pada formulasi tepung tidak menunjukkan bahan. Copeland et al. (2009) menyatakan
pengaruh yang signifikan, akan tetapi interaksi bahwa amilopektin merangsang terjadinya
antara formula tepung dan konsentrasi pengembangan sehingga produk lebih renyah.
perenyah memberikan pengaruh yang Hermanianto et al. (2000) mengemukakan
berbeda nyata terhadap kerenyahan produk. bahwa kandungan amilosa yang tinggi pada
Hasil uji lanjut Duncan (p<0,05) (Gambar 3) bahan baku akan menghasilkan produk snack
menunjukkan bahwa kerenyahan formula A yang keras dan pejal. Sajilata dan Singhal
berbeda nyata dengan formula B dan C, tetapi (2005) menyatakan bahwa makanan ringan
formula B kerenyahannya tidak berbeda nyata yang mudah meleleh di dalam mulut, tekstur
dengan formula C. Hasil pengukuran tekstur dan kerenyahannya dapat diperbaiki dengan
chips berdasarkan formula dan konsentrasi menambahkan tepung yang kandungan
perenyah disajikan pada Gambar 3. amilopektinnya tinggi, serta mengontrol
Hasil analisis tekstur menunjukkan indeks penyerapan air pada bahan tepung.
bahwa formula A (tepung beras dan tapioka) Penambahan bahan perenyah dalam
dengan perenyah 1,5% teksturnya paling formulasi tepung pelapis juga dapat
renyah dibandingkan dengan formula B dan memperbaiki kerenyahan produk makanan
C, hal ini diduga karena adanya reaksi yang ringan. Kerenyahan dapat didefinisikan
terjadi selama proses penggorengan, yaitu sebagai kesan tekstur pada produk makanan
proses gelatinisasi dan pengembangan. Pada yang meninggalkan kesan rapuh secara
tahap pelapisan ikan dengan tepung, air dalam teratur (misalnya sangat tiba-tiba dan dengan
tubuh ikan ikut terserap, selanjutnya pada deformasi atau perubahan bentuk yang relatif
proses penggorengan terjadi penguapan air kecil) pada saat diberi sedikit tekanan akan
karena adanya perpindahan panas, selain itu mengeluarkan bunyi (Martin et al. 2008).
secara bersamaan terjadi proses gelatinisasi Chen et al. (2008) menyatakan bahwa bahan
dan pengembangan, tepung pelapis akan yang tidak larut dalam air, suhu glass transisinya
mengembang saat pemanasan, butir-butir pati tinggi dan stabilitasnya baik dapat digunakan
yang ada akan mengembang dan berongga, air sebagai bahan perenyah. Dekstrin, serat selulosa,
yang terserap ikut terperangkap pada bahan. dan bahan pengembang dapat digunakan
Proses tersebut berkaitan erat dengan komposisi sebagai perenyah pada tepung pelapis. Bahan
pati yang dimiliki oleh tepung. Pati dengan perenyah yang digunakan dalam penelitian ini

39 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


JPHPI 2012, Volume 15 Nomor 1 Tepung pelapis savory chips ikan nike, Yusuf, N. et al.

A B C

A B C

Gambar 4 Nilai organoleptik formulasi savory chips ikan nike perenyah 1%, perenyah 1,5%, perenyah 2%. A
(formulaGambar
tepung beras danorganoleptik
4 Nilai tapioka), B (formula
formulasitepung tapioka
savory chips dan
ikanterigu),
nike. C (formula tepung terigu dan
beras). Nilai-nilai pada diagram yang diikuti huruf berbeda (a,b) menunjukkan berbeda nyata (p<0,05).
Perenyah 1%, Perenyah 1,5%, Perenyah 2%.
A (formula tepung beras dan tapioka), B (formula tepung tapioka dan
adalah natrium bikarbonatterigu),
(Na2CO ) atau yang
C 3(formula kerenyahan
tepung terigu produk
dan beras). makanan.
Nilai-nilai Pengembangan
pada diagram
dikenal dengan soda kue,yang
dengan konsentrasi
diikuti terjadi karena
huruf berbeda menunjukkan berbedaadanya reaksi dari natrium
nyata (p<0,05).
yang digunakan 1%, 1,5%, dan 2%. Penggunaan bikarbonat membentuk gas dalam adonan.
natrium bikarbonat sebagai perenyah dibatasi Selama proses pemanasan, volume gas bersama
Maskat dan Kerr (2002) mengemukakan bahwa penampakan, tekstur, rasa
penggunaannya tidak lebih dari 5% (BSN 1995). dengan uap air ikut terperangkap dalam
Penambahan
dan natrium bikarbonat
aroma adalah pada dalam
faktor penting adonan
menilaisehingga mengembang.
penerimaan konsumen pada
formula tepung mampu meningkatkan
makanan sehingga
keadhesifan tepung yang di-coating,
padadansaat
kerenyahan adalah
Hasil Uji sifat yang paling kritis dalam
Organoleptik
pelapisan ikan dengan tepung pelapis Hasil uji organoleptik dengan parameter
tidak mengalami penggumpalan. Chen penampakan, rasa, aroma, dan tekstur
et al. (2008) menyatakan bahwa bahan formulasi savory chips ikan nike disajikan
perenyah merupakan bahan yang mereduksi pada Gambar 4. Berdasarkan parameter yang
kecenderungan masing-masing partikel pada diuji, hanya penampakan dan tekstur yang
bahan pangan untuk menempel satu sama menunjukkan hasil berbeda nyata. Parameter
lain, dan penggunaannya mampu memperbaiki aroma dan rasa savory chips dari formulasi

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 40


Tepung pelapis savory chips ikan nike, Yusuf, N. et al. JPHPI 2012, Volume 15 Nomor 1

yang digunakan menunjukkan nilai yang savory chips nike berada pada kisaran 4,36-
tidak berbeda nyata, hal ini diduga karena 5,42, yaitu netral sampai agak suka (Gambar
bumbu-bumbu yang ditambahkan pada 4). Hasil uji Kruskal-Wallis menunjukkan
seluruh formula tepung konsentrasinya sama bahwa formula tepung dan konsentrasi
sehingga rasa dan aroma yang dihasilkan perenyah memberikan pengaruh yang
tidak memberikan pengaruh nyata terhadap berbeda nyata terhadap tekstur savory chips
nilai organoleptik savory chips. Bouchon dan ikan nike. Hasil uji lanjut Duncan (p< 0,05),
Aguilera (2001) mengemukakan bahwa pada menunjukkan bahwa formula C2 (tepung
proses penggorengan saat bahan pangan terigu dan tepung beras dengan perenyah
dimasukkan ke dalam minyak rasa dan aroma 1,5%) memiliki nilai penerimaan tertinggi
berhasil disimpan di dalam bahan. Nilai tidak berbeda nyata dengan formula A2, B1, B2,
kesukaan formula savory chips pada seluruh B3, C1 dan C3, akan tetapi berbeda nyata dengan
parameter uji berada pada tingkat netral formula A1 dan A3. Formula A2 berdasarkan
sampai suka. uji fisik memiliki nilai kerenyahan terbaik,
Rata-rata nilai penerimaan terhadap dan secara organoleptik juga disukai, karena
penampakan pada formula B (tepung tapioka kerenyahan merupakan karakteristik khas
dan terigu), dan formula C (tepung terigu dan dari produk chips sehingga produk dengan
tepung beras) lebih tinggi daripada formula tekstur yang renyah cenderung lebih disukai
A (tepung beras dan tapioka), hal ini diduga oleh konsumen.
karena formula B dan C penampakannya lebih Maskat dan Kerr (2002) mengemukakan
cerah, daripada formula A yang agak gelap. bahwa penampakan, tekstur, rasa dan
Faktor lain yang mempengaruhi penampakan aroma adalah faktor penting dalam menilai
produk akhir dari savory chips ikan nike penerimaan konsumen pada makanan yang
adalah homogenitas pelapisan bahan. di-coating, dan kerenyahan adalah sifat yang
Hasil penelitian Amany et al. (2009) paling kritis dalam menentukan tingkat
tentang penerimaan konsumen pada penerimaan konsumen terhadap produk
penampakan keripik kentang yang digoreng tersebut. Tekstur makanan dapat dievaluasi
menggunakan minyak bunga matahari dengan uji mekanik (metode instrument) atau
menunjukkan bahwa produk kripik berwarna dengan analisis penginderaan, menggunakan
kuning keemasan nilai penerimaannya lebih alat indera manusia (Shieh et al. 2004).
tinggi daripada yang berwarna agak gelap. Bouchon et al. (2003) mengemukakan bahwa
Warna pada produk savory chips ikan nike proses penggorengan dilakukan untuk
disebabkan oleh reaksi pencoklatan yang memperoleh karakteristik khas dari produk
dikenal dengan reaksi Maillard. Reaksi sesuai yang diinginkan, misalnya kering,
tersebut merupakan karakteristik perubahan berongga, renyah, dan berminyak pada lapisan
warna yang terjadi pada sebagian besar bahan luar atau berkerak namun lembut dan basah di
pangan selama pemanasan dan penyimpanan. bagian dalam produk. Mariscal dan Bouchon
Reaksi Maillard terjadi antara karbohidrat (2008) menyatakan bahwa penggorengan
khususnya gula reduksi dengan gugus amino dengan metode deep-fat frying menghasilkan
primer yang biasanya terdapat pada bahan produk dengan kombinasi flavor dan tekstur
sebagai asam amino atau protein. Mehta dan yang khas.
Swinburn (2001) menambahkan pula bahwa
interaksi antara minyak panas dan bahan saat Penentuan Formula Terbaik
penggorengan menyebabkan pembentukan Hasil analisis Bayes untuk menentukan
warna coklat karena adanya karamelisasi formula terbaik (Gambar 5), menunjukkan
karbohidrat dari bahan tersebut bahwa formula A2 (tepung beras dan tapioka)
Nilai rata-rata kesukaan terhadap tekstur dengan konsentrasi perenyah 1,5% memiliki

41 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


JPHPI 2012, Volume 15 Nomor 1 Tepung pelapis savory chips ikan nike, Yusuf, N. et al.

Gambar 4 Nilai bobot formulasi savory chips ikan nike perenyah 1%, perenyah 1,5%, perenyah 2%. A (formula
Gambar 5 Nilai bobot formula savory chips nike berdasarkan uji Bayes.
tepung beras dan tapioka), B (formula tepung tapioka dan terigu), C (formula tepung terigu dan beras).
Perenyah 1%, Perenyah 1,5%, Perenyah 2%. A (formula
tepung beras dan tapioka), B (formula tepung tapioka dan terigu), C
Tabel 3 Karakteristik mutu savory chips
(formula ikanterigu
tepung nikedan melanocephalus) berdasarkan SNI
(A.beras).
Spesifikasi
Parameter
Hasil
Savory karakterisasi
chips formula savory
nike Makanan chipsekstrudat*
ringan ikan nike terpilih berdasarkan SNI
Keripik tempe**
Keadaan : keripik tempe, dan makanan ringan ekstrudat yang digoreng. Mutu savory chips
Rasa dan aroma Khas ikan nike Normal Tempe
nike disajikan pada Tabel 3.
Penampakan Kering Normal Kering
Tekstur 3 Karakteristik mutu savory chips
Tabel Renyah ikan nike (A. melanocephalus) berdasarkan
Normal Renyah
SNI
Kuning sampai kuning
Warna Kuning kecoklatan Normal
Spesifikasi
Parameter kecoklatan
Savory chips nike Makanan ringan ekstrudat* Keripik tempe**
Kimia: Keadaan :
Lemak Rasa37,03%
dan aroma(b/b)Khas ikan nikeMaks. 38%Normal
(b/b) Maks.
Tempe 1% (b/b)***
Penampakan Kering Normal Kering
Protein 22,62% (b/b) - -
Tekstur Renyah Normal Renyah
Air 4,62% (b/b) Maks. 4% (b/b) Maks.
Kuning sampai3% (b/b)
Warna Kuning kecoklatan Normal
kuning kecoklatan
Abu 2,54% (b/b) - Maks. 3% (b/b)
Kimia:
Serat kasar Lemak1,19% (b/b) 37,03% (b/b) - 38% (b/b)
Maks. Maks. Maks. 3% (b/b)
1% (b/b)***
Cemaran mikroba: Protein 22,62% (b/b) - -

TPC Air 102 koloni/gr4,62%Maks.


3,4 (b/b) 1,0 X
Maks. 4% (b/b)
104 koloni/g Maks. 3%
Maks. 1,0(b/b)
x 106 koloni/g
Abu 2,54% (b/b) - Maks. 3% (b/b)
Kapang Negatif
Serat kasar
Maks. 50 koloni/g
1,19% (b/b) -
Maks. 104
Maks. 3% (b/b)
Ket: * SNI 01-2886-2000
Cemaran mikroba:
** SNI 01-2602-1992
*** As. lemak bebas Maks. 1,0 X 106
TPC dihitung sebagai
3,4 10asam
2 laurat Maks. 1,0 X 104 koloni/gr
koloni/gr
koloni/gr
Kapang Negatif Maks. 50 koloni/gr Maks. 104
nilai bobot tertinggiKet:yaitu
* SNI7,74, selanjutnya
01-2886-2000 yaitu 37,03%, jika dibandingkan dengan kadar
formula B2 (tepung terigu dan tapioka,
** SNI 01-2602-1992 lemak pada makanan ringan ekstrudat yang
*** As. lemak bebas dihitung sebagai asam laurat
perenyah 1,5%) dengan nilai 6,16 dan C2 digoreng yaitu 38%, sehingga dapat dikatakan
(tepung terigu dan beras, perenyah 1,5%) bahwa pelapisan ikan dengan tepung mampu
yaitu 5,37. Formula terbaik pada formulasi mengurangi kadar minyak pada savory chips
savory chips ikan adalah formula A2 yaitu ikan nike. Chien et al (2008) mengemukakan
tepung beras dan tapioka dengan konsentrasi bahwa batter atau coating pada produk
perenyah 1,5%. gorengan akan memperkaya flavor, tekstur dan
Hasil karakterisasi formula savory chips penampakan serta berperan sebagai pelindung
ikan nike terpilih berdasarkan SNI keripik dari penyerapan minyak yang berlebihan pada
tempe, dan makanan ringan ekstrudat yang saat penggorengan. Sajilata dan Singhal (2005)
digoreng. Mutu savory chips nike disajikan mengemukakan bahwa penggunaan pati
pada Tabel 3. termodifikasi pada produk gorengan mampu
Hasil analisis menunjukkan kadar lemak mereduksi penyerapan minyak pada produk
savory chips ikan nike sedikit lebih rendah akhir.

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 42


Tepung pelapis savory chips ikan nike, Yusuf, N. et al. JPHPI 2012, Volume 15 Nomor 1

KESIMPULAN [BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2006.


Tepung beras dan tapioka (2:1) dengan Standar Nasional Indonesia Petunjuk
konsentrasi perenyah 1,5% merupakan Pengujian Organoleptik dan atau Sensori.
formula terpilih. Savory chips ikan nike Jakarta SNI 01-2346-2006.
formula terpilih memiliki karakteristik warna Chen Huang-Hui, Kang H, Chen Su-Der.
kuning kecoklatan, tekstur yang renyah, dan 2008. The effect ingredients and water
komposisi gizi; kadar air 4,62%, kadar lemak content on the rheological properties of
37,03%, dan kadar protein 22,62%. batters and physical properties of crusts in
fried foods. Journal of Food Engineering
DAFTAR PUSTAKA 88:45-54.
[AOAC] Association of Official Analytical Chien Li, Li Pin-Yi, Hu Hung, Lan Ming,
Chemist. 2005. Official Methods of Chen Ming, Chen Huang. 2008. Using
Analysis of The Association of Official HPMC to improve crust crispness in
Analytical Chemist 18th Edition. microwave-reheated battered 0mackerel
Gaithersburg, USA: AOAC International. nuggets: water barrier effect HPMC.
Adewolu MA, Benfey TJ. 2009. Growth, Food Hydrocolloids 22:1337-1344.
nutrient utilization and body composition Copeland L, Blazek J, Salman H, Tang M.
of juvenile Bagrid cathfish, Chrysichthys 2009. Form and functionality of starch.
nigrodigitatis (Actinopterygii: Food Hydrocolloids 23:1527-1534.
Siluriformes: Claroteindae), fed different Hermanianto J, Syarief R, Wulandari Z. 2000.
dietary crude protein level. Acta Analisis sifat fisikokimia produk ekstrusi
Ichtyologica et Piscatoria 39(2):95-101. hasil samping penggilingan padi (menir
Amany M, Basuny M, Dalia M, Mustafa M, dan bekatul). Buletin Teknologi dan
Shaker AM. 2009. Relationship between Industri Pangan 11(1):5-9.
chemical composition and sensory Islam MN, Joadder AR. 2005. Seasonal
evaluation of potato chips made from six variation of the proximate composition
potato airiest with emphasis on the quality of freshwater Gobi, Glossogobius giuris
of fried sunflower oil. Journal of Dairy & (Hamilton) from the River Padma.
Food Sciences 4(2):193-200. Pakistan Journal of Biological Sciences
Bouchon P, Aguilera JM. 2001. Microstruktural 8(4):532-536.
analysis of frying potato chips. Journal of Marimin, Maghfiroh N. 2010. Aplikasi
Food Science and Technology 36:669-676. Teknik Pengambilan Keputusan dalam
Bouchon P, Aguilera JM, Pyle DL. 2003. Manajemen Rantai Pasok. Bogor. IPB
Struktur oil absorption relationships Press.
during deep-fat frying. Journal of Food Mariscal M, Bouchon P. 2008. Comparison
Science and Technology 68(9):2711-2716. between atmospheric and vacuum frying
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 1992. of apples slice. Food Chemistry 107:1561-
Standar Nasional Indonesia Keripik Tempe 1569.
Goreng. Jakarta: SNI 01-2602-1992. Martin P, deBeukelaer H, Hamer RJ, Vliet V.
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 1995. 2008. Fracture behavior of bread crust:
Standar Nasional Indonesia Bahan effect of ingredient modification. Journal
Tambahan Makanan. Jakarta: SNI 01- of Cereal Scieence 486:04-612.
0222-1995. Maskat MY, Kerr WL. 2002. Coating
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2000. characteristics of fried chicken breasts
Standar Nasional Indonesia Makanan prepared with different particle size
Ringan Ekstrudat. Jakarta: SNI 01-2886- breading. Journal of Food Process
2000. Preservation 26:27-38.

43 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


JPHPI 2012, Volume 15 Nomor 1 Tepung pelapis savory chips ikan nike, Yusuf, N. et al.

Mehta U, Swinburn B. 2001. A review of Improving the texture of fried food. Di


factors affecting fat absorption in hot dalam Kilcast D, editor. Texture in Food
chips. Journal of Food Science and Vol.2.Solid Foods. Woodhead Publishing
Nutrition 41(2):133-154. dan CRC Press.
Mellema M. 2003. Mechanism and reduction Stancheva M, Merdzhanova A, Dobreva
of fat uptake in deep-fat frying. Trend. DA, Makedonski. 2010. Fatty acids
Food Science Technology. 14:364-373. composition and fat-soluble vitamins
Nargis A. 2006. Seasional variation in the content of sprat (Sprattus sprattus) and
chemical composition of body flesh goby (Neogobius rattan) from Bulgarian
of Koi fish Anabas testudineus (Bloch) Black sea. Ovidus Univ Annals of Chemist
(Anabantidae: Perciformes). Bangladesh 21:23-28.
Journal of Scientific Industrial Research Steel RGD, Torrie JH. 1993. Prinsip dan
41(3-4):219-226. Prosedur Statistika. Soemantri B,
Rhee KS, Kim ES, Kim BK, Jung BM, Rhee KC. penerjemah. Jakarta: Gramedia Pustaka
2004. Extrusion of minced catfish with Utama.
corn and defatted soy flours for snack Varela P, Salvador A, Fiszman. 2008.
foods. Journal of Food Process Preserv Methodological developments in
28:288-301. crispiness assessment: effects of cooking
Sajilata MG, Singhal R. 2005. Specialty Starches on the crispness of crusted foods. Journal
for Snack Foods. Journal of Carbohydrate of Food Science and Technology 41:1252-
Polymers 59:131-151. 1259.
Sasiela RJ. 2004. Technology of Coating and Zhao F, Zhuang P, Zhang L, Shi Z. 2010.
Frying Food Products. Di dalam: Gupta Biochemical composition of juvenile
MK, Warner K, White PJ, editor. Frying cultured vs. wild silver pomfret, pampus
Technology and Practice, Champaign, argenteus: determining the diet for
Illinois: AOCS press cultured fish. Fish Physiology and
Shieh CJ, Chang CY, Chen CS, Yang C. 2004. Biochemistry 36:1105-1111

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 44

Anda mungkin juga menyukai